http://oase.kompas.com/
Dongeng Sajak
Bersandar kata mengatas makna
Diikatnya pada sebait sajak
Tak ada hanya rayuan kini
Di pohon rimbun berbalut rindu
Akan tiba pada waktunya
Ketika lagu dituhankan para dewa
Surya begitu cepat menghilang hari ini
Tiba saatnya kembali mendongeng
Kisah jenaka pengantar lelap
Buat si buyung di pintu malam
Serahkan jiwa sejenak bersama mimpi
Esok pagi, hari baru menanti
Dilukis warna sejuta kisah
Anak manusia bercerita diri sendiri
Jogjakarta,10juni2008
Sajak Pengantar
Langkah bunga mengukir jejak
Tinggal cerita sejuta kenang
Hendak kemana kemudian nanti
Mengikut kaki diseret arus
Biarkan hati biar tertambat
Di satu tempat tersimpan kisah
Berputar waktu kelak menunggu
Menanti saat kembali semi
Takkan bosan hidup mengayuh
Sepanjang jalan seberang jurang
Berteman sepi memeluk rindu
Rumput mengering tanah berbatu
Berpayung takdir lewat ilalang
Sekian hari sekian lama
Ketika senja menikam fajar
Bulan menjauh kasih mentari
Kala nanti musim berganti
Berubah arah angin berhembus
Setiap saat nasib bicara
Insan manusia berteguh pinta
Mengharap tuhan belas kasihan
Sebatas kata berucap do’a
Senja Ini
Matahari itu masih saja mengawasiku
Di penghujung hari ini
Mukanya tampak merah saat kubalas tatapannya yang tajam
Menusuk di pelupuk mata
Meski sebenarnya warnaku lebih merah
Dari tangisku tadi pagi
Tapi aku tak gentar
Aku berani
Untuk menghadapinya, bila nanti ia jadi marah di saat
Senja ini
Anak kecil masih menadah belas kasihan
Pada seorang tua yang duduk di bangku taman.
Tak ada riang di hatinya meski bibir menyungging senyum,
Telapak tangannya masih tegar menghadap langit yang tak mau bicara
Di waktu senja ini
Begitu indah kupandang dari balik bukit
Yang menjulang tinggi di sebelah barat rumahku
Dan bila senja ini memang benar senja
Pasti bulan akan tampak sebentar lagi
Di langit malam sebelum aku terlelap.
Membacakan sebuah dongeng pengantar tidur
Tentang kisah bapa di surga yang menanti datangnya aku
Hanya sebentar sebelum mimpi tiba-tiba memanggilku
Menarik lenganku ke alamnya
Dan aku tertidur, setelah malam larut pada secangkir kopi.
Jogjakarta, juli 2008
Biodata singkat penyair,
Dwi S. Wibowo, kini tengah menempuh studi di jurusan pend. Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Yogyakarta. Beberapa puisinya terangkum dalam antologi bersama penyair muda “Sebuket Mawar Merah” dan “Sang Pengembara”, salah satu puisinya mendapat penghargaan dari Radar Bali Literary Award 2009. kini tinggal di Yogyakarta dengan alamat : Karangmalang E30 Yogyakarta 55281, serta dapat dijumpai di dwisetyo_bovo@yahoo.co.id
Dongeng Sajak
Bersandar kata mengatas makna
Diikatnya pada sebait sajak
Tak ada hanya rayuan kini
Di pohon rimbun berbalut rindu
Akan tiba pada waktunya
Ketika lagu dituhankan para dewa
Surya begitu cepat menghilang hari ini
Tiba saatnya kembali mendongeng
Kisah jenaka pengantar lelap
Buat si buyung di pintu malam
Serahkan jiwa sejenak bersama mimpi
Esok pagi, hari baru menanti
Dilukis warna sejuta kisah
Anak manusia bercerita diri sendiri
Jogjakarta,10juni2008
Sajak Pengantar
Langkah bunga mengukir jejak
Tinggal cerita sejuta kenang
Hendak kemana kemudian nanti
Mengikut kaki diseret arus
Biarkan hati biar tertambat
Di satu tempat tersimpan kisah
Berputar waktu kelak menunggu
Menanti saat kembali semi
Takkan bosan hidup mengayuh
Sepanjang jalan seberang jurang
Berteman sepi memeluk rindu
Rumput mengering tanah berbatu
Berpayung takdir lewat ilalang
Sekian hari sekian lama
Ketika senja menikam fajar
Bulan menjauh kasih mentari
Kala nanti musim berganti
Berubah arah angin berhembus
Setiap saat nasib bicara
Insan manusia berteguh pinta
Mengharap tuhan belas kasihan
Sebatas kata berucap do’a
Senja Ini
Matahari itu masih saja mengawasiku
Di penghujung hari ini
Mukanya tampak merah saat kubalas tatapannya yang tajam
Menusuk di pelupuk mata
Meski sebenarnya warnaku lebih merah
Dari tangisku tadi pagi
Tapi aku tak gentar
Aku berani
Untuk menghadapinya, bila nanti ia jadi marah di saat
Senja ini
Anak kecil masih menadah belas kasihan
Pada seorang tua yang duduk di bangku taman.
Tak ada riang di hatinya meski bibir menyungging senyum,
Telapak tangannya masih tegar menghadap langit yang tak mau bicara
Di waktu senja ini
Begitu indah kupandang dari balik bukit
Yang menjulang tinggi di sebelah barat rumahku
Dan bila senja ini memang benar senja
Pasti bulan akan tampak sebentar lagi
Di langit malam sebelum aku terlelap.
Membacakan sebuah dongeng pengantar tidur
Tentang kisah bapa di surga yang menanti datangnya aku
Hanya sebentar sebelum mimpi tiba-tiba memanggilku
Menarik lenganku ke alamnya
Dan aku tertidur, setelah malam larut pada secangkir kopi.
Jogjakarta, juli 2008
Biodata singkat penyair,
Dwi S. Wibowo, kini tengah menempuh studi di jurusan pend. Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Yogyakarta. Beberapa puisinya terangkum dalam antologi bersama penyair muda “Sebuket Mawar Merah” dan “Sang Pengembara”, salah satu puisinya mendapat penghargaan dari Radar Bali Literary Award 2009. kini tinggal di Yogyakarta dengan alamat : Karangmalang E30 Yogyakarta 55281, serta dapat dijumpai di dwisetyo_bovo@yahoo.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar