Nanang Fahrudin
http://www.seputar-indonesia.com/
Apakah artinya kesenian/ bila terpisah dari derita lingkungan/ apakah artinya berpikir bila terpisah dari masalah kehidupan.
Bait akhir ’Sajak Sebatang Lisong’ karya WS Rendra itu menggema dalam musikalisasi puisi di Pendopo Taman Budaya Jatim Senin (22/8) malam.
Di sana, puluhan seniman berkumpul dalam acara ’Tadarus 18 Sastrawan Jatim’ Sejak pukul 20.00 WIB,gelaran karpet di pendopo mulai diisi oleh para penyair dan warga Surabaya yang hendak ikut acara pembacaan puisi tersebut.Puisi yang sesekali diiringi musik jawa itu satu persatu terus meluncur melalui suara penciptanya.Meski bertajuk tadarus,tetap saja muatan kritik sosial sangat kental dari sebagian besar bait puisi yang dibacakan malam tersebut.
Saiful Hadjar misalnya membacakan bait puisinya, yakni Pagi Indonesia/ Innalillahi wa inna ilaihi rooji’un/ Indonesia wafat 66 kali. Para penyair yang datang sebanyak 14 penyair dari berbagai daerah,seperti Jombang,Mojokerto,Tulungagung, Gresik,dan daerah di Jatim lain.Sedang 4 penyair lain berhalangan.”14 penyair terdiri dari penyair-penyair dari generasi tua sampai termuda,” kata R Giryadi,ketua panitia sekaligus ketua program Festival Seni Surabaya (FSS) 2011.
Para penyair yang membacakan pada malam tadarus sastrawan itu di antaranya Ahmad Fatoni (Mojokerto), Aming Aminoedin (Mojokerto), Anjrah Lelono Broto (Jombang), Budi Palopo (Gresik), DenyTri Aryanti (Trenggalek), Deny Mizhar (Malang),Dheny Jatmiko (Tulungagung),Dian Nita Kurnia (Surabaya),Gita Pratama (Sidoarjo),Indra Tjahyadi (Probolinggo),Kukun Triyoga (Mojokerto),Saiful Hajar (Surabaya),Saiful Anam Assyaibani (Lamongan),dan Tjahjono Widarmanto (Ngawi).
Giryadi menuturkan,tadarus tersebut sebenarnya acara pemanasan untuk FSS 2011 yang akan mulai digelar pada 31 Oktober – 9 November 2011. Acara itu juga sekaligus sebagai ruang bertemu bagi para penyair yang memang selalu tidak memiliki waktu untuk berkumpul dalam sebuah forum.”Ya forum kumpul-kumpul juga,” terangnya. Sementara itu,Aming Aminoedin penyair dari Mojokerto menuturkan Tadarus Sastrawan itu sebenarnya lebih bermakna sebagai refleksi di bulan Ramadan.Ia mencontohkan dirinya sendiri.
Sebagai penyair,hasil refleksi akan menjelma menjadi bait-bait puisi.Tak heran jika pada malam tersebut ia membacakan puisinya yang berjudul ’Malam Ramadan Ketiga Belas’. Dalam puisi tersebut, Aming hendak mengingatkan kita akan lailatul qadar yang bisa datang kapanpun,meski tidak berada pada malam 10 hari terakhir ramadan.”Terkadang manusia memang lupa/ menghadang lailatul qadar/ hanya di malam likuran ramadan,”katanya. Hanya saja,lanjut dia refleksi Ramadan sebenarnya tak hanya tersekat hanya pada forum tersebut.Karena seorang penyair bisa melakukan refleksi di mana pun.
Dan medianya bisa melalui berbagai alat,mulai membaca puisi di panggung atau layar kaca. ”Nah,di forum tadarus sastrawan ini,kita lebih ingin refleksi dan mengajak masyarakat juga untuk berefleksi,” terangnya. Sekitar pukul 23.00 WIB, acara tadarus tersebut dituntaskan dengan musikalisasi puisi ’Sajak Sebatang Lisong’ dengan kelompok musik Cosmopoen Ensamble with Filesky asal Madiun.
24 August 2011
http://www.seputar-indonesia.com/
Apakah artinya kesenian/ bila terpisah dari derita lingkungan/ apakah artinya berpikir bila terpisah dari masalah kehidupan.
Bait akhir ’Sajak Sebatang Lisong’ karya WS Rendra itu menggema dalam musikalisasi puisi di Pendopo Taman Budaya Jatim Senin (22/8) malam.
Di sana, puluhan seniman berkumpul dalam acara ’Tadarus 18 Sastrawan Jatim’ Sejak pukul 20.00 WIB,gelaran karpet di pendopo mulai diisi oleh para penyair dan warga Surabaya yang hendak ikut acara pembacaan puisi tersebut.Puisi yang sesekali diiringi musik jawa itu satu persatu terus meluncur melalui suara penciptanya.Meski bertajuk tadarus,tetap saja muatan kritik sosial sangat kental dari sebagian besar bait puisi yang dibacakan malam tersebut.
Saiful Hadjar misalnya membacakan bait puisinya, yakni Pagi Indonesia/ Innalillahi wa inna ilaihi rooji’un/ Indonesia wafat 66 kali. Para penyair yang datang sebanyak 14 penyair dari berbagai daerah,seperti Jombang,Mojokerto,Tulungagung, Gresik,dan daerah di Jatim lain.Sedang 4 penyair lain berhalangan.”14 penyair terdiri dari penyair-penyair dari generasi tua sampai termuda,” kata R Giryadi,ketua panitia sekaligus ketua program Festival Seni Surabaya (FSS) 2011.
Para penyair yang membacakan pada malam tadarus sastrawan itu di antaranya Ahmad Fatoni (Mojokerto), Aming Aminoedin (Mojokerto), Anjrah Lelono Broto (Jombang), Budi Palopo (Gresik), DenyTri Aryanti (Trenggalek), Deny Mizhar (Malang),Dheny Jatmiko (Tulungagung),Dian Nita Kurnia (Surabaya),Gita Pratama (Sidoarjo),Indra Tjahyadi (Probolinggo),Kukun Triyoga (Mojokerto),Saiful Hajar (Surabaya),Saiful Anam Assyaibani (Lamongan),dan Tjahjono Widarmanto (Ngawi).
Giryadi menuturkan,tadarus tersebut sebenarnya acara pemanasan untuk FSS 2011 yang akan mulai digelar pada 31 Oktober – 9 November 2011. Acara itu juga sekaligus sebagai ruang bertemu bagi para penyair yang memang selalu tidak memiliki waktu untuk berkumpul dalam sebuah forum.”Ya forum kumpul-kumpul juga,” terangnya. Sementara itu,Aming Aminoedin penyair dari Mojokerto menuturkan Tadarus Sastrawan itu sebenarnya lebih bermakna sebagai refleksi di bulan Ramadan.Ia mencontohkan dirinya sendiri.
Sebagai penyair,hasil refleksi akan menjelma menjadi bait-bait puisi.Tak heran jika pada malam tersebut ia membacakan puisinya yang berjudul ’Malam Ramadan Ketiga Belas’. Dalam puisi tersebut, Aming hendak mengingatkan kita akan lailatul qadar yang bisa datang kapanpun,meski tidak berada pada malam 10 hari terakhir ramadan.”Terkadang manusia memang lupa/ menghadang lailatul qadar/ hanya di malam likuran ramadan,”katanya. Hanya saja,lanjut dia refleksi Ramadan sebenarnya tak hanya tersekat hanya pada forum tersebut.Karena seorang penyair bisa melakukan refleksi di mana pun.
Dan medianya bisa melalui berbagai alat,mulai membaca puisi di panggung atau layar kaca. ”Nah,di forum tadarus sastrawan ini,kita lebih ingin refleksi dan mengajak masyarakat juga untuk berefleksi,” terangnya. Sekitar pukul 23.00 WIB, acara tadarus tersebut dituntaskan dengan musikalisasi puisi ’Sajak Sebatang Lisong’ dengan kelompok musik Cosmopoen Ensamble with Filesky asal Madiun.
24 August 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar