Mohamad Ali Hisyam*
http://www.jawapos.com/
Dalam upaya menguak identitas sejati, manusia selalu dihadapkan pada misteri hidup dan rahasia kehidupan. Proses penciptaan, makna hidup, serta hakikat semesta adalah pertanyaan besar yang mustahil terjawab oleh siapa pun makhluk yang enggan mendayagunakan akal dan nuraninya dengan benar. Kondisi ini menyebabkan banyak orang secara eskapis mencari pelarian diri menuju spiritualitas yang menjanjikan kesejukan. Kendati kemudian tak jarang ada yang terjebak di jalur yang salah dan sesat.
Hamparan kosmik beserta riasan kehidupan di dalamnya diciptakan Tuhan bukan tanpa tujuan dan hampa rencana. Semua sudah menjadi skenario baku yang kemudian dikenal dengan sunnatullah. Bagi orang yang sudi berpikir, seluruh rahasia hidup itu tetap bisa dikuak melalui pendekatan yang objektif dan rasional. Termasuk kesadaran dan penalaran bahwa terdapat peran Dzat Mahakuasa yang mengatur segalanya. Nah, rumusan tentang Dzat Mahakreator inilah yang acap melahirkan multi-penafsiran yang tak seragam. Berangkat dari realitas ini, Agus Mustofa menyajikan buku yang merupakan serial ke-21 dari senarai pustaka tasawuf yang sudah lama ditekuninya. Alumnus Teknik Nuklir UGM Jogjakarta ini mengaku merasa ''gerah'' dengan sejumlah literatur mutakhir yang menjelaskan fenomena Tuhan dan misteri jagad raya yang kerap terkesan dangkal, parsial, dan tidak dilandasi dengan fondasi keagamaan yang kokoh.
Menurut Agus, penjelasan dari sejumlah ilmuan sekular semacam itu sangat berbahaya bagi kelestarian akidah umat Islam dan karenanya mendesak untuk diluruskan. Bahwa semua fenomena alam bisa dipelajari (learnable) memang juga dibenarkan dalam Islam. Ada selaksa hikmah di balik penciptaan kosmos ini dan harus diurai oleh manusia melalui ilmu, keterampilan, kepekaan, serta yang tak kalah penting adalah dengan iman yang lurus. Pendekatan holistik (utuh dan menyeluruh) akan mengantarkan manusia pada keyakinan bahwa alam ini ada tidak secara kebetulan, melainkan melalui serangkaian proses dan perisitiwa yang saling bertali-temali. Hanya saja, tidak semua gejala kemudian bisa dipelajari lewat takaran rumus matematis, karena ada beberapa hal yang secara esoteris tidak bisa dicerna dengan akal karena daya jelajah rasio manusia yang amat terbatas.
Sebagai kerangka uraian, lebih jauh buku ini menyuguhkan tiga rahasia besar yang dianggap sebagai kunci penting di balik kesuksesan manusia meniti hidup. Yakni lauh mahfudz, sunnatullah, dan kehendak. Pelbagai penjelasan serta dinamika kelestarian alam berikut kerumitan problema hidup penghuninya, sesungguhnya bagi Allah bisa dipantau dengan teramat mudah. Lauh mahfudz merupakan kitab besar yang berfungsi sebagai layar monitor dari aneka proses kehidupan (QS. 27:75). Rahasia keagungan sekaligus kegaiban alam raya semua terangkum rapi dalam lauh mahfudz. Seluruh skenario takdir setiap makhluk terlampir di sini.
Manusia dapat memperoleh takdirnya setelah menjalani hukum dan ketetapan yang digariskan Allah, yang disebut dengan sunnatullah. Jalan cerita kehidupan setiap orang akan dianyam melalui interaksi mereka dengan sunnatullah sebagai ketentuan yang tak pernah berubah. Sementara sebagai bekal mengarunginya, Allah mengaruniai manusia dengan ''peranti'' kehendak (sebagai bagian dari kehendak-Nya) berupa fitrah dan talenta. Kehendak inilah yang mendorong manusia menjalankan takdirnya masing-masing.
Sejatinya, sebagaimana pengakuan Agus, buku ini tersaji secara ''mendadak'' alias di luar jadwal. Buku ini hadir lebih akibat keterdesakan Agus untuk segera meluruskan sejumlah asumsi publik yang dinilai telah salah kaprah, antara lain akibat dipicu asupan bacaan mereka yang melenceng. Secara tegas, titik sasar ulasan (baca: kritik) Agus bermula dari uraian-uraian Rhonda Byrne dalam karyanya yang laris, The Secret. Beberapa pendapat Byrne pantas dipertanyakan, antara lain perihal kunci tunggal alam semesta yang (hanya) bermuara pada pikiran seseorang. Mengacu pada teori the law of attraction (hukum tarik-menarik), manusia diukur dari sejauhmana ia berpikir. Apabila ia berpikir benar dan positif, maka hidupnya pasti akan sukses. Inilah yang disebut Byrne sebagai megarahasia (secret) kehidupan.
Sepintas, sebagai sebuah motivasi, pandangan Byrne ini seolah bisa diterima. Tapi dari sisi realitas, menurut Agus, pemikiran seperti itu rancu dan keliru. Sebab, selain hukum tarik-menarik, dunia ini juga dikendalikan oleh hukum-hukum alam lain yang saling mengisi dalam sebuah paduan gaya (unification force). Kelemahan lain, teori itu lantas menihilkan arti penting ikhtiar (bekerja) serta, lebih fatal lagi, menafikan peran sentral Tuhan dengan takdir-Nya.
Kerancuan pola pikir Byrne yang lain adalah anggapannya tentang energi semesta yang ia padankan dengan Tuhan. Maklum saja, Rhonda Byrne adalah penganut aliran spiritualisme murni yang selalu melakukan pencarian terhadap eksistensi Tuhan yang tak menganggap penting (entitas) agama. Padahal dalam optik Islam, baik bersumber dari kitab suci maupun literatur sains, kesimpulan semacam itu akan serta-merta terbantahkan dengan tegas. Ayat Alquran (QS.112:1-4) serta (QS.42:11) telah menegaskan sifat-sifat Allah secara rinci. Sedangkan ilmu fisika memaparkan bahwa energi semata tidak mungkin bisa menyusun semesta. Di samping energi, harus ada kekuatan ''menghidupkan'' lain berupa materi, ruang, waktu, dan informasi. Kendati harus dijelaskan pula bahwa segala sifat adikodrati Tuhan berbeda dengan sifat kemakhlukan yang serbamaterialistik.
Boleh dikata, kehadiran buku dengan tata tutur yang menarik serta kaya contoh-contoh inspiratif ini merupakan kontrawacana terhadap munculnya ragam buku motivasi bermuatan esoteris bermazhab sekuler, yang akhir-akhir ini marak dan digandrungi publik. Yaitu literatur yang menyuguhkan pelbagai metode penataan mental-spiritual dengan penyandaran transendensi kekuatan hubungan antara makhluk (diri) dengan sang Khalik (Tuhan) seperti The Secret-nya Rhonda Byrne tersebut.
Selain bertujuan menyingkirkan racun-racun ketauhidan di tengah khalayak, lewat karya bermuatan tasawuf ini Agus Mustofa hendak mengajak pembaca untuk lebih seksama, tekun, dan tiada lelah mendeteksi setiap potensi diri, antara lain dengan jalan menyadari akan adanya kekuatan supranalar yang mampu menjadi tangga perjumpaan dengan kuasa Tuhan. (*)
*) Pengajar di Universitas Trunojoyo Madura
---
Judul Buku: Membongkar Tiga Rahasia
Penulis : Agus Mustofa
Penerbit : Padma Press Surabaya
Cetakan: I, Februari 2009
Tebal: 272 halaman
http://www.jawapos.com/
Dalam upaya menguak identitas sejati, manusia selalu dihadapkan pada misteri hidup dan rahasia kehidupan. Proses penciptaan, makna hidup, serta hakikat semesta adalah pertanyaan besar yang mustahil terjawab oleh siapa pun makhluk yang enggan mendayagunakan akal dan nuraninya dengan benar. Kondisi ini menyebabkan banyak orang secara eskapis mencari pelarian diri menuju spiritualitas yang menjanjikan kesejukan. Kendati kemudian tak jarang ada yang terjebak di jalur yang salah dan sesat.
Hamparan kosmik beserta riasan kehidupan di dalamnya diciptakan Tuhan bukan tanpa tujuan dan hampa rencana. Semua sudah menjadi skenario baku yang kemudian dikenal dengan sunnatullah. Bagi orang yang sudi berpikir, seluruh rahasia hidup itu tetap bisa dikuak melalui pendekatan yang objektif dan rasional. Termasuk kesadaran dan penalaran bahwa terdapat peran Dzat Mahakuasa yang mengatur segalanya. Nah, rumusan tentang Dzat Mahakreator inilah yang acap melahirkan multi-penafsiran yang tak seragam. Berangkat dari realitas ini, Agus Mustofa menyajikan buku yang merupakan serial ke-21 dari senarai pustaka tasawuf yang sudah lama ditekuninya. Alumnus Teknik Nuklir UGM Jogjakarta ini mengaku merasa ''gerah'' dengan sejumlah literatur mutakhir yang menjelaskan fenomena Tuhan dan misteri jagad raya yang kerap terkesan dangkal, parsial, dan tidak dilandasi dengan fondasi keagamaan yang kokoh.
Menurut Agus, penjelasan dari sejumlah ilmuan sekular semacam itu sangat berbahaya bagi kelestarian akidah umat Islam dan karenanya mendesak untuk diluruskan. Bahwa semua fenomena alam bisa dipelajari (learnable) memang juga dibenarkan dalam Islam. Ada selaksa hikmah di balik penciptaan kosmos ini dan harus diurai oleh manusia melalui ilmu, keterampilan, kepekaan, serta yang tak kalah penting adalah dengan iman yang lurus. Pendekatan holistik (utuh dan menyeluruh) akan mengantarkan manusia pada keyakinan bahwa alam ini ada tidak secara kebetulan, melainkan melalui serangkaian proses dan perisitiwa yang saling bertali-temali. Hanya saja, tidak semua gejala kemudian bisa dipelajari lewat takaran rumus matematis, karena ada beberapa hal yang secara esoteris tidak bisa dicerna dengan akal karena daya jelajah rasio manusia yang amat terbatas.
Sebagai kerangka uraian, lebih jauh buku ini menyuguhkan tiga rahasia besar yang dianggap sebagai kunci penting di balik kesuksesan manusia meniti hidup. Yakni lauh mahfudz, sunnatullah, dan kehendak. Pelbagai penjelasan serta dinamika kelestarian alam berikut kerumitan problema hidup penghuninya, sesungguhnya bagi Allah bisa dipantau dengan teramat mudah. Lauh mahfudz merupakan kitab besar yang berfungsi sebagai layar monitor dari aneka proses kehidupan (QS. 27:75). Rahasia keagungan sekaligus kegaiban alam raya semua terangkum rapi dalam lauh mahfudz. Seluruh skenario takdir setiap makhluk terlampir di sini.
Manusia dapat memperoleh takdirnya setelah menjalani hukum dan ketetapan yang digariskan Allah, yang disebut dengan sunnatullah. Jalan cerita kehidupan setiap orang akan dianyam melalui interaksi mereka dengan sunnatullah sebagai ketentuan yang tak pernah berubah. Sementara sebagai bekal mengarunginya, Allah mengaruniai manusia dengan ''peranti'' kehendak (sebagai bagian dari kehendak-Nya) berupa fitrah dan talenta. Kehendak inilah yang mendorong manusia menjalankan takdirnya masing-masing.
