Sabtu, 29 November 2008

Teks Sastra di Ladang Anggur

Oyos Saroso H.N.
http://www.lampungpost.com/

DENGAN sangat enteng dan nyaris tanpa beban, seorang tokoh dalam sinetron "Waktu Terus Berjalan" (dulu pernah ditayangkan Stasiun Televisi Indosiar setiap Jumat malam), mengucapkan baris-baris puisi Sapardi Djoko Damono. Ucapnya, "Aku ingin mencintaimu/Dengan sederhana/Dengan isyarat yang tak sempat diucapkan kayu kepada api/Yang menjadikannya abu."


Kita tak menemukan ekspresi bermakna "sastrawi" dari puisi berjudul "Aku Ingin" karya Sapardi Djoko Damono di sana, selain kalimat datar-hambar yang meluncur dari mulut manis Bella Saphira. Pada konteks itu, karya sastra akhirnya mengalami "perusakan" karena adanya penafsiran yang kurang tepat.

Di lain kesempatan, seorang netter asal Bandung mengirimkan e-mail kepada rekannya yang ada di Bandar Lampung. Katanya, "Kamu sudah membaca Supernova apa belum? Wuih..., seru lho!" Yang dimaksud si netter asal Bandung itu, tentu saja adalah novel Supernova karya Dewi Lestari alias Dee yang pernah menggemparkan itu.

Dua kisah di atas menggambarkan bahwa karya sastra mengalami sosialisasi sedemikian rupa. Penikmat karya sastra bukan saja kalangan pencinta sastra yang dulu jumlahnya sangat terbatas, tetapi juga pelaku industri sinetron televisi dan para ABG (anak baru gede).

Cerita-cerita tentang pemanfaatan karya oleh sastra masyarakat sudah sangat sering kita dengar dan kita saksikan. Misalnya, maraknya pembacaan puisi penyair-penyair terkenal oleh "para wanita agung" dan para selebriti atau munculnya tren kartu undangan pernikahan yang membubuhkan penggalan bait puisi Sapardi Djoko Damono dan Rendra. Juga, meluasnya penggunaaan kata-kata yang diambil dari puisi Wiji Thukul; "hanya ada satu kata: lawan!" dan "rakyat bersatu tak bisa dikalahkan!" di pelbagai aksi unjuk rasa.

Setelah beberapa tahun pernah muncul musim "wanita agung baca puisi" (maksudnya wanita dari kalangan pejabat) pada paro 1990-an, memasuki abad ke-21 muncullah istilah "sastra wangi". "Sastra wangi" merujuk pada karya sastra yang diciptakan kaum perempuan, yang memang menemukan kebangkitannya dengan munculnya Ayu Utami (pencipta novel Saman, Larung), Djenar Mahesa Ayu, Nukila Amal, Fira Basuki, Dewi Lestari, Dinar Rahayu, Rieke Dyah Pitaloka, dll.

Terlepas dari persoalan apakah istilah "sastra wangi" termasuk bentuk perundingan sosial terhadap kaum perempuan atau tidak, yang pasti "genre sastra wangi" kemudian menjadi daya tarik tersendiri dalam peta sastra Indonesia. Selain kreatornya memang pada umumnya "enak dipandang"--mungkin karena bukan laki-laki--gaya bahasa mereka juga agak berbeda dengan gaya sastra kreator lak-laki. Kalau para sastrawan laki-laki masih memakai metafora untuk mengungkapkan alat-alat reproduksi manusia dan aktivitas seks, para sastrawan perempuan justru melakukan revolusi; menabrak tabu seks.

Jika penulis laki-laki masih berbahasa sopan, Ayu Utami dengan enak bilang begini; "Dan aku menamai keduanya puting karena merupakan ujung busung dadamu. Dan aku menamainya klentit karena serupa kontol yang kecil. Namun liang itu tidak diberinya sebuah nama. Melainkan, dengan ujung jarinya ia merogoh. Dan dengan penisnya ia menembus" (Saman, Ayu Utami).

Jenar tak kalah berani: "Saya heran, kenapa ayah tidak pernah menyusui lagi. Padahal saya sudah haus. Padahal saya sudah rindu. Tapi ayah malah menyangkal! Katanya ia tidak pernah menyusui saya dengan penisnya." (Menyusu Ayah, Djenar Maesa Ayu).

Demikian juga dengan Dinar Rahayu: "Ada seorang lelaki bernama Jonggi. Ia pernah bertahun-tahun menjadi korban sodomi abangnya sendiri. Yang menyedihkan, bukan hanya itu, Jonggi juga menjadi korban pencabulan dan pemerkosaan ibu kandungnya yang kesepian, saat ia kecil dan remaja. Ibu kandungnya yang sebenarnya juga memiliki selingkuhan di belakang suaminya hamil oleh Jonggi, tapi kemudian keguguran.

Gilanya, Jonggi kemudian malah menikmati hubungan dengan ibunya sendiri. Ia menganggap itu sebagai persembahan bagi orang yang sangat dicintainya."

Meskipun mengumbar selera daya rendah dan tidak melakukan eksplorasi bahasa yang ketat dan keras, mereka mendapatkan puja-puji di mana-mana. Padahal, mungkin saja, kalau saja karya-karya itu lahir sepuluh atau dua puluh lalu mungkin orang akan menyejajarkan dengan stensilan Eny Arrow atau Fredy Siswanto.

Apreasi terhadap sastrawan perempuan juga lumayan besar. Tengoklah komentar Sapardi Djoko Damono, saat mengumumkan pemenang lomba menulis roman Dewan Kesenian Jakarta (DKJ), beberapa waktu lalu. Menurut Sapardi, pengarang pria payah atau kalah hebat dibanding pengarang perempuan. Itu terbukti dengan dominasi pengarang perempuan yang berhasil merebut juara dalam lomba penulisan roman DKJ. Meskipun merupakan pernyataan yang sangat gegabah karena ukurannya masih bias, to akhirnya pernyataan itu menjadi pembenaran lantaran nyaris tak ada yang protes.

Sebelumnya puja-puji setinggi langit juga diberikan kepada Ayu Utama untuk Saman-nya. "Dahsyat...memamerkan teknik komposisi yang sepanjang pengetahuan saya belum dicoba pengarang Indonesia, bahkan mungkin negara lain."

Bangkitnya penulis perempuan, yang diidentifikasi sebagai "produsen karya sastra wangi", pada titik tertentu menyiratkan dua hal. Pertama, masyarakat umum mulai memiliki sikap reseptif yang baik terhadap karya sastra. Karya sastra kini menjadi pembicaraan penting sekaligus bersifat sehari-hari, bahkan para tokohnya muncul dalam pelbagai infotainment.

Kedua, adanya pencanggihan cara mengemas teks sastra. Kecanggihan ini melahirkan apa yang disebut pasar atau industri sastra. Yang paling cerdas memanfaatkan kecanggihan kemasan tentu saja adalah Dee. Tanpa mengecilkan kualitas Supernova dan kerja keras Dee, pertanyaan bisa kita ajukan:;bisakah kita bayangkan Supernova akan muncul jadi "semacam monumen" tanpa adanya campur tangan popularitas Dee sebagai seorang selebriti? Kita agak ragu menjawabnya

Yang pasti, kepintaran Dee menciptakan momen di tengah stagnannya kualitas karya sastra yang muncul pada masa awal 2000-an menciptakan hasil yang luar biasa.

Peluncuran bukunya dijejali "dewa sastra", sementara karyanya di pasaran diserbu anak-anak remaja. Para siswa SMA yang barangkali sebelumnya tidak begitu suka membaca novel sastra.

Dee dan Djenar seolah mencairkan kebekuan dan keangkeran dunia sastra. Realitas ini cukup menarik karena sebelumnya para penulis perempuan sebenarnya sudah lebih dulu muncul. Misalnya Dorothea Rossa Herliany (Magelang), Abidah El Khalaeqy (Yogyakarta), Ayu Utami (Jakarta), Nenden Lilis A. (Bandung), Helvy Tiana Rosa (Jakarta), Oka Rusmini (Bali), Dyaning Widya Yudistira (Batang, Jakarta), dll.

Namun, toh mereka mau tak mau harus "dibaca" sebagai sastrawan laki-laki. Maksudnya, karena pengarang perempuan yang lebih menulis dan muncul ke permukaan dengan cara "berdarah-darah" itu menekuni sastra yang tergolong sangat serius, publik tak begitu abai terhadap dikotomi pengarang laki-laki-perempuan. Mereka tetap dibaca sebagai "penulis laki-laki" meskipun sejatinya mereka adalah perempuan. Tetapi, begitu yang muncul adalah penulis seperti Dewi Lestari, Jenar Mahesa Ayu, dan Rieke Dyah Pitaloka, yang selama ini lebih dikenal sebagai selebriti, muncul istilah "sastra wangi".

Meskipun uji kualitas masih bisa dilakukan, dalam perkembangan selanjutnya, sastra wangi acap menjadi semacam olok-olok. Ia kemudian nyaris identik dengan pengertian karya sastra yang diciptakan sastrawan perempuan yang melakukan revolusi penafsiran seksual ke dalam teks atau karya sastra bertabur bahasa seksis yang ditulis sastrawan perempuan. Di sisi lain, sastra wangi juga menunjuk pada pengertian karya sastra yang diciptakan perempuan selebriti.

Kita tentu bisa memilih dan memilah mana pengertian yang mendekati benar. Mungkin juga semua pengertian di atas benar. Yang pasti, wacana sastra wangi hampir selalu menunjuk pada karya sastra yang dihasilkan kaum perempuan. Kalau pengertian ini yang dijadikan acuan, sebenarnya telah terjadi pelecehan atau perundungan sosial terhadap kaum perempuan. Sebab, wangi mengandung konotasi feminin, yang bisa dikuasai, yang bisa dipetik dan dinikmati, dsb.

Hingga kini saya belum mendengar cerita bagaimana sulitnya guru sastra Indonesia di SMA memberikan materi tentang sastra Indonesia mutakhir. Mungkin saja para guru itu akan bingung menghadapi siswanya, para siswa justru lebih dulu membaca karya sastra karya penulis perempuan seperti ABG mencuri-baca stensilan Enny Arrow. Para guru juga mungkin kesulitan ketika ditanya murid-muridnya kenapa karya sastra karangan penulis perempuan itu disebut bernilai sastra dan disanjung-puja para "dewa sastra".

Kalau saya seorang guru sastra di sekolah, saya akan jawab singkat, "Itulah politik sastra, anak-anakku. Bernilai-tidaknya sebuah karya sastra sering bergantung politik kepentingan. Seperti ladang anggur, mungkin dunia sastra akan lebih bergairah jika dihiasi para wanita wangi...."

Besarnya apresiasi para "dewa sastra" terhadap karya-karya yang bahasanya menabrak tabu seks, menurut saya, adalah salah satu indikasi terjadinya pergeseran orientasi estetis dalam dunia sastra Indonesia. Tinggi-rendahnya nilai sastra tidak lagi ditentukan keberhasilan karya itu mendedahkan hakikat tersembunyi dari nilai-nilai humanisme dan eksplorasi bahasa, tetapi lebih pada keberanian si sastrawan mengungkapkan aneka macam fenomena dan perilaku seks secara telanjang.

Mungkin saja, semua itu terjadi karena dunia sastra Indonesia selama ini menjadi masif dengan teks-teks yang patriarkat sehingga ada dorongan kuat dari pengarang perempuan untuk meruntuhkan otoritas sastra yang maskulin itu. Heidi Hartmann (1992), salah seorang feminis sosialis, mengungkapkan patriarkat adalah relasi hierarkis antara laki-laki dan perempuan di mana laki-laki lebih dominan dan perempuan menempati posisi subordinat. Patriarkat adalah suatu relasi hierarki dan semacam forum solidaritas antarlaki-laki yang mempunyai landasan material serta memungkinkan mereka untuk mengontrol perempuan.

Dengan membalikkan teori itu berarti penulis perempuan akan dibaca secara berbeda. Mereka bukan lagi menjadi subordinat, tetapi menjadi faktor determinan dalam peta sastra Indonesia. Jadi, realitasnya persis dengan acara "Sang Lelaki" setiap Kamis malam di Indosiar: Para cowok keren disuruh berkompetisi, lalu "dibaca" dan "dinilai" perempuan. Kuasa perempuan alangkah sangat dominannya.***

---------
*)Pembaca sastra.

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Alexander A. Anzieb A. Aziz Masyhuri A. Dahana A. Khoirul Anam A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.C. Andre Tanama A.J. Susmana A.S. Laksana A’an Jindan AS Abd. Mun’im Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kirno Tanda Abdul Lathif Abdul Malik Abdul Rauf Singkil Abdul Walid Abdurrahman Wachid Abdurrahman Wahid Abid Rohmanu Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adek Alwi Adhi Pandoyo Adhitia Armitrianto Adhy Rical Adi Faridh Adian Husaini Adin Aditya Ardi N Adreas Anggit W. Adrizas Adu Pesona Sang Wakil Presiden RI AF. Tuasikal Afri Meldam Afrizal Malna AG. Alif Agama Agama Para Bajingan Agit Yogi Subandi Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Rakasiwi Agus Sulton Agus Wibowo Agus Wirawan Aguslia Hidayah AH J Khuzaini Ah. Atok Illah Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Anshori Ahmad Damanik Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Gaus Ahmad Hasan MS Ahmad Jauhari Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Naufel Ahmad S. Zahari Ahmad Syafii Maarif Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ainul Fiah Akbar Ananda Speedgo Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhmad Siddiq Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Akmal Nasery Basral Aksin Wijaya Al-Fairish Al-Ma'ruf I Al-Ma'ruf II Alang Khoiruddin Albert Camus Ali Mahmudi Ch Alia Swastika Alvi Puspita Alvin Amien Wangsitalaja Aminah Aming Aminoedhin Ana Mustamin Anam Rahus Anas AG Andhi Setyo Wibowo Andi Gunawan Andry Deblenk Angela Anggie Melianna Anindita S. Thayf Anis Ceha Anitya Wahdini Anjrah Lelono Broto Antologi Sastra Lamongan Anugerah Ronggowarsito Anwar Nuris Aprillia Ika Arida Fadrus Aridus Arie MP Tamba Arie Yani Arief Junianto Ariel Heryanto Ariera Arif Bagus Prasetyo Aris Kurniawan Armawati Arswendo Atmowiloto Art Sabukjanur Arti Bumi Intaran Arwan Aryo Wisanggeni Aryo Wisanggeni Gentong AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Ashadi Ik Asrama Mahasiswa Aceh Sabena Asro Kamal Rokan Astrid Reza Asvi Warman Adam Atafras Atok Witono Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Azwar Nazir Baca Puisi Badrus Siroj Bahrul Ulum A. Malik Balada Bambang kempling Bambang Riyanto Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bastian Zulyeno Beni Setia Benni Setiawan Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Koran Berita Utama Bernando J. Sujibto Bernarda Rurit Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Biografi Bre Redana Brunel University Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Jay Utomo Budi P. Hatees Budi Palopo Budi Setyarso Budi Sp. Indrajati Budiman S. Hartoyo Budiman Sudjatmiko Buku Kritik Sastra Buldanul Khuri Candrakirana Cangaan Ujungpangkah Gresik Jawa Timur Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cawapres Jokowi Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chavchay Syaifullah Choirul Rikzqa Christian Heru Cahyo Saputro Cover Buku D. Dudu AR D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dadang Widjanarko Damiri Mahmud Dani Fuadhillah Daniel Paranamesa Darju Prasetya Dati Wahyuni Dawet Jabung Ponorogo Dedykalee Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Desa Glogok Karanggeneng Lamongan Deshinta Arofah Dewi Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan Dewi Anggraeni Dian Sukarno Diana A.V. Sasa Didik Kusbiantoro Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diskusi buku Djadjat Sudradjat Djasepudin Djoko Pitono Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Djulianto Susantio Dody Kristianto Dody Yan Masfa Dorothea Rosa Herliany Dr Andi Irawan Dr Siti Muti’ah Setiawati Dr. Hilma Rosyida Ahmad Drs H Choirul Anam Drs. Solihin Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwidjo Maksum Dyah Ayu Fitriana Eddi Koben Edeng Syamsul Ma’arif Edy Apriyanto Sudiyono Edy Firmansyah Edy Susanto Efri Ritonga EH Ismail Eidi Krina Jason Sembiring Eka Budianta Eko Hartono Eko Hendrawan Sofyan Eko Hendri Saiful El Sahra Mahendra Elita Sitorini Elly Trisnawati Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Em. Syuhada' Emha Ainun Nadjib Encep Abdullah Eni Sulistiyawati Eny Rose Esai Ester Lince Napitupulu Etik Widya Evan Ys F Rahardi Fahrudin Nasrulloh Fahrur Rozi Fajar Alayubi Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fathan Mubarak Fathul Qodir Fathul Qorib Felix K. Nesi Festival Gugur Gunung Festival Seni Surabaya 2011 Festival Teater Religi Pelajar SLTA Se-kabupaten Lamongan Fikri. MS Fiqih Arfani Firman Daeva Forum Lingkar Pena Lamongan Forum Penulis dan Penggiat Literasi Lamongan (FP2L) Forum Santri Nasional Forum Santri Nasional (FSN) Free Hearty Galuh Tulus Utama Gandis Uka Ganug Nugroho Adi Gedung Sabudga UNISDA Lamongan Gendut Riyanto Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gesit Ariyanto Gita Pratama Glenn Fredly Goenawan Mohamad Golput Gombloh Gombloh (1948 – 1988) Grathia Pitaloka Gugun el-Guyanie Gunoto Saparie Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Dur H.B. Jassin Hadi Napster Hafis Azhari Halim HD Halimi Zuhdy Hamid Dabashi Han Gagas Hardi Hamzah Hari Prasetyo Haris Del Hakim Haris Saputra Hary B Kori’un Hasan Basri Marwah Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasyim Asy’ari Hendro Situmorang Henri Nurcahyo Henry H Loupias Hera Khaerani Heri CS Heri Kris Heri Latief Heri Listianto Herman RN Hernadi Tanzil Herry Lamongan Heru Kuntoyo Heru Kurniawan Hikmat Darmawan Holy Adib Hudan Hidayat Hujuala Rika Ayu Humaidi Humam S Chudori I Made Asdhiana I Nyoman Suaka I. B. Putera Manuaba IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ichwan Prasetyo Ida Fitri Ignas Kleden Ilham Safutra Ilham Wancoko Imam Munadjat Imam Nawawi Imam Zanatul Huaeri Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Iman Herdiana Imron Arlado Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indigo Art Space Madiun Indra Tjahyadi Indrian Koto Ingki Rinaldi Iqmal Tahir Is Faridatul Arifah Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Zulkarnain Isra’ Mi’raj Iswadi Pratama Iswara N Raditya Iva Titin Shovia Iwan Awaluddin Yusuf Iwan Gunadi J. Sumardianta Jamrin Abubakar Jansen Sinamo Janu Jolang Janual Aidi Javed Paul Syatha Jayaning S.A Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jemie Simatupang Jenny Ang Jiero Cafe Jihan Fauziah JJ. Kusni Jl Simo Jo Batara Surya Jodhi Yudono Joko Budhiarto Joko Sadewo Joko Sandur Joko Widodo Jones Gultom Joni Ariadinata Joresan Mlarak Ponorogo Joseph E. Stiglitz Jual Buku Paket Hemat Junus Satrio Jurnalisme Sastra K. Hirzuddin Hasbullah K.H. Anwar Manshur K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma’ruf Amin K.H. Masrikhan Asy'ari K.H. Mudzakir Ma'ruf Kadjie MM Kajian Kitab Nashoihul 'Ibad Kang Daniel Karanggeneng Kartika Foundation Kasanwikrama Kasnadi Katrin Bandel Kedai Kopi Sastra Kekal Hamdani Kemah Budaya Panturan (KBP) Kesenian KH. M. Najib Muhammad KH. Ma'ruf Amin Khairul Mufid Jr Khawas Auskarni Khoirul Anwar Khoirul Inayah Khoirul Naim Khoirul Rosyadi Ki Ompong Sudarsono Kitab Arbain Nawawi Kitab Puisi Suluk Berahi karya Gampang Prawoto Ko Hyeong Ryeol Koh Young Hun Koko Sudarsono Komaruddin Hidayat Kompas TV Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sastra Teater Lamongan (KOSTELA) Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Kopi Bubuk Mbok Djum Kopuisi Korban Gempa di Lombok Kospela KPRI IKMAL Lamongan Kris Razianto Mada Kritik Sastra Kurnia Sari Aziza Kurniawan Kusni Kasdut Kuswaidi Syafi’ie Kuswinarto Lagu Laili Rahmawati Laksmi Sitoresmi Lamongan Lan Fang Larung Sastra Lathifa Akmaliyah Latif Fianto Leila S. Chudori Leo Tolstoy Lina Kelana Listiyono Santoso Liya Izzatul Iffah Liza Wahyuninto Lucky Aditya Ramadhan Ludruk Jawa Timur Lukisan Lukman Alm Lukman Santoso Az Luqman Almishr Lustantini Septiningsih Lutfi S. Mendut Lynglieastrid Isabellita M Ismail M Zainuddin M. Afif Hasbullah M. Faizi M. Iqbal Dawami M. Irfan Hidayatullah M. Latief M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Lutfi M. Mushthafa M. Riza Fahlevi M. Yoesoef M.D. Atmaja M’Shoe Madrasah Ibtida’iyah Thoriqotul Hidayah 1 Maghfur Munif Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahmud Syaltut Usfa Mahwi Air Tawar Majelis Ulama Indonesia Makalah Tinjauan Ilmiah Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Mantan Pastur Hafidz Al-Qur'an Maqhia Nisima Mardi Luhung Margita Widiyatmaka Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Marjohan Marsel Robot Martin Aleida Martin Hatch Marwan Ja'far Marwita Oktaviana Marzuki Mustamar Mashuri Masjid Tegalsari di Pesantren Gerbang Tinatar Masuki M. Astro Matroni el-Moezany Matroni Muserang Max Arifin Maya Handhini Mbah Kalbakal Medco Media Jawa Timur Medri Osno Mega Vristian Mei Anjar Wintolo Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Memoar Purnama di Kampung Halaman Menggalang Dana Amal Mentari Meida Mh Zaelani Tammaka Michael Gunadi Widjaja Mien Uno (Ibunda Sandiaga Uno) Misbahul Huda Misbahus Surur Moch. Faisol Mochammad A. Tomtom Moh Samsul Arifin Moh. Ghufron Cholid Mohamad Ali Hisyam Mohammad Afifi Mohammad Rafi Azzamy Mts Putra-Putri Simo-Sungelebak Muh Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ghannoe Muhammad Ghufron Muhammad Hidayat Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad N. Hassan Muhammad Rain Muhammad Taufik Muhammad Yasir Muhammad Zia Ulhaq Muhammadun A.S. Muhibin AM Muhidin M Dahlan Mujtahid Mujtahidin Billah Mukafi Niam Mukhsin Amar Mukti Sutarman Espe Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Mun'im Sirry Muntamah Cendani Museum Bikon Blewut Ledalero Musfarayani Musfi Efrizal Musyayana Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Nabi Adam Nanang Fahrudin Nandang Darana Naskah Monolog Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Ni Luh Made Pertiwi F Nindya Herdianti Ninin Nurzalina Wati Nitis Sahpeni Nono Anwar Makarim Noor H. Dee Noorsam Noval Jubbek Novel Pekik Novianti Setuningsih Nu’man ‘Zeus’ Anggara Nur Hamzah Nur Haryanto Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nuruddin Al Indunissy Nurul Aini Nurul Anam Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nuswantoro Nyimas Nyoman Tingkat Obrolan Oktamandjaya Wiguna Oky Sanjaya Opini Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Oyos Saroso H.N. Padepokan Lemah Putih Surakarta Pagelaran Musim Tandur Pameran Seni Rupa Panda MT Siallagan Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Pekan Literasi Lamongan Pelukis Dahlan Kong Pelukis Jumartono Pelukis Saron Pelukis Senior Tarmuzie Pendidikan Penerbit SastraSewu Penerbitan dan Toko Buku PUstaka puJAngga Lamongan Pengajian Pengetahuan Perang Peringatan Hari Pahlawan 10 November Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW Pesantren An Nawawi Tanara (Penata) Pesantren Kampung Inggris Peserta TEMU SASTRA JAWA TIMUR 2011 Petrik Matanasi Pilang Tejoasri Laren Lamongan Pilang Tejoasri Laren Lamongan Jawa Timur Pilkada Piramid Giza Politik Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang Pradana Boy ZTF Pradaningrum Mijarto Pramoedya Ananta Toer Prih Prawesti Febriani Pringadi AS Prof Dr Achmad Zahro Prof Dr Aminuddin Kasdi Profil MA Matholi'ul Anwar Prosa Puisi Puisi Menolak Korupsi Puisi Menolak Korupsi (PMK) Puji Hartanto Puji Santosa Puput Amiranti N Purwanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Puspita Rose Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putri Utami Putu Satria Kusuma Putu Setia Putu Wijaya R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R.Ng. Ronggowarsito Rabdul Rohim Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahmat Sazaly Rahmat Sularso Nh Raihul Fadjri Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Rambuana Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Redland Movie Rengga AP Reni Lismawati Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Riadi Ngasiran Rian Sindu Ribut Wijoto Rieke Diah Pitaloka Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Rizka Halida Rizky Putri Pratimi Robin Al Kautsar Rocky Gerung Rodli TL Rofiqi Hasan Rohmad Hadiwijoyo Rohmah Maulidia Rohman Abdullah Rojiful Mamduh Rosdiansyah Rosi Rosidi Roso Titi Sarkoro Rumah Budaya Pantura (RBP) Rumah Budaya Pantura Lamongan Rumah Literasi Rx King Motor S Yoga S. Jai S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabrank Suparno Saiful Amin Ghofur Saifur Rohman Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sandiaga Uno Sanggar Pasir Sanggar Pasir Art and Culture Santi Puji Rahayu Sapardi Djoko Damono Sardono W Kusumo Sartika Sari Sarworo Sp Sastra Facebook Satmoko Budi Santoso Satrio Lintang Satyagraha Hoerip Saut Situmorang Savidapius Sayuri Yosiana Sayyid Fahmi Alathas Sejarah Sekolah Literasi Gratis SelaSAstra Boenga Ketjil SelaSAstra Boenga Ketjil #23 SelaSAstra Boenga Ketjil #24 Seni Ambeng Ponorogo Senirupa Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Shofiyatuz Zahroh Shohebul Umam JR Sholihul Huda Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Silfia Hanani Sindu Putra Sita Planasari Aquadini Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Hadi Purnomo Soediro Satoto Soegiharto Soeprijadi Tomodihardjo Soetanto Soepiadhy Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sony Wibisono Sosiawan Leak Sreismitha Wungkul Sri Igustin Sri Mulyani Sri Wintala Achmad Sriyanto Danoesiswoyo Stefanus P. Elu Stevani Elisabeth STKIP PGRI Ponorogo Student Center Kampus ISI Yogyakarta Subagio Sastrowardoyo Suci Ayu Latifah Sudarmoko Sugeng Ariyadi Sukitman Sumenep Sumiati Anastasia Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungelebak Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Suripto SH Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suwardi Endraswara Suyadi San Syafrizal Sahrun Syaifuddin Gani Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Syamsul Arifin Syamsul Rizal Syi'ir Syifa Amori Syifa Aulia T.A. Sakti Tajuddin Noor Ganie Tamrin Bey dan Robin Al Kautsar TanahmeraH ArtSpace Tarpin A. Nasri Taufik Rachman Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Teater Air Teater Bias Teater Biru Teater Cepak Teater Dua Teater Kanjeng Teater Lingkar Merah Putih Teater Mikro Teater nDrinDinG Teater Nusa Teater Padi Teater Roda UNISDA Lamongan Teater Sakalintang Teater Tali Mama Teater Taman Teater Tawon Teater Tewol Teguh LR Temu Karya Teater Jawa Timur XXI Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Teori Darwin Teori Fisika Hawking Tgk Abdullah Lam U Tharie Rietha The Ibrahim Hosen Institute Theresia Purbandini Thomas Koten Tien Rostini Timur Arif Riyadi Tjahjono Widarmanto Tjut Zakiyah Anshari Toeti Adhitama Tosa Poetra Tri Andhi S Triyanto triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S Tutut Herlina Ucu Agustin Udo Z. Karzi Ulil Abshar-Abdalla Umar Fauzi Uniawati Unieq Awien Universitas Jember Usman Arrumy Ustadz Bangun Samudra Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Vassilisa Agata Veven Sp. Wardhana Viddy AD Daery Video Vino Warsono Virdika Rizky Utama Vita Devi Ajeng Pratiwi W. Haryanto W.S. Rendra Wakos R. Gautama Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Suryandoko William Shakespeare Wisnu Kisawa Wiwik Widiyati Wong Wing King Wuri Kartiasih Y. Wibowo Yayasan Thoriqotul Hidayah 1 Yayat R. Cipasang Yesi Devisa Yesi Devisa Putri Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yonathan Rahardjo Yudhi Herwibowo Yudi Latif Yulianto Yuliawati Yunanto Sutyastomo Yunus Supriyanto Yurnaldi Yushifull Ilmy Yusri Fajar Yusuf AN Yusuf Suharto Yusuf Wibisono Yuval Noah Harari Yuyuk Sugarman Z. Mustopa Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zarra Martsella Zawawi Se Zed Abidien Zehan Zareez Zen Hae Zii Zuhdi Swt