Lakilaki Tua Dan Becaknya
aku menyaksikan sendiri
lakilaki tua itu terjungkal dari becaknya
lantaran arakarakan polisi bermotor
mengangkangi jalan raya
memainkan klakson dan sirene
(ada juga yang pakai pentungan)
mengiring mobilmobil kijang berwarna
biru tua, berpelat merah berseri
berkecepatan tinggi.
lakilaki tua itu nyaris menangis
didapatinya
becak yang kumal itu; semakin ringsek!
kakinya tergores dan berdarah
keningnya berwarna biru kemerahmerahan
sungguh
lakilaki tua itu menahan duka yang berat
dan aku tak sanggup untuk tidak menangisinya.
Lamongan, 2000
Melati Dari Fantasi Kecilku
:kepada anakanak yang dibesarkan jalanan
terimalah serumpun melati
dari fantasi kecilku;
semalam aku petik dari mimpi yang harum
yang tumbuh dari bijibiji debu jalanan
terimalah
lantaran melati kian merambat
di sekujur peradaban yang kering
ia adalah roh untuk hari esok
jika saja romansanya tidak di hempas
angin kehidupan yang culas
maka untailah ia
sebagai penghias pelaminan
menemani hari bahagiamu
sekedar menuai rindu yang ungu.
Lamongan, 2003
Pintu Air
/1/
“kita bendung pintupintu air semacam wadok gondang!”
kemudian menjelma arus saling hempas dan tenggelamkan
jiwa sendiri
di pintu air berabad sejarah
mengetuk bening yang semakin terlupa
lamongan
abad air
ricik keterasingan
/2/
lamongan seketika ringkih, hilang sebagian usia
yang pernah sekali waktu berjejar di meja perjamuan
di ruang ngobrol
sekarang mewujud reliefrelief
sombong
menelanjangi keprawanan kota
memulangkan pasar peradaban.
Waktu
hampir mati di kekosongan udara pagi yang tergesa
pulang kesuatu sejarah ditinggalkan
dan kita tak kuasa membendungnya.
/3/
lantas hendak kemana
angin
menyempurnakan peradaban
dalam tarian laut dalam debur ombak
dan nafas pantai
sedang keasingan dermaga merampungkan pertautan langit
terperangkap
matahari.
Lamongan, 2005
aku menyaksikan sendiri
lakilaki tua itu terjungkal dari becaknya
lantaran arakarakan polisi bermotor
mengangkangi jalan raya
memainkan klakson dan sirene
(ada juga yang pakai pentungan)
mengiring mobilmobil kijang berwarna
biru tua, berpelat merah berseri
berkecepatan tinggi.
lakilaki tua itu nyaris menangis
didapatinya
becak yang kumal itu; semakin ringsek!
kakinya tergores dan berdarah
keningnya berwarna biru kemerahmerahan
sungguh
lakilaki tua itu menahan duka yang berat
dan aku tak sanggup untuk tidak menangisinya.
Lamongan, 2000
Melati Dari Fantasi Kecilku
:kepada anakanak yang dibesarkan jalanan
terimalah serumpun melati
dari fantasi kecilku;
semalam aku petik dari mimpi yang harum
yang tumbuh dari bijibiji debu jalanan
terimalah
lantaran melati kian merambat
di sekujur peradaban yang kering
ia adalah roh untuk hari esok
jika saja romansanya tidak di hempas
angin kehidupan yang culas
maka untailah ia
sebagai penghias pelaminan
menemani hari bahagiamu
sekedar menuai rindu yang ungu.
Lamongan, 2003
Pintu Air
/1/
“kita bendung pintupintu air semacam wadok gondang!”
kemudian menjelma arus saling hempas dan tenggelamkan
jiwa sendiri
di pintu air berabad sejarah
mengetuk bening yang semakin terlupa
lamongan
abad air
ricik keterasingan
/2/
lamongan seketika ringkih, hilang sebagian usia
yang pernah sekali waktu berjejar di meja perjamuan
di ruang ngobrol
sekarang mewujud reliefrelief
sombong
menelanjangi keprawanan kota
memulangkan pasar peradaban.
Waktu
hampir mati di kekosongan udara pagi yang tergesa
pulang kesuatu sejarah ditinggalkan
dan kita tak kuasa membendungnya.
/3/
lantas hendak kemana
angin
menyempurnakan peradaban
dalam tarian laut dalam debur ombak
dan nafas pantai
sedang keasingan dermaga merampungkan pertautan langit
terperangkap
matahari.
Lamongan, 2005
Tidak ada komentar:
Posting Komentar