Sejatinya, sebagaimana pengakuan Agus, buku ini tersaji secara ''mendadak'' alias di luar jadwal. Buku ini hadir lebih akibat keterdesakan Agus untuk segera meluruskan sejumlah asumsi publik yang dinilai telah salah kaprah, antara lain akibat dipicu asupan bacaan mereka yang melenceng. Secara tegas, titik sasar ulasan (baca: kritik) Agus bermula dari uraian-uraian Rhonda Byrne dalam karyanya yang laris, The Secret. Beberapa pendapat Byrne pantas dipertanyakan, antara lain perihal kunci tunggal alam semesta yang (hanya) bermuara pada pikiran seseorang. Mengacu pada teori the law of attraction (hukum tarik-menarik), manusia diukur dari sejauhmana ia berpikir. Apabila ia berpikir benar dan positif, maka hidupnya pasti akan sukses. Inilah yang disebut Byrne sebagai megarahasia (secret) kehidupan.
Sepintas, sebagai sebuah motivasi, pandangan Byrne ini seolah bisa diterima. Tapi dari sisi realitas, menurut Agus, pemikiran seperti itu rancu dan keliru. Sebab, selain hukum tarik-menarik, dunia ini juga dikendalikan oleh hukum-hukum alam lain yang saling mengisi dalam sebuah paduan gaya (unification force). Kelemahan lain, teori itu lantas menihilkan arti penting ikhtiar (bekerja) serta, lebih fatal lagi, menafikan peran sentral Tuhan dengan takdir-Nya.
Kerancuan pola pikir Byrne yang lain adalah anggapannya tentang energi semesta yang ia padankan dengan Tuhan. Maklum saja, Rhonda Byrne adalah penganut aliran spiritualisme murni yang selalu melakukan pencarian terhadap eksistensi Tuhan yang tak menganggap penting (entitas) agama. Padahal dalam optik Islam, baik bersumber dari kitab suci maupun literatur sains, kesimpulan semacam itu akan serta-merta terbantahkan dengan tegas. Ayat Alquran (QS.112:1-4) serta (QS.42:11) telah menegaskan sifat-sifat Allah secara rinci. Sedangkan ilmu fisika memaparkan bahwa energi semata tidak mungkin bisa menyusun semesta. Di samping energi, harus ada kekuatan ''menghidupkan'' lain berupa materi, ruang, waktu, dan informasi. Kendati harus dijelaskan pula bahwa segala sifat adikodrati Tuhan berbeda dengan sifat kemakhlukan yang serbamaterialistik.
Boleh dikata, kehadiran buku dengan tata tutur yang menarik serta kaya contoh-contoh inspiratif ini merupakan kontrawacana terhadap munculnya ragam buku motivasi bermuatan esoteris bermazhab sekuler, yang akhir-akhir ini marak dan digandrungi publik. Yaitu literatur yang menyuguhkan pelbagai metode penataan mental-spiritual dengan penyandaran transendensi kekuatan hubungan antara makhluk (diri) dengan sang Khalik (Tuhan) seperti The Secret-nya Rhonda Byrne tersebut.
Selain bertujuan menyingkirkan racun-racun ketauhidan di tengah khalayak, lewat karya bermuatan tasawuf ini Agus Mustofa hendak mengajak pembaca untuk lebih seksama, tekun, dan tiada lelah mendeteksi setiap potensi diri, antara lain dengan jalan menyadari akan adanya kekuatan supranalar yang mampu menjadi tangga perjumpaan dengan kuasa Tuhan. (*)
*) Pengajar di Universitas Trunojoyo Madura
---
Judul Buku: Membongkar Tiga Rahasia
Penulis : Agus Mustofa
Penerbit : Padma Press Surabaya
Cetakan: I, Februari 2009
Tebal: 272 halaman
Tidak ada komentar:
Posting Komentar