IKATAN
Lepaskan bila rela, ikatan persahabatan
yang bagimu, omong kosong belaka.
Kursi untuk direbut tak dilelang
manis gula tak berarti cinta
pahit racun tak berarti putusasa
lelap indah tak berarti juga kematian.
Ikatan buka tutup,
bermakna tak terlepaskan.
PENJARA CINTA
Hati yang terasa di bui, eksekusi menanti;
tubuh itu lunglai, bercinta kata demi kata.
Busur melesat, berpeluru putusasa,
musafir dahaga tak bertuan;
demi cinta hati dikorbankan.
Namun siapa mampu membunuh
akan rona keindahan kenangan.
Penantian terhenti dalam titik kata,
di sebuah penjara cinta.
BILA
Bila minyak, air bersahabat takkan kebencian
ada kasih, hilang patah hati;
Jika burung tak terbang,
takkan ada kesombongan
dan akan kekalkan kedamaian.
Bayu ciptakan tangis, bunga sewangi angan,
air tetaplah terlelap, dan biarkan
ombak pergi temani aku meraih masa depan,
pulang menjemput waktu-waktu kelam;
takkan terlelap diri, jika mawas penjagaan.
TIKUS NEGARA
Kami orang kecil, meratapi nasib buntung
si kurus kering, busung lapar menimpa kami.
Negeri makmur, kaya nan subur
kini mati diisi nyanyian para menteri
juga sorak-sorai pejabat tinggi.
Hei tikus negara!
kenapa kau rusak ibu pertiwi?
tempat kelahiranmu sendiri.
Roda hidup terus berputar, bui menanti,
siksa kubur, janji akhirat pasti.
Kami rakyat, peras keringat demi sebutir padi
tapi kau hina tanpa belas kasih,
dan jika terlaksana, pun sekedar basa basi.
MIMPI
Aku bercinta di tenggelaman mimpi
aku lelap dalam mimpi-mimpi
aku merindu bayang di mimpi sejati
dan aku berpuisi dalam mimpi sendiri.
Bahtera berlabuh, musafir bersinggah di kalbu
namun lautan kembara masih berhempas,
kilau rintihnya putih buih, berhiasi hati pedih.
Dalam mimpi kerinduan ombak atas burung.
Mengapa? Mengapa?
Lepaskan bila rela, ikatan persahabatan
yang bagimu, omong kosong belaka.
Kursi untuk direbut tak dilelang
manis gula tak berarti cinta
pahit racun tak berarti putusasa
lelap indah tak berarti juga kematian.
Ikatan buka tutup,
bermakna tak terlepaskan.
PENJARA CINTA
Hati yang terasa di bui, eksekusi menanti;
tubuh itu lunglai, bercinta kata demi kata.
Busur melesat, berpeluru putusasa,
musafir dahaga tak bertuan;
demi cinta hati dikorbankan.
Namun siapa mampu membunuh
akan rona keindahan kenangan.
Penantian terhenti dalam titik kata,
di sebuah penjara cinta.
BILA
Bila minyak, air bersahabat takkan kebencian
ada kasih, hilang patah hati;
Jika burung tak terbang,
takkan ada kesombongan
dan akan kekalkan kedamaian.
Bayu ciptakan tangis, bunga sewangi angan,
air tetaplah terlelap, dan biarkan
ombak pergi temani aku meraih masa depan,
pulang menjemput waktu-waktu kelam;
takkan terlelap diri, jika mawas penjagaan.
TIKUS NEGARA
Kami orang kecil, meratapi nasib buntung
si kurus kering, busung lapar menimpa kami.
Negeri makmur, kaya nan subur
kini mati diisi nyanyian para menteri
juga sorak-sorai pejabat tinggi.
Hei tikus negara!
kenapa kau rusak ibu pertiwi?
tempat kelahiranmu sendiri.
Roda hidup terus berputar, bui menanti,
siksa kubur, janji akhirat pasti.
Kami rakyat, peras keringat demi sebutir padi
tapi kau hina tanpa belas kasih,
dan jika terlaksana, pun sekedar basa basi.
MIMPI
Aku bercinta di tenggelaman mimpi
aku lelap dalam mimpi-mimpi
aku merindu bayang di mimpi sejati
dan aku berpuisi dalam mimpi sendiri.
Bahtera berlabuh, musafir bersinggah di kalbu
namun lautan kembara masih berhempas,
kilau rintihnya putih buih, berhiasi hati pedih.
Dalam mimpi kerinduan ombak atas burung.
Mengapa? Mengapa?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar