Selasa, 26 Mei 2020

POLA MEMBACA SASTRA

Djoko Saryono *

/1/
Sejak kapankah sastra hadir dalam kehidupan manusia? Ini pertanyaan klasik yang jelas-jelas membosankan. Tetapi terus muncul karena tidak ada jawaban yang pasti. Berdasarkan tradisi lisan dan peninggalan naskah yang ada, secara hipotetis dapat dikatakan bahwa sejak abad-abad Sebelum Masehi sastra sudah hadir dalam kehidupan manusia. Kalau naskah epik wiracarita Gilgamesh dari Sumeria/Mesopotamia dijadikan titik tolak, paling tidak karya sastra sudah hadir abad ke-30 Sebelum Masehi.

Karya-karya sastra Yunani, misalnya Oeidipus Sang Raja, Oeidipus di Colonus, dan Oeidipus Berpulang karya Sopochles, telaah-telaah kesastraan oleh Aristoteles dan Plato, dan syair-syair Homerus diketahui diciptakan pada abad-abad Sebelum Masehi. Konon karya puncak Homerus, yakni Illiad dan Odyssey, dipengaruhi oleh Gilgamesh.Demikian juga karya Ramayana dan Mahabharata, yang di Indonesia sangat dikenal, digubah lumayan jauh pada abad-abad Sebelum Masehi.

Naskah-naskah kakawin, kidung, dan macapat yang sangat terkenal di Jawa, Bali, dan Lombok telah ditulis berabad-abad lalu. Sastra-sastra lisan yang banyak tersebar di berbagai daerah Indonesia diduga sudah berumur beribu-ribu tahun. Dapat dikatakan, sejak Sebelum Masehi sampai dengan sekarang sastra selalu hadir dalam kehidupan manusia meskipun batasan, jenis, dan coraknya berbeda-beda atau tidak sama.

Sastra dapat selalu hadir dalam kehidupan manusia karena selalu dibutuhkan manusia dalam hidup. Sastra dinikmati atau dibaca oleh manusia demi kepenuhan dan kelengkapan selaku manusia. Agar dapat dinikmati atau dibaca oleh khalayak, sastra harus selalu dikomunikasikan. Ini berarti ada komunikasi sastra supaya sastra menjangkau atau mencapai penikmat¬nya (baik pendengar/penonton mau-pun pembaca). Bagaimanakah sosok komunikasi sastra itu? Ini dapat dibayangkan dengan memperhatikan gejala komunikasi sastra pada zaman dahulu (sebelum Abad XX) dan pada zaman sekarang (sejak Abad XX).

/2/
Bagaimanakah gejala komunikasi sastra pada zaman dahulu sejak Sebelum Masehi sampai dengan Abad XIX Masehi? Jika diperhatikan benar, secara kasar bisa dikatakan bahwa komunikasi sastra pada zaman dahulu pada umumnya melalui dua cara, yaitu cara tulis dan cara lisan. Dengan kata lain, melalui tradisi tulis (yang dilisankan) dan tradisi lisan. Tradisi tulis yang dilisankan ada karena adanya karya sastra tulis yang pada hakikatnya perlu dilisankan. Kakawin-kakawin, kidung-kidung, tembang-tembang macapat, dan lain-lain adalah karya sastra tulis karena tertulis dalam suatu bahan baik lontar, kertas maupun bukan, tetapi penikmatannya pada umumnya dikerjakan dengan secara lisan. Dalam kata-kata Walter J. Ong dalam Literacy and Orality, pembacaan dimungkinkan karena sastra berupa naskah, bukan cetak(an).

Di samping berkembang penikmatan individual pada sekelompok kecil manusia, berkembang pula tradisi penikmatan kolektif yang unsur pelisanannya sa-ngat kuat. Di Jawa dikenal macapatan, di budaya Sunda dikenal mamaca, dan di Bali dikenal mabebasan yang sebenarnya merupakan penikmatan kolektif karya sastra. Di daerah-daerah lain di Indonesia juga dikenal pelisanan sastra seperti mabebasan dan macapatan dengan nama berbeda.

Bisa dibilang, komunikasi sastra melalui tradisi tulis yang dilisankan tidak berkem¬bang luas di masyarakat. Tradisi ini hanya berkembang di lingkungan terbatas pada abad-abad lampau. Pada umumnya perkembangan tradisi ini di lingkungan keraton, bangsawan, priyayi, dan kaum terpelajar yang memiliki keistimewaan istiadat dan budaya. Pada perkembangannya kemudian, ketika kemampuan baca-tulis cetakan (printed) dan kepemilikan naskah bukan monopoli sekelompok manusia lagi, yang sudah tampak pada Abad XIX, tradisi ini memang berkembang luas di masyarakat. Masyarakat di pedesaan atau kebanyakan dapat menikmati tradisi ini.

Pada umumnya masyarakat pedesaan atau kebanyakan berkomuni¬kasi sastra melalui tradisi lisan. Tradisi lisan ini memiliki dua pola. Yang pertama, ada pencerita yang bertutur tentang suatu cerita di satu pihak dan di pihak lain ada penikmat yang mendengarkan tuturan pen-cerita. Contohnya terdapat pada pertunjukan wayang kulit, jemblung, dan kentrung. Pada pertunjukan kesenian ini, sang dalang bercerita tentang suatu cerita, sedang penonton mendengarkan cerita sang dalang.

Yang kedua, masing-masing penikmat secara dialogis saling bertutur dan menikmati. Di sini kedudukan masing-masing penikmat sejajar dan setara, tidak ada dalang yang sangat kuasa dan penikmat yang pasif. Contohnya terdapat pada tradisi berbalas pantun di Melayu, parikan di Jawa (Timur), dan sisindiran di Sunda. Tentu kantong-kantong budaya sastra lainnya ada dengan nama berbeda, misalnya di kantong budaya Banjar, Bugis, Buton, dan Ternate.

Dua pola komunikasi sastra tersebut ditopang dan disangga oleh corak sastra dan tradisi budaya tertentu. Komunikasi sastra melalui tradisi tulis yang dilisankan ditopang dan disangga kuat oleh sastra tulis-naskah yang kuat sekali unsur kelisanannya dan tradisi budaya lisan yang berakar kuat di masyarakat luas. Dengan perkataan lain, didukung oleh sastra tulis berunsur kuat kelisanan dan masyarakat lisan, bukan masyarakat lisan. Demikian juga komunikasi sastra melalui tradisi lisan ditopang dan disangga sepenuhnya oleh adanya sastra lisan dan tradisi budaya lisan. Jadi, keadaan budaya beserta masyara-kat pendukungnya yang masih berada taraf lisan membuat komunikasi sastra seperti tersebut berkem bang pada masa lalu.

/3/
Bagaimanakah gejala komunikasi sastra pada zaman sekarang, sejak awal Abad XX sampai dengan dasawarsa kedua Abad XXI? Adakah perbedaan hakiki dan mencolok dengan komunikasi sastra pada zaman dahulu? Hilangkah pola komunikasi sastra zaman dahulu pada zaman seka¬rang? Dapat dikatakan bahwa pola komunikasi sastra zaman dahulu tidak hilang pada zaman sekarang.

Meskipun semakin surut dan berada di pinggiran, pertunjukan wayang kulit, jemblung dan kentrung masih ada di tempat-tempat tertentu. Tradisi mabebasan di Bali dan macapatan di Jawa juga masih hidup walaupun makin rendah kekerap¬annya dan kecil pe-minatnya. Demikian juga tradisi berbalas pantun, parikan dan sisindiran masih dapat ditemukan di masyarakat meskipun makin kalah melawan televisi, film, dan jenis-jenis media modern. Bahkan sekarang komunikasi sastra berlangsung secara digital dengan medium-medium seni baru. Di media sosial komunikasi sastra menggunakan medium baru yang dimungkinkan oleh budaya digital.

Tidak berarti komunikasi sastra pada zaman sekarang tidak berbeda secara hakiki dan mencolok dengan pada zaman dahulu. Pada zaman sekarang tumbuh dan berkembang pola komunikasi sastra yang berbeda secara hakiki dan mencolok dengan zaman dahulu walaupun pola komunikasi sastra zaman dahulu masih tetap hidup. Mengapa terjadi perbedaan hakiki dan mencolok? Bagaimanakah pola komunika¬si sastra pada zaman sekarang?

Zaman sekarang yang umum disebut zaman modern, pascamodern, dan atau zaman disrupsi digital dicirikan oleh lima hal. Kelimanya adalah (i) berkembangnya secara pesat dan luar biasa industri kertas, (ii) tumbuhnya industri percetakan dan penerbitan secara besar-besaran, (iii) berkembangnya tradisi baca-tulis di masyarakat luas, dan (iv) tumbuh-kembangnya keberaksaraan di samping kelisanan sekunder, serta (v) tumbuh-kembangnya secara luas biasa kelisanan kedua akibat digitalisasi yang masif dan budaya digital yang kian dominan. Hal ini mengakibatkan munculnya dan tersebar luasnya sastra tulis dan sastra digital. Sastra tulis yang dibukukan atau yang dimuat di majalah dengan mudah dapat dijangkau dan dinikmati oleh masyarakat luas dari berbagai lapisan sosial. Apalagi sastra digital, dengan mudah dapat diakses dan dibaca oleh pembaca.

Sejalan dengan itu, pola komunikasi sastra menjadi lebih banyak melalui tradisi tulis dan belakangan ini kemudian tradisi digital. Berhubung sastra tulis dicetak dalam lumayan jumlah besar dan disebarluaskan secara besar-besaran hingga pribadi-pribadi anggota masyarakat dapat menjangkau atau memilikinya secara individual, maka tiap-tiap anggota masyarakat bisa berkomunikasi sastra secara individual, bukan kolektif. Membaca sastra secara individual menjadi pola komunikasi sastra tulis.

Dalam bentuk konkretnya, tiap-tiap masyarakat dapat membaca karya sastra secara invidual. Tanpa bergantung pada individu lain dan kepemilikan cerita atau tukang tutur. Puisi, cerpen, novel, dan novela dapat dengan mudah dijangkau atau dimiliki oleh anggota masyarakat dan selanjutnya dibacanya secara individual. Pola komunikasi sastra seperti agaknya sangat dominan pada zaman sekarang. Gelora gerakan literasi belakangan menyokong kebiasaan membaca sastra secara individual dan senyap.

Selain itu, pada zaman sekarang ternyata juga tumbuh dan berkembang satu pola komunikasi sastra melalui tradisi lisan, yang berbeda dengan pola komunikasi sastra melalui tradisi lisan pada zaman dahulu. Dikatakan demikian sebab kemasan dan ciri-ciri penanda keberadaannya tidak sama. Pola komunikasi sastra melalui jalur tradisi lisan pada zaman sekarang dikemas dan disa-jikan dengan mengikuti kaidah-kaidah seni pertunjukan modern dan tunduk pada hukum-hukum pertunjukan modern. Dengan kata lain, pada zaman sekarang berkembang pelisanan sastra yang dikemas mengikuti hukum pertunjukan.

Sejak awal dasawarsa 1970-an pola komunikasi sastra tersebut sudah tumbuh dan berkembang di Indonesia. Hal ini terlihat, misalnya, pada peristiwa (Rendra membaca (lisan) Bibbop dan Orang-orang Miskin pada permulaan dasawarsa 1970-an, dan Darmanto Yatman membaca lisan puisi dalam acara Musik Puisi di Senisono Art Gallery, Yogyakarta, pada tahun 1979. Di samping itu, juga Linus Suryadi membacakan novel Pengakuan Pariyem pada tahun 1980 dan 1981 di Universitas Gajah Mada dan Universitas Airlangga. Pada waktun itu pula Emha Ainun Nadjib beserta Kelompok DINASTI membaca puisi diiringi musik tradisio nal di Bentara Budaya, Jakarta, pada tahun 1984. Tan Lioe Ie dikenal dengan pembacaan puisi secara musikal dan teatrikal. Sekarang sudah marak pembacaan lisan puisi sebagai seni pertunjukan seperti ini sudah lazim dan umum ditemukan dalam berbagai pembacaan puisi.

Belakangan seiring dengan maraknya digitalisasi dan budaya digital, pola komunikasi sastra secara digital, yang mengombinasikan berbagai pola pembacaan sebelumnya, makin mencuat dan menguat di Indonesia. Digitalisasi sistem komunikasi dan dominannya media digital khususnya media sosial mengubah atau menggeser cara membaca atau menikmati sastra. Individu dapat membaca secara individual dengan mengakses laman-laman sastra digital, Youtube, dan sebagainya. Kita bisa membaca sastra melalui laman Apresiasi Sastra, BasaBasi, Sastra Papua, dan sebagainya. Lahirnya sastra digital terutama puisi digital telah memunculkan cara membaca secara digital. Cara menikmati atau membaca sastra digital ini menyatukan pandang, dengar, dan suara. Kita bisa menikmati pembacaan puisi Tan Lioe Ie dan Hasan Aspahani, misalnya, melalui Youtube. Media digital termasuk media sosial benar-benar telah mengubah, dalam hal ini memperluas, pola komunikasi sastra.

/4/
Beberan di atas mengisyaratkan tiga hal. Pertama, komunikasi sastra melalui jalur tradisi tulis dan lisan sudah ada sejak zaman dulu. Pada zaman dahulu jalur tradisi tulis terbatas dan jalur tradisi lisan memasyarakat kuat. Pada zaman sekarang jalur tradisi tulis justru sangat dominan dan jalur tradisi lisan menjadi terbatas. Kedua, membaca puisi/sastra secara individual sebagai bentuk tradisi tulis komunikasi sastra sudah ada sejak zaman dulu. Pada zaman dulu terbatas, sedang pada zaman sekarang dominan dan memasyarakat.

Ketiga, melisankan sastra atau membaca sastra secara kolektif sudah ada sejak dulu. Pada zaman dahulu sangat dominan dan memasyarakat, pada sekarang jauh lebih berkurang meskipun kemasannya lebih bagus. Belakangan berkat masifnya digitalisasi dan menguatnya budaya digital, membaca secara individual sekaligus kolektif berlangsung secara digital, yang merangkum semua pola pembacaan yang telah ada sebelumnya. Ini semua menandakan bahwa tradisi membaca sastra baik sebagai kegiatan pemahaman-individual-intelektual maupun kegiatan penikmatan-performatif-kolektif ada sejak dulu hingga sekarang meskipun perubahan-perubahan ciri khas dan format terjadi.

____________________
*) Prof. Dr. Djoko Saryono, M.Pd adalah Guru Besar Jurusan Sastra Indonesia di Fakultas Sastra pada kampus UNM (Universitas Negeri Malang). Telah banyak menghasilkan buku, artikel apresiasi sastra, serta budaya. Dan aktif menjadi pembicara utama di berbagai forum ilmiah kesusatraan tingkat Nasional juga Internasional.
http://sastra-indonesia.com/2020/03/pola-membaca-sastra/

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Alexander A. Anzieb A. Aziz Masyhuri A. Dahana A. Khoirul Anam A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.C. Andre Tanama A.J. Susmana A.S. Laksana A’an Jindan AS Abd. Mun’im Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kirno Tanda Abdul Lathif Abdul Malik Abdul Rauf Singkil Abdul Walid Abdurrahman Wachid Abdurrahman Wahid Abid Rohmanu Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adek Alwi Adhi Pandoyo Adhitia Armitrianto Adhy Rical Adi Faridh Adian Husaini Adin Aditya Ardi N Adreas Anggit W. Adrizas Adu Pesona Sang Wakil Presiden RI AF. Tuasikal Afri Meldam Afrizal Malna AG. Alif Agama Agama Para Bajingan Agit Yogi Subandi Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Rakasiwi Agus Sulton Agus Wibowo Agus Wirawan Aguslia Hidayah AH J Khuzaini Ah. Atok Illah Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Anshori Ahmad Damanik Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Gaus Ahmad Hasan MS Ahmad Jauhari Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Naufel Ahmad S. Zahari Ahmad Syafii Maarif Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ainul Fiah Akbar Ananda Speedgo Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhmad Siddiq Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Akmal Nasery Basral Aksin Wijaya Al-Fairish Al-Ma'ruf I Al-Ma'ruf II Alang Khoiruddin Albert Camus Ali Mahmudi Ch Alia Swastika Alvi Puspita Alvin Amien Wangsitalaja Aminah Aming Aminoedhin Ana Mustamin Anam Rahus Anas AG Andhi Setyo Wibowo Andi Gunawan Andry Deblenk Angela Anggie Melianna Anindita S. Thayf Anis Ceha Anitya Wahdini Anjrah Lelono Broto Antologi Sastra Lamongan Anugerah Ronggowarsito Anwar Nuris Aprillia Ika Arida Fadrus Aridus Arie MP Tamba Arie Yani Arief Junianto Ariel Heryanto Ariera Arif Bagus Prasetyo Aris Kurniawan Armawati Arswendo Atmowiloto Art Sabukjanur Arti Bumi Intaran Arwan Aryo Wisanggeni Aryo Wisanggeni Gentong AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Ashadi Ik Asrama Mahasiswa Aceh Sabena Asro Kamal Rokan Astrid Reza Asvi Warman Adam Atafras Atok Witono Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Azwar Nazir Baca Puisi Badrus Siroj Bahrul Ulum A. Malik Balada Bambang kempling Bambang Riyanto Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bastian Zulyeno Beni Setia Benni Setiawan Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Koran Berita Utama Bernando J. Sujibto Bernarda Rurit Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Biografi Bre Redana Brunel University Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Jay Utomo Budi P. Hatees Budi Palopo Budi Setyarso Budi Sp. Indrajati Budiman S. Hartoyo Budiman Sudjatmiko Buku Kritik Sastra Buldanul Khuri Candrakirana Cangaan Ujungpangkah Gresik Jawa Timur Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cawapres Jokowi Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chavchay Syaifullah Choirul Rikzqa Christian Heru Cahyo Saputro Cover Buku D. Dudu AR D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dadang Widjanarko Damiri Mahmud Dani Fuadhillah Daniel Paranamesa Darju Prasetya Dati Wahyuni Dawet Jabung Ponorogo Dedykalee Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Desa Glogok Karanggeneng Lamongan Deshinta Arofah Dewi Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan Dewi Anggraeni Dian Sukarno Diana A.V. Sasa Didik Kusbiantoro Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diskusi buku Djadjat Sudradjat Djasepudin Djoko Pitono Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Djulianto Susantio Dody Kristianto Dody Yan Masfa Dorothea Rosa Herliany Dr Andi Irawan Dr Siti Muti’ah Setiawati Dr. Hilma Rosyida Ahmad Drs H Choirul Anam Drs. Solihin Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwidjo Maksum Dyah Ayu Fitriana Eddi Koben Edeng Syamsul Ma’arif Edy Apriyanto Sudiyono Edy Firmansyah Edy Susanto Efri