Hendro Situmorang
suarapembaruan.com 2 Okt2012
Jangan pernah meremehkan arti dari sebuah tulisan. Itulah prinsip dari seorang Dewi Lestari yang memulai menulis sejak kelas 5 SD. Ia pernah menggarap serius untuk sebuah novel tentang anak kecil Rumahku Indah Sekali.
Walaupun cerita itu tidak selesai, tetapi menulis dilakukan sepenuh hati sampai satu buku tulis habis. Menulis adalah sebuah hobi yang dipendam dan akhirnya menjadi kebiasaan dan kebutuhan. Wanita yang biasa disapa Dee itu hanya berani berbagi tulisan kepada keluarga atau orang-orang dekat.
“Dalam proses saya sebagai seorang penulis baik penulis biasa, novel dan skenario, sering kali saya temukan dan mengalami keajaiban-keajaiban. Saya meyakini bahwa setiap karya memiliki nyawa. Itulah yang akhirnya membuat saya menulis dan terus menulis,” ungkapnya saat peluncuran film Perahu Kertas (PK) di Jakarta, Senin (1/10).
Meski ia tak berwadah dan berwujud, karya seolah memiliki garis takdir, degup kehidupan, dan keinginannya sendiri. Jika diingat hal itu dan bagaimana film PK yang diangkat dari novelnya sendiri, akhirnya memecah menjadi dua bagian. Dee pun hanya bisa tersenyum, meskipun sebelumnya pernah hadir dalam format novel digital pada 2007.
Baginya, ia bisa saja berencana, tapi pada akhirnya karya seni ini menemukan jalannya sendiri.
“Awalnya tentu saja saya kaget. Saya tidak menyangka, novel karangan saya diputuskan oleh para produser untuk dibuat menjadi dua bagian. Karena sebenarnya naskah skenario yang saya buat hanya 98 halaman. Begitu saya diberitahukan akan dibuat dua bagian di film ini, sontak saya harus menanggung konsekuensi yang cukup berat erhadap penonton di film Perahu Kertas 2 ini,” jelas penulis novel serial Supernova itu.
PK pun mengumpulkan jumlah penonton terbanyak Lebaran lalu sebayak hampir 600 ribu penonton. Itu jugalah yang barangkali ingin diungkapkan oleh film tersebut pada masyarakat luas yang terbilang mampu menyihir penonton bioskop. Sebuah seni dalam memahami arus kehidupan, bagaimana cara berpasrah sekaligus siap menerima berbagai kejutan.
Banyak Tawaran
Diakui, banyak beberapa penerbit yang meminang naskah PK, yang tertarik membawa kisah sejoli Keenan dan Kugy ke level sinema atau film. Nyonya Reza Gunawan itu pun mengajukan agar dirinya yang menulis skenario dan dilibatkan dalam pemilihan casting. Hal itu penting untuk menggawangi adaptasi novel Dee yang paling membumi.
Banyak pembaca terutama remaja jatuh hati kepada karakter tokoh-tokoh yang ditulisnya. Dalam menulis, perlu terwakilkan pembaca dalam alur yang tergurat di dalamnya. Menurut Dee, banyak pemicu untuk menulis kisah-kisah ceritanya, bahkan perlu diketahui bahwa Dewi menulis PK saat duduk di bangku kuliah.
Pelantun Malaikat Juga Tahu itu juga menggandrungi komik Jepang, format cerita serial, lagu Indigo Girls, dan banyak film. Beragam kegemaran itu pun menjadi bumbu dalam setiap karya-karyanya. Peraih Writer of The Year 2008 versi Majalah Prestige Magazin itu mengaku bahwa.PK satu dari beberapa proyek besar Dewi.
Dua novel lainnya segera menyusul ke layar perak. Rectoverso dibuat dengan konsep kumpulan film pendek. Beberapa sutradara wanita pun direkrut mengerjakan karya tulisannya seperti Malaikat Juga Tahu, Firasat, Cicak Di Dinding, Curhat Buat Sahabat dan Hanya Isyarat.
Personil RSD (Rita, Sita, Dewi) itu mengatakan proses syutingnya sudah selesai dan sekarang sedang menggarap penggabungan plot kelima cerita. Jadi, masih tahap penyuntingan. Rencananya dirilis pada awal 2013.
Satu lagi novel Dee yang tengah memasuki tahap produksi, adalah Madre. Benni Setyawan, sutradara 3 Hati 2 Dunia 1 Cinta dipercaya mengarahkan proyek ambisius ini. Tiga novel yang mengalir ke meja produser adalah bukti kecerdasan Dee dalam menggagas cerita. Sebelum bakatnya diamini seniman gambar bergerak, beberapa musisi lebih dulu memuji atas kejelian Dee memilih kata demi kata.
Dijumput dari: http://www.suarapembaruan.com/kiprah/dewi-lestari-temukan-keajaiban-dalam-tulisan/25352
suarapembaruan.com 2 Okt2012
Jangan pernah meremehkan arti dari sebuah tulisan. Itulah prinsip dari seorang Dewi Lestari yang memulai menulis sejak kelas 5 SD. Ia pernah menggarap serius untuk sebuah novel tentang anak kecil Rumahku Indah Sekali.
Walaupun cerita itu tidak selesai, tetapi menulis dilakukan sepenuh hati sampai satu buku tulis habis. Menulis adalah sebuah hobi yang dipendam dan akhirnya menjadi kebiasaan dan kebutuhan. Wanita yang biasa disapa Dee itu hanya berani berbagi tulisan kepada keluarga atau orang-orang dekat.
“Dalam proses saya sebagai seorang penulis baik penulis biasa, novel dan skenario, sering kali saya temukan dan mengalami keajaiban-keajaiban. Saya meyakini bahwa setiap karya memiliki nyawa. Itulah yang akhirnya membuat saya menulis dan terus menulis,” ungkapnya saat peluncuran film Perahu Kertas (PK) di Jakarta, Senin (1/10).
Meski ia tak berwadah dan berwujud, karya seolah memiliki garis takdir, degup kehidupan, dan keinginannya sendiri. Jika diingat hal itu dan bagaimana film PK yang diangkat dari novelnya sendiri, akhirnya memecah menjadi dua bagian. Dee pun hanya bisa tersenyum, meskipun sebelumnya pernah hadir dalam format novel digital pada 2007.
Baginya, ia bisa saja berencana, tapi pada akhirnya karya seni ini menemukan jalannya sendiri.
“Awalnya tentu saja saya kaget. Saya tidak menyangka, novel karangan saya diputuskan oleh para produser untuk dibuat menjadi dua bagian. Karena sebenarnya naskah skenario yang saya buat hanya 98 halaman. Begitu saya diberitahukan akan dibuat dua bagian di film ini, sontak saya harus menanggung konsekuensi yang cukup berat erhadap penonton di film Perahu Kertas 2 ini,” jelas penulis novel serial Supernova itu.
PK pun mengumpulkan jumlah penonton terbanyak Lebaran lalu sebayak hampir 600 ribu penonton. Itu jugalah yang barangkali ingin diungkapkan oleh film tersebut pada masyarakat luas yang terbilang mampu menyihir penonton bioskop. Sebuah seni dalam memahami arus kehidupan, bagaimana cara berpasrah sekaligus siap menerima berbagai kejutan.
Banyak Tawaran
Diakui, banyak beberapa penerbit yang meminang naskah PK, yang tertarik membawa kisah sejoli Keenan dan Kugy ke level sinema atau film. Nyonya Reza Gunawan itu pun mengajukan agar dirinya yang menulis skenario dan dilibatkan dalam pemilihan casting. Hal itu penting untuk menggawangi adaptasi novel Dee yang paling membumi.
Banyak pembaca terutama remaja jatuh hati kepada karakter tokoh-tokoh yang ditulisnya. Dalam menulis, perlu terwakilkan pembaca dalam alur yang tergurat di dalamnya. Menurut Dee, banyak pemicu untuk menulis kisah-kisah ceritanya, bahkan perlu diketahui bahwa Dewi menulis PK saat duduk di bangku kuliah.
Pelantun Malaikat Juga Tahu itu juga menggandrungi komik Jepang, format cerita serial, lagu Indigo Girls, dan banyak film. Beragam kegemaran itu pun menjadi bumbu dalam setiap karya-karyanya. Peraih Writer of The Year 2008 versi Majalah Prestige Magazin itu mengaku bahwa.PK satu dari beberapa proyek besar Dewi.
Dua novel lainnya segera menyusul ke layar perak. Rectoverso dibuat dengan konsep kumpulan film pendek. Beberapa sutradara wanita pun direkrut mengerjakan karya tulisannya seperti Malaikat Juga Tahu, Firasat, Cicak Di Dinding, Curhat Buat Sahabat dan Hanya Isyarat.
Personil RSD (Rita, Sita, Dewi) itu mengatakan proses syutingnya sudah selesai dan sekarang sedang menggarap penggabungan plot kelima cerita. Jadi, masih tahap penyuntingan. Rencananya dirilis pada awal 2013.
Satu lagi novel Dee yang tengah memasuki tahap produksi, adalah Madre. Benni Setyawan, sutradara 3 Hati 2 Dunia 1 Cinta dipercaya mengarahkan proyek ambisius ini. Tiga novel yang mengalir ke meja produser adalah bukti kecerdasan Dee dalam menggagas cerita. Sebelum bakatnya diamini seniman gambar bergerak, beberapa musisi lebih dulu memuji atas kejelian Dee memilih kata demi kata.
Dijumput dari: http://www.suarapembaruan.com/kiprah/dewi-lestari-temukan-keajaiban-dalam-tulisan/25352
Tidak ada komentar:
Posting Komentar