Minggu, 11 Januari 2009

PEGAWAI NEGERI SANTAI

Maman S. Mahayana
http://mahayana-mahadewa.com/

Mengapa citra Pegawai Negeri Sipil (PNS) seolah-olah begitu tinggi dan prestisius? Adakah yang salah dari cara pandang masyarakat (awam) yang seperti itu? Sesungguhnya anggapan menjadi PNS –meski gaji per bulannya serba kurang—dapat mengangkat status sosial, memberi rasa aman, dan menjanjikan masa pensiun lebih terjamin merupakan representasi sikap mental yang dibangun sejak masa kolonial Belanda dan terus berlanjut hingga kini. Pada zaman Belanda, masyarakat kita (pribumi) diposisikan sebagai kelompok marjinal.


Lihat saja, penduduk pribumi berada dalam kasta paling rendah. Setelah golongan Kulit Putih (Belanda), masyarakat Timur Jauh (Jepang dan Cina), bangsawan, dan ambtenar, barulah di sana bercokol penduduk pribumi sebagai inlander. Posisinya yang paling bawah itu inferioritas, dan tindak sewenang-wenang pihak swasta melakukan pemecatan (PHK) telah membentuk

Kontroversi boleh-tidaknya Pegawai Negeri Sipil (PNS/KORPRI) menjadi pengurus partai politik, sesungguhnya tidak perlu terjadi jika semua pihak menempatkan masa depan bangsa dan negara ini di
atas segala-galanya. Kita memahami alasan Golkar ngotot mempertahankan hak politik PNS atas dasar Hak Asasi Manusia (HAM). Kita juga menyambut gembira sikap KORPRI sebagai wadah PNS, pemerintah, dan sejumlah anggota dewan untuk menempatkan PNS dalam posisi yang netral. Di masa lalu, selama Orde Baru, KORPRI memang carut-marut dan selalu menjadi objek berbagai kepentingan.
***

Mengapa KORPRI selalu menjadi objek berbagai kepentingan. Lalu apa yang menjadi persoalan mendasar keberadaan KORPRI sehingga ia selalu ditempatkan dalam posisi yang demikian dan diperlakukan seperti barang tak berjiwa? Berikut ini kita coba membuat semacam anatomi berbagai masalah internal yang melekat dalam diri KORPRI. Tuntutan loyalitas, dedikasi dan pengabdian KORPRI selalu dikaitkan dalam kerangka bagian dari birokrasi pemerintah. Dalam pelaksanaannya, tuntutan itu ditempatkan dalam hubungan pimpinan dan bawahan, dan bukan dalam konteks tugas dan tanggung jawab. Akibatnya, apapun yang dilakukan pimpinan, harus selalu dijalankan bawahan tanpa reserve.

Sikap ini sesungguhnya peninggalan birokrasi kolonial. Uraian Robert Van Niel (1958; 1984) mengenai terbentuknya elite modern di Indonesia merupakan cikal bakal kekeliruan pemahaman menempatkan pegawai pemerintah sebagai aparat birokrasi. Jika pada zaman Belanda, pegawai pemerintah harus loyal dan mengabdi kepada pemerintah, tujuannya memang untuk melanggengkan kekuasan kolonial di tanah jajahan. Oleh karena itu, hubungan vertikal antara pimpinan--bawahan, dimaksudkan agar pimpinan --yang hampir seluruhnya orang-orang Belanda-- dapat mengawasi dan mengendalikan para pegawai yang menjadi bawahannya.

Selepas merdeka, posisi pimpinan dalam birokrasi sebagian besar diisi oleh tokoh-tokoh partai. Maka, dapat diduga, kepentingan partai selalu mendomplengi tugas aparat birokrasi. Akibatnya, terjadi konflik kepentingan dalam tubuh birokrasi pemerintah. Pada gilirannya, keberadaan pegawai pemerintah pecah dan masuk ke dalam konflik-konflik kepentingan tadi.

Memasuki zaman Orde Baru, disadari bahwa perpecahan pegawai pemerintah berakibat sangat buruk bagi jalannya roda pemerintahan. Salah satu langkah positif untuk mengatasi persoalan itu, dibentuklah Korps Pegawai Negeri Republik Indonesia (KORPRI). Namun, di dalam perkembangannya, keberadaan KORPRI juga dimanfaatkan untuk kepentingan perolehan suara dalam setiap Pemilu.

Belakangan, dengan berbagai dalih KORPRI --di dalamnya termasuk PNS-- dituntut monoloyalitas hanya untuk satu golongan (:Golkar). Lewat perangkat birokrasi, anggota KORPRI digiring secara sistematik untuk kepentingan itu. Ditanamkan pula mitos bahwa pemerintah identik dengan Golkar. Oleh karena itu, menjadi pegawai negeri sama artinya dengan bekerja untuk Golkar. Lalu apa implikasinya bagi KORPRI dalam menjalankan tugasnya?

Pertama, hilangnya kemandirian peran KORPRI. Dengan pemahaman bahwa KORPRI bekerja untuk Golkar dan Golkar identik dengan pemerintah, maka loyalitas, dedikasi, dan pengabdiannya semata-mata demi kepentingan satu golongan. Akibatnya, terjadilah diskriminasi dalam tugas-tugas pelayanan masyarakat. Dengan demikian, semboyan KORPRI sebagai abdi masyarakat yang bertugas semata-mata untuk melayani kepentingan masyarakat, hanyalah slogan belaka.

Kedua, mengingat KORPRI berada dalam struktur birokrasi pemerintah, maka peran yang dijalankan anggota KORPRI selalu dalam jalur vertikal; tidak terlepas dari hubungan atasan--bawahan. Akibatnya terjadi kekacauan dalam memahami tugas, peranan, dan tanggung jawab. Semua masuk dalam kotak hierarki tadi. Dalam hal-hal tertentu, struktur birokrasi pemerintah yang demikian, memang merupakan kemestian. Persoalannya menjadi lain jika kemudian terjadi penyelewengan dan penyimpangan. Inilah yang terjadi dalam sebagian besar struktur birokrasi pemerintah selama ini.

Ketiga, sebagai akibat lanjutan dari butir kedua tadi, secara tidak langsung, terjadilah pemasungan kreativitas anggota (bawahan). Inisiatif individu terbelenggu oleh berbagai macam instruksi yang harus dijalankan tanpa reserve. Sikap kritis lalu dipandang sebagai pembangkangan dan mbalelo. Kesalahan atasan sebagai pemegang daulat kekuasaan menjadi sah dan mendapat toleransi seluas-luasnya. Sementara, apapun yang dilakukan bawahan, selalu berlindung di atas dalih "sekadar menjalankan tugas," meskipun tidak sesuai dengan hati nurani.

Keempat, dalam struktur birokrasi yang demikian, fungsi kontrol dengan sendirinya tidak berlaku. Kekuasaan menjadi alat untuk menjalankan tugas. Hubungan tugas yang berbau feodalisme ini, tentu saja secara langsung menciptakan begitu banyak aparat yang menjalankan tugasnya semata-mata lantaran kekuasaan, dan bukan atas dasar peranan dan tanggung jawab. Adanya "raja-raja" kecil di tingkat RT/RW dan kelurahan, misalnya, merupakan bentuk pengejawantahan tugas yang dijalankan atas dasar kekuasaan.
***

Dalam rangka menciptakan masyarakat madani (civil society) dan memasuki zaman Indonesia baru, keberadaan dan pemberdayaan KORPRI perlu diarahkan menuju profesionalisasi. Oleh karena itu, beberapa hal berikut ini patutlah menjadi bahan pertimbangan agar tujuan itu dapat tercapai dan kesalahan masa lalu tidak terulang kembali.

Pertama, kemandirian KORPRI sebagai pegawai pemerintah merupakan hal yang mutlak. Dengan kemandirian itu, ia tidak hanya dapat leluasa bekerja untuk semua golongan, tetapi juga dapat bertindak sebagai kekuatan tersendiri jika kelak ada partai /golongan yang berkuasa, melakukan penyelewengan. Dengan itu pula netralitasnya dan kredibilitas sebagai abdi masyarakat dapat pula dijalankan secara maksimal, tanpa hambatan psikologis lantaran ada berbagai tekanan kekuasaan.

Satu hal yang penting dari kemandirian itu adalah adanya kesadaran bahwa loyalitas, dedikasi, dan pengabdian KORPRI semata-mata untuk bangsa dan negara, dan bukan pada pemerintah yang berkuasa. Jadi, partai manapun yang berkuasa, KORPRI akan tetap loyal, bekerja penuh dedikasi, dan mengabdi hanya untuk kepentingan bangsa dan negara. Jika suatu saat kelak ada partai yang berkuasa melakukan penyelewengan, KORPRI berhak melakukan pembangkangan. Dampaknya, KORPRI akan selalu menjadi mitra partai yang berkuasa dan bukan objek atau alat penguasa.

Kedua, KORPRI sebagai aparat birokrasi, memang tidak dapat menghindarkan diri dari hierarki atasan-bawahan. Meskipun demikian, hubungan dalam jalur vertikal itu harus diikuti pula oleh peranan sebagai abdi masyarakat dan tanggung jawab dalam menjalankan peranan itu. Dalam hal inilah, perlu ada pembedaan yang jelas antara pemerintah sebagai pihak yang dipercayai untuk mengelola negara dan KORPRI sebagai petugas yang bekerja untuk kepentingan bangsa dan negara, dan bukan untuk kepentingan penguasa.

Ketiga, untuk pemberdayaan KORPRI dan kesadaran bahwa ia bekerja sebagai abdi masyarakat, maka penghargaan terhadapnya bukan semata-mata menyangkut soal loyalitas, dedikasi, dan kesetiaan semata-mata, tetapi juga prestasi kerja. Dengan demikian, penghargaan terhadap profesi menjadi salah satu hal yang utama. Jika ada anggapan bahwa etos kerja pegawai negeri sangat rendah, sesungguhnya lantaran instruksi dipahami secara membuta-tuli. Dalam hal ini, tanggung jawab masing-masing anggota menjadi salah satu kata kunci. Kepada siapa ia bertanggung jawab? Tentu saja kepada masyarakat dan negara. Dengan pemahaman seperti ini, siapapun yang menjadi pimpinan birokrasi, anggota KORPRI tetap terikat pada tugas pengabdiannya tadi. Dengan cara ini pula, dalih "sekadar menjalankan tugas," tidak berlaku jika itu menyimpang dari pengabdiannya kepada masyarakat dan negara.

Keempat, dalam struktur birokrasi yang bersifat vertikal, sudah saatnya pendekatan kekuasaan diganti dengan kewenangan dan kemitraan. Pimpinan memang lebih banyak mempunyai kewenangan dibandingkan bawahan. Tetapi janganlah kewenangan itu dijalankan berdasarkan kekuasaan, karena ia cenderung jatuh pada kesewenang-wenangan. Dengan pendekatan kewenangan, masing-masing akan menjalankan tugasnya secara bertanggung jawab sesuai dengan wewenangnya. Dan wewenang itu dijalankan bersamaan dengan kesadaran bahwa semua bawahan adalah mitra kerja. Hubungan vertikal atasan--bawahan secara fleksibel diterapkan secara horisontal.
***

Demikianlah, keberadaan dan pemberdayaan KORPRI di masa mendatang perlu diarahkan pada profesionalisasi, meskipun ia berada dalam struktur birokrasi. Tentu saja inipun perlu dibarengi oleh usaha memberi kesejahteraan yang pantas agar tidak terjadi berbagai penyelewengan. Persoalannya kini tinggal bergantung pada KORPRI sendiri. Apakah akan terus-menerus menjadi alat penguasa dan objek yang tidak punya hati nurani, niscaya tidak. KORPRI mesti menjadi kekuatan moral yang secara konsekuen menjalankan semboyannya sebagai abdi masyarakat!

*) PNS FSUI, Depok.

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Alexander A. Anzieb A. Aziz Masyhuri A. Dahana A. Khoirul Anam A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.C. Andre Tanama A.J. Susmana A.S. Laksana A’an Jindan AS Abd. Mun’im Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kirno Tanda Abdul Lathif Abdul Malik Abdul Rauf Singkil Abdul Walid Abdurrahman Wachid Abdurrahman Wahid Abid Rohmanu Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adek Alwi Adhi Pandoyo Adhitia Armitrianto Adhy Rical Adi Faridh Adian Husaini Adin Aditya Ardi N Adreas Anggit W. Adrizas Adu Pesona Sang Wakil Presiden RI AF. Tuasikal Afri Meldam Afrizal Malna AG. Alif Agama Agama Para Bajingan Agit Yogi Subandi Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Rakasiwi Agus Sulton Agus Wibowo Agus Wirawan Aguslia Hidayah AH J Khuzaini Ah. Atok Illah Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Anshori Ahmad Damanik Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Gaus Ahmad Hasan MS Ahmad Jauhari Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Naufel Ahmad S. Zahari Ahmad Syafii Maarif Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ainul Fiah Akbar Ananda Speedgo Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhmad Siddiq Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Akmal Nasery Basral Aksin Wijaya Al-Fairish Al-Ma'ruf I Al-Ma'ruf II Alang Khoiruddin Albert Camus Ali Mahmudi Ch Alia Swastika Alvi Puspita Alvin Amien Wangsitalaja Aminah Aming Aminoedhin Ana Mustamin Anam Rahus Anas AG Andhi Setyo Wibowo Andi Gunawan Andry Deblenk Angela Anggie Melianna Anindita S. Thayf Anis Ceha Anitya Wahdini Anjrah Lelono Broto Antologi Sastra Lamongan Anugerah Ronggowarsito Anwar Nuris Aprillia Ika Arida Fadrus Aridus Arie MP Tamba Arie Yani Arief Junianto Ariel Heryanto Ariera Arif Bagus Prasetyo Aris Kurniawan Armawati Arswendo Atmowiloto Art Sabukjanur Arti Bumi Intaran Arwan Aryo Wisanggeni Aryo Wisanggeni Gentong AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Ashadi Ik Asrama Mahasiswa Aceh Sabena Asro Kamal Rokan Astrid Reza Asvi Warman Adam Atafras Atok Witono Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Azwar Nazir Baca Puisi Badrus Siroj Bahrul Ulum A. Malik Balada Bambang kempling Bambang Riyanto Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bastian Zulyeno Beni Setia Benni Setiawan Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Koran Berita Utama Bernando J. Sujibto Bernarda Rurit Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Biografi Bre Redana Brunel University Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Jay Utomo Budi P. Hatees Budi Palopo Budi Setyarso Budi Sp. Indrajati Budiman S. Hartoyo Budiman Sudjatmiko Buku Kritik Sastra Buldanul Khuri Candrakirana Cangaan Ujungpangkah Gresik Jawa Timur Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cawapres Jokowi Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chavchay Syaifullah Choirul Rikzqa Christian Heru Cahyo Saputro Cover Buku D. Dudu AR D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dadang Widjanarko Damiri Mahmud Dani Fuadhillah Daniel Paranamesa Darju Prasetya Dati Wahyuni Dawet Jabung Ponorogo Dedykalee Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Desa Glogok Karanggeneng Lamongan Deshinta Arofah Dewi Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan Dewi Anggraeni Dian Sukarno Diana A.V. Sasa Didik Kusbiantoro Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diskusi buku Djadjat Sudradjat Djasepudin Djoko Pitono Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Djulianto Susantio Dody Kristianto Dody Yan Masfa Dorothea Rosa Herliany Dr Andi Irawan Dr Siti Muti’ah Setiawati Dr. Hilma Rosyida Ahmad Drs H Choirul Anam Drs. Solihin Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwidjo Maksum Dyah Ayu Fitriana Eddi Koben Edeng Syamsul Ma’arif Edy Apriyanto Sudiyono Edy Firmansyah Edy Susanto Efri Ritonga EH Ismail Eidi Krina Jason Sembiring Eka Budianta Eko Hartono Eko Hendrawan Sofyan Eko Hendri Saiful El Sahra Mahendra Elita Sitorini Elly Trisnawati Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Em. Syuhada' Emha Ainun Nadjib Encep Abdullah Eni Sulistiyawati Eny Rose Esai Ester Lince Napitupulu Etik Widya Evan Ys F Rahardi Fahrudin Nasrulloh Fahrur Rozi Fajar Alayubi Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fathan Mubarak Fathul Qodir Fathul Qorib Felix K. Nesi Festival Gugur Gunung Festival Seni Surabaya 2011 Festival Teater Religi Pelajar SLTA Se-kabupaten Lamongan Fikri. MS Fiqih Arfani Firman Daeva Forum Lingkar Pena Lamongan Forum Penulis dan Penggiat Literasi Lamongan (FP2L) Forum Santri Nasional Forum Santri Nasional (FSN) Free Hearty Galuh Tulus Utama Gandis Uka Ganug Nugroho Adi Gedung Sabudga UNISDA Lamongan Gendut Riyanto Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gesit Ariyanto Gita Pratama Glenn Fredly Goenawan Mohamad Golput Gombloh Gombloh (1948 – 1988) Grathia Pitaloka Gugun el-Guyanie Gunoto Saparie Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Dur H.B. Jassin Hadi Napster Hafis Azhari Halim HD Halimi Zuhdy Hamid Dabashi Han Gagas Hardi Hamzah Hari Prasetyo Haris Del Hakim Haris Saputra Hary B Kori’un Hasan Basri Marwah Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasyim Asy’ari Hendro Situmorang Henri Nurcahyo Henry H Loupias Hera Khaerani Heri CS Heri Kris Heri Latief Heri Listianto Herman RN Hernadi Tanzil Herry Lamongan Heru Kuntoyo Heru Kurniawan Hikmat Darmawan Holy Adib Hudan Hidayat Hujuala Rika Ayu Humaidi Humam S Chudori I Made Asdhiana I Nyoman Suaka I. B. Putera Manuaba IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ichwan Prasetyo Ida Fitri Ignas Kleden Ilham Safutra Ilham Wancoko Imam Munadjat Imam Nawawi Imam Zanatul Huaeri Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Iman Herdiana Imron Arlado Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indigo Art Space Madiun Indra Tjahyadi Indrian Koto Ingki Rinaldi Iqmal Tahir Is Faridatul Arifah Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Zulkarnain Isra’ Mi’raj Iswadi Pratama Iswara N Raditya Iva Titin Shovia Iwan Awaluddin Yusuf Iwan Gunadi J. Sumardianta Jamrin Abubakar Jansen Sinamo Janu Jolang Janual Aidi Javed Paul Syatha Jayaning S.A Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jemie Simatupang Jenny Ang Jiero Cafe Jihan Fauziah JJ. Kusni Jl Simo Jo Batara Surya Jodhi Yudono Joko Budhiarto Joko Sadewo Joko Sandur Joko Widodo Jones Gultom Joni Ariadinata Joresan Mlarak Ponorogo Joseph E. Stiglitz Jual Buku Paket Hemat Junus Satrio Jurnalisme Sastra K. Hirzuddin Hasbullah K.H. Anwar Manshur K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma’ruf Amin K.H. Masrikhan Asy'ari K.H. Mudzakir Ma'ruf Kadjie MM Kajian Kitab Nashoihul 'Ibad Kang Daniel Karanggeneng Kartika Foundation Kasanwikrama Kasnadi Katrin Bandel Kedai Kopi Sastra Kekal Hamdani Kemah Budaya Panturan (KBP) Kesenian KH. M. Najib Muhammad KH. Ma'ruf Amin Khairul Mufid Jr Khawas Auskarni Khoirul Anwar Khoirul Inayah Khoirul Naim Khoirul Rosyadi Ki Ompong Sudarsono Kitab Arbain Nawawi Kitab Puisi Suluk Berahi karya Gampang Prawoto Ko Hyeong Ryeol Koh Young Hun Koko Sudarsono Komaruddin Hidayat Kompas TV Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sastra Teater Lamongan (KOSTELA) Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Kopi Bubuk Mbok Djum Kopuisi Korban Gempa di Lombok Kospela KPRI IKMAL Lamongan Kris Razianto Mada Kritik Sastra Kurnia Sari Aziza Kurniawan Kusni Kasdut Kuswaidi Syafi’ie Kuswinarto Lagu Laili Rahmawati Laksmi Sitoresmi Lamongan Lan Fang Larung Sastra Lathifa Akmaliyah Latif Fianto Leila S. Chudori Leo Tolstoy Lina Kelana Listiyono Santoso Liya Izzatul Iffah Liza Wahyuninto Lucky Aditya Ramadhan Ludruk Jawa Timur Lukisan Lukman Alm Lukman Santoso Az Luqman Almishr Lustantini Septiningsih Lutfi S. Mendut Lynglieastrid Isabellita M Ismail M Zainuddin M. Afif Hasbullah M. Faizi M. Iqbal Dawami M. Irfan Hidayatullah M. Latief M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Lutfi M. Mushthafa M. Riza Fahlevi M. Yoesoef M.D. Atmaja M’Shoe Madrasah Ibtida’iyah Thoriqotul Hidayah 1 Maghfur Munif Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahmud Syaltut Usfa Mahwi Air Tawar Majelis Ulama Indonesia Makalah Tinjauan Ilmiah Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Mantan Pastur Hafidz Al-Qur'an Maqhia Nisima Mardi Luhung Margita Widiyatmaka Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Marjohan Marsel Robot Martin Aleida Martin Hatch Marwan Ja'far Marwita Oktaviana Marzuki Mustamar Mashuri Masjid Tegalsari di Pesantren Gerbang Tinatar Masuki M. Astro Matroni el-Moezany Matroni Muserang Max Arifin Maya Handhini Mbah Kalbakal Medco Media Jawa Timur Medri Osno Mega Vristian Mei Anjar Wintolo Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Memoar Purnama di Kampung Halaman Menggalang Dana Amal Mentari Meida Mh Zaelani Tammaka Michael Gunadi Widjaja Mien Uno (Ibunda Sandiaga Uno) Misbahul Huda Misbahus Surur Moch. Faisol Mochammad A. Tomtom Moh Samsul Arifin Moh. Ghufron Cholid Mohamad Ali Hisyam Mohammad Afifi Mohammad Rafi Azzamy Mts Putra-Putri Simo-Sungelebak Muh Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ghannoe Muhammad Ghufron Muhammad Hidayat Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad N. Hassan Muhammad Rain Muhammad Taufik Muhammad Yasir Muhammad Zia Ulhaq Muhammadun A.S. Muhibin AM Muhidin M Dahlan Mujtahid Mujtahidin Billah Mukafi Niam Mukhsin Amar Mukti Sutarman Espe Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Mun'im Sirry Muntamah Cendani Museum Bikon Blewut Ledalero Musfarayani Musfi Efrizal Musyayana Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Nabi Adam Nanang Fahrudin Nandang Darana Naskah Monolog Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Ni Luh Made Pertiwi F Nindya Herdianti Ninin Nurzalina Wati Nitis Sahpeni Nono Anwar Makarim Noor H. Dee Noorsam Noval Jubbek Novel Pekik Novianti Setuningsih Nu’man ‘Zeus’ Anggara Nur Hamzah Nur Haryanto Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nuruddin Al Indunissy Nurul Aini Nurul Anam Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nuswantoro Nyimas Nyoman Tingkat Obrolan Oktamandjaya Wiguna Oky Sanjaya Opini Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Oyos Saroso H.N. Padepokan Lemah Putih Surakarta Pagelaran Musim Tandur Pameran Seni Rupa Panda MT Siallagan Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Pekan Literasi Lamongan Pelukis Dahlan Kong Pelukis Jumartono Pelukis Saron Pelukis Senior Tarmuzie Pendidikan Penerbit SastraSewu Penerbitan dan Toko Buku PUstaka puJAngga Lamongan Pengajian Pengetahuan Perang Peringatan Hari Pahlawan 10 November Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW Pesantren An Nawawi Tanara (Penata) Pesantren Kampung Inggris Peserta TEMU SASTRA JAWA TIMUR 2011 Petrik Matanasi Pilang Tejoasri Laren Lamongan Pilang Tejoasri Laren Lamongan Jawa Timur Pilkada Piramid Giza Politik Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang Pradana Boy ZTF Pradaningrum Mijarto Pramoedya Ananta Toer Prih Prawesti Febriani Pringadi AS Prof Dr Achmad Zahro Prof Dr Aminuddin Kasdi Profil MA Matholi'ul Anwar Prosa Puisi Puisi Menolak Korupsi Puisi Menolak Korupsi (PMK) Puji Hartanto Puji Santosa Puput Amiranti N Purwanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Puspita Rose Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putri Utami Putu Satria Kusuma Putu Setia Putu Wijaya R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R.Ng. Ronggowarsito Rabdul Rohim Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahmat Sazaly Rahmat Sularso Nh Raihul Fadjri Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Rambuana Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Redland Movie Rengga AP Reni Lismawati Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Riadi Ngasiran Rian Sindu Ribut Wijoto Rieke Diah Pitaloka Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Rizka Halida Rizky Putri Pratimi Robin Al Kautsar Rocky Gerung Rodli TL Rofiqi Hasan Rohmad Hadiwijoyo Rohmah Maulidia Rohman Abdullah Rojiful Mamduh Rosdiansyah Rosi Rosidi Roso Titi Sarkoro Rumah Budaya Pantura (RBP) Rumah Budaya Pantura Lamongan Rumah Literasi Rx King Motor S Yoga S. Jai S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabrank Suparno Saiful Amin Ghofur Saifur Rohman Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sandiaga Uno Sanggar Pasir Sanggar Pasir Art and Culture Santi Puji Rahayu Sapardi Djoko Damono Sardono W Kusumo Sartika Sari Sarworo Sp Sastra Facebook Satmoko Budi Santoso Satrio Lintang Satyagraha Hoerip Saut Situmorang Savidapius Sayuri Yosiana Sayyid Fahmi Alathas Sejarah Sekolah Literasi Gratis SelaSAstra Boenga Ketjil SelaSAstra Boenga Ketjil #23 SelaSAstra Boenga Ketjil #24 Seni Ambeng Ponorogo Senirupa Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Shofiyatuz Zahroh Shohebul Umam JR Sholihul Huda Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Silfia Hanani Sindu Putra Sita Planasari Aquadini Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Hadi Purnomo Soediro Satoto Soegiharto Soeprijadi Tomodihardjo Soetanto Soepiadhy Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sony Wibisono Sosiawan Leak Sreismitha Wungkul Sri Igustin Sri Mulyani Sri Wintala Achmad Sriyanto Danoesiswoyo Stefanus P. Elu Stevani Elisabeth STKIP PGRI Ponorogo Student Center Kampus ISI Yogyakarta Subagio Sastrowardoyo Suci Ayu Latifah Sudarmoko Sugeng Ariyadi Sukitman Sumenep Sumiati Anastasia Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungelebak Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Suripto SH Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suwardi Endraswara Suyadi San Syafrizal Sahrun Syaifuddin Gani Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Syamsul Arifin Syamsul Rizal Syi'ir Syifa Amori Syifa Aulia T.A. Sakti Tajuddin Noor Ganie Tamrin Bey dan Robin Al Kautsar TanahmeraH ArtSpace Tarpin A. Nasri Taufik Rachman Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Teater Air Teater Bias Teater Biru Teater Cepak Teater Dua Teater Kanjeng Teater Lingkar Merah Putih Teater Mikro Teater nDrinDinG Teater Nusa Teater Padi Teater Roda UNISDA Lamongan Teater Sakalintang Teater Tali Mama Teater Taman Teater Tawon Teater Tewol Teguh LR Temu Karya Teater Jawa Timur XXI Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Teori Darwin Teori Fisika Hawking Tgk Abdullah Lam U Tharie Rietha The Ibrahim Hosen Institute Theresia Purbandini Thomas Koten Tien Rostini Timur Arif Riyadi Tjahjono Widarmanto Tjut Zakiyah Anshari Toeti Adhitama Tosa Poetra Tri Andhi S Triyanto triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S Tutut Herlina Ucu Agustin Udo Z. Karzi Ulil Abshar-Abdalla Umar Fauzi Uniawati Unieq Awien Universitas Jember Usman Arrumy Ustadz Bangun Samudra Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Vassilisa Agata Veven Sp. Wardhana Viddy AD Daery Video Vino Warsono Virdika Rizky Utama Vita Devi Ajeng Pratiwi W. Haryanto W.S. Rendra Wakos R. Gautama Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Suryandoko William Shakespeare Wisnu Kisawa Wiwik Widiyati Wong Wing King Wuri Kartiasih Y. Wibowo Yayasan Thoriqotul Hidayah 1 Yayat R. Cipasang Yesi Devisa Yesi Devisa Putri Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yonathan Rahardjo Yudhi Herwibowo Yudi Latif Yulianto Yuliawati Yunanto Sutyastomo Yunus Supriyanto Yurnaldi Yushifull Ilmy Yusri Fajar Yusuf AN Yusuf Suharto Yusuf Wibisono Yuval Noah Harari Yuyuk Sugarman Z. Mustopa Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zarra Martsella Zawawi Se Zed Abidien Zehan Zareez Zen Hae Zii Zuhdi Swt