Ritonga EH Ismail Eidi Krina Jason Sembiring Eka Budianta Eko Hartono Eko Hendrawan Sofyan Eko Hendri Saiful El Sahra Mahendra Elita Sitorini Elly Trisnawati Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Em. Syuhada' Emha Ainun Nadjib Encep Abdullah Eni Sulistiyawati Eny Rose Esai Ester Lince Napitupulu Etik Widya Evan Ys F Rahardi Fahrudin Nasrulloh Fahrur Rozi Fajar Alayubi Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fathan Mubarak Fathul Qodir Fathul Qorib Felix K. Nesi Festival Gugur Gunung Festival Seni Surabaya 2011 Festival Teater Religi Pelajar SLTA Se-kabupaten Lamongan Fikri. MS Fiqih Arfani Firman Daeva Forum Lingkar Pena Lamongan Forum Penulis dan Penggiat Literasi Lamongan (FP2L) Forum Santri Nasional Forum Santri Nasional (FSN) Free Hearty Galuh Tulus Utama Gandis Uka Ganug Nugroho Adi Gedung Sabudga UNISDA Lamongan Gendut Riyanto Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gesit Ariyanto Gita Pratama Glenn Fredly Goenawan Mohamad Golput Gombloh Gombloh (1948 – 1988) Grathia Pitaloka Gugun el-Guyanie Gunoto Saparie Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Dur H.B. Jassin Hadi Napster Hafis Azhari Halim HD Halimi Zuhdy Hamid Dabashi Han Gagas Hardi Hamzah Hari Prasetyo Haris Del Hakim Haris Saputra Hary B Kori’un Hasan Basri Marwah Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasyim Asy’ari Hendro Situmorang Henri Nurcahyo Henry H Loupias Hera Khaerani Heri CS Heri Kris Heri Latief Heri Listianto Herman RN Hernadi Tanzil Herry Lamongan Heru Kuntoyo Heru Kurniawan Hikmat Darmawan Holy Adib Hudan Hidayat Hujuala Rika Ayu Humaidi Humam S Chudori I Made Asdhiana I Nyoman Suaka I. B. Putera Manuaba IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ichwan Prasetyo Ida Fitri Ignas Kleden Ilham Safutra Ilham Wancoko Imam Munadjat Imam Nawawi Imam Zanatul Huaeri Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Iman Herdiana Imron Arlado Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indigo Art Space Madiun Indra Tjahyadi Indrian Koto Ingki Rinaldi Iqmal Tahir Is Faridatul Arifah Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Zulkarnain Isra’ Mi’raj Iswadi Pratama Iswara N Raditya Iva Titin Shovia Iwan Awaluddin Yusuf Iwan Gunadi J. Sumardianta Jamrin Abubakar Jansen Sinamo Janu Jolang Janual Aidi Javed Paul Syatha Jayaning S.A Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jemie Simatupang Jenny Ang Jiero Cafe Jihan Fauziah JJ. Kusni Jl Simo Jo Batara Surya Jodhi Yudono Joko Budhiarto Joko Sadewo Joko Sandur Joko Widodo Jones Gultom Joni Ariadinata Joresan Mlarak Ponorogo Joseph E. Stiglitz Jual Buku Paket Hemat Junus Satrio Jurnalisme Sastra K. Hirzuddin Hasbullah K.H. Anwar Manshur K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma’ruf Amin K.H. Masrikhan Asy'ari K.H. Mudzakir Ma'ruf Kadjie MM Kajian Kitab Nashoihul 'Ibad Kang Daniel Karanggeneng Kartika Foundation Kasanwikrama Kasnadi Katrin Bandel Kedai Kopi Sastra Kekal Hamdani Kemah Budaya Panturan (KBP) Kesenian KH. M. Najib Muhammad KH. Ma'ruf Amin Khairul Mufid Jr Khawas Auskarni Khoirul Anwar Khoirul Inayah Khoirul Naim Khoirul Rosyadi Ki Ompong Sudarsono Kitab Arbain Nawawi Kitab Puisi Suluk Berahi karya Gampang Prawoto Ko Hyeong Ryeol Koh Young Hun Koko Sudarsono Komaruddin Hidayat Kompas TV Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sastra Teater Lamongan (KOSTELA) Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Kopi Bubuk Mbok Djum Kopuisi Korban Gempa di Lombok Kospela KPRI IKMAL Lamongan Kris Razianto Mada Kritik Sastra Kurnia Sari Aziza Kurniawan Kusni Kasdut Kuswaidi Syafi’ie Kuswinarto Lagu Laili Rahmawati Laksmi Sitoresmi Lamongan Lan Fang Larung Sastra Lathifa Akmaliyah Latif Fianto Leila S. Chudori Leo Tolstoy Lina Kelana Listiyono Santoso Liya Izzatul Iffah Liza Wahyuninto Lucky Aditya Ramadhan Ludruk Jawa Timur Lukisan Lukman Alm Lukman Santoso Az Luqman Almishr Lustantini Septiningsih Lutfi S. Mendut Lynglieastrid Isabellita M Ismail M Zainuddin M. Afif Hasbullah M. Faizi M. Iqbal Dawami M. Irfan Hidayatullah M. Latief M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Lutfi M. Mushthafa M. Riza Fahlevi M. Yoesoef M.D. Atmaja M’Shoe Madrasah Ibtida’iyah Thoriqotul Hidayah 1 Maghfur Munif Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahmud Syaltut Usfa Mahwi Air Tawar Majelis Ulama Indonesia Makalah Tinjauan Ilmiah Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Mantan Pastur Hafidz Al-Qur'an Maqhia Nisima Mardi Luhung Margita Widiyatmaka Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Marjohan Marsel Robot Martin Aleida Martin Hatch Marwan Ja'far Marwita Oktaviana Marzuki Mustamar Mashuri Masjid Tegalsari di Pesantren Gerbang Tinatar Masuki M. Astro Matroni el-Moezany Matroni Muserang Max Arifin Maya Handhini Mbah Kalbakal Medco Media Jawa Timur Medri Osno Mega Vristian Mei Anjar Wintolo Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Memoar Purnama di Kampung Halaman Menggalang Dana Amal Mentari Meida Mh Zaelani Tammaka Michael Gunadi Widjaja Mien Uno (Ibunda Sandiaga Uno) Misbahul Huda Misbahus Surur Moch. Faisol Mochammad A. Tomtom Moh Samsul Arifin Moh. Ghufron Cholid Mohamad Ali Hisyam Mohammad Afifi Mohammad Rafi Azzamy Mts Putra-Putri Simo-Sungelebak Muh Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ghannoe Muhammad Ghufron Muhammad Hidayat Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad N. Hassan Muhammad Rain Muhammad Taufik Muhammad Yasir Muhammad Zia Ulhaq Muhammadun A.S. Muhibin AM Muhidin M Dahlan Mujtahid Mujtahidin Billah Mukafi Niam Mukhsin Amar Mukti Sutarman Espe Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Mun'im Sirry Muntamah Cendani Museum Bikon Blewut Ledalero Musfarayani Musfi Efrizal Musyayana Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Nabi Adam Nanang Fahrudin Nandang Darana Naskah Monolog Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Ni Luh Made Pertiwi F Nindya Herdianti Ninin Nurzalina Wati Nitis Sahpeni Nono Anwar Makarim Noor H. Dee Noorsam Noval Jubbek Novel Pekik Novianti Setuningsih Nu’man ‘Zeus’ Anggara Nur Hamzah Nur Haryanto Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nuruddin Al Indunissy Nurul Aini Nurul Anam Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nuswantoro Nyimas Nyoman Tingkat Obrolan Oktamandjaya Wiguna Oky Sanjaya Opini Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Oyos Saroso H.N. Padepokan Lemah Putih Surakarta Pagelaran Musim Tandur Pameran Seni Rupa Panda MT Siallagan Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Pekan Literasi Lamongan Pelukis Dahlan Kong Pelukis Jumartono Pelukis Saron Pelukis Senior Tarmuzie Pendidikan Penerbit SastraSewu Penerbitan dan Toko Buku PUstaka puJAngga Lamongan Pengajian Pengetahuan Perang Peringatan Hari Pahlawan 10 November Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW Pesantren An Nawawi Tanara (Penata) Pesantren Kampung Inggris Peserta TEMU SASTRA JAWA TIMUR 2011 Petrik Matanasi Pilang Tejoasri Laren Lamongan Pilang Tejoasri Laren Lamongan Jawa Timur Pilkada Piramid Giza Politik Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang Pradana Boy ZTF Pradaningrum Mijarto Pramoedya Ananta Toer Prih Prawesti Febriani Pringadi AS Prof Dr Achmad Zahro Prof Dr Aminuddin Kasdi Profil MA Matholi'ul Anwar Prosa Puisi Puisi Menolak Korupsi Puisi Menolak Korupsi (PMK) Puji Hartanto Puji Santosa Puput Amiranti N Purwanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Puspita Rose Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putri Utami Putu Satria Kusuma Putu Setia Putu Wijaya R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R.Ng. Ronggowarsito Rabdul Rohim Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahmat Sazaly Rahmat Sularso Nh Raihul Fadjri Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Rambuana Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Redland Movie Rengga AP Reni Lismawati Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Riadi Ngasiran Rian Sindu Ribut Wijoto Rieke Diah Pitaloka Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Rizka Halida Rizky Putri Pratimi Robin Al Kautsar Rocky Gerung Rodli TL Rofiqi Hasan Rohmad Hadiwijoyo Rohmah Maulidia Rohman Abdullah Rojiful Mamduh Rosdiansyah Rosi Rosidi Roso Titi Sarkoro Rumah Budaya Pantura (RBP) Rumah Budaya Pantura Lamongan Rumah Literasi Rx King Motor S Yoga S. Jai S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabrank Suparno Saiful Amin Ghofur Saifur Rohman Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sandiaga Uno Sanggar Pasir Sanggar Pasir Art and Culture Santi Puji Rahayu Sapardi Djoko Damono Sardono W Kusumo Sartika Sari Sarworo Sp Sastra Facebook Satmoko Budi Santoso Satrio Lintang Satyagraha Hoerip Saut Situmorang Savidapius Sayuri Yosiana Sayyid Fahmi Alathas Sejarah Sekolah Literasi Gratis SelaSAstra Boenga Ketjil SelaSAstra Boenga Ketjil #23 SelaSAstra Boenga Ketjil #24 Seni Ambeng Ponorogo Senirupa Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Shofiyatuz Zahroh Shohebul Umam JR Sholihul Huda Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Silfia Hanani Sindu Putra Sita Planasari Aquadini Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Hadi Purnomo Soediro Satoto Soegiharto Soeprijadi Tomodihardjo Soetanto Soepiadhy Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sony Wibisono Sosiawan Leak Sreismitha Wungkul Sri Igustin Sri Mulyani Sri Wintala Achmad Sriyanto Danoesiswoyo Stefanus P. Elu Stevani Elisabeth STKIP PGRI Ponorogo Student Center Kampus ISI Yogyakarta Subagio Sastrowardoyo Suci Ayu Latifah Sudarmoko Sugeng Ariyadi Sukitman Sumenep Sumiati Anastasia Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungelebak Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Suripto SH Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suwardi Endraswara Suyadi San Syafrizal Sahrun Syaifuddin Gani Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Syamsul Arifin Syamsul Rizal Syi'ir Syifa Amori Syifa Aulia T.A. Sakti Tajuddin Noor Ganie Tamrin Bey dan Robin Al Kautsar TanahmeraH ArtSpace Tarpin A. Nasri Taufik Rachman Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Teater Air Teater Bias Teater Biru Teater Cepak Teater Dua Teater Kanjeng Teater Lingkar Merah Putih Teater Mikro Teater nDrinDinG Teater Nusa Teater Padi Teater Roda UNISDA Lamongan Teater Sakalintang Teater Tali Mama Teater Taman Teater Tawon Teater Tewol Teguh LR Temu Karya Teater Jawa Timur XXI Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Teori Darwin Teori Fisika Hawking Tgk Abdullah Lam U Tharie Rietha The Ibrahim Hosen Institute Theresia Purbandini Thomas Koten Tien Rostini Timur Arif Riyadi Tjahjono Widarmanto Tjut Zakiyah Anshari Toeti Adhitama Tosa Poetra Tri Andhi S Triyanto triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S Tutut Herlina Ucu Agustin Udo Z. Karzi Ulil Abshar-Abdalla Umar Fauzi Uniawati Unieq Awien Universitas Jember Usman Arrumy Ustadz Bangun Samudra Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Vassilisa Agata Veven Sp. Wardhana Viddy AD Daery Video Vino Warsono Virdika Rizky Utama Vita Devi Ajeng Pratiwi W. Haryanto W.S. Rendra Wakos R. Gautama Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Suryandoko William Shakespeare Wisnu Kisawa Wiwik Widiyati Wong Wing King Wuri Kartiasih Y. Wibowo Yayasan Thoriqotul Hidayah 1 Yayat R. Cipasang Yesi Devisa Yesi Devisa Putri Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yonathan Rahardjo Yudhi Herwibowo Yudi Latif Yulianto Yuliawati Yunanto Sutyastomo Yunus Supriyanto Yurnaldi Yushifull Ilmy Yusri Fajar Yusuf AN Yusuf Suharto Yusuf Wibisono Yuval Noah Harari Yuyuk Sugarman Z. Mustopa Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zarra Martsella Zawawi Se Zed Abidien Zehan Zareez Zen Hae Zii Zuhdi Swt