Sumber: http://www.radarjogja.co.id/
Tak banyak penulis yang fokus pada penulisan naskah lakon. Kebanyakan mereka lebih memilih menciptakan karya cerpen, maupun novel. Jika dilihat dari sisi jumlah, penulis naskah lakon terbilang sangat sedikit jika dibandingkan dengan pementasan yang digelar. Tak ayal, banyak pementasan yang akhirnya mengambil naskah lakon dari penulis luar negeri.
Berangkat dari kenyataan itu, lima penulis memulai sebuah percobaan yang tak main-main. Mereka membuat karya naskah lakon yang kemudian dikumpulkan dalam satu buku berjudul “Perbuatan Serong, Sejumlah Lakon Realis”. Kelima penulis itu ialah, Naomi Srikandi, Ibed Surgana Yuga, Hanna Fransisca, Gunawan Maryanto dan Andri Nur Latif. Tujuannya untuk lebih menghidupkan kembali penulisan naskah lakon.
Peluncuran buku “Perbuatan Serong, Sejumlah Lakon Realis” dilakukan di Studio Teater Garasi. Selain diskusi bersama Heru Kesawa Murti, juga dibacakan dua naskah milik Naomi dan Hanna.
Menurut Naomi, ide awal penulisan naskah lakon ini berasal dari sebuah forum penulis. Dari situ muncul sebuah gagasan untuk menghidupkan kembali naskah lakon. Karena dari forum itu, tak ada sama sekali yang menuliskan karya naskah lakon. Kebanyakan adalah cerpen, novel, dan naskah monolog.
“Penulis memang banyak, tapi yang menulis naskah lakon itu sedikit sekali. Mungkin karena prospeknya kurang kelihatan ya, sebab tak ada media yang menampung naskah lakon. Padahal kalau dipikir-pikir banyak peraih nobel sastra dari penulis naskah lakon. Kenapa tidak mencoba menghidupkan kembali, makanya dari forum itu kita adakan penulisan naskah lakon yang kemudian dibukukan,” ujarnya panjang lebar.
Naomi menuturkan, dalam buku ini dirinya menulis naskah lakon yang berjudul sama dengan judul buku yang dilaunching. Perbuatan Serong, naskah yang proses pembuatannya membutuhkan waktu lebih dari satu tahun.
Naskah lakon ini menceritakan seorang bergelar PhD yang memilih menjadi seorang gigolo. Inspirasinya berasal dari kisah-kisah yang dituliskan di sebuah website buatan orang Aerika.
“Awalnya kurang percaya diri untuk menulis naskah lakon. Penulis naskah lakon harus membayangkan saat naskah itu di pentaskan, maka itu harus detail. Namun berkat dorongan teman-teman akhirnya bisa juga membuatnya,” ungkapnya.
Menurut Naomi, buku dijual secara online. Jadi untuk launching ini hanya dicetak sedikit saja. Selebihnya, buku bisa pesan dengan harga buku Rp 40 ribu. Did alamnya, ada enam judul naskah lakon yang disajikan.
Terpisah, Heru Kesawa Murti dalam diskusi mengakui bahwa dilihat dari jumlah penulis naskah lakon sangat jarang. Apalagi dibandingkan dengan pementasan yang ada ataupun permintaan dari industri televisi.
"Maka itu, dengan adanya gebrakan pembuatan naskah lakon ini diharapkan bisa memicu para penulis untuk kembali mendayakan penulisan naskah," paparnya. (ila)
02 May 2011
Tak banyak penulis yang fokus pada penulisan naskah lakon. Kebanyakan mereka lebih memilih menciptakan karya cerpen, maupun novel. Jika dilihat dari sisi jumlah, penulis naskah lakon terbilang sangat sedikit jika dibandingkan dengan pementasan yang digelar. Tak ayal, banyak pementasan yang akhirnya mengambil naskah lakon dari penulis luar negeri.
Berangkat dari kenyataan itu, lima penulis memulai sebuah percobaan yang tak main-main. Mereka membuat karya naskah lakon yang kemudian dikumpulkan dalam satu buku berjudul “Perbuatan Serong, Sejumlah Lakon Realis”. Kelima penulis itu ialah, Naomi Srikandi, Ibed Surgana Yuga, Hanna Fransisca, Gunawan Maryanto dan Andri Nur Latif. Tujuannya untuk lebih menghidupkan kembali penulisan naskah lakon.
Peluncuran buku “Perbuatan Serong, Sejumlah Lakon Realis” dilakukan di Studio Teater Garasi. Selain diskusi bersama Heru Kesawa Murti, juga dibacakan dua naskah milik Naomi dan Hanna.
Menurut Naomi, ide awal penulisan naskah lakon ini berasal dari sebuah forum penulis. Dari situ muncul sebuah gagasan untuk menghidupkan kembali naskah lakon. Karena dari forum itu, tak ada sama sekali yang menuliskan karya naskah lakon. Kebanyakan adalah cerpen, novel, dan naskah monolog.
“Penulis memang banyak, tapi yang menulis naskah lakon itu sedikit sekali. Mungkin karena prospeknya kurang kelihatan ya, sebab tak ada media yang menampung naskah lakon. Padahal kalau dipikir-pikir banyak peraih nobel sastra dari penulis naskah lakon. Kenapa tidak mencoba menghidupkan kembali, makanya dari forum itu kita adakan penulisan naskah lakon yang kemudian dibukukan,” ujarnya panjang lebar.
Naomi menuturkan, dalam buku ini dirinya menulis naskah lakon yang berjudul sama dengan judul buku yang dilaunching. Perbuatan Serong, naskah yang proses pembuatannya membutuhkan waktu lebih dari satu tahun.
Naskah lakon ini menceritakan seorang bergelar PhD yang memilih menjadi seorang gigolo. Inspirasinya berasal dari kisah-kisah yang dituliskan di sebuah website buatan orang Aerika.
“Awalnya kurang percaya diri untuk menulis naskah lakon. Penulis naskah lakon harus membayangkan saat naskah itu di pentaskan, maka itu harus detail. Namun berkat dorongan teman-teman akhirnya bisa juga membuatnya,” ungkapnya.
Menurut Naomi, buku dijual secara online. Jadi untuk launching ini hanya dicetak sedikit saja. Selebihnya, buku bisa pesan dengan harga buku Rp 40 ribu. Did alamnya, ada enam judul naskah lakon yang disajikan.
Terpisah, Heru Kesawa Murti dalam diskusi mengakui bahwa dilihat dari jumlah penulis naskah lakon sangat jarang. Apalagi dibandingkan dengan pementasan yang ada ataupun permintaan dari industri televisi.
"Maka itu, dengan adanya gebrakan pembuatan naskah lakon ini diharapkan bisa memicu para penulis untuk kembali mendayakan penulisan naskah," paparnya. (ila)
02 May 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar