Senin, 04 Mei 2009

M. Irfan Hidayatullah, Identitas Lokal dan Hegemoni Pemikiran Barat

M. Irfan Hidayatullah, Agus Rakasiwi, Wawancara
http://pr.qiandra.net.id/

Kampus-kampus di Jawa Barat harus mulai memunculkan wacana lokalitas demi mengimbangi arus besar pemikiran barat. Tentu ini bukan sekadar keinginan menampilkan primordialisme. Juga lebih dari sekadar mewacanakan sebuah identitas. Mewacanakan tentang lokalitas bisa berarti menggali kembali khazanah pemikiran yang menjadi fondasi keberadaan sebuah entitas sosial.


Sudah tidak asing kita mengenal nama-nama seperti Plato dan Aristoteles di zaman Yunani. Di pertengahan abad ke-20, nama-nama seperti Juergen Habermas dan Foucault mendiami pula alam pemikiran sosial di berbagai kawasan. Tidak terkecuali di Indonesia.

Pemikiran para filsuf zaman Yunani kuno hingga modern menjadi arus besar para aktivis dan akademisi untuk menggali kondisi sosial dan budaya di Indonesia. Di bidang kebudayaan, pemikiran mereka pun biasa digunakan untuk membedah wilayah-wilayah sastra. “Yang terjadi memang pemikiran itu mengglobal dan dikonsumsi sebagai pisau analisis yang dipandang paling objektif untuk mengamati kondisi sosial di luar dunia barat,” ujar M. Irfan Hidayatullah, dosen Program Studi Sastra Indonesia Universitas Padjadjaran.

Upaya mengimbangi pemikiran barat sudah lama terjadi. Di kawasan Asia, nama-nama tokoh pemikir seperti Lao Tse, Kong Fu Tse, Sidharta Gautama sampai ke Mao Zedong kembali dibicarakan. Di kalangan Islam Timur Tengah, nama-nama Ibnu Sina dan Al-Ghazali sudah mewacana di kalangan intelektual Islam.

Namun, sekarang bagaimana dengan Indonesia? Adakah di negeri yang memiliki banyak etnis muncul pemikir sosialnya? Nampaknya masih perlu dicari kembali orang-orang seperti Kuntowijoyo. Dia dikenal bisa mengimbangi pemikiran barat dengan ide-ide lokalitas Jawa dan Islam dalam sastra profetiknya. Dalam ilmu sosial dan politik pula ada nama Tan Malaka. Dia satu-satunya tokoh yang mau membumikan pikiran-pikiran filsuf seperti Hegel dan Karl Marx. “Kita masih butuh orang-orang seperti itu,” ucap Irfan yang tengah menempuh studi S-3 Ilmu Susastra di Universitas Indonesia.

Apakah bisa? Ide ini yang ingin dibumikan oleh Irfan. Dia berpendapat tentang filosofi Sunda yang bisa diteruskan pada tataran yang lebih teoretis dan bisa diterjemahkan untuk menganalisa kondisi kesastraan di kawasan lokal Jawa Barat. Untuk Indonesia? Pasti ada potensi lokal yang bisa dikembangkan. Dan apakah urgensinya? Berikut obrolan Kampus dengan kawan yang juga duduk sebagai Ketua Umum Forum Lingkar Pena. Sebuah forum kesusastraan. Wawancara dilakukan di rumahnya di bilangan Riung Bandung, Minggu (7/9).

Apa maksud wacana lokalitas sebagai dasar pemikiran pembedahan sastra di Jawa Barat?

Banyak dosen yang kuliah di luar negeri lalu pulang membawa oleh-oleh berupa pemikiran tentang cultural studies, dekonstruksi, post kolonial, dan lain-lain. Yang juga sedang tren di Universitas lain di Indonesia. Itu sudah banyak. Tetapi yang belum ada adalah penggalian-penggalian identitas lokal. Jarang sekali ada yang membongkar nilai-nilai dan pemikiran lokal ini. Jadi semacam tabu untuk berefleksi pada kultur lokal. Dan, seharusnya Unpad bisa mengangkat soal Sunda. Bahwa Sunda memiliki nilai estetika dalam karya sastra. Ini tantangan berat karena konon objektif dan ilmiah itu harus dari barat.

Kenapa tidak ikut tren?

Kalau ikut dalam tren pemikiran yang sudah itu kan sudah banyak dan tidak aneh. Kalau kita memilih Sunda karena beberapa alasan. Pertama, Unpad berada di tatar Sunda sehingga sudah seharusnya memandang nilai-nilai kesundaan. Kedua, tentu saja bakal menjadi ciri khas buat Unpad sendiri. Kalau melihat keseluruhan fakultas sastra memang ada banyak nama yang menguasai mazhab-mazhab post struktural. Tetapi wajah fakultas sastra bukan ditentukan oleh satu-dua jurusan. Buat Sastra Indonesia masih berpolemik di situ.

Polemik itu maksudnya bahwa saya sendiri melihat bahwa ada sesuatu yang bisa digali. Itu terkait dengan tradisi lokal. Menurut saya, itu memang bisa diajarkan tetapi teori-teori yang belum tercipta di Indonesia dan Sunda ini harus tetap dipikirkan. Kadang kita menerapkan teori barat dengan konteks sosial dan sastra Indonesia. Apakah tepat secara akar permasalahan? Kita tahu teori-teori itu muncul dari masalah sosial di wilayah mereka sendiri. Seperti contoh, apakah sama mengupas masalah perempuan di Indonesia dengan di Eropa. Tetapi dengan pukul rata, karena tren teori-teori itu dipakai begitu saja.

Apakah karena kita kekurangan pemikir teori kebudayaan atau sastra sendiri?

Memang seperti itu. Ahli sastra yang peduli pada manusia Indonesia sudah habis. Dulu, misalnya, ada Mochtar Loebis, dan Kuntowijoyo. Tetapi mereka habis bersama dengan ketiadaan mereka. Sekarang siapa yang sisa?

Habis karena apa?

Itu teks njelimet sekali. Bisa ada politik, hegemoni kebudayaan, yang dengan mudah sekali barat mencuci otak kita. Paling mudah adalah dengan beasiswa ke luar negeri yang menjadi bagian cara-cara untuk menyebarkan nilai-nilai mereka. Hasilnya, output dalam pemikiran sama saja. Mereka belajar hal yang sama sebagai tren. Estetika lokal cuma dicangkokkan pada aliran besar teori-teori tadi. Filosofi mendasar jarang sekali digali sampai ke tataran teori. Ambil contoh Kuntowijoyo. Saya ambil dia dalam tesis saya. Dia menarik ketika mencoba melawan barat walaupun dengan sederhana tetapi sudah mulai berteori.

Apa karena para doktor itu tidak mau berfilosofi?

Karena ada budaya luhung dalam berteori itu harus ke barat. Saat saya melakukan tesis estetika sastra profetik itu sebagai landasan untuk mengkritik. Tetapi ditanya siapa dia? Apakah sudah teruji teorinya? Saya yakin banyak pemikir kita seperti Ajip Rosidi itu banyak teori yang terkandung dalam tulisan-tulisannya. Begitu pula dengan Goenawan Mohamad. Sudah harus mulai melacak pemikiran mereka.

Kaitan dengan memunculkan para ahli sastra dan pemikir kebudayaan di Unpad, apa sebenarnya misi Sastra Indonesia?

Kondisi yang tidak hanya dari luar. Oleh orang dalam memang menjadi problem bersama. Karena di era sekarang, institusi pendidikan harus mengeluarkan produk/keluaran yang layak pasar. Sudah cenderung ke materialis. Makanya sudah ada BHPMN. Parameter pasar ini sudah banyak pengkajian yang melahirkan perombakan kurikulum dan kegiatan yang meningkat intelektualitas. Dan mulai menyentil mahasiswa yang tidak mau berkomunitas.

Komunitas mahasiswa, saat saya kuliah, itu banyak sekali. Dan bisa ada majalah terbitan-terbitan mahasiswa sebagai ruang aktuliasasi intelektualitas kesastraan. Itu menjadi PR buat hari ini. Kenapa? Karena dilihat oleh masyarakat banyak lulusan sastra menuju ke tataran praktis. Kalau editor banyak, pengajar di bimbel banyak, dosen juga banyak. Tetapi dalam hal-hal yang kurang populer.

Sementara itu, stigma masyarakat dan visi jurusan mengeluarkan lulusan-lulusan yang menjadi ahli keilmuan murni. Tetapi sebagian tidak tercapai karena budaya menulis yang agak kurang. Menulis dan baca itu kurang. Tetapi kalau dari sisi teori itu bisa dikuasai.

Bekerja di ranah yang tidak populer itu karena dikondisikan?

Sudah jelas karena pengondisian yang kurang. Saya kira ini karena efek pindah ke Jatinangor. Kreativitas di sini seperti mati. Dalam artian, fasilitas dan rasa tempat.

Kira-kira bisakah dikondisikan dengan sistem?

Itulah yang sedang dicoba dengan adanya kurikulum baru. Katakanlah dulu tidak ada kajian komik, sekarang ada. Lalu ada penulisan kreatif juga. Itu dicoba dan digulirkan. Imbasnya memang kelihatan. Walaupun masih minim tetapi ada aktivitas dari mahasiswa, misalnya, komunitas sastra muncul lagi. Masalahnya, adalah jaringan mereka ke media agak kurang. Mereka jarang menyampaikan karya mereka ke media. Pernah ada tetapi pelan-pelan menghilang. Kayaknya tidak bisa mempertahankan diri mungkin karena ada kebutuhan lain. Inikan masalah kebertahanan di dunia literasi. Ini kan PR buat fakultas sastra untuk menanamkan etos bahwa menulis itu seorang bisa bertahan dengan finansial. Kalau dia bisa melewati masa-masa krisis.

Antara linguistik dengan sastra, saya sering mendengar dari mahasiswa seperti ada pembedaan. Yang satu “keren” dan yang lain tidak. Menurut Anda?

Paling banyak memang 10 orang yang masuk ke sastra. Karena dianggap rumit tidak seperti linguistik. Bukan rumit sebenarnya tetapi karena teori-teori kebudayaan berkembang sangat cepat. Sastra di jurusan Sastra Indonesia dianggap jurusan untuk orang-orang yang suka baca, menulis, dan berdiskusi. Apakah ini berat? Saya kira tidak.

Akan tetapi saat ini saya lihat sudah ada peleburan. Artinya yang belajar di linguistik juga sudah bicara wacana-wacana subjektif seperti analisis wacana, dekonstruksi, dan lain-lain.

Kalau penjurusan sastra memang diperhitungkan di Unpad, adakah keinginan program studi menyediakan bahan bacaan seperti “Horizon”?

Di sastra Indonesia itu memang tidak ada. Paling-paling dilakukan oleh individu. Itu sebenarnya parameter selain koran dan jurnal-jurnal. Ada jurnal sastra di kampus tetapi periodisitasnya kembang-kempis. Namanya Ukula. Dari kebiasan membaca dan mengolah potensi-potensi lokal, menjadi lebih penting adalah meneruskan kembali tradisi ilmiah. Memunculkan kembali para pemikir yang mau menggali kembali filosofi lokal.***

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Alexander A. Anzieb A. Aziz Masyhuri A. Dahana A. Khoirul Anam A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.C. Andre Tanama A.J. Susmana A.S. Laksana A’an Jindan AS Abd. Mun’im Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kirno Tanda Abdul Lathif Abdul Malik Abdul Rauf Singkil Abdul Walid Abdurrahman Wachid Abdurrahman Wahid Abid Rohmanu Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adek Alwi Adhi Pandoyo Adhitia Armitrianto Adhy Rical Adi Faridh Adian Husaini Adin Aditya Ardi N Adreas Anggit W. Adrizas Adu Pesona Sang Wakil Presiden RI AF. Tuasikal Afri Meldam Afrizal Malna AG. Alif Agama Agama Para Bajingan Agit Yogi Subandi Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Rakasiwi Agus Sulton Agus Wibowo Agus Wirawan Aguslia Hidayah AH J Khuzaini Ah. Atok Illah Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Anshori Ahmad Damanik Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Gaus Ahmad Hasan MS Ahmad Jauhari Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Naufel Ahmad S. Zahari Ahmad Syafii Maarif Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ainul Fiah Akbar Ananda Speedgo Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhmad Siddiq Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Akmal Nasery Basral Aksin Wijaya Al-Fairish Al-Ma'ruf I Al-Ma'ruf II Alang Khoiruddin Albert Camus Ali Mahmudi Ch Alia Swastika Alvi Puspita Alvin Amien Wangsitalaja Aminah Aming Aminoedhin Ana Mustamin Anam Rahus Anas AG Andhi Setyo Wibowo Andi Gunawan Andry Deblenk Angela Anggie Melianna Anindita S. Thayf Anis Ceha Anitya Wahdini Anjrah Lelono Broto Antologi Sastra Lamongan Anugerah Ronggowarsito Anwar Nuris Aprillia Ika Arida Fadrus Aridus Arie MP Tamba Arie Yani Arief Junianto Ariel Heryanto Ariera Arif Bagus Prasetyo Aris Kurniawan Armawati Arswendo Atmowiloto Art Sabukjanur Arti Bumi Intaran Arwan Aryo Wisanggeni Aryo Wisanggeni Gentong AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Ashadi Ik Asrama Mahasiswa Aceh Sabena Asro Kamal Rokan Astrid Reza Asvi Warman Adam Atafras Atok Witono Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Azwar Nazir Baca Puisi Badrus Siroj Bahrul Ulum A. Malik Balada Bambang kempling Bambang Riyanto Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bastian Zulyeno Beni Setia Benni Setiawan Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Koran Berita Utama Bernando J. Sujibto Bernarda Rurit Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Biografi Bre Redana Brunel University Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Jay Utomo Budi P. Hatees Budi Palopo Budi Setyarso Budi Sp. Indrajati Budiman S. Hartoyo Budiman Sudjatmiko Buku Kritik Sastra Buldanul Khuri Candrakirana Cangaan Ujungpangkah Gresik Jawa Timur Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cawapres Jokowi Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chavchay Syaifullah Choirul Rikzqa Christian Heru Cahyo Saputro Cover Buku D. Dudu AR D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dadang Widjanarko Damiri Mahmud Dani Fuadhillah Daniel Paranamesa Darju Prasetya Dati Wahyuni Dawet Jabung Ponorogo Dedykalee Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Desa Glogok Karanggeneng Lamongan Deshinta Arofah Dewi Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan Dewi Anggraeni Dian Sukarno Diana A.V. Sasa Didik Kusbiantoro Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diskusi buku Djadjat Sudradjat Djasepudin Djoko Pitono Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Djulianto Susantio Dody Kristianto Dody Yan Masfa Dorothea Rosa Herliany Dr Andi Irawan Dr Siti Muti’ah Setiawati Dr. Hilma Rosyida Ahmad Drs H Choirul Anam Drs. Solihin Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwidjo Maksum Dyah Ayu Fitriana Eddi Koben Edeng Syamsul Ma’arif Edy Apriyanto Sudiyono Edy Firmansyah Edy Susanto Efri Ritonga EH Ismail Eidi Krina Jason Sembiring Eka Budianta Eko Hartono Eko Hendrawan Sofyan Eko Hendri Saiful El Sahra Mahendra Elita Sitorini Elly Trisnawati Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Em. Syuhada' Emha Ainun Nadjib Encep Abdullah Eni Sulistiyawati Eny Rose Esai Ester Lince Napitupulu Etik Widya Evan Ys F Rahardi Fahrudin Nasrulloh Fahrur Rozi Fajar Alayubi Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fathan Mubarak Fathul Qodir Fathul Qorib Felix K. Nesi Festival Gugur Gunung Festival Seni Surabaya 2011 Festival Teater Religi Pelajar SLTA Se-kabupaten Lamongan Fikri. MS Fiqih Arfani Firman Daeva Forum Lingkar Pena Lamongan Forum Penulis dan Penggiat Literasi Lamongan (FP2L) Forum Santri Nasional Forum Santri Nasional (FSN) Free Hearty Galuh Tulus Utama Gandis Uka Ganug Nugroho Adi Gedung Sabudga UNISDA Lamongan Gendut Riyanto Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gesit Ariyanto Gita Pratama Glenn Fredly Goenawan Mohamad Golput Gombloh Gombloh (1948 – 1988) Grathia Pitaloka Gugun el-Guyanie Gunoto Saparie Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Dur H.B. Jassin Hadi Napster Hafis Azhari Halim HD Halimi Zuhdy Hamid Dabashi Han Gagas Hardi Hamzah Hari Prasetyo Haris Del Hakim Haris Saputra Hary B Kori’un Hasan Basri Marwah Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasyim Asy’ari Hendro Situmorang Henri Nurcahyo Henry H Loupias Hera Khaerani Heri CS Heri Kris Heri Latief Heri Listianto Herman RN Hernadi Tanzil Herry Lamongan Heru Kuntoyo Heru Kurniawan Hikmat Darmawan Holy Adib Hudan Hidayat Hujuala Rika Ayu Humaidi Humam S Chudori I Made Asdhiana I Nyoman Suaka I. B. Putera Manuaba IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ichwan Prasetyo Ida Fitri Ignas Kleden Ilham Safutra Ilham Wancoko Imam Munadjat Imam Nawawi Imam Zanatul Huaeri Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Iman Herdiana Imron Arlado Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indigo Art Space Madiun Indra Tjahyadi Indrian Koto Ingki Rinaldi Iqmal Tahir Is Faridatul Arifah Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Zulkarnain Isra’ Mi’raj Iswadi Pratama Iswara N Raditya Iva Titin Shovia Iwan Awaluddin Yusuf Iwan Gunadi J. Sumardianta Jamrin Abubakar Jansen Sinamo Janu Jolang Janual Aidi Javed Paul Syatha Jayaning S.A Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jemie Simatupang Jenny Ang Jiero Cafe Jihan Fauziah JJ. Kusni Jl Simo Jo Batara Surya Jodhi Yudono Joko Budhiarto Joko Sadewo Joko Sandur Joko Widodo Jones Gultom Joni Ariadinata Joresan Mlarak Ponorogo Joseph E. Stiglitz Jual Buku Paket Hemat Junus Satrio Jurnalisme Sastra K. Hirzuddin Hasbullah K.H. Anwar Manshur K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma’ruf Amin K.H. Masrikhan Asy'ari K.H. Mudzakir Ma'ruf Kadjie MM Kajian Kitab Nashoihul 'Ibad Kang Daniel Karanggeneng Kartika Foundation Kasanwikrama Kasnadi Katrin Bandel Kedai Kopi Sastra Kekal Hamdani Kemah Budaya Panturan (KBP) Kesenian KH. M. Najib Muhammad KH. Ma'ruf Amin Khairul Mufid Jr Khawas Auskarni Khoirul Anwar Khoirul Inayah Khoirul Naim Khoirul Rosyadi Ki Ompong Sudarsono Kitab Arbain Nawawi Kitab Puisi Suluk Berahi karya Gampang Prawoto Ko Hyeong Ryeol Koh Young Hun Koko Sudarsono Komaruddin Hidayat Kompas TV Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sastra Teater Lamongan (KOSTELA) Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Kopi Bubuk Mbok Djum Kopuisi Korban Gempa di Lombok Kospela KPRI IKMAL Lamongan Kris Razianto Mada Kritik Sastra Kurnia Sari Aziza Kurniawan Kusni Kasdut Kuswaidi Syafi’ie Kuswinarto Lagu Laili Rahmawati Laksmi Sitoresmi Lamongan Lan Fang Larung Sastra Lathifa Akmaliyah Latif Fianto Leila S. Chudori Leo Tolstoy Lina Kelana Listiyono Santoso Liya Izzatul Iffah Liza Wahyuninto Lucky Aditya Ramadhan Ludruk Jawa Timur Lukisan Lukman Alm Lukman Santoso Az Luqman Almishr Lustantini Septiningsih Lutfi S. Mendut Lynglieastrid Isabellita M Ismail M Zainuddin M. Afif Hasbullah M. Faizi M. Iqbal Dawami M. Irfan Hidayatullah M. Latief M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Lutfi M. Mushthafa M. Riza Fahlevi M. Yoesoef M.D. Atmaja M’Shoe Madrasah Ibtida’iyah Thoriqotul Hidayah 1 Maghfur Munif Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahmud Syaltut Usfa Mahwi Air Tawar Majelis Ulama Indonesia Makalah Tinjauan Ilmiah Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Mantan Pastur Hafidz Al-Qur'an Maqhia Nisima Mardi Luhung Margita Widiyatmaka Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Marjohan Marsel Robot Martin Aleida Martin Hatch Marwan Ja'far Marwita Oktaviana Marzuki Mustamar Mashuri Masjid Tegalsari di Pesantren Gerbang Tinatar Masuki M. Astro Matroni el-Moezany Matroni Muserang Max Arifin Maya Handhini Mbah Kalbakal Medco Media Jawa Timur Medri Osno Mega Vristian Mei Anjar Wintolo Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Memoar Purnama di Kampung Halaman Menggalang Dana Amal Mentari Meida Mh Zaelani Tammaka Michael Gunadi Widjaja Mien Uno (Ibunda Sandiaga Uno) Misbahul Huda Misbahus Surur Moch. Faisol Mochammad A. Tomtom Moh Samsul Arifin Moh. Ghufron Cholid Mohamad Ali Hisyam Mohammad Afifi Mohammad Rafi Azzamy Mts Putra-Putri Simo-Sungelebak Muh Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ghannoe Muhammad Ghufron Muhammad Hidayat Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad N. Hassan Muhammad Rain Muhammad Taufik Muhammad Yasir Muhammad Zia Ulhaq Muhammadun A.S. Muhibin AM Muhidin M Dahlan Mujtahid Mujtahidin Billah Mukafi Niam Mukhsin Amar Mukti Sutarman Espe Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Mun'im Sirry Muntamah Cendani Museum Bikon Blewut Ledalero Musfarayani Musfi Efrizal Musyayana Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Nabi Adam Nanang Fahrudin Nandang Darana Naskah Monolog Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Ni Luh Made Pertiwi F Nindya Herdianti Ninin Nurzalina Wati Nitis Sahpeni Nono Anwar Makarim Noor H. Dee Noorsam Noval Jubbek Novel Pekik Novianti Setuningsih Nu’man ‘Zeus’ Anggara Nur Hamzah Nur Haryanto Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nuruddin Al Indunissy Nurul Aini Nurul Anam Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nuswantoro Nyimas Nyoman Tingkat Obrolan Oktamandjaya Wiguna Oky Sanjaya Opini Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Oyos Saroso H.N. Padepokan Lemah Putih Surakarta Pagelaran Musim Tandur Pameran Seni Rupa Panda MT Siallagan Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Pekan Literasi Lamongan Pelukis Dahlan Kong Pelukis Jumartono Pelukis Saron Pelukis Senior Tarmuzie Pendidikan Penerbit SastraSewu Penerbitan dan Toko Buku PUstaka puJAngga Lamongan Pengajian Pengetahuan Perang Peringatan Hari Pahlawan 10 November Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW Pesantren An Nawawi Tanara (Penata) Pesantren Kampung Inggris Peserta TEMU SASTRA JAWA TIMUR 2011 Petrik Matanasi Pilang Tejoasri Laren Lamongan Pilang Tejoasri Laren Lamongan Jawa Timur Pilkada Piramid Giza Politik Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang Pradana Boy ZTF Pradaningrum Mijarto Pramoedya Ananta Toer Prih Prawesti Febriani Pringadi AS Prof Dr Achmad Zahro Prof Dr Aminuddin Kasdi Profil MA Matholi'ul Anwar Prosa Puisi Puisi Menolak Korupsi Puisi Menolak Korupsi (PMK) Puji Hartanto Puji Santosa Puput Amiranti N Purwanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Puspita Rose Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putri Utami Putu Satria Kusuma Putu Setia Putu Wijaya R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R.Ng. Ronggowarsito Rabdul Rohim Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahmat Sazaly Rahmat Sularso Nh Raihul Fadjri Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Rambuana Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Redland Movie Rengga AP Reni Lismawati Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Riadi Ngasiran Rian Sindu Ribut Wijoto Rieke Diah Pitaloka Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Rizka Halida Rizky Putri Pratimi Robin Al Kautsar Rocky Gerung Rodli TL Rofiqi Hasan Rohmad Hadiwijoyo Rohmah Maulidia Rohman Abdullah Rojiful Mamduh Rosdiansyah Rosi Rosidi Roso Titi Sarkoro Rumah Budaya Pantura (RBP) Rumah Budaya Pantura Lamongan Rumah Literasi Rx King Motor S Yoga S. Jai S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabrank Suparno Saiful Amin Ghofur Saifur Rohman Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sandiaga Uno Sanggar Pasir Sanggar Pasir Art and Culture Santi Puji Rahayu Sapardi Djoko Damono Sardono W Kusumo Sartika Sari Sarworo Sp Sastra Facebook Satmoko Budi Santoso Satrio Lintang Satyagraha Hoerip Saut Situmorang Savidapius Sayuri Yosiana Sayyid Fahmi Alathas Sejarah Sekolah Literasi Gratis SelaSAstra Boenga Ketjil SelaSAstra Boenga Ketjil #23 SelaSAstra Boenga Ketjil #24 Seni Ambeng Ponorogo Senirupa Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Shofiyatuz Zahroh Shohebul Umam JR Sholihul Huda Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Silfia Hanani Sindu Putra Sita Planasari Aquadini Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Hadi Purnomo Soediro Satoto Soegiharto Soeprijadi Tomodihardjo Soetanto Soepiadhy Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sony Wibisono Sosiawan Leak Sreismitha Wungkul Sri Igustin Sri Mulyani Sri Wintala Achmad Sriyanto Danoesiswoyo Stefanus P. Elu Stevani Elisabeth STKIP PGRI Ponorogo Student Center Kampus ISI Yogyakarta Subagio Sastrowardoyo Suci Ayu Latifah Sudarmoko Sugeng Ariyadi Sukitman Sumenep Sumiati Anastasia Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungelebak Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Suripto SH Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suwardi Endraswara Suyadi San Syafrizal Sahrun Syaifuddin Gani Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Syamsul Arifin Syamsul Rizal Syi'ir Syifa Amori Syifa Aulia T.A. Sakti Tajuddin Noor Ganie Tamrin Bey dan Robin Al Kautsar TanahmeraH ArtSpace Tarpin A. Nasri Taufik Rachman Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Teater Air Teater Bias Teater Biru Teater Cepak Teater Dua Teater Kanjeng Teater Lingkar Merah Putih Teater Mikro Teater nDrinDinG Teater Nusa Teater Padi Teater Roda UNISDA Lamongan Teater Sakalintang Teater Tali Mama Teater Taman Teater Tawon Teater Tewol Teguh LR Temu Karya Teater Jawa Timur XXI Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Teori Darwin Teori Fisika Hawking Tgk Abdullah Lam U Tharie Rietha The Ibrahim Hosen Institute Theresia Purbandini Thomas Koten Tien Rostini Timur Arif Riyadi Tjahjono Widarmanto Tjut Zakiyah Anshari Toeti Adhitama Tosa Poetra Tri Andhi S Triyanto triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S Tutut Herlina Ucu Agustin Udo Z. Karzi Ulil Abshar-Abdalla Umar Fauzi Uniawati Unieq Awien Universitas Jember Usman Arrumy Ustadz Bangun Samudra Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Vassilisa Agata Veven Sp. Wardhana Viddy AD Daery Video Vino Warsono Virdika Rizky Utama Vita Devi Ajeng Pratiwi W. Haryanto W.S. Rendra Wakos R. Gautama Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Suryandoko William Shakespeare Wisnu Kisawa Wiwik Widiyati Wong Wing King Wuri Kartiasih Y. Wibowo Yayasan Thoriqotul Hidayah 1 Yayat R. Cipasang Yesi Devisa Yesi Devisa Putri Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yonathan Rahardjo Yudhi Herwibowo Yudi Latif Yulianto Yuliawati Yunanto Sutyastomo Yunus Supriyanto Yurnaldi Yushifull Ilmy Yusri Fajar Yusuf AN Yusuf Suharto Yusuf Wibisono Yuval Noah Harari Yuyuk Sugarman Z. Mustopa Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zarra Martsella Zawawi Se Zed Abidien Zehan Zareez Zen Hae Zii Zuhdi Swt