Sabtu, 26 Februari 2011

Mengingat Nautilus, Menengok Lovinesha

Abdul Aziz Rasjid
Bulletin Sastra Pawon edisi 29 III/2010

Lewat tengah hari, 21 Maret 1868, Kapten Nemo menggelar bendera hitam bertuliskan huruf emas N yang terputus–putus di atas kain tipis. Dia, lalu berpaling ke arah matahari yang mengirimkan sinar terakhirnya menjilati laut. Di Kutub Selatan, Kapten yang penuh teka-teki itu berdiri di puncak medan yang setengah porfiris setengah basalt, memandang hamparan ice-field yang menyilaukan, terkesima oleh Nautilus kapal selamnya yang terlihat seakan cetace sedang tidur.


Di Lingkungan udara yang berbau belerang itu, Kapten Nemo teringat pada pelaut-pelaut yang selalu gagal menginjakkan kaki di Kutub Selatan. Dia pun lalu berucap: “Selamat berpisah, matahari! Pergilah, benda langit yang berkilau! Tidurlah di bawah laut tanpa es ini. Biarkan malam enam bulan mengembangkan kegelapannya di atas tanah milik saya yang baru ini!”

Tapi, Kapten Nemo tak ditakdirkan untuk kembali ke Kutub Selatan. Nautilus, kapal selam yang perkasa itu terseret ke dalam Maelstrom —pusaran samudera— di perairan Norwegia. Dengan sengaja atau tidak, ke pusaran itulah Nautilus telah dibawa oleh sang Kapten setelah bertualang 20.000 mil di bawah lautan, mengunjungi Suez sampai Amazon, menemukan Atlantis, memandang penduduk asli Papua, mengamati penyelam di Kreta dan menenggelamkan sebuah kapal perang bersama seluruh kelasi-kelasinya. Di ujung petualangannya, Kapten Nemo hanya berucap, “Tuhan yang Maha Kuasa! Cukup! Cukup!”, dadanya yang ditekan tampak membusung oleh tangis.

/I/
Begitulah, sekelumit cerita Jules Verne dalam novel Vingt Mille Liues Sous Les Mers [1]. Kegemaran Verne memperdalam pengetahuan di bidang matematika, fisika, geografi, biologi fauna & flora untuk menunjang kerja kepengarangannya, pada akhirnya mengangkat namanya sebagai pionir sains fiction. Bahkan yang menarik, alat-alat yang ia imajinasikan dan ia idamkan dalam novelnya itu lalu menjadi realita di abad ke-20. Kapal selam nuklir pertama yang berhasil diciptakan manusia dinamakan Nautilus, serupa dengan nama kapal selam Kapten Nemo dalam novel itu.

Jules Verne yang lahir di Nantes, bagian utara negeri Prancis pada tahun 1828, memang menempatkan alat-alat yang ia imajinasikan dan idamkan bukan sekadar sebagai penunjang cerita. Verne seakan ingin membuat semacam rancangan yang dapat difungsikan oleh ilmuwan di masa mendatang, maka tak mengherankan jika ia juga menjelaskan secara rinci bayangan pembuatannya. Semisal tentang peralatan yang dibutuhkan dan bagaimana kapal selam Nautilus mendapat energi di bawah laut. Simak kutipan ini:

Inilah peralatan yang harus dimiliki untuk membikin Nautilus bergerak … Beberapa telah anda kenal. Barometer memantau tingkat kekeringan atmosfir, ‘strormglass’ jika terurai, campurannya mengabarkan kedatangan badai. Kompas menunjukkan jalan saya; sextan, melalui ketinggian matahari memberitahu saya garis lintang saya; akhirnya kaca pengintip cakrawala, di saat nautilus naik ke permukaan air (hlm. 91) … Anda mengetahui komposisi air laut. Dari seribu gram diperoleh sembilan puluh enam-perseratus setengah air, kira-kira dua-perseratus duapertiga klorur sodium, dalam jumlah kecil klorur magnesium dan potasium, bromur magnesium, sulfat magnesium, sulfat dan karbonat kapur. Jadi, Anda lihat bahwa di situ ada cukup klorur sodium. Dengan sodium yang saya ambil dari air laut itulah saya menciptakan kekuatan energi dari laut (hlm. 92-93)

Apakah dengan perincian semacam itu, novel Verne akan membosankan jika dibaca? Jawabnya tidak. Karena Verne juga piawai membentuk tokoh yang berkarakter dalam novelnya, meramu konflik, memerkarakan mitos dan tentu memuat unsur-unsur filosofis. Semisal saja, ketika kapten Nemo menjelaskan mengapa ia lebih memilih kehidupan di bawah laut. Simak kutipan berikut:

“Dapat dikatakan bumi dimulai dari laut, dan siapa tahu dia akan berakhir lewat laut pula. Laut adalah ketenangan yang paling tenang. Laut bukan milik orang-orang yang lalim. Di permukaan laut, orang-orang itu masih bertindak sewenang-wenang, berkelahi, saling melahap, menyebabkan semua kengerian duniawi. Tetapi pada 30 kaki di bawah permukaan laut, kekuasaan-kekuasaan itu berakhir. Pengaruh mereka berhenti, kekuatan mereka hilang … di situ ada kemerdekaan! Di situ saya tidak mengenal majikan. Hanya di situ saya bebas.!” (hlm. 81)

Teringat pada pentingnya kepiawaian memadukan sains dan pengolahan cerita dalam novel semacam Vingt Mille Liues Sous Les Mers karya Jules Verne itulah, saya kemudian ingin membicarakan novel Lovinesha (penerbit Galur&Inti Media Jogja: 2010) karya Inneke Eko[2]. Sebab setelah membaca 192 halaman selama dua malam, saya kira dalam beberapa sisi, novel Inneke —jika ditulis dengan kedetailan, ramuan konflik, keberanian mengembangkan daya ucap dan wawasannya— memiliki potensi untuk menjadi penuh wawasan dan memukau semacam karya Jules Verne. Sebab, tokoh dalam dua novel itu sama-sama digambarkan secara realis dengan memuat unsur tentang peralatan yang belum berhasil diciptakan oleh manusia di zamannya —Kapal Selam dalam novel Verne dan Mesin Waktu dalam novel Inneke— untuk bukan sekedar sebagai penunjang plot, bukan sekedar sebagai penguatan hukum sebab-akibat.

/II/
20 September 1980. Nesha menulis catatan hariannya dalam diary yang sampulnya bertuliskan LOVINESHA. “Dia bilang…dia hanya ingin menunda punya anak, sampai aku berumur 40 tahun! Ya Allah, apa artinya ini!!!”

Sebuah catatan yang mengejutkan, mungkin pula tampak konyol. Apalagi bila alasan keputusan hadir dari seorang suami dan tak dimengerti oleh sang istri, “Ya Allah, apa artinya ini!!!”. Bukankah anak adalah berkah tak terkira dalam hubungan rumah tangga. Lalu mengapa mesti menunggu sampai 40 tahun? Lalu apa yang sebenarnya terjadi?

Empat tahun kemudian, tepatnya 29 Agustus 2009. Nesha meneruskan catatan di diary-nya: “Dhias sayang, aku sudah tahu dari ayahmu tentangmu. Aku tak percaya. Tapi apa si yang Vino pikirkan waktu membuat mesin begitu… Tidak seharusnya dia mengorbankan kamu untuk membantu kami. Kalau seandainya Vino tidak berpikir cepat dan mengetahui kalau kamu itu anak kami dua puluh tahun yang akan datang, kemungkinan besar kamu akan kehilangan banyak waktumu di sana.”

Dalam catatan itu, ada seseorang yang memutuskan untuk mengubah sesuatu di masa lalu, sedang di pihak yang lain ada yang tak ingin mengubah masa depan. Masa lalu itu adalah orang tua bernama Nesha dan Vino, masa depan itu adalah seorang anak bernama Dhias. Ada perantara yang kemudian berhasil mempertemukan keluarga itu di masa lalu: Mesin Waktu yang dibuat demi LOVINESHA.

Tapi, mesin waktu itu tak menghasilkan kebahagiaan yang final, ada hal yang mampu diubah dan tak mampu diubah. Nesha dan Vino memang kemudian menikah di usia 20 tahunan —sebab sebelumnya mereka menikah di usia 40 tahun— karena sang Anak kembali ke masa lalu bersama mesin waktu untuk mengubah takdir pernikahan orangtuanya. Tetapi pada akhirnya sang anak, Dhias namanya ditunda kelahirannya sampai 20 tahun kemudian.

Pasalnya: Bila Dhias lahir sebelum usianya ibunya 40 tahun, maka Dhias dimungkinkan akan tiba di masa depan dengan keadaan berbeda. Maka disinilah menariknya, ibunya sebenarnya memilih mati saat melahirkan anaknya di usianya yang menuju renta[3]. Lewat Diary, ibu Dhias menuliskan pesan yang sebenarnya mengharukan walau ditulis dengan kesan ceria: Ibu mohon, kunjungi ibu kalau ada kesempatan. Oke, sayang.

Begitulah, sekelumit cerita yang dikisahkan Inneke Eko dalam novel Lovinesha. Berpangkal pada seorang anak yang menggunakan mesin waktu ciptaan ayahnya untuk mengubah takdir keluarga. Dalam novel Lovinesha, mesin waktu menjadi pintu, namun sayangnya ada yang terasa absen disana: kurang adanya kesungguhan untuk perhatian menggambaran secara detail guna menunjang kekuatannya sebagai imajinasi yang dapat mendudukkan potensi keluasan wawasan dan keberanian berpikir si juru cerita untuk memperkuat novelnya. Tak ada penggambaran rinci bagaimana mesin ini mesti dibuat. Inneke hanya menggambarkan wilayah permukaan. Simak paragraf ini:

Lampu-lampu aneh itu itu pastinya bukan lampu biasa. Entah cahaya dari mana. Hingga efek cahaya merah tadi membuat dia terperanjat kagum. Selama dia menggeluti sains, belum pernah ia melihat cahaya begitu (hlm. 32) … Kertas-kertas berisi sketsa dan juga kerangka-kerangka mesin. Di situ dia menemukan catatan bagaiman ayahnya membuat mesin pertama kali. Cara kerjanya, dan pembuatannya seperti apa (hlm. 33).

Cara kerja, gambaran sketsa juga kerangka-kerangka dan unsur-unsur pembuatan memang tak tampak untuk lebih dijelaskan. Maka, dapatlah diasumsikan bahwa mesin waktu hanya sekedar menjadi penunjang cerita. Yang saya sesalkan, Inneke sudah menyinggung Novel bertajuk The Time Machine karya H.G. Wells yang mencetuskan ide tentang perjalanan waktu dan kemungkinannya untuk menjadi kenyataan lewat pembenaran teori relativitas Einsten (hlm.39), sayangnya novel itu hanya dijadikan sebatas informasi, bukan referensi yang memperkuat, memperkaya cerita.

/III/
Dalam novel ini, mendudukkan pengimajinasian mesin waktu sebagai pusat cerita yang memperkaya kekhasan keluasan wawasan, kepiawaian dalam pengucapan juru cerita, atau keberanian untuk menyumbang masukan bagi penelitian ilmuwan di masa depan, agaknya harus dilupakan. Tapi, mungkin pula pernyataan saya akan terjawab tuntas ketika Dhias dalam cerita selanjutnya hendak menggunakan mesin waktu untuk bertemu dengan Albert Einsten (hal 192), dan menjelaskan dengan rinci tentang mesin waktu di antara petualangan-petualangan seru macam Kapten Nemo dalam Nautilus.

Untuk saat ini, saya lebih cocok, untuk menengok novel Lovinesha sebagai novel yang memiliki ciri sebagai novel populer[4] ketimbang novel serius, sebab setelah mencermati indikator dalamnya yang menyangkut unsur-unsur intrinsik novel, Lovinesha cenderung lebih mengangkat gambaran lika-liku keusilan dan kenakalan remaja di usia pubertas –tokoh-tokoh pentingnya bertemu sebagai siwa SMU dan latar peristiwa banyak di sekolah— dengan sifat khas remaja semacam mudah berkelahi dan minggat (ditampakkan lewat tokoh Vino) saat terjadi konflik semacam rebutan kekasih atau pertengkaran dengan orang tua. Penggambaran kekhasan remaja yang umum itu membuat tak ada kemungkinan lain bagi pembaca untuk memperoleh gambaran yang unik dan berbeda tentang remaja.

Garis besar yang saya tandai dalam Lovinesha, adalah pesan tentang upaya-upaya perencanaan manusia dalam mengidamkan keidealan hubungan keluarga. Dimana, setiap perencanaan tak mesti menghasilkan kebahagiaan yang final, harapan tak seratus persen berkesesuaian dengan kenyataan. (aar)

[1] Dalam edisi Bahasa Indonesia, novel ini berjudul 20.000 Mil di Bawah Lautan. Terj. Nh. Dini. Diterbitkan oleh Enigma Publishing: 2004.

[2] Lovinesha merupakan novel perdana Inneke eko, novel ini diberi kata pengantar berjudul “Telah Lahir Penulis Berbakat” oleh Ahmad Tohari. Inneke sendiri masih tercatat sebagai mahasisiwi fakultas KIP program Studi Pendidikan Matematika dan bergiat di Komunitas Sastra Bunga Pustaka Purwokerto.

[3] Baca hlm 26, paragraf tiga, novel Lovinesha. Di paragraf itu Dhias menceritakan bahwa ibunya meninggal sehari setelah Dia lahir.

[4] Uraian lengkap tentang ciri novel Populer dapat dibaca dalam buku 9 Jawaban Sastra Indonesia. Sebuah Orientasi Kritik yang ditulis Maman S. Mahayana (Bening Publishing, Jakarta Timur, 2005)

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Alexander A. Anzieb A. Aziz Masyhuri A. Dahana A. Khoirul Anam A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.C. Andre Tanama A.J. Susmana A.S. Laksana A’an Jindan AS Abd. Mun’im Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kirno Tanda Abdul Lathif Abdul Malik Abdul Rauf Singkil Abdul Walid Abdurrahman Wachid Abdurrahman Wahid Abid Rohmanu Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adek Alwi Adhi Pandoyo Adhitia Armitrianto Adhy Rical Adi Faridh Adian Husaini Adin Aditya Ardi N Adreas Anggit W. Adrizas Adu Pesona Sang Wakil Presiden RI AF. Tuasikal Afri Meldam Afrizal Malna AG. Alif Agama Agama Para Bajingan Agit Yogi Subandi Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Rakasiwi Agus Sulton Agus Wibowo Agus Wirawan Aguslia Hidayah AH J Khuzaini Ah. Atok Illah Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Anshori Ahmad Damanik Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Gaus Ahmad Hasan MS Ahmad Jauhari Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Naufel Ahmad S. Zahari Ahmad Syafii Maarif Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ainul Fiah Akbar Ananda Speedgo Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhmad Siddiq Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Akmal Nasery Basral Aksin Wijaya Al-Fairish Al-Ma'ruf I Al-Ma'ruf II Alang Khoiruddin Albert Camus Ali Mahmudi Ch Alia Swastika Alvi Puspita Alvin Amien Wangsitalaja Aminah Aming Aminoedhin Ana Mustamin Anam Rahus Anas AG Andhi Setyo Wibowo Andi Gunawan Andry Deblenk Angela Anggie Melianna Anindita S. Thayf Anis Ceha Anitya Wahdini Anjrah Lelono Broto Antologi Sastra Lamongan Anugerah Ronggowarsito Anwar Nuris Aprillia Ika Arida Fadrus Aridus Arie MP Tamba Arie Yani Arief Junianto Ariel Heryanto Ariera Arif Bagus Prasetyo Aris Kurniawan Armawati Arswendo Atmowiloto Art Sabukjanur Arti Bumi Intaran Arwan Aryo Wisanggeni Aryo Wisanggeni Gentong AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Ashadi Ik Asrama Mahasiswa Aceh Sabena Asro Kamal Rokan Astrid Reza Asvi Warman Adam Atafras Atok Witono Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Azwar Nazir Baca Puisi Badrus Siroj Bahrul Ulum A. Malik Balada Bambang kempling Bambang Riyanto Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bastian Zulyeno Beni Setia Benni Setiawan Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Koran Berita Utama Bernando J. Sujibto Bernarda Rurit Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Biografi Bre Redana Brunel University Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Jay Utomo Budi P. Hatees Budi Palopo Budi Setyarso Budi Sp. Indrajati Budiman S. Hartoyo Budiman Sudjatmiko Buku Kritik Sastra Buldanul Khuri Candrakirana Cangaan Ujungpangkah Gresik Jawa Timur Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cawapres Jokowi Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chavchay Syaifullah Choirul Rikzqa Christian Heru Cahyo Saputro Cover Buku D. Dudu AR D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dadang Widjanarko Damiri Mahmud Dani Fuadhillah Daniel Paranamesa Darju Prasetya Dati Wahyuni Dawet Jabung Ponorogo Dedykalee Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Desa Glogok Karanggeneng Lamongan Deshinta Arofah Dewi Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan Dewi Anggraeni Dian Sukarno Diana A.V. Sasa Didik Kusbiantoro Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diskusi buku Djadjat Sudradjat Djasepudin Djoko Pitono Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Djulianto Susantio Dody Kristianto Dody Yan Masfa Dorothea Rosa Herliany Dr Andi Irawan Dr Siti Muti’ah Setiawati Dr. Hilma Rosyida Ahmad Drs H Choirul Anam Drs. Solihin Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwidjo Maksum Dyah Ayu Fitriana Eddi Koben Edeng Syamsul Ma’arif Edy Apriyanto Sudiyono Edy Firmansyah Edy Susanto Efri Ritonga EH Ismail Eidi Krina Jason Sembiring Eka Budianta Eko Hartono Eko Hendrawan Sofyan Eko Hendri Saiful El Sahra Mahendra Elita Sitorini Elly Trisnawati Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Em. Syuhada' Emha Ainun Nadjib Encep Abdullah Eni Sulistiyawati Eny Rose Esai Ester Lince Napitupulu Etik Widya Evan Ys F Rahardi Fahrudin Nasrulloh Fahrur Rozi Fajar Alayubi Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fathan Mubarak Fathul Qodir Fathul Qorib Felix K. Nesi Festival Gugur Gunung Festival Seni Surabaya 2011 Festival Teater Religi Pelajar SLTA Se-kabupaten Lamongan Fikri. MS Fiqih Arfani Firman Daeva Forum Lingkar Pena Lamongan Forum Penulis dan Penggiat Literasi Lamongan (FP2L) Forum Santri Nasional Forum Santri Nasional (FSN) Free Hearty Galuh Tulus Utama Gandis Uka Ganug Nugroho Adi Gedung Sabudga UNISDA Lamongan Gendut Riyanto Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gesit Ariyanto Gita Pratama Glenn Fredly Goenawan Mohamad Golput Gombloh Gombloh (1948 – 1988) Grathia Pitaloka Gugun el-Guyanie Gunoto Saparie Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Dur H.B. Jassin Hadi Napster Hafis Azhari Halim HD Halimi Zuhdy Hamid Dabashi Han Gagas Hardi Hamzah Hari Prasetyo Haris Del Hakim Haris Saputra Hary B Kori’un Hasan Basri Marwah Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasyim Asy’ari Hendro Situmorang Henri Nurcahyo Henry H Loupias Hera Khaerani Heri CS Heri Kris Heri Latief Heri Listianto Herman RN Hernadi Tanzil Herry Lamongan Heru Kuntoyo Heru Kurniawan Hikmat Darmawan Holy Adib Hudan Hidayat Hujuala Rika Ayu Humaidi Humam S Chudori I Made Asdhiana I Nyoman Suaka I. B. Putera Manuaba IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ichwan Prasetyo Ida Fitri Ignas Kleden Ilham Safutra Ilham Wancoko Imam Munadjat Imam Nawawi Imam Zanatul Huaeri Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Iman Herdiana Imron Arlado Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indigo Art Space Madiun Indra Tjahyadi Indrian Koto Ingki Rinaldi Iqmal Tahir Is Faridatul Arifah Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Zulkarnain Isra’ Mi’raj Iswadi Pratama Iswara N Raditya Iva Titin Shovia Iwan Awaluddin Yusuf Iwan Gunadi J. Sumardianta Jamrin Abubakar Jansen Sinamo Janu Jolang Janual Aidi Javed Paul Syatha Jayaning S.A Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jemie Simatupang Jenny Ang Jiero Cafe Jihan Fauziah JJ. Kusni Jl Simo Jo Batara Surya Jodhi Yudono Joko Budhiarto Joko Sadewo Joko Sandur Joko Widodo Jones Gultom Joni Ariadinata Joresan Mlarak Ponorogo Joseph E. Stiglitz Jual Buku Paket Hemat Junus Satrio Jurnalisme Sastra K. Hirzuddin Hasbullah K.H. Anwar Manshur K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma’ruf Amin K.H. Masrikhan Asy'ari K.H. Mudzakir Ma'ruf Kadjie MM Kajian Kitab Nashoihul 'Ibad Kang Daniel Karanggeneng Kartika Foundation Kasanwikrama Kasnadi Katrin Bandel Kedai Kopi Sastra Kekal Hamdani Kemah Budaya Panturan (KBP) Kesenian KH. M. Najib Muhammad KH. Ma'ruf Amin Khairul Mufid Jr Khawas Auskarni Khoirul Anwar Khoirul Inayah Khoirul Naim Khoirul Rosyadi Ki Ompong Sudarsono Kitab Arbain Nawawi Kitab Puisi Suluk Berahi karya Gampang Prawoto Ko Hyeong Ryeol Koh Young Hun Koko Sudarsono Komaruddin Hidayat Kompas TV Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sastra Teater Lamongan (KOSTELA) Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Kopi Bubuk Mbok Djum Kopuisi Korban Gempa di Lombok Kospela KPRI IKMAL Lamongan Kris Razianto Mada Kritik Sastra Kurnia Sari Aziza Kurniawan Kusni Kasdut Kuswaidi Syafi’ie Kuswinarto Lagu Laili Rahmawati Laksmi Sitoresmi Lamongan Lan Fang Larung Sastra Lathifa Akmaliyah Latif Fianto Leila S. Chudori Leo Tolstoy Lina Kelana Listiyono Santoso Liya Izzatul Iffah Liza Wahyuninto Lucky Aditya Ramadhan Ludruk Jawa Timur Lukisan Lukman Alm Lukman Santoso Az Luqman Almishr Lustantini Septiningsih Lutfi S. Mendut Lynglieastrid Isabellita M Ismail M Zainuddin M. Afif Hasbullah M. Faizi M. Iqbal Dawami M. Irfan Hidayatullah M. Latief M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Lutfi M. Mushthafa M. Riza Fahlevi M. Yoesoef M.D. Atmaja M’Shoe Madrasah Ibtida’iyah Thoriqotul Hidayah 1 Maghfur Munif Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahmud Syaltut Usfa Mahwi Air Tawar Majelis Ulama Indonesia Makalah Tinjauan Ilmiah Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Mantan Pastur Hafidz Al-Qur'an Maqhia Nisima Mardi Luhung Margita Widiyatmaka Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Marjohan Marsel Robot Martin Aleida Martin Hatch Marwan Ja'far Marwita Oktaviana Marzuki Mustamar Mashuri Masjid Tegalsari di Pesantren Gerbang Tinatar Masuki M. Astro Matroni el-Moezany Matroni Muserang Max Arifin Maya Handhini Mbah Kalbakal Medco Media Jawa Timur Medri Osno Mega Vristian Mei Anjar Wintolo Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Memoar Purnama di Kampung Halaman Menggalang Dana Amal Mentari Meida Mh Zaelani Tammaka Michael Gunadi Widjaja Mien Uno (Ibunda Sandiaga Uno) Misbahul Huda Misbahus Surur Moch. Faisol Mochammad A. Tomtom Moh Samsul Arifin Moh. Ghufron Cholid Mohamad Ali Hisyam Mohammad Afifi Mohammad Rafi Azzamy Mts Putra-Putri Simo-Sungelebak Muh Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ghannoe Muhammad Ghufron Muhammad Hidayat Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad N. Hassan Muhammad Rain Muhammad Taufik Muhammad Yasir Muhammad Zia Ulhaq Muhammadun A.S. Muhibin AM Muhidin M Dahlan Mujtahid Mujtahidin Billah Mukafi Niam Mukhsin Amar Mukti Sutarman Espe Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Mun'im Sirry Muntamah Cendani Museum Bikon Blewut Ledalero Musfarayani Musfi Efrizal Musyayana Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Nabi Adam Nanang Fahrudin Nandang Darana Naskah Monolog Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Ni Luh Made Pertiwi F Nindya Herdianti Ninin Nurzalina Wati Nitis Sahpeni Nono Anwar Makarim Noor H. Dee Noorsam Noval Jubbek Novel Pekik Novianti Setuningsih Nu’man ‘Zeus’ Anggara Nur Hamzah Nur Haryanto Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nuruddin Al Indunissy Nurul Aini Nurul Anam Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nuswantoro Nyimas Nyoman Tingkat Obrolan Oktamandjaya Wiguna Oky Sanjaya Opini Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Oyos Saroso H.N. Padepokan Lemah Putih Surakarta Pagelaran Musim Tandur Pameran Seni Rupa Panda MT Siallagan Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Pekan Literasi Lamongan Pelukis Dahlan Kong Pelukis Jumartono Pelukis Saron Pelukis Senior Tarmuzie Pendidikan Penerbit SastraSewu Penerbitan dan Toko Buku PUstaka puJAngga Lamongan Pengajian Pengetahuan Perang Peringatan Hari Pahlawan 10 November Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW Pesantren An Nawawi Tanara (Penata) Pesantren Kampung Inggris Peserta TEMU SASTRA JAWA TIMUR 2011 Petrik Matanasi Pilang Tejoasri Laren Lamongan Pilang Tejoasri Laren Lamongan Jawa Timur Pilkada Piramid Giza Politik Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang Pradana Boy ZTF Pradaningrum Mijarto Pramoedya Ananta Toer Prih Prawesti Febriani Pringadi AS Prof Dr Achmad Zahro Prof Dr Aminuddin Kasdi Profil MA Matholi'ul Anwar Prosa Puisi Puisi Menolak Korupsi Puisi Menolak Korupsi (PMK) Puji Hartanto Puji Santosa Puput Amiranti N Purwanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Puspita Rose Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putri Utami Putu Satria Kusuma Putu Setia Putu Wijaya R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R.Ng. Ronggowarsito Rabdul Rohim Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahmat Sazaly Rahmat Sularso Nh Raihul Fadjri Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Rambuana Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Redland Movie Rengga AP Reni Lismawati Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Riadi Ngasiran Rian Sindu Ribut Wijoto Rieke Diah Pitaloka Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Rizka Halida Rizky Putri Pratimi Robin Al Kautsar Rocky Gerung Rodli TL Rofiqi Hasan Rohmad Hadiwijoyo Rohmah Maulidia Rohman Abdullah Rojiful Mamduh Rosdiansyah Rosi Rosidi Roso Titi Sarkoro Rumah Budaya Pantura (RBP) Rumah Budaya Pantura Lamongan Rumah Literasi Rx King Motor S Yoga S. Jai S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabrank Suparno Saiful Amin Ghofur Saifur Rohman Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sandiaga Uno Sanggar Pasir Sanggar Pasir Art and Culture Santi Puji Rahayu Sapardi Djoko Damono Sardono W Kusumo Sartika Sari Sarworo Sp Sastra Facebook Satmoko Budi Santoso Satrio Lintang Satyagraha Hoerip Saut Situmorang Savidapius Sayuri Yosiana Sayyid Fahmi Alathas Sejarah Sekolah Literasi Gratis SelaSAstra Boenga Ketjil SelaSAstra Boenga Ketjil #23 SelaSAstra Boenga Ketjil #24 Seni Ambeng Ponorogo Senirupa Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Shofiyatuz Zahroh Shohebul Umam JR Sholihul Huda Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Silfia Hanani Sindu Putra Sita Planasari Aquadini Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Hadi Purnomo Soediro Satoto Soegiharto Soeprijadi Tomodihardjo Soetanto Soepiadhy Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sony Wibisono Sosiawan Leak Sreismitha Wungkul Sri Igustin Sri Mulyani Sri Wintala Achmad Sriyanto Danoesiswoyo Stefanus P. Elu Stevani Elisabeth STKIP PGRI Ponorogo Student Center Kampus ISI Yogyakarta Subagio Sastrowardoyo Suci Ayu Latifah Sudarmoko Sugeng Ariyadi Sukitman Sumenep Sumiati Anastasia Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungelebak Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Suripto SH Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suwardi Endraswara Suyadi San Syafrizal Sahrun Syaifuddin Gani Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Syamsul Arifin Syamsul Rizal Syi'ir Syifa Amori Syifa Aulia T.A. Sakti Tajuddin Noor Ganie Tamrin Bey dan Robin Al Kautsar TanahmeraH ArtSpace Tarpin A. Nasri Taufik Rachman Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Teater Air Teater Bias Teater Biru Teater Cepak Teater Dua Teater Kanjeng Teater Lingkar Merah Putih Teater Mikro Teater nDrinDinG Teater Nusa Teater Padi Teater Roda UNISDA Lamongan Teater Sakalintang Teater Tali Mama Teater Taman Teater Tawon Teater Tewol Teguh LR Temu Karya Teater Jawa Timur XXI Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Teori Darwin Teori Fisika Hawking Tgk Abdullah Lam U Tharie Rietha The Ibrahim Hosen Institute Theresia Purbandini Thomas Koten Tien Rostini Timur Arif Riyadi Tjahjono Widarmanto Tjut Zakiyah Anshari Toeti Adhitama Tosa Poetra Tri Andhi S Triyanto triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S Tutut Herlina Ucu Agustin Udo Z. Karzi Ulil Abshar-Abdalla Umar Fauzi Uniawati Unieq Awien Universitas Jember Usman Arrumy Ustadz Bangun Samudra Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Vassilisa Agata Veven Sp. Wardhana Viddy AD Daery Video Vino Warsono Virdika Rizky Utama Vita Devi Ajeng Pratiwi W. Haryanto W.S. Rendra Wakos R. Gautama Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Suryandoko William Shakespeare Wisnu Kisawa Wiwik Widiyati Wong Wing King Wuri Kartiasih Y. Wibowo Yayasan Thoriqotul Hidayah 1 Yayat R. Cipasang Yesi Devisa Yesi Devisa Putri Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yonathan Rahardjo Yudhi Herwibowo Yudi Latif Yulianto Yuliawati Yunanto Sutyastomo Yunus Supriyanto Yurnaldi Yushifull Ilmy Yusri Fajar Yusuf AN Yusuf Suharto Yusuf Wibisono Yuval Noah Harari Yuyuk Sugarman Z. Mustopa Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zarra Martsella Zawawi Se Zed Abidien Zehan Zareez Zen Hae Zii Zuhdi Swt