Sabtu, 26 Februari 2011

AMERIKA DI BELAKANG DEWAN MILITER MESIR

Dr Siti Muti’ah Setiawati *
Pewawancara: Bernarda Rurit
http://www.korantempo.com/

Perhatian dunia selama setengah bulan terakhir ini terpusat di Mesir. Negeri eksotis dengan peradaban kuno yang amat agung itu kini berantakan karena krisis politik yang tak berkesudahan. Jutaan rakyat di negara di kawasan Timur Tengah itu menuntut Presiden Husni Mubarak, yang sudah 30 tahun berkuasa, mundur. Setelah 18 hari, Mubarak akhirnya memenuhi tuntutan itu dan menyerahkan kekuasaan pemerintah Mesir kepada Dewan Militer sejak Jumat, 10 Februari lalu.


Ketua Dewan Militer adalah Mohamed Hussein Tantawi, Menteri Pertahanan yang diangkat menjadi Wakil Perdana Menteri setelah pembubaran kabinet pada 29 Januari. Anggota Dewan Militer adalah Letnan Jenderal Sami Hafez Anan (Kepala Staf Angkatan Darat), Marsekal Reda Mahmoud Hafez Mohamed (Kepala Staf Angkatan Udara), Laksamana Madya Mohab Mamish (Kepala Staf Angkatan Laut), Abd el-Aziz Seif-Eldeen (Komandan Pertahanan Udara), dan Hassan al-Roueini (Panglima Komando Daerah Militer Kairo).

“Amerika Serikat berada di belakang Dewan Militer Mesir,” kata pakar Timur Tengah dari Universitas Gadjah Mada, Siti Muti'ah Setiawati.

Sebelum pergolakan di Mesir itu, tuntutan pergantian kekuasaan juga terjadi di Tunisia dan Yaman dalam selang waktu tak terlalu lama. Aksi itu terjadi karena rakyat menuntut perbaikan kehidupan.

Menurut Siti, yang kerap diundang menjadi pembicara di kampus-kampus di kawasan Timur Tengah, di negara yang masih dipimpin oleh raja atau emir, pergolakan serupa tak akan terjadi. “Pendapatan per kapita (negara kerajaan) berkisar US$ 20-40 ribu. Bandingkan dengan Mesir, yang hanya US$ 3.000,” katanya.

Titik--panggilan akrabnya--juga mengatakan tak ada satu pun mahasiswa Indonesia yang terlibat dalam proses penggulingan itu. “Mereka merasa tidak tahu diri kalau ikut campur urusan dalam negeri Mesir, sementara sekolahnya dibiayai oleh pemerintah Mubarak.”

Berikut ini petikan perbincangan Bernarda Rurit dari Tempo dalam dua kesempatan, Selasa dan Sabtu.

Apa dasar Anda untuk menyimpulkan Amerika berada di belakang Dewan Militer? Ada sejumlah fakta yang saya amati, antara lain:

Menurut laporan VOANews.com, satu minggu setelah terjadinya demonstrasi, Sami Hafez Anan pergi ke Washington, Amerika Serikat, untuk menemui petinggi militer AS.

Pada 31 Januari 2011, petinggi militer AS, Admiral Michael Mullen, menjanjikan militer AS-Mesir akan selalu berhubungan (stay in touch).

Menurut Taufik Hamid dari Potomac Institute, dokter yang pernah mengabdi 2 tahun kepada militer Mesir mengatakan bahwa militer Mesir selalu menanti petunjuk dari Washington.

Menteri Pertahanan AS Robert Gates, pada akhir Januari 2011, memanggil militer Mesir.

Bantuan AS untuk militer Mesir, menurut beberapa sumber, sebesar US$ 1,3 miliar, sehingga ketergantungan angkatan bersenjata Mesir terhadap AS sangat tinggi.

Pergolakan yang terjadi di Mesir ini apakah menunjukkan geliat tuntutan demokrasi di negara itu dan negara-negara lain di Timur Tengah?

Pergolakan di Mesir, yang ditunjukkan melalui demonstrasi terus-menerus sampai lebih dari 15 hari ini, kan disebabkan oleh penguasa yang berkuasa terlalu lama (31 tahun). Kalau demonstrasi itu dikaitkan dengan tuntutan demokratis, (menurut saya) sebenarnya awalnya enggak ke situ. Sebab, aksi itu terjadi karena rakyat menuntut perbaikan kehidupan di Mesir. Ada 20-40 persen rakyat Mesir yang miskin. Memang, demonstrasi itu kemudian berkembang menjadi tuntutan demokratisasi berupa turunnya Presiden Husni Mubarak dan percepatan pemilihan umum.

Mesir dan beberapa negara Timur Tengah lain, seperti Tunisia, Libya, Yaman, Libanon, Suriah, dan Iran, sebenarnya sudah lama mengenal demokrasi, kalau standar yang dipakai hanya perubahan dari negara kerajaan menjadi republik. Tetapi, kalau standar demokrasi itu adanya kebijakan yang diambil berdasarkan suara mayoritas, seperti adanya pemilihan pemimpin yang periodik 4-5 tahun sekali, mempunyai parlemen yang benar-benar mewakili rakyat, dan pembagian kekuasaan yang tegas antara eksekutif, legislatif, dan yudikatif, maka di antara negara-negara Timur Tengah itu hanya Iran yang paling memenuhi standar demokrasi.

Bagaimana dengan negara-negara republik lainnya?

Kalau negara-negara Timur Tengah lain yang republik, masih belum demokratis dan cenderung masih mempraktekkan cara-cara kerajaan. Misalnya presiden seumur hidup Suriah. Presiden Hafez al-Assad, begitu meninggal, posisinya digantikan putranya, Bashar al-Assad.

Adakah efek domino atas apa yang terjadi di Mesir itu bagi negara-negara lain di Timur Tengah, misalnya tuntutan agar lebih demokratis?

Kalau negara-negara kerajaan yang kaya, seperti Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Qatar, Kuwait, dan Bahrain, pergolakan politik seperti yang terjadi di Mesir itu tidak akan mempengaruhi masyarakatnya untuk memberontak kepada rajanya, meskipun tidak demokratis. Kenapa? Karena rakyatnya sudah lama hidup makmur. Pendapatan per kapita sekitar US$ 20–40 ribu. Bandingkan dengan (pendapatan per kapita di) Mesir yang hanya US$ 3.000.

Kalau efeknya ke negara-negara republik, bisa jadi. Khususnya Yaman akan terinspirasi oleh apa yang terjadi di Mesir itu karena karena penduduknya yang miskin dan Presiden Ali Abdullah Saleh juga sudah dua dekade berkuasa

Sebenarnya, apakah negara-negara di Timur Tengah itu memang tipikal anti-demokrasi?

Saya tidak berani mengatakan bahwa negara-negara Timur Tengah itu anti- demokrasi, karena standar demokrasi itu datangnya dari Barat. Sementara masyarakat Timur Tengah belum terbiasa dengan standar tersebut, mengingat demokrasi di wilayah Timur Tengah baru dikenal setelah Perang Dunia II. Kalau mau bicara demokrasi, negara-negara Barat terutama Amerika Serikat itu menerapkan standar ganda. Bukankah penjajahan atas negara oleh negara lain juga melanggar prinsip demokrasi? Apakah bisa kita katakan Amerika anti-demokrasi karena melakukan (invasi) atas Irak sejak 2003? Itu kan melanggar prinsip demokrasi.

Bagaimana sebenarnya kebebasan berpendapat di Mesir dan Timur Tengah?

Pada masa Mubarak, ini sangat diawasi, tidak ada kebebasan pers, serba dikontrol oleh pemerintah. Yang saya tahu, seperti kalau di Timur Tengah pada umumnya itu, juga tidak terbuka. Arab Saudi dan negara-negara lain memang sangat dikontrol, bahkan Iran sendiri. Keadaan lebih baik bisa dijumpai di Libanon, dan Qatar.

Negara Timur Tengah mana yang pertama menerapkan demokrasi dan diikuti negara mana?

Begini, ya. Kalau saya perhatikan, Mesir itu baru dimulai 1952, Libya 1969, Libanon 1943, Suriah 1971, dan Yaman 1991, saat bergabungnya Yaman Utara dan Yaman Selatan. Tapi mereka sudah mengenal demokrasi dengan menjadi republik sejak 1956, ketika Inggris keluar dari Yaman.

Tapi sebenarnya ada dua negara Timur Tengah yang selama ini dianggap kontroversial namun justru (yang benar-benar) menerapkan demokrasi, yaitu Iran dan Israel, kalau yang digunakan adalah standar adanya pergantian pimpinan yang periodik, adanya multipartai, dan adanya parlemen yang mengontrol penguasa.

Dengan standar seperti itu, sangat sulit mengkategorikan Mesir sebagai negara yang demokratis mengingat Gamal Abdul Nasser berkuasa dengan menggulingkan Presiden Muhammad Naguib, lalu digantikan Anwar Sadat, dan kemudian Husni Mubarak menggantikan Sadat yang terbunuh pada 1981. Selama itu, belum pernah ada catatan adanya pemilu yang diselenggarakan secara periodik. Pemilu terakhir tercatat 2005 dengan calon tunggal Mubarak.

Apakah kekuatan alternatif di Mesir saat ini hanya Ikhwanul Muslimin?

Tidak hanya Ikhwanul Muslimin. Itu ada Mohamed ElBaradei (bekas Direktur Jenderal Badan Tenaga Atom Perserikatan Bangsa-Bangsa) di tengah, tapi dia itu kurang punya akar dalam masyarakat. Dia lama tinggal di luar negeri, tetapi bukan berarti tidak bisa berkuasa. Menurut saya, untuk masa transisi ini harus dicari orang yang bisa diterima kedua belah pihak. Karena yang saya lihat, prodemokrasi dan pro-Mubarak ini sama kuat sekarang. Mana yang lebih kuat, harus ada penelitian. Kita lihat kekuatan massa di Tahrir Square. Kalau media bilang sampai jutaan. Saya kok sangsi. Tapi ketika dikonter oleh massa pro-Mubarak, itu jadi terpecah. Mubarak tampaknya juga kuat.

Orang yang bisa diterima baik oleh Ikhwanul Muslimin ataupun oleh kelompok pro-Mubarak, sayangnya, itu belum saya lihat. Omar Suleiman (wakil presiden) menjadi alternatif, tapi masih dinilai sangat pro-Mubarak. Jadi, memang dilematis. Memang sangat buruk mengenai kaderisasi pemimpin, sebetulnya bukan hanya di sana. Itu problem negara berkembang. Termasuk Mesir, terlalu lama berkuasa harus ada kader pemimpin dan itu lewat partai politik.

Ramalan Anda, siapa yang menggantikan Mubarak?

Mubarak ini saya terkaget-kaget juga, ya, sampai 15 hari masih bertahan. Dugaan saya, Mubarak tidak akan diganti, betul seperti kata Barack Obama, sampai September. Seandainya diganti, paling mungkin, ya, Mohamed ElBaradei. Dia tidak punya akar dalam negeri, tapi dunia internasional mendukungnya. Reputasi itu kan penting. Dia sudah punya reputasi internasional yang bagus sehingga harapannya menyelesaikan (persoalan) dalam negeri pun bisa. Ia tidak menyakiti kedua belah pihak, betul-betul bisa jadi penengah. Iran pun tidak menekan atau ikut-ikut. Memang, banyak orang yang sinis mengatakan dia itu orang pensiunan mencari pekerjaan. Usianya hampir 80-an. Sudah tua juga.

Menurut Anda, ElBaradei ini pilihan terbaik, ya?

Memang dia untuk masa transisi ini, (pasti) tidak (akan) bergejolak. Kalau (tokoh dari) Ikhwanul Muslimin, walaupun punya akar, kemungkinan ada resistensinya, bisa dari negeri Mesir dan regional. Terutama Israel yang khawatir.

Bagaimana peran Israel dan Amerika dalam proses demokratisasi di Mesir?

Peran Amerika dan Israel dalam proses demokratisasi di Mesir itu justru menghambat. Pernyataan-pernyataan Presiden Obama dan Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu membuat Presiden Mubarak tidak segera mundur. Misalnya, pernyataan Gedung Putih mendukung orderly and peaceful transition. Pernyataan ini diartikan oleh Mubarak sebagai menunggu pemilu September 2011. Ini akan membuat dia meninggalkan posisinya sebagai presiden secara terhormat dan damai. Sedangkan Israel menyatakan mendukung Omar Suleiman ketika diangkat sebagai wakil presiden. Ini (bisa) diartikan sebagai dukungan Israel atas kebijakan Mubarak.

Bagaimana pengaruh demokratisasi terhadap peranan perempuan di Mesir dan Timur Tengah?

Saya tidak melihat ada hubungan antara peranan perempuan dan proses demokratisasi. Di beberapa negara Timur Tengah yang tidak atau kurang demokratis, seperti Yordania, Uni Emirat Arab, Qatar, Bahrain, dan Oman, perempuan mendapat peluang memegang jabatan-jabatan publik dan mempunyai kesempatan untuk menuntut ilmu hingga perguruan tinggi. Tetapi di Turki, yang dianggap sebagai negara republik yang demokratis, ada larangan perempuan menggunakan jilbab dalam pelayanan publik. Berarti ini pengekangan terhadap kebebasan perempuan. Sementara di Iran, yang juga negara demokratis, tidak membuka peluang yang luas bagi perempuan untuk berperan dalam sektor-sektor publik.

Bukannya ada banyak tokoh feminis yang muncul di negara di kawasan itu?

Ya, memang. Pada 2003 perempuan Iran bernama Shirin Ebadi memenangi Nobel Perdamaian. Lalu di Mesir, di negara yang dianggap tidak demokratis ini, perempuan diberi peluang untuk berperan di sektor publik dalam batas tertentu. Perempuan yang tulisannya dianggap akan mengganggu ketenteraman masyarakat dan dianggap tidak sesuai dengan budaya Mesir akan dilarang oleh negara, seperti feminis Nawal el-Saadawi atau Fatima Mernissi dari Maroko.

Bagaimana peran para seniman dalam proses penggulingan pemerintahan di Mesir?

Saya tidak secara khusus mengamati peranan sastrawan atau seniman. Saya juga belum membaca tulisan Nawal el-Saadawi terbaru mengenai penggulingan Mubarak. Saya mengenal Saadawi karena beliau dokter sekaligus sosiolog yang tulisan-tulisannya mengenai masalah perempuan Mesir terkesan terlalu keras dan vulgar. Salah satu tulisannya, yaitu Women and Sex, dilarang diterbitkan di Mesir sehingga harus diterbitkan di Beirut, Libanon.

Bagaimana peranan mahasiswa Indonesia di Mesir dalam proses demokratisasi ini, apakah benar bahwa mahasiswa dipersulit oleh militer?

Setahu saya, setelah tiga kali bertemu mereka atas undangan Atase Pendidikan Kedutaan Besar Republik Indonesia Prof Dr Sangidu, sebagian besar mahasiswa Indonesia belajar ilmu agama Islam dan sastra Arab. Saya tidak mengenal mahasiswa yang belajar politik atau ikut berpolitik praktis di Mesir.

Mereka itu tertekan dengan gaya Mubarak. Mahasiswa Indonesia saat ini diawasi militer Mesir berdasarkan laporan dari mahasiswa lewat e-mail mereka beberapa waktu lalu memang benar. Banyak mahasiswa kita ditangkap tentara, diinterogasi, meskipun kemudian dilepaskan, mereka sangat trauma. Bahkan ada salah satu staf lokal KBRI yang saya kenal, Bapak Muchlason, ditahan berhari-hari, sampai hari ini saya belum mendengar apakah sudah dilepaskan atau belum.

Jadi enggak benar kalau mahasiswa Indonesia berperan dalam penggulingan itu. Kenapa? Karena 6.000 mahasiswa Indonesia itu sebagian besar kuliah atas biaya pemerintah Mesir, bukan pemerintah Indonesia. Itu dulu hasil dari Gerakan Non-Blok, sejak Sukarno menjalin hubungan baik dengan Nasser.

Tolong dong, pemerintah Indonesia segera mengeluarkan atau mengevakuasi mahasiswa Indonesia dari Mesir. Mungkin bisa di negara-negara Arab sekitarnya, seperti Arab Saudi, Yordania, atau yang lebih jauh, seperti Libanon dan Turki. Menurut laporan, mereka sangat ketakutan dan merasa terancam.

Artinya, peran mahasiswa Indonesia dalam krisis politik ini tidak ada sama sekali?

Jelas tidak ada, kalau menurut saya. Mereka itu menahan diri untuk tidak campur tangan terhadap pemerintahan Mesir. Mereka sering tertekan karena sering diintimidasi dan dicurigai. Bahkan ada dua mahasiswa pada 2009 ditahan karena dicurigai anggota Ikhwanul Muslimin. Waktu itu pas saya ke sana. Mereka diinterogasi sampai stres. Mereka mengatakan, sebenarnya (krisis politik yang terjadi di Mesir) tidak terlalu peduli, tidak akan campur tangan. Katanya, “Tugas saya di sini belajar, karena beasiswa datangnya dari pemerintah Mesir.” Mereka merasa tidak tahu dirilah kalau ikut campur urusan dalam negeri Mesir, sementara sekolahnya dibiayai oleh pemerintah Mesir. Itu kan jelas pemerintah Mubarak.

Prof Sangidu menyatakan mereka tidak mudah terpengaruh oleh Ikhwanul Muslimin. Sebagian besar mereka di sana belajar agama, bukan belajar politik. Sebagian besar belajar agama Islam, sebagian besar lagi sastra Arab, ya.

Bisa diceritakan kehidupan mahasiswa Indonesia di Mesir?

Mahasiswa Indonesia di Mesir itu kan jumlahnya banyak. Ribuan tinggal di Nasser City, dan mereka hidupnya pas-pasan. Ya, pas beasiswa itu. Artinya, cukup untuk mereka kuliah di sana. Pada umumnya prestasinya baik. Atase pendidikan Prof Sangidu kan dari UGM. Jadi, kami juga sering diundang di sana bertemu mahasiswa Indonesia di Mesir. Mereka punya aktivitas bagus, bahkan dibangunkan asrama mahasiswa oleh pemerintah Indonesia. Ya, mereka selama ini diabaikan, tapi sekarang sudah mulai diperhatikan. Dulu banyak yang kuliah lama ndak selesai-selesai, sekarang cepat, karena atase pendidikan ini mendorong mahasiswa cepat selesai kuliah.

Mengapa Anda tertarik mempelajari Timur Tengah?

Saya tertarik mempelajari Timur Tengah ketika kuliah S-1 di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada. Semua contoh masalah utama politik ada di Timur Tengah, seperti masalah legitimasi politik, integrasi, otoritas, dan campur tangan asing. Kedua, saya tertarik ingin mempelajari pengaruh Islam di wilayah tersebut karena ingin melanjutkan minat kakek saya, Prof Mohammad Adnan, yang ahli tafsir Al-Quran dan merupakan salah satu Duta Indonesia untuk Mesir pada 1948. Tidak mungkin saya menyamai beliau, karena keterbatasan, tetapi paling tidak mendekati. Ketiga, karena Timur Tengah memang sangat istimewa, baik secara religius, geografis, maupun historis. Secara religius, tidak ada satu pun wilayah di dunia ini yang didatangi orang sebanyak 4 juta di satu tempat dan satu waktu di musim haji, dan ada 1,5 miliar orang setiap hari minimal 5 kali harus menghadap ke wilayah ini ketika salat lima waktu.

Alasan lainnya?

Secara geografis, Timur Tengah itu luar biasa indahnya. Sungai Nil, Efrat, Tigris, dan Yordan. Laut Tengah, Teluk Aqabah, dan Terusan Suez tidak bisa kita lihat keindahannya di tempat lain. Kota Alexandria itu sangat indah dan menyejukkan jiwa. Keindahan geografis saya berikan dalam mata kuliah saya di Kajian Timur Tengah, Sekolah Pascasarjana UGM, yang berjudul Geopolitik dan Geobudaya Timur Tengah. Dari segi sejarah, sejarah para nabi dari tiga agama besar, Nasrani, Yahudi, dan Islam, serta sejarah peradaban manusia, semuanya terpusat di wilayah ini.

Anda punya cerita unik?

Sebenarnya banyak, karena saya diajarkan oleh ayah saya untuk mencatat peristiwa sehari-hari lewat agenda. Tetapi, kalau yang berhubungan dengan Timur Tengah, tentu saja ketika saya naik haji pada 2003. Kedua, ketika saya melakukan penelitian di Libanon. Saya harus berterima kasih kepada promotor saya, Prof Dr Ichlasul Amal, yang telah menolak proposal penelitian saya empat kali waktu saya ingin menulis politik luar negeri Indonesia. Beliau menyarankan saya agar konsisten menulis Timur Tengah seperti waktu S-1 dan S-2. Pada waktu itu, kebetulan yang menjadi duta besar juga teman Prof Amal, yaitu Bapak Abdullah Syarwani. Saya dapat fasilitas yang tidak biasa dinikmati oleh seorang mahasiswa. Kalau tidak mendapat fasilitas kedutaan, mana mungkin saya bisa ke daerah konflik di Libanon Selatan. Di situ saya menyaksikan kekejaman yang dilakukan oleh Israel yang semula hanya saya baca dari buku, seperti tempat penyiksaan di penjara Al-Khiam. Dan karena disertasi itu, saya mendapat nilai cum laude dan bisa saya selesaikan dalam waktu tiga tahun setengah.

BIODATA
NAMA: Dr Siti Muti'ah Setiawati, MA
KELAHIRAN: Bukittinggi, 25 September 1960
SUAMI: Dr Luqman Hakim, MSc (memiliki tiga anak)
PEKERJAAN: Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

PENDIDIKAN:
S-1 Jurusan Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Gadjah Mada (1985)
S-2 School of Oriental and African Studies (SOAS) University of London, Inggris (1991)
S-3 Jurusan Ilmu Politik Sekolah Pascasarjana UGM (2007)

KARIER MENGAJAR:
S-1, Fisipol , UGM, sejak 1985
S-1, Fisipol, UPN Yogyakarta, 1996-2000
S-1, Fisipol, Universitas Wachid Hasyim, Semarang, 2004-2006
S-2, Ilmu Politik, Sekolah Pasca Sarjana UGM, sejak 1998
S-2, Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Yogyakarta, 2002-2008
S-2 dan S-3 Kajian Timur Tengah, Sekolah Pascasarjana UGM sejak 2005/2007
S-2, Kerja Sama UGM dengan Lemhannas, 2008-2010
S-1, Akademi Militer, Magelang, 1998-2000, 2010-2011

BUKU:
Irak di Bawah Kekuasaan Amerika (2005)
Mekanisme Consociational dalam Pengendalian Konflik Internal Lebanon (2010)

MAKALAH:
Dinamika Hubungan Indonesia-Mesir (Sekolah Pascasarjana UGM Oktober 2010)
Promoting Indonesia-Egypt Diplomatic Relationship (Zaqaziq University, Mesir, Mei 2010)
Indonesia-Malaysia Boundary Dispute (University of Malaya, Agustus 2009)
The Dinamics of Political Stability in Lebanon Since 2005 ( Exeter University, Inggris, September 2009)
Academic Recharging (Hankuk University of Foreign Study, Korea, Des 2009-Feb 2010).

JABATAN LAIN:
Sekretaris Komisi III Senat Akademik UGM (sejak 2007)
Sekretaris Program Studi Kajian Timur Tengah, Sekolah Pascasarjana UGM (sejak 2008)
Sekretaris Pusat Studi Asia Pasifik (sejak 2010).

Punya Penerjemah Pribadi

Meskipun sudah 25 tahun menggauli kawasan Timur Tengah, Siti Muti'ah Setiawati ini belum fasih berbahasa Arab. Walhasil, setiap kali “blusukan” ke negara-negara raksasa minyak itu, pengajar Pascasarjana Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, itu selalu mengandalkan suaminya, Luqman Hakim, menjadi penerjemah.

“Bahasa Arabnya baik, dia sering menemani saya saat penelitian di lapangan,” kata perempuan yang dipanggil Titik ini. Wanita berkulit kuning ini mengatakan, bahasa Arab di kawasan Timur Tengah ini amat rumit. Ada banyak perbedaan arti dan tata bahasa dalam menggunakan bahasa tersebut di beberapa negara di kawasan tersebut. “Bahkan cuma berbeda suku saja, bahasa Arabnya njlimet (berbeda),” kata ibu tiga anak itu.

Menurut Titik, ia sudah acap keluar-masuk di kawasan itu, seperti Qatar, Libanon, Mesir, Suriah, dan Arab Saudi. Ketertarikan pada kawasan yang kerap bergolak itu bermula dari mata kuliah ilmu politik yang mencontohkan kasus-kasus yang terjadi di negara-negara itu. “Problem apa pun di dunia politik itu contohnya dari Timur Tengah,” ujarnya. (Bernarda Rurit)

*) Pakar Kajian Timur Tengah, Sekolah Pascasarjana Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta.

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Alexander A. Anzieb A. Aziz Masyhuri A. Dahana A. Khoirul Anam A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.C. Andre Tanama A.J. Susmana A.S. Laksana A’an Jindan AS Abd. Mun’im Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kirno Tanda Abdul Lathif Abdul Malik Abdul Rauf Singkil Abdul Walid Abdurrahman Wachid Abdurrahman Wahid Abid Rohmanu Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adek Alwi Adhi Pandoyo Adhitia Armitrianto Adhy Rical Adi Faridh Adian Husaini Adin Aditya Ardi N Adreas Anggit W. Adrizas Adu Pesona Sang Wakil Presiden RI AF. Tuasikal Afri Meldam Afrizal Malna AG. Alif Agama Agama Para Bajingan Agit Yogi Subandi Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Rakasiwi Agus Sulton Agus Wibowo Agus Wirawan Aguslia Hidayah AH J Khuzaini Ah. Atok Illah Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Anshori Ahmad Damanik Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Gaus Ahmad Hasan MS Ahmad Jauhari Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Naufel Ahmad S. Zahari Ahmad Syafii Maarif Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ainul Fiah Akbar Ananda Speedgo Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhmad Siddiq Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Akmal Nasery Basral Aksin Wijaya Al-Fairish Al-Ma'ruf I Al-Ma'ruf II Alang Khoiruddin Albert Camus Ali Mahmudi Ch Alia Swastika Alvi Puspita Alvin Amien Wangsitalaja Aminah Aming Aminoedhin Ana Mustamin Anam Rahus Anas AG Andhi Setyo Wibowo Andi Gunawan Andry Deblenk Angela Anggie Melianna Anindita S. Thayf Anis Ceha Anitya Wahdini Anjrah Lelono Broto Antologi Sastra Lamongan Anugerah Ronggowarsito Anwar Nuris Aprillia Ika Arida Fadrus Aridus Arie MP Tamba Arie Yani Arief Junianto Ariel Heryanto Ariera Arif Bagus Prasetyo Aris Kurniawan Armawati Arswendo Atmowiloto Art Sabukjanur Arti Bumi Intaran Arwan Aryo Wisanggeni Aryo Wisanggeni Gentong AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Ashadi Ik Asrama Mahasiswa Aceh Sabena Asro Kamal Rokan Astrid Reza Asvi Warman Adam Atafras Atok Witono Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Azwar Nazir Baca Puisi Badrus Siroj Bahrul Ulum A. Malik Balada Bambang kempling Bambang Riyanto Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bastian Zulyeno Beni Setia Benni Setiawan Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Koran Berita Utama Bernando J. Sujibto Bernarda Rurit Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Biografi Bre Redana Brunel University Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Jay Utomo Budi P. Hatees Budi Palopo Budi Setyarso Budi Sp. Indrajati Budiman S. Hartoyo Budiman Sudjatmiko Buku Kritik Sastra Buldanul Khuri Candrakirana Cangaan Ujungpangkah Gresik Jawa Timur Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cawapres Jokowi Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chavchay Syaifullah Choirul Rikzqa Christian Heru Cahyo Saputro Cover Buku D. Dudu AR D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dadang Widjanarko Damiri Mahmud Dani Fuadhillah Daniel Paranamesa Darju Prasetya Dati Wahyuni Dawet Jabung Ponorogo Dedykalee Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Desa Glogok Karanggeneng Lamongan Deshinta Arofah Dewi Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan Dewi Anggraeni Dian Sukarno Diana A.V. Sasa Didik Kusbiantoro Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diskusi buku Djadjat Sudradjat Djasepudin Djoko Pitono Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Djulianto Susantio Dody Kristianto Dody Yan Masfa Dorothea Rosa Herliany Dr Andi Irawan Dr Siti Muti’ah Setiawati Dr. Hilma Rosyida Ahmad Drs H Choirul Anam Drs. Solihin Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwidjo Maksum Dyah Ayu Fitriana Eddi Koben Edeng Syamsul Ma’arif Edy Apriyanto Sudiyono Edy Firmansyah Edy Susanto Efri Ritonga EH Ismail Eidi Krina Jason Sembiring Eka Budianta Eko Hartono Eko Hendrawan Sofyan Eko Hendri Saiful El Sahra Mahendra Elita Sitorini Elly Trisnawati Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Em. Syuhada' Emha Ainun Nadjib Encep Abdullah Eni Sulistiyawati Eny Rose Esai Ester Lince Napitupulu Etik Widya Evan Ys F Rahardi Fahrudin Nasrulloh Fahrur Rozi Fajar Alayubi Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fathan Mubarak Fathul Qodir Fathul Qorib Felix K. Nesi Festival Gugur Gunung Festival Seni Surabaya 2011 Festival Teater Religi Pelajar SLTA Se-kabupaten Lamongan Fikri. MS Fiqih Arfani Firman Daeva Forum Lingkar Pena Lamongan Forum Penulis dan Penggiat Literasi Lamongan (FP2L) Forum Santri Nasional Forum Santri Nasional (FSN) Free Hearty Galuh Tulus Utama Gandis Uka Ganug Nugroho Adi Gedung Sabudga UNISDA Lamongan Gendut Riyanto Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gesit Ariyanto Gita Pratama Glenn Fredly Goenawan Mohamad Golput Gombloh Gombloh (1948 – 1988) Grathia Pitaloka Gugun el-Guyanie Gunoto Saparie Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Dur H.B. Jassin Hadi Napster Hafis Azhari Halim HD Halimi Zuhdy Hamid Dabashi Han Gagas Hardi Hamzah Hari Prasetyo Haris Del Hakim Haris Saputra Hary B Kori’un Hasan Basri Marwah Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasyim Asy’ari Hendro Situmorang Henri Nurcahyo Henry H Loupias Hera Khaerani Heri CS Heri Kris Heri Latief Heri Listianto Herman RN Hernadi Tanzil Herry Lamongan Heru Kuntoyo Heru Kurniawan Hikmat Darmawan Holy Adib Hudan Hidayat Hujuala Rika Ayu Humaidi Humam S Chudori I Made Asdhiana I Nyoman Suaka I. B. Putera Manuaba IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ichwan Prasetyo Ida Fitri Ignas Kleden Ilham Safutra Ilham Wancoko Imam Munadjat Imam Nawawi Imam Zanatul Huaeri Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Iman Herdiana Imron Arlado Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indigo Art Space Madiun Indra Tjahyadi Indrian Koto Ingki Rinaldi Iqmal Tahir Is Faridatul Arifah Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Zulkarnain Isra’ Mi’raj Iswadi Pratama Iswara N Raditya Iva Titin Shovia Iwan Awaluddin Yusuf Iwan Gunadi J. Sumardianta Jamrin Abubakar Jansen Sinamo Janu Jolang Janual Aidi Javed Paul Syatha Jayaning S.A Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jemie Simatupang Jenny Ang Jiero Cafe Jihan Fauziah JJ. Kusni Jl Simo Jo Batara Surya Jodhi Yudono Joko Budhiarto Joko Sadewo Joko Sandur Joko Widodo Jones Gultom Joni Ariadinata Joresan Mlarak Ponorogo Joseph E. Stiglitz Jual Buku Paket Hemat Junus Satrio Jurnalisme Sastra K. Hirzuddin Hasbullah K.H. Anwar Manshur K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma’ruf Amin K.H. Masrikhan Asy'ari K.H. Mudzakir Ma'ruf Kadjie MM Kajian Kitab Nashoihul 'Ibad Kang Daniel Karanggeneng Kartika Foundation Kasanwikrama Kasnadi Katrin Bandel Kedai Kopi Sastra Kekal Hamdani Kemah Budaya Panturan (KBP) Kesenian KH. M. Najib Muhammad KH. Ma'ruf Amin Khairul Mufid Jr Khawas Auskarni Khoirul Anwar Khoirul Inayah Khoirul Naim Khoirul Rosyadi Ki Ompong Sudarsono Kitab Arbain Nawawi Kitab Puisi Suluk Berahi karya Gampang Prawoto Ko Hyeong Ryeol Koh Young Hun Koko Sudarsono Komaruddin Hidayat Kompas TV Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sastra Teater Lamongan (KOSTELA) Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Kopi Bubuk Mbok Djum Kopuisi Korban Gempa di Lombok Kospela KPRI IKMAL Lamongan Kris Razianto Mada Kritik Sastra Kurnia Sari Aziza Kurniawan Kusni Kasdut Kuswaidi Syafi’ie Kuswinarto Lagu Laili Rahmawati Laksmi Sitoresmi Lamongan Lan Fang Larung Sastra Lathifa Akmaliyah Latif Fianto Leila S. Chudori Leo Tolstoy Lina Kelana Listiyono Santoso Liya Izzatul Iffah Liza Wahyuninto Lucky Aditya Ramadhan Ludruk Jawa Timur Lukisan Lukman Alm Lukman Santoso Az Luqman Almishr Lustantini Septiningsih Lutfi S. Mendut Lynglieastrid Isabellita M Ismail M Zainuddin M. Afif Hasbullah M. Faizi M. Iqbal Dawami M. Irfan Hidayatullah M. Latief M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Lutfi M. Mushthafa M. Riza Fahlevi M. Yoesoef M.D. Atmaja M’Shoe Madrasah Ibtida’iyah Thoriqotul Hidayah 1 Maghfur Munif Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahmud Syaltut Usfa Mahwi Air Tawar Majelis Ulama Indonesia Makalah Tinjauan Ilmiah Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Mantan Pastur Hafidz Al-Qur'an Maqhia Nisima Mardi Luhung Margita Widiyatmaka Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Marjohan Marsel Robot Martin Aleida Martin Hatch Marwan Ja'far Marwita Oktaviana Marzuki Mustamar Mashuri Masjid Tegalsari di Pesantren Gerbang Tinatar Masuki M. Astro Matroni el-Moezany Matroni Muserang Max Arifin Maya Handhini Mbah Kalbakal Medco Media Jawa Timur Medri Osno Mega Vristian Mei Anjar Wintolo Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Memoar Purnama di Kampung Halaman Menggalang Dana Amal Mentari Meida Mh Zaelani Tammaka Michael Gunadi Widjaja Mien Uno (Ibunda Sandiaga Uno) Misbahul Huda Misbahus Surur Moch. Faisol Mochammad A. Tomtom Moh Samsul Arifin Moh. Ghufron Cholid Mohamad Ali Hisyam Mohammad Afifi Mohammad Rafi Azzamy Mts Putra-Putri Simo-Sungelebak Muh Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ghannoe Muhammad Ghufron Muhammad Hidayat Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad N. Hassan Muhammad Rain Muhammad Taufik Muhammad Yasir Muhammad Zia Ulhaq Muhammadun A.S. Muhibin AM Muhidin M Dahlan Mujtahid Mujtahidin Billah Mukafi Niam Mukhsin Amar Mukti Sutarman Espe Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Mun'im Sirry Muntamah Cendani Museum Bikon Blewut Ledalero Musfarayani Musfi Efrizal Musyayana Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Nabi Adam Nanang Fahrudin Nandang Darana Naskah Monolog Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Ni Luh Made Pertiwi F Nindya Herdianti Ninin Nurzalina Wati Nitis Sahpeni Nono Anwar Makarim Noor H. Dee Noorsam Noval Jubbek Novel Pekik Novianti Setuningsih Nu’man ‘Zeus’ Anggara Nur Hamzah Nur Haryanto Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nuruddin Al Indunissy Nurul Aini Nurul Anam Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nuswantoro Nyimas Nyoman Tingkat Obrolan Oktamandjaya Wiguna Oky Sanjaya Opini Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Oyos Saroso H.N. Padepokan Lemah Putih Surakarta Pagelaran Musim Tandur Pameran Seni Rupa Panda MT Siallagan Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Pekan Literasi Lamongan Pelukis Dahlan Kong Pelukis Jumartono Pelukis Saron Pelukis Senior Tarmuzie Pendidikan Penerbit SastraSewu Penerbitan dan Toko Buku PUstaka puJAngga Lamongan Pengajian Pengetahuan Perang Peringatan Hari Pahlawan 10 November Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW Pesantren An Nawawi Tanara (Penata) Pesantren Kampung Inggris Peserta TEMU SASTRA JAWA TIMUR 2011 Petrik Matanasi Pilang Tejoasri Laren Lamongan Pilang Tejoasri Laren Lamongan Jawa Timur Pilkada Piramid Giza Politik Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang Pradana Boy ZTF Pradaningrum Mijarto Pramoedya Ananta Toer Prih Prawesti Febriani Pringadi AS Prof Dr Achmad Zahro Prof Dr Aminuddin Kasdi Profil MA Matholi'ul Anwar Prosa Puisi Puisi Menolak Korupsi Puisi Menolak Korupsi (PMK) Puji Hartanto Puji Santosa Puput Amiranti N Purwanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Puspita Rose Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putri Utami Putu Satria Kusuma Putu Setia Putu Wijaya R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R.Ng. Ronggowarsito Rabdul Rohim Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahmat Sazaly Rahmat Sularso Nh Raihul Fadjri Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Rambuana Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Redland Movie Rengga AP Reni Lismawati Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Riadi Ngasiran Rian Sindu Ribut Wijoto Rieke Diah Pitaloka Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Rizka Halida Rizky Putri Pratimi Robin Al Kautsar Rocky Gerung Rodli TL Rofiqi Hasan Rohmad Hadiwijoyo Rohmah Maulidia Rohman Abdullah Rojiful Mamduh Rosdiansyah Rosi Rosidi Roso Titi Sarkoro Rumah Budaya Pantura (RBP) Rumah Budaya Pantura Lamongan Rumah Literasi Rx King Motor S Yoga S. Jai S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabrank Suparno Saiful Amin Ghofur Saifur Rohman Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sandiaga Uno Sanggar Pasir Sanggar Pasir Art and Culture Santi Puji Rahayu Sapardi Djoko Damono Sardono W Kusumo Sartika Sari Sarworo Sp Sastra Facebook Satmoko Budi Santoso Satrio Lintang Satyagraha Hoerip Saut Situmorang Savidapius Sayuri Yosiana Sayyid Fahmi Alathas Sejarah Sekolah Literasi Gratis SelaSAstra Boenga Ketjil SelaSAstra Boenga Ketjil #23 SelaSAstra Boenga Ketjil #24 Seni Ambeng Ponorogo Senirupa Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Shofiyatuz Zahroh Shohebul Umam JR Sholihul Huda Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Silfia Hanani Sindu Putra Sita Planasari Aquadini Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Hadi Purnomo Soediro Satoto Soegiharto Soeprijadi Tomodihardjo Soetanto Soepiadhy Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sony Wibisono Sosiawan Leak Sreismitha Wungkul Sri Igustin Sri Mulyani Sri Wintala Achmad Sriyanto Danoesiswoyo Stefanus P. Elu Stevani Elisabeth STKIP PGRI Ponorogo Student Center Kampus ISI Yogyakarta Subagio Sastrowardoyo Suci Ayu Latifah Sudarmoko Sugeng Ariyadi Sukitman Sumenep Sumiati Anastasia Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungelebak Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Suripto SH Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suwardi Endraswara Suyadi San Syafrizal Sahrun Syaifuddin Gani Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Syamsul Arifin Syamsul Rizal Syi'ir Syifa Amori Syifa Aulia T.A. Sakti Tajuddin Noor Ganie Tamrin Bey dan Robin Al Kautsar TanahmeraH ArtSpace Tarpin A. Nasri Taufik Rachman Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Teater Air Teater Bias Teater Biru Teater Cepak Teater Dua Teater Kanjeng Teater Lingkar Merah Putih Teater Mikro Teater nDrinDinG Teater Nusa Teater Padi Teater Roda UNISDA Lamongan Teater Sakalintang Teater Tali Mama Teater Taman Teater Tawon Teater Tewol Teguh LR Temu Karya Teater Jawa Timur XXI Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Teori Darwin Teori Fisika Hawking Tgk Abdullah Lam U Tharie Rietha The Ibrahim Hosen Institute Theresia Purbandini Thomas Koten Tien Rostini Timur Arif Riyadi Tjahjono Widarmanto Tjut Zakiyah Anshari Toeti Adhitama Tosa Poetra Tri Andhi S Triyanto triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S Tutut Herlina Ucu Agustin Udo Z. Karzi Ulil Abshar-Abdalla Umar Fauzi Uniawati Unieq Awien Universitas Jember Usman Arrumy Ustadz Bangun Samudra Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Vassilisa Agata Veven Sp. Wardhana Viddy AD Daery Video Vino Warsono Virdika Rizky Utama Vita Devi Ajeng Pratiwi W. Haryanto W.S. Rendra Wakos R. Gautama Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Suryandoko William Shakespeare Wisnu Kisawa Wiwik Widiyati Wong Wing King Wuri Kartiasih Y. Wibowo Yayasan Thoriqotul Hidayah 1 Yayat R. Cipasang Yesi Devisa Yesi Devisa Putri Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yonathan Rahardjo Yudhi Herwibowo Yudi Latif Yulianto Yuliawati Yunanto Sutyastomo Yunus Supriyanto Yurnaldi Yushifull Ilmy Yusri Fajar Yusuf AN Yusuf Suharto Yusuf Wibisono Yuval Noah Harari Yuyuk Sugarman Z. Mustopa Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zarra Martsella Zawawi Se Zed Abidien Zehan Zareez Zen Hae Zii Zuhdi Swt