Imam Munadjat
http://suaramerdeka.com/
PASTILAH tak seorang pun ingin hidup susah. Semua mendambakan hidupnya berjalan lancar, tanpa hambatan sekecil apa pun. Meminjam terminologi Islam, kita ingin hidup istikamah dengan rezeki yang barokah, jauh dari susah. Tak terkecuali kalangan pebisnis dan pedagang. Untuk yang terakhir ini, siapa saja mereka, dari mana berasal, dari ras mana pun, telah ditawarkan resep jitu dengan hasil nyata karena ada bukti dan cerita yang mengisahkannya. Resep bisnis barokah itu “ditawarkan” oleh Rasulullah SAW melalui teladan dan contoh, yang siapa pun bisa membaca dan menirunya.
Allah mengingatkan, pada diri Rasulullah terdapat contoh yang bagus (uswatun hasanah) bagi orang-orang yang selalu berharap akan “hadirnya” Allah dan yakin akan adanya hari akhir, dan banyak berzikir kepada-Nya. Uswah hasanah pada diri Rasulullah tentu erat terkait dengan eksistensi ke-maksum-an Muhammad, yang perilaku dan tutur katanya terjaga dari ketidakterpujian. Muhammad Rasulullah adalah sumber mata air hikmah yang tak pernah kering sepanjang masa. Sososok pribadi mulia yang sepanjang hidupnya dikenal sebagai pribadi penuh cinta dan kasih sayang (halaman 9).
Dari contoh-contoh Nabi dalam berbisnis, penulis buku ini ingin menegaskan, “berbisnislah dengan berbasis cinta sebagaimana diteladankan oleh Rasulullah, niscaya bisnismu akan barokah”.
Berbagai teladan bisnis Rasul, oleh Rektor Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) Semarang periode 2009-2013 itu, dengan gamblang dan bahasa lugas digambarkan lewat buku dengan Subjudul “Bagaimana Rasulullah SAW Bisa Cepat Kaya di Usia Muda Hanya Bermodal Cinta”. Buku ini merupakan karya ketiga Laode dalam serial bisnis Rasulullah. Buku pertama, 14 Langkah Bagaimana Rasulullah Membangun Kerajaan Bisnis, membahas berbagai sisi positif yang dimiliki dalam menghadapi kerasnya kehidupan, yang kemudian disikapi dengan langkah-langkah positif dan strategis untuk menaklukkan kehidupan yang keras itu.
Rahasia Muhammad
Buku kedua, Rahasia Bisnis Rasulullah, lebih mengarah pada rahasia Muhammad dalam mengelola bisnisnya dengan 12 kunci sukses. Logi ketiga dari trilogi “manajemen Rasul” ini menitikberatkan bahasan pada “modal utama Rasulullah” dalam berbisnis. Modal kesuksesan dan kejayaan itu adalah cinta. Laode yang dikenal sebagai satu-satunya pakar ekonomi maritim di Indonesia itu menggarisbawahi, cinta merupakan energi yang mahadahsyat. Laksana lampu raksasa, ia menerangi setiap lubuk hati manusia. Cinta adalah energi yang mampu mengubah orang lemah menjadi kuat, orang pelit menjadi dermawan, dan orang-orang keras menjadi lembut. Cinta menyirnakan keletihan, cinta juga membuat orang sabar dengan penderitaan (halaman 16).
Di sisi lain, ternyata, dengan cinta yang dimiliki, orang lebih ingin memberikan sesuatu ketimbang meminta, karena cinta hanya mengenal kata memberi, bukan meminta. Kepada siapa pun yang kita cintai, kita hanya berpikir bagaimana memberi kepadanya sesuatu, tanpa pamrih. Menariknya, justru karena itulah kebahagiaan datang, lalu singgah bersemayam dalam hati (Hal17).
Didasarkan pada pengalamannya sebagai entrepreneur, Laode menulis, “Lama mencari, akhirnya saya temukan bahwa ‘mutiara termahal’ yang ada dalam dunia bisnis dan entrepreneur adalah cinta, tidak lebih. Cintalah yang menggerakkan seorang businessman dan entrepreneur dari zero to hero, dari miskin menjadi kaya, dari gagal menjadi suksesĂ– Cintalah yang menjadi energi dahsyat kesuksesan tak terbatas keberhasilan hidup tak terperikan dan lompatan bisnis tak terbayangkan. Dan ternyata, cinta pulalah yang menjadikan bisnis Rasulullah begitu maju pesat. Itulah ‘’mutiara termahal’’ yang saya simpulkan dalam perjalanan saya selama ini” (halaman 28).
Muhammad dikenal sebagai businessman ulung yang mencintai pelanggannya. Rasa cinta itulah yang menggerakkan beliau untuk memberikan pelayanan maksimal kepada mereka, untuk selalu berlaku jujur demi kepuasan pelanggan (Hal 34). Rasulullah sangat memerhatikan adanya hukum timbal balik dan hukum pantul. Seberapa besar kontribusi yang diharapkan dari bisnisnya sangat tergantung dari seberapa besar rasa cinta terhadap pekerjaan dicurahkan oleh seorang pebisnis terhadap pekerjaannya. Seberapa besar umpan balik yang diinginkan sangat terkait dengan seberapa besar rasa cinta diberikan kepada pelanggan dan relasi yang dialokasikan ke dalam kejujuran, perilaku mulia, dan ketulusan hati.
Mencintai Waktu
Elemen-elemen itulah yang dijadikan modal dalam bisnis Rasulullah, yang dijabarkan ke dalam tujuh modal cinta, yakni mencintai diri sendiri, mencintai waktu, mencintai pekerjaan, mencintai konsumen, mencintai bawahan, mencintai pimpinan, dan mencintai pesaing. Rasulullah adalah pecinta sejati. Inspirasinya tentang cinta tak habis untuk digali. Tutur kata dan lakunya, semua adalah cerminan cinta. Antara cinta dan dirinya, ibarat air dengan pewarna, selalu saja bercampur di mana pun mereka berada (halaman 66).
Cinta sebagai gambaran perilaku bisnis Rasulullah yang digambarkan dalam buku ini diharapkan menjadi uswatun khasanah dalam perilaku bisnis. Selama ini keteladanan Rasulullah lebih banyak dikaitkan dengan muamalah, bukan dalam masalah bisnis. Maka buku ini menggambarkan sisi lain beliau, dan masa-masa muda sebelum diangkat menjadi Nabi di tengah masih (relatif) minimnya referensi tentang Muhammad muda dan bisnis Rasulullah.
Dari yang langka itu, Laode dengan ketiga bukunya ingin mengisi kekurangan tersebut. Buku yang diluncurkan di sela-sela acara Gebyar Muharam 1431 Hijriah di Unissula Semarang ini dikemas dengan bahasa pop, untuk memudahkan pemahaman bagi siapa saja yang membacanya.
Buku ini akan menjadi lebih “bersih” kalau saja kesalahan-kesalahan kecil seperti salah ketik bisa diperbaiki pada penerbitan berikutnya. Pada halaman 63 baris ke 13 misalnya, tertulis “dipartikkan” yang seharusnya “dipraktikkan”. Atau pada halaman 37, “transakasi bisnis tidak akan terjadi dengan saling ridha”. Mungkin yang dimaksud penulis, “transaksi bisnis tidak akan terjadi “kecuali” dengan saling ridha”, atau “transaksi bisnis akan terjadi apabila atau dengan saling ridha”.
http://suaramerdeka.com/
PASTILAH tak seorang pun ingin hidup susah. Semua mendambakan hidupnya berjalan lancar, tanpa hambatan sekecil apa pun. Meminjam terminologi Islam, kita ingin hidup istikamah dengan rezeki yang barokah, jauh dari susah. Tak terkecuali kalangan pebisnis dan pedagang. Untuk yang terakhir ini, siapa saja mereka, dari mana berasal, dari ras mana pun, telah ditawarkan resep jitu dengan hasil nyata karena ada bukti dan cerita yang mengisahkannya. Resep bisnis barokah itu “ditawarkan” oleh Rasulullah SAW melalui teladan dan contoh, yang siapa pun bisa membaca dan menirunya.
Allah mengingatkan, pada diri Rasulullah terdapat contoh yang bagus (uswatun hasanah) bagi orang-orang yang selalu berharap akan “hadirnya” Allah dan yakin akan adanya hari akhir, dan banyak berzikir kepada-Nya. Uswah hasanah pada diri Rasulullah tentu erat terkait dengan eksistensi ke-maksum-an Muhammad, yang perilaku dan tutur katanya terjaga dari ketidakterpujian. Muhammad Rasulullah adalah sumber mata air hikmah yang tak pernah kering sepanjang masa. Sososok pribadi mulia yang sepanjang hidupnya dikenal sebagai pribadi penuh cinta dan kasih sayang (halaman 9).
Dari contoh-contoh Nabi dalam berbisnis, penulis buku ini ingin menegaskan, “berbisnislah dengan berbasis cinta sebagaimana diteladankan oleh Rasulullah, niscaya bisnismu akan barokah”.
Berbagai teladan bisnis Rasul, oleh Rektor Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) Semarang periode 2009-2013 itu, dengan gamblang dan bahasa lugas digambarkan lewat buku dengan Subjudul “Bagaimana Rasulullah SAW Bisa Cepat Kaya di Usia Muda Hanya Bermodal Cinta”. Buku ini merupakan karya ketiga Laode dalam serial bisnis Rasulullah. Buku pertama, 14 Langkah Bagaimana Rasulullah Membangun Kerajaan Bisnis, membahas berbagai sisi positif yang dimiliki dalam menghadapi kerasnya kehidupan, yang kemudian disikapi dengan langkah-langkah positif dan strategis untuk menaklukkan kehidupan yang keras itu.
Rahasia Muhammad
Buku kedua, Rahasia Bisnis Rasulullah, lebih mengarah pada rahasia Muhammad dalam mengelola bisnisnya dengan 12 kunci sukses. Logi ketiga dari trilogi “manajemen Rasul” ini menitikberatkan bahasan pada “modal utama Rasulullah” dalam berbisnis. Modal kesuksesan dan kejayaan itu adalah cinta. Laode yang dikenal sebagai satu-satunya pakar ekonomi maritim di Indonesia itu menggarisbawahi, cinta merupakan energi yang mahadahsyat. Laksana lampu raksasa, ia menerangi setiap lubuk hati manusia. Cinta adalah energi yang mampu mengubah orang lemah menjadi kuat, orang pelit menjadi dermawan, dan orang-orang keras menjadi lembut. Cinta menyirnakan keletihan, cinta juga membuat orang sabar dengan penderitaan (halaman 16).
Di sisi lain, ternyata, dengan cinta yang dimiliki, orang lebih ingin memberikan sesuatu ketimbang meminta, karena cinta hanya mengenal kata memberi, bukan meminta. Kepada siapa pun yang kita cintai, kita hanya berpikir bagaimana memberi kepadanya sesuatu, tanpa pamrih. Menariknya, justru karena itulah kebahagiaan datang, lalu singgah bersemayam dalam hati (Hal17).
Didasarkan pada pengalamannya sebagai entrepreneur, Laode menulis, “Lama mencari, akhirnya saya temukan bahwa ‘mutiara termahal’ yang ada dalam dunia bisnis dan entrepreneur adalah cinta, tidak lebih. Cintalah yang menggerakkan seorang businessman dan entrepreneur dari zero to hero, dari miskin menjadi kaya, dari gagal menjadi suksesĂ– Cintalah yang menjadi energi dahsyat kesuksesan tak terbatas keberhasilan hidup tak terperikan dan lompatan bisnis tak terbayangkan. Dan ternyata, cinta pulalah yang menjadikan bisnis Rasulullah begitu maju pesat. Itulah ‘’mutiara termahal’’ yang saya simpulkan dalam perjalanan saya selama ini” (halaman 28).
Muhammad dikenal sebagai businessman ulung yang mencintai pelanggannya. Rasa cinta itulah yang menggerakkan beliau untuk memberikan pelayanan maksimal kepada mereka, untuk selalu berlaku jujur demi kepuasan pelanggan (Hal 34). Rasulullah sangat memerhatikan adanya hukum timbal balik dan hukum pantul. Seberapa besar kontribusi yang diharapkan dari bisnisnya sangat tergantung dari seberapa besar rasa cinta terhadap pekerjaan dicurahkan oleh seorang pebisnis terhadap pekerjaannya. Seberapa besar umpan balik yang diinginkan sangat terkait dengan seberapa besar rasa cinta diberikan kepada pelanggan dan relasi yang dialokasikan ke dalam kejujuran, perilaku mulia, dan ketulusan hati.
Mencintai Waktu
Elemen-elemen itulah yang dijadikan modal dalam bisnis Rasulullah, yang dijabarkan ke dalam tujuh modal cinta, yakni mencintai diri sendiri, mencintai waktu, mencintai pekerjaan, mencintai konsumen, mencintai bawahan, mencintai pimpinan, dan mencintai pesaing. Rasulullah adalah pecinta sejati. Inspirasinya tentang cinta tak habis untuk digali. Tutur kata dan lakunya, semua adalah cerminan cinta. Antara cinta dan dirinya, ibarat air dengan pewarna, selalu saja bercampur di mana pun mereka berada (halaman 66).
Cinta sebagai gambaran perilaku bisnis Rasulullah yang digambarkan dalam buku ini diharapkan menjadi uswatun khasanah dalam perilaku bisnis. Selama ini keteladanan Rasulullah lebih banyak dikaitkan dengan muamalah, bukan dalam masalah bisnis. Maka buku ini menggambarkan sisi lain beliau, dan masa-masa muda sebelum diangkat menjadi Nabi di tengah masih (relatif) minimnya referensi tentang Muhammad muda dan bisnis Rasulullah.
Dari yang langka itu, Laode dengan ketiga bukunya ingin mengisi kekurangan tersebut. Buku yang diluncurkan di sela-sela acara Gebyar Muharam 1431 Hijriah di Unissula Semarang ini dikemas dengan bahasa pop, untuk memudahkan pemahaman bagi siapa saja yang membacanya.
Buku ini akan menjadi lebih “bersih” kalau saja kesalahan-kesalahan kecil seperti salah ketik bisa diperbaiki pada penerbitan berikutnya. Pada halaman 63 baris ke 13 misalnya, tertulis “dipartikkan” yang seharusnya “dipraktikkan”. Atau pada halaman 37, “transakasi bisnis tidak akan terjadi dengan saling ridha”. Mungkin yang dimaksud penulis, “transaksi bisnis tidak akan terjadi “kecuali” dengan saling ridha”, atau “transaksi bisnis akan terjadi apabila atau dengan saling ridha”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar