BALADA PUTRA AJI
I
Senyapang lumut-lumut laut. Masih jadi kendala siput
o, hari dilambuk lengut-dan jiwaku berkerut
di kala gamelan penghabisan menuntut geletar runtut
Alangkah silap hadirmu buyung
pada iringan penguburan jenazah
Dan tak menemu Rama Aji yang jumawa
II
Sore segra naik ke tlundangan senjakala
bayang hangat berarak lewat. Janji buat berlabuh
laksana himbau yang ditabuh jauh. Wahai, Putra Aji
Canang-canang peradilan bakal tumandang lagi
Pejaga masjid tiban mendongak tanya
tanpa gelar dukana kuna. Hiring gumulir
Lantas menderu serupa gunung mainan
diletuskan tangan para bocah di kepagian
III
Musim pun taffakur di riba makna
selempang kidung bianglala-tertikam carang aking
Sementara itu, gairah tawa Rama Aji
menentramkan sukma Niken Galuh Candrasari
-benteng-benteng bergamit tangan
dengan sisa nestapa poyang. Dingin dan lembut
Wahai, bukit-bukit selatan. Ada di puisi jernih
kurangkum gerak di setugal istirah
Jikalau perahu tiba di muara elok
tolong, redakan alun gelombang masamuda
IV
Takluk kini, apakah bukan takluk kelemarin
sesudah tanya menghibah. Kawanan srigala kutub
mengubur bungkal tanah ibu. Suatu prasasti terluka muka
Justru benteng ladang remaja terlukis di paru-paru kota.
O, Putra Aji, kembangkan layar puspita
barangkali menerjang segara anakan. Lindap
potret si tua belajartentang Putri Cendrasari
V
Kini kurebahkan tubuh di ambin ciklat yang retak
Sembari menoleh ke dirisendiri. Membaca gejala zaman
hingga kitab tertutup. Dan muara cinta tergenang petaka
BALADA WIRA LODRA
1
Srnandung hutan lindung-kutiarapi tangisku
Hanya Diajeng Retna Kumala bersorak sontak
memandang pertarungan bulan Sapar yang berawan
sampai watas-impian terpungkasi kekariban
2
Memang lengkap sudah ilmu rakhman dan rakhim
pabila cuma Tuhan penggoresnya. O, Bapa Suci
kusebut sekali lagi tetabuhan blendrong
dengan sebandul sekar Wirangrong. Santi doa sukmawi
Tetap saja kiat kejuangan menggapai rahmat
3
Padahal seuntai ladrang kuning, Wira Lodra
memunggah beban dukuh Juwitaningrum
Siksa jurit tengah puasa
siksa jurit tengah berendam
Gumolong janji dalam serentet waham!
4
Relung pustaka sempat menggelinding dinding
tatkala petang menyebut sonata bumi. Duh, biyung
Dinding ugahari nan kutepati. Kiat paling lawas
yang dicoba sanjakkan menjalang Garebang Sekaten
5
Kembali disebutnya salam Juwitaningrum
-Tukik, peram, dan utik-utik
lagu elmaut sang musafir
hindarkan aib dari rengkuhan senja
Kpan prajurit Patangpuluh melambai sayu
di sini lantas kududuk mengunyah sirih ayu
6
Namun tiada lepas dari gatra-gatra semboyan
Adakah dirimu mendaduh kelam. Lorong-liring lintang
masih menyumberi gagasan pengantin
Tak pelak lagi, dikalauh pengubur rindu rungkat
7
Dengan setugal senyum duka
kanak-kanak menalikan cundukmentul
dari batang pepaya jingga. Hatiku cantik menirus
lirik lembut Diajen Juwitaningrum
8
Seberang mukimku, sayang, seberang mukimku
pelabuhan akbar belum menyentuh. Depanku kabar sunyar
tentang para leluhur nan piatu. Denting suara adzan
eloklah santausa nyaman. Hening mengelopak
Duka bergulung dipagut seketsa ungu
membiaskan sepantun ragu
I
Senyapang lumut-lumut laut. Masih jadi kendala siput
o, hari dilambuk lengut-dan jiwaku berkerut
di kala gamelan penghabisan menuntut geletar runtut
Alangkah silap hadirmu buyung
pada iringan penguburan jenazah
Dan tak menemu Rama Aji yang jumawa
II
Sore segra naik ke tlundangan senjakala
bayang hangat berarak lewat. Janji buat berlabuh
laksana himbau yang ditabuh jauh. Wahai, Putra Aji
Canang-canang peradilan bakal tumandang lagi
Pejaga masjid tiban mendongak tanya
tanpa gelar dukana kuna. Hiring gumulir
Lantas menderu serupa gunung mainan
diletuskan tangan para bocah di kepagian
III
Musim pun taffakur di riba makna
selempang kidung bianglala-tertikam carang aking
Sementara itu, gairah tawa Rama Aji
menentramkan sukma Niken Galuh Candrasari
-benteng-benteng bergamit tangan
dengan sisa nestapa poyang. Dingin dan lembut
Wahai, bukit-bukit selatan. Ada di puisi jernih
kurangkum gerak di setugal istirah
Jikalau perahu tiba di muara elok
tolong, redakan alun gelombang masamuda
IV
Takluk kini, apakah bukan takluk kelemarin
sesudah tanya menghibah. Kawanan srigala kutub
mengubur bungkal tanah ibu. Suatu prasasti terluka muka
Justru benteng ladang remaja terlukis di paru-paru kota.
O, Putra Aji, kembangkan layar puspita
barangkali menerjang segara anakan. Lindap
potret si tua belajartentang Putri Cendrasari
V
Kini kurebahkan tubuh di ambin ciklat yang retak
Sembari menoleh ke dirisendiri. Membaca gejala zaman
hingga kitab tertutup. Dan muara cinta tergenang petaka
BALADA WIRA LODRA
1
Srnandung hutan lindung-kutiarapi tangisku
Hanya Diajeng Retna Kumala bersorak sontak
memandang pertarungan bulan Sapar yang berawan
sampai watas-impian terpungkasi kekariban
2
Memang lengkap sudah ilmu rakhman dan rakhim
pabila cuma Tuhan penggoresnya. O, Bapa Suci
kusebut sekali lagi tetabuhan blendrong
dengan sebandul sekar Wirangrong. Santi doa sukmawi
Tetap saja kiat kejuangan menggapai rahmat
3
Padahal seuntai ladrang kuning, Wira Lodra
memunggah beban dukuh Juwitaningrum
Siksa jurit tengah puasa
siksa jurit tengah berendam
Gumolong janji dalam serentet waham!
4
Relung pustaka sempat menggelinding dinding
tatkala petang menyebut sonata bumi. Duh, biyung
Dinding ugahari nan kutepati. Kiat paling lawas
yang dicoba sanjakkan menjalang Garebang Sekaten
5
Kembali disebutnya salam Juwitaningrum
-Tukik, peram, dan utik-utik
lagu elmaut sang musafir
hindarkan aib dari rengkuhan senja
Kpan prajurit Patangpuluh melambai sayu
di sini lantas kududuk mengunyah sirih ayu
6
Namun tiada lepas dari gatra-gatra semboyan
Adakah dirimu mendaduh kelam. Lorong-liring lintang
masih menyumberi gagasan pengantin
Tak pelak lagi, dikalauh pengubur rindu rungkat
7
Dengan setugal senyum duka
kanak-kanak menalikan cundukmentul
dari batang pepaya jingga. Hatiku cantik menirus
lirik lembut Diajen Juwitaningrum
8
Seberang mukimku, sayang, seberang mukimku
pelabuhan akbar belum menyentuh. Depanku kabar sunyar
tentang para leluhur nan piatu. Denting suara adzan
eloklah santausa nyaman. Hening mengelopak
Duka bergulung dipagut seketsa ungu
membiaskan sepantun ragu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar