Sumber: http://festivalsenisurabaya.com/
Ratusan sastrawan dan penggiat sastra besok mulai pukul 09.00 pagi, Selasa (9/11/2010), dipastikan berkumpul di Balai Pemuda Surabaya. Para sastrawan bakal mengerahkan pemikiran dan imajinasinya untuk memprediksi kesusastraan Indonesia 25 tahun ke depan.
Acara bertajuk “Gebyar Sehari Sastra” ini digelar Festival Seni Surabaya 2010. Rangkaian acara dimulai pukul 09.00 pagi. Acara disajikan melalui kemasan talk show. Ada pembicara Kris Budiman (kritikus sastra), S Yoga (novelis), dan Afrizal Malna (penyair). Pandangan pembicara bakal ditanggapi oleh tiga panelis. Mereka adalah Ayu Sutarto (budayawan), Tjahjono Widijanto (penyair), dan Budi Darma (novelis). Talk show bakal dipandu moderator asal Cirebon, yakni Ahmad Syubbanuddin Alwy.
Ketua Umum FSS 2010, Basuki Babussalam memaparkan, ranah sastra membutuhkan perdebatan yang melambung jauh. Tidak saja bersandar pada kondisi sastra saat ini, perdebatan melibatkan kondisi kesusastraan jauh di masa silam.
“Orientasinya pun di arahkan jauh ke depan. Tidak hanya untuk kepentingan satu atau lima tahun ke depan, visi yang usung melompat hingga ke puluhan tahun mendatang. Inilah saatnya memperdebatkan kondisi kesusastraan 25 tahun ke depan,” katanya, Senin (8/11/2010).
Menurutnya, lompatan jauh ke depan ini penting digagas untuk memberi ruang bagi fantasi, prediksi, dan utopia. “Pemberian ruang-ruang tersebut diharapkan menghasilkan pemikiran yang segar dan inspiratif. Tentu saja tetap bersandar pada realitas sekarang. Pun juga, perdebatan melibatkan jejak-jejak peristiwa maupun perkembangan yang telah diraih dalam sejarah kesusastraan Indonesia selama ini,” paparnya.
Usai talk show, acara dilanjutkan dengan launching buku cerpen “Cerita Singkat dan Tafsir Politik” karya Beni Setia. Pembahas adalah Fahruddin Nasrullah. Dilanjutkan dengan launching buku puisi “Wong Kam Pung” dari penyair F Aziz Manna dengan pembahas Triyanto Triwikromo.
Malam harinya, pengunjung akan disuguhi berbagai pertunjukan sastra. “Ada Tan Lioe Ie dari Bali, Budi Palopo dari Surabaya, Masyarakat Lumpur dari Bangkalan, dan Sosiawan Leak dari Solo. Ini sangat spektakuler,” imbuhnya.
Di sela pertunjukan sastra, ada pembacaan puisi dari tiga pemenang lomba baca puisi pelajar se Jawa Timur. Ada pula pengumuman hasil lomba cipta cerpen nasional. “Dua lomba itu merupakan rangkaian acara Pra FSS yang digelar bulan Oktober lalu,” katanya.
Lantas, siapakah para pemenang lomba cerpen FSS? Basuki Babussalam tidak mau membocorkan. Hanya saja, berdasarkan informasi dari beberapa panitia, 10 pemenang lomba didominasi oleh sastrawan Surabaya. Mereka adalah S Jai, Hanif Nasrullah, Sulfiza, Ahmad Faishal, Hanna Fransisca, Agus Budiawan, Zaki Zubaidi, Denny Prabowo, Guntur Alam, dan Choirul Wadud. [but]
Ratusan sastrawan dan penggiat sastra besok mulai pukul 09.00 pagi, Selasa (9/11/2010), dipastikan berkumpul di Balai Pemuda Surabaya. Para sastrawan bakal mengerahkan pemikiran dan imajinasinya untuk memprediksi kesusastraan Indonesia 25 tahun ke depan.
Acara bertajuk “Gebyar Sehari Sastra” ini digelar Festival Seni Surabaya 2010. Rangkaian acara dimulai pukul 09.00 pagi. Acara disajikan melalui kemasan talk show. Ada pembicara Kris Budiman (kritikus sastra), S Yoga (novelis), dan Afrizal Malna (penyair). Pandangan pembicara bakal ditanggapi oleh tiga panelis. Mereka adalah Ayu Sutarto (budayawan), Tjahjono Widijanto (penyair), dan Budi Darma (novelis). Talk show bakal dipandu moderator asal Cirebon, yakni Ahmad Syubbanuddin Alwy.
Ketua Umum FSS 2010, Basuki Babussalam memaparkan, ranah sastra membutuhkan perdebatan yang melambung jauh. Tidak saja bersandar pada kondisi sastra saat ini, perdebatan melibatkan kondisi kesusastraan jauh di masa silam.
“Orientasinya pun di arahkan jauh ke depan. Tidak hanya untuk kepentingan satu atau lima tahun ke depan, visi yang usung melompat hingga ke puluhan tahun mendatang. Inilah saatnya memperdebatkan kondisi kesusastraan 25 tahun ke depan,” katanya, Senin (8/11/2010).
Menurutnya, lompatan jauh ke depan ini penting digagas untuk memberi ruang bagi fantasi, prediksi, dan utopia. “Pemberian ruang-ruang tersebut diharapkan menghasilkan pemikiran yang segar dan inspiratif. Tentu saja tetap bersandar pada realitas sekarang. Pun juga, perdebatan melibatkan jejak-jejak peristiwa maupun perkembangan yang telah diraih dalam sejarah kesusastraan Indonesia selama ini,” paparnya.
Usai talk show, acara dilanjutkan dengan launching buku cerpen “Cerita Singkat dan Tafsir Politik” karya Beni Setia. Pembahas adalah Fahruddin Nasrullah. Dilanjutkan dengan launching buku puisi “Wong Kam Pung” dari penyair F Aziz Manna dengan pembahas Triyanto Triwikromo.
Malam harinya, pengunjung akan disuguhi berbagai pertunjukan sastra. “Ada Tan Lioe Ie dari Bali, Budi Palopo dari Surabaya, Masyarakat Lumpur dari Bangkalan, dan Sosiawan Leak dari Solo. Ini sangat spektakuler,” imbuhnya.
Di sela pertunjukan sastra, ada pembacaan puisi dari tiga pemenang lomba baca puisi pelajar se Jawa Timur. Ada pula pengumuman hasil lomba cipta cerpen nasional. “Dua lomba itu merupakan rangkaian acara Pra FSS yang digelar bulan Oktober lalu,” katanya.
Lantas, siapakah para pemenang lomba cerpen FSS? Basuki Babussalam tidak mau membocorkan. Hanya saja, berdasarkan informasi dari beberapa panitia, 10 pemenang lomba didominasi oleh sastrawan Surabaya. Mereka adalah S Jai, Hanif Nasrullah, Sulfiza, Ahmad Faishal, Hanna Fransisca, Agus Budiawan, Zaki Zubaidi, Denny Prabowo, Guntur Alam, dan Choirul Wadud. [but]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar