Sabtu, 27 September 2008

Malam Lebaran di Pelabuhan

Minggu Pagi, II Januari 2003.
Marhalim Zaini

Di atas pelabuhan, waktu terasa berhenti.
Malam ini, setelah sekian ribu malam yang padam. Tok Bayan baru percaya pada Alan Lightman, sahabatnya dari Memphis, yang menulis dalam sebuah novelnya bahwa “Ada satu tempat di mana waktu berhenti, bandul jam hanya bergerak separuh ayunan. Anjing-anjing mengangkat moncong mereka dalam lolongan sunyi. Pejalan kaki membeku di jalanan berdebu.”* Dulu, ia hanya tersenyum membaca kalimat-kalimat provokatif itu.
Baginya, Alan hanya bermain-main dalam imajinasi yang menyesatkan. “Fiksi, memang selalu berusaha untuk melampaui waktu, tapi ternyata waktu selalu lebih dulu meninggalkan masa lalu.” Begitu ia sering mencibir. Tapi malam ini, ketika sekian ratus buku yang telah ia baca, selalu mengembalikannya pada ketidakmampuan mengeja waktu, ia seketika merasa menjadi sebutir debu yang membatu di sudut pelabuhan yang terjerat sunyi. “Apakah di sini, di atas pelabuhan, satu tempat itu, di mana waktu telah berhenti?”

“Einstein’s Dreams, Alan Lightman. Tok Bayan membacanya lagi?”
Ia tersentak, sebuah suara mengejutkannya. Suara seorang lelaki muda yang tak asing. Seorang lelaki berkulit hitam, berbadan tegap, kuli pelabuhan yang mengidap insomnia, yang setiap malam membawakan secangkir kopi pahit dan sebungkus kretek. ”Kita tak punya mimpi bukan?” lelaki muda itu tersenyum pahit. “Minumlah, ini kopi Bali. Si Wayan yang membawanya. Penyair romantis kita itu baru kehilangan kekasihnya. Bom teroris September yang lalu, menghanguskan cintanya.”

Tok Bayan terbatuk. Menarik nafas dalam-dalam, lalu menghembuskannya dengan berat. Angin laut mendingin di paru-parunya yang rumpang. Seperti deru ombak Selat Malaka itu yang menjilati kaki-kaki pelabuhan, nafasnya terhempas, berserakan. Tubuhnya yang menipis, kurus tak terurus, memperjelas kerentaan usianya. Tapi di cekung matanya, ada bulan yang setia menyala. Ada sepasang titik cahaya yang jauh, berpendar dalam hitam yang kian penuh. Batinnya bergumam, “rupanya, waktu tak jadi berhenti malam ini, Alan?”

“Apakah Tok Bayan kurang sehat?” Tanya lelaki muda. “Merokoklah. Lela, janda kembang pelayan kedai kopi Cikpuan itu, tiba-tiba menyelipkan sebungkus Dji Sam Soe dalam saku baju. Buat Tok Bayan, sebagai teman di malam lebaran katanya.”

Tok Bayan tak menjawab. Meski, lesung pipit Lela dan segaris senyum menggoda masih sempat melintas dalam ingatan. Tapi apalah makna perhatian, jika hanya membangkitkan kenangan. Sementara, ia sadar, usianya hanya sisa-sisa. Tulang punggung kian usang, tak mungkin lagi menyangga keinginan-keinginan. Ah, perempuan, selalu saja menyeret hasrat kelelakiannya untuk kembali menjadi muda. Sebab dulu, ia memang tak sempat menikmati cinta. Waktu telah begitu memenjarakannya dalam prahara yang tak kunjung reda.

“Kita kembali berada di ujung tahun, Markus?” Tok Bayan bergumam, sambil menjuntaikan kedua kakinya ke bibir pantai..
“Ya. Ujung tahun yang itu juga.” Lelaki muda, Markus, menyela.
“Kau tak ingin pulang?” Tanya Tok Bayan.
Markus rebah di atas tiang pelabuhan yang patah. Ia menghisap rokok, seperti menghisap kerinduan yang dalam. “Bukankah kita sama-sama tak punya jalan pulang? Lagi pula, aku telah merasa betah di sini. Aku merasa…telah pulang.”

Mereka membiarkan percakapan dalam gemetar suara angin laut yang gamang. Pelabuhan Terubuk yang memanjang, menggigil dalam musim dingin yang telanjang. Seperti ada sesuatu yang hilang, ketika gema takbir sesayup menggenang di permukaan angin yang naik pasang. Merambati pori-pori lembab yang meremang di sekujur badan. Berkali-kali, mereka menghisap sepi, dari api yang menyala di celah jemari. Dua lelaki yang selalu pergi, dan tak pernah kembali, bertemu di satu waktu yang terasa seakan berhenti.

Tok Bayan, terlahir di ujung tahun 1935, di sebuah teluk di ujung Sumatera. Tak ada catatan yang tersisa dari masa kecilnya yang tak bahagia. Hanya dongeng dari seorang perempuan bernama Emak, tentang Dedap Durhaka atau Hikayat Hang Tuah yang setia dan perkasa. Atau cerita tentang hantu jembalang dengan bermacam-macam nama, seperti Hantu Bunian, Hantu Galah, Hantu Polong, Hantu Laut, Hantu Sungai, Hantu Parit, dan segala nama hantu yang disesuaikan dengan tempat di mana ia menghuni. Sepertinya, tak ada tempat yang tak berhantu. Tapi, Tok Bayan kecil tak pernah takut pada hantu jenis apapun. Sebab ia tak pernah sekalipun melihat bentuk rupa hantu-hantu itu. Ia hanya takut pada seseorang yang bernama Mat Saleh. Ia takut pada besi panjang yang tersandang di pundaknya. Ia takut pada suaranya yang seperti petir, menghentak-hentak. Tapi, Emak selalu bilang bahwa ia, Mat Saleh itu, adalah Abahmu. Lelaki Inggris yang baik hati dan begitu tertarik pada perempuan di tanah Melayu.

Setelah itu, ia tak tahu di mana Mat Saleh itu pergi. Emak kemudian memutuskan untuk kawin lagi. Tok Bayan remaja pun, dibawa perahu waktu pergi mengembara. Tahun-tahun yang berlalu menyeret Tok Bayan berlayar dari pulau ke pulau. Baginya, menjadi anak buah kapal adalah pilihan bagi hidup yang diam dan memuakkan. Kota-kota mengajarinya untuk membaca warna nasib dan mengeja manusia-manusia dengan bijaksana.

Tok Bayan pun mulai menulis surat-surat, ketika ada sesuatu yang tak terkata dari yang tampak, ketika kesendirian memerangkapnya dalam bayang-bayang perempuan yang tumbuh dari bawah sadarnya. Perempuan-perempuan berwajah lembut yang jatuh hati padanya, tapi tersebab sesuatu, ia tak pernah sempat untuk bercinta, meski hanya untuk sebuah ciuman pertama. Tapi, surat-surat itu justru memerangkap dirinya dalam kesendirian yang lain. Kesendirian seorang lelaki yang berangkat tua, yang hanya bisa menghibur diri dengan bernyanyi sendiri dengan lagu-lagu yang terdengar sumbang dan aneh.

Akhirnya Tok Bayan memutuskan untuk mengirimkan surat-surat itu kepada setiap kenalannya, pada setiap kota yang pernah disinggahinya. Ia tak pernah peduli, apakah ia akan menerima balasannya. Seperti layaknya Raja Ali Haji yang sampai akhir hidupnya terus menulis surat buat sahabatnya H. von de Wall dari Jerman, Tok Bayan akan terus melayangkan kesepian demi kesepian ke pulau-pulau mimpi, sampai ia menemukan tempat di mana waktu benar-benar telah berhenti. Di mana ia hanya bisa menulis sepucuk surat dari jiwa yang kerontang, melipatnya menjadi perahu mainan, dan menghanyutkannya dari sebuah pelabuhan, di tepian malam yang gamang.

“Benarkah engkau merasa telah pulang, Markus?” Tok Bayan bertanya dengan suara tertekan dan getir.
Markus terdiam. Dalam rebah, seketika ia merasa seperti ditindih hamparan langit yang hitam. Pertanyaan Tok Bayan, membangkitkan ingatan tentang kampung halaman, yang sekian waktu telah terbuang jauh dari pandangan. Apalagi, suara takbir itu, semakin larut semakin menyembilu. Ia tiba-tiba merasakan kembali sayatan pedang perang di Ambon. Bau anyir darah Ayahnya, yang melepas nyawa hanya tersebab ketidaksepahaman antar suku, begitu memualkan dendam rindu. Ia tak mengerti, kenapa Ibunya pun harus mati ketika ia tak sempat bertanya tentang berapa harga kehidupan untuk sebuah perjuangan yang semacam itu. Sampai kini, ketika ia terdampar di sebuah pulau, dan setiap hari memeras keringat sebagai kuli pelabuhan, ia baru tahu bahwa ternyata perjuangan – apa pun bentuknya – hanya berharga untuk mempertahankan kehidupan.

“Ya. Aku telah pulang. Bagaimana dengan dirimu, Tok Bayan?”
“Aku tak punya rumah untuk pulang.”
“Bukankah Tok Bayan terlahir di pulau ini?”
“Ya. Hanya numpang lahir saja.”
Sepasang kelelawar berkelebat. Hitam semakin memekat. Kapal-kapal terlelap, merebahkan tubuhnya di pangkuan pelabuhan. Dua lelaki terbaring, memandang gemerlap bintang di langit, menyembunyikan gundah malam dalam diam yang merajam.

“Malam lebaran yang indah, bukan?” Markus melenguh.
“Ya. Indah.”
“Pasti lebih indah, jika merayakannya bersama keluarga.”
“Ya. Mungkin.”
“……Ya. Mungkin.”
Dengkur ombak pecah di batu. Kayu si api-api menidurkan dingin angin di daun-daunnya. Rumah-rumah yang menghala ke laut, berkerdip dalam temaram, terkantuk-kantuk dalam selimut malam. Tapi surau-surau dari pelosok pulau, masih setia menggaungkan takbir di antara gemerisik pelepah kelapa dan reranting bakau yang mengigau.

“Tok Bayan. Apakah yang paling membuat bahagia, ketika usia beranjak tua?” Markus bertanya lirih dan hati-hati.

Sambil terbatuk-batuk, Tok Bayan menjawab, “Seperti Desember menggapai Januari. Tak ada yang paling bahagia untuk waktu yang berjalan melingkar?”

“Benarkah? Meski di saat-saat seperti ini?”
Tok Bayan kembali terbatuk. Batuk yang menjadi-jadi. Tenggorokannya terasa dipenuhi dahak kering yang mengerak. Dadanya sesak. Seperti batu karang tua di mulut pantai, ia terduduk meringkuk, mirip orang kedinginan. Markus mendekat. Kedua tangannya memijit-mijit di sekitar pundak Tok Bayan. Tak lama, batuknya mereda. Meski nafasnya masih tersengal-sengal.

“Sebaiknya, besok malam Tok Bayan tak lagi terjaga sepanjang malam di sini.” Usul Markus. “Paling tidak untuk kesehatan. Lagi pula, Membaca buku kan tak harus di atas pelabuhan.”
Tok Bayan membisu. Ada yang miris, mengiris ulu hatinya. Ada yang tiba-tiba bergulir dari sudut matanya.

Markus tahu ada isak yang tertahan. Ia merasa gugup. “Apakah teman Tok Bayan dari Memphis itu, masih mengirimkan buku-buku?”
Tok Bayan hanya menganggukkan kepala. Dalam hatinya ia berbisik, Alan Lightman adalah sahabatnya yang paling baik. “Buku-bukunya menenggelamkan aku ke dasar waktu. Sampai aku tak tahu, telah begitu lama aku menanggung rindu.” Tapi, Markus juga pemuda yang baik. “Sentuhan tangannya mengantarkan aku ke permukaan waktu. Sampai kini aku tahu, rindu itu telah kutemu.”

“Markus.”
“Ya.”
“Besok pagi, maukah kau menghidangkan ketupat buatku?” Hidungnya agak tersumbat, membuat suaranya tersendat. “Kita makan bersama Lela di kedai kopinya. Lalu kita bersama-sama pergi ke Masjid, setelah itu kita saling bermaafan. Maukah kau, Markus?”

Serupa fajar syawal yang mengambang di ufuk timur, matahari terbit di hatinya. “Alan, ternyata waktu tak pernah berhenti. Benar katamu, di dunia seperti ini, waktu mengalir ke belakang.”

Yogyakarta, 2002
* Mengutip novel Alan Lightman, Einstein’s Dreams.

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Alexander A. Anzieb A. Aziz Masyhuri A. Dahana A. Khoirul Anam A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.C. Andre Tanama A.J. Susmana A.S. Laksana A’an Jindan AS Abd. Mun’im Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kirno Tanda Abdul Lathif Abdul Malik Abdul Rauf Singkil Abdul Walid Abdurrahman Wachid Abdurrahman Wahid Abid Rohmanu Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adek Alwi Adhi Pandoyo Adhitia Armitrianto Adhy Rical Adi Faridh Adian Husaini Adin Aditya Ardi N Adreas Anggit W. Adrizas Adu Pesona Sang Wakil Presiden RI AF. Tuasikal Afri Meldam Afrizal Malna AG. Alif Agama Agama Para Bajingan Agit Yogi Subandi Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Rakasiwi Agus Sulton Agus Wibowo Agus Wirawan Aguslia Hidayah AH J Khuzaini Ah. Atok Illah Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Anshori Ahmad Damanik Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Gaus Ahmad Hasan MS Ahmad Jauhari Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Naufel Ahmad S. Zahari Ahmad Syafii Maarif Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ainul Fiah Akbar Ananda Speedgo Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhmad Siddiq Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Akmal Nasery Basral Aksin Wijaya Al-Fairish Al-Ma'ruf I Al-Ma'ruf II Alang Khoiruddin Albert Camus Ali Mahmudi Ch Alia Swastika Alvi Puspita Alvin Amien Wangsitalaja Aminah Aming Aminoedhin Ana Mustamin Anam Rahus Anas AG Andhi Setyo Wibowo Andi Gunawan Andry Deblenk Angela Anggie Melianna Anindita S. Thayf Anis Ceha Anitya Wahdini Anjrah Lelono Broto Antologi Sastra Lamongan Anugerah Ronggowarsito Anwar Nuris Aprillia Ika Arida Fadrus Aridus Arie MP Tamba Arie Yani Arief Junianto Ariel Heryanto Ariera Arif Bagus Prasetyo Aris Kurniawan Armawati Arswendo Atmowiloto Art Sabukjanur Arti Bumi Intaran Arwan Aryo Wisanggeni Aryo Wisanggeni Gentong AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Ashadi Ik Asrama Mahasiswa Aceh Sabena Asro Kamal Rokan Astrid Reza Asvi Warman Adam Atafras Atok Witono Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Azwar Nazir Baca Puisi Badrus Siroj Bahrul Ulum A. Malik Balada Bambang kempling Bambang Riyanto Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bastian Zulyeno Beni Setia Benni Setiawan Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Koran Berita Utama Bernando J. Sujibto Bernarda Rurit Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Biografi Bre Redana Brunel University Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Jay Utomo Budi P. Hatees Budi Palopo Budi Setyarso Budi Sp. Indrajati Budiman S. Hartoyo Budiman Sudjatmiko Buku Kritik Sastra Buldanul Khuri Candrakirana Cangaan Ujungpangkah Gresik Jawa Timur Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cawapres Jokowi Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chavchay Syaifullah Choirul Rikzqa Christian Heru Cahyo Saputro Cover Buku D. Dudu AR D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dadang Widjanarko Damiri Mahmud Dani Fuadhillah Daniel Paranamesa Darju Prasetya Dati Wahyuni Dawet Jabung Ponorogo Dedykalee Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Desa Glogok Karanggeneng Lamongan Deshinta Arofah Dewi Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan Dewi Anggraeni Dian Sukarno Diana A.V. Sasa Didik Kusbiantoro Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diskusi buku Djadjat Sudradjat Djasepudin Djoko Pitono Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Djulianto Susantio Dody Kristianto Dody Yan Masfa Dorothea Rosa Herliany Dr Andi Irawan Dr Siti Muti’ah Setiawati Dr. Hilma Rosyida Ahmad Drs H Choirul Anam Drs. Solihin Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwidjo Maksum Dyah Ayu Fitriana Eddi Koben Edeng Syamsul Ma’arif Edy Apriyanto Sudiyono Edy Firmansyah Edy Susanto Efri Ritonga EH Ismail Eidi Krina Jason Sembiring Eka Budianta Eko Hartono Eko Hendrawan Sofyan Eko Hendri Saiful El Sahra Mahendra Elita Sitorini Elly Trisnawati Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Em. Syuhada' Emha Ainun Nadjib Encep Abdullah Eni Sulistiyawati Eny Rose Esai Ester Lince Napitupulu Etik Widya Evan Ys F Rahardi Fahrudin Nasrulloh Fahrur Rozi Fajar Alayubi Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fathan Mubarak Fathul Qodir Fathul Qorib Felix K. Nesi Festival Gugur Gunung Festival Seni Surabaya 2011 Festival Teater Religi Pelajar SLTA Se-kabupaten Lamongan Fikri. MS Fiqih Arfani Firman Daeva Forum Lingkar Pena Lamongan Forum Penulis dan Penggiat Literasi Lamongan (FP2L) Forum Santri Nasional Forum Santri Nasional (FSN) Free Hearty Galuh Tulus Utama Gandis Uka Ganug Nugroho Adi Gedung Sabudga UNISDA Lamongan Gendut Riyanto Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gesit Ariyanto Gita Pratama Glenn Fredly Goenawan Mohamad Golput Gombloh Gombloh (1948 – 1988) Grathia Pitaloka Gugun el-Guyanie Gunoto Saparie Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Dur H.B. Jassin Hadi Napster Hafis Azhari Halim HD Halimi Zuhdy Hamid Dabashi Han Gagas Hardi Hamzah Hari Prasetyo Haris Del Hakim Haris Saputra Hary B Kori’un Hasan Basri Marwah Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasyim Asy’ari Hendro Situmorang Henri Nurcahyo Henry H Loupias Hera Khaerani Heri CS Heri Kris Heri Latief Heri Listianto Herman RN Hernadi Tanzil Herry Lamongan Heru Kuntoyo Heru Kurniawan Hikmat Darmawan Holy Adib Hudan Hidayat Hujuala Rika Ayu Humaidi Humam S Chudori I Made Asdhiana I Nyoman Suaka I. B. Putera Manuaba IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ichwan Prasetyo Ida Fitri Ignas Kleden Ilham Safutra Ilham Wancoko Imam Munadjat Imam Nawawi Imam Zanatul Huaeri Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Iman Herdiana Imron Arlado Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indigo Art Space Madiun Indra Tjahyadi Indrian Koto Ingki Rinaldi Iqmal Tahir Is Faridatul Arifah Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Zulkarnain Isra’ Mi’raj Iswadi Pratama Iswara N Raditya Iva Titin Shovia Iwan Awaluddin Yusuf Iwan Gunadi J. Sumardianta Jamrin Abubakar Jansen Sinamo Janu Jolang Janual Aidi Javed Paul Syatha Jayaning S.A Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jemie Simatupang Jenny Ang Jiero Cafe Jihan Fauziah JJ. Kusni Jl Simo Jo Batara Surya Jodhi Yudono Joko Budhiarto Joko Sadewo Joko Sandur Joko Widodo Jones Gultom Joni Ariadinata Joresan Mlarak Ponorogo Joseph E. Stiglitz Jual Buku Paket Hemat Junus Satrio Jurnalisme Sastra K. Hirzuddin Hasbullah K.H. Anwar Manshur K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma’ruf Amin K.H. Masrikhan Asy'ari K.H. Mudzakir Ma'ruf Kadjie MM Kajian Kitab Nashoihul 'Ibad Kang Daniel Karanggeneng Kartika Foundation Kasanwikrama Kasnadi Katrin Bandel Kedai Kopi Sastra Kekal Hamdani Kemah Budaya Panturan (KBP) Kesenian KH. M. Najib Muhammad KH. Ma'ruf Amin Khairul Mufid Jr Khawas Auskarni Khoirul Anwar Khoirul Inayah Khoirul Naim Khoirul Rosyadi Ki Ompong Sudarsono Kitab Arbain Nawawi Kitab Puisi Suluk Berahi karya Gampang Prawoto Ko Hyeong Ryeol Koh Young Hun Koko Sudarsono Komaruddin Hidayat Kompas TV Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sastra Teater Lamongan (KOSTELA) Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Kopi Bubuk Mbok Djum Kopuisi Korban Gempa di Lombok Kospela KPRI IKMAL Lamongan Kris Razianto Mada Kritik Sastra Kurnia Sari Aziza Kurniawan Kusni Kasdut Kuswaidi Syafi’ie Kuswinarto Lagu Laili Rahmawati Laksmi Sitoresmi Lamongan Lan Fang Larung Sastra Lathifa Akmaliyah Latif Fianto Leila S. Chudori Leo Tolstoy Lina Kelana Listiyono Santoso Liya Izzatul Iffah Liza Wahyuninto Lucky Aditya Ramadhan Ludruk Jawa Timur Lukisan Lukman Alm Lukman Santoso Az Luqman Almishr Lustantini Septiningsih Lutfi S. Mendut Lynglieastrid Isabellita M Ismail M Zainuddin M. Afif Hasbullah M. Faizi M. Iqbal Dawami M. Irfan Hidayatullah M. Latief M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Lutfi M. Mushthafa M. Riza Fahlevi M. Yoesoef M.D. Atmaja M’Shoe Madrasah Ibtida’iyah Thoriqotul Hidayah 1 Maghfur Munif Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahmud Syaltut Usfa Mahwi Air Tawar Majelis Ulama Indonesia Makalah Tinjauan Ilmiah Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Mantan Pastur Hafidz Al-Qur'an Maqhia Nisima Mardi Luhung Margita Widiyatmaka Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Marjohan Marsel Robot Martin Aleida Martin Hatch Marwan Ja'far Marwita Oktaviana Marzuki Mustamar Mashuri Masjid Tegalsari di Pesantren Gerbang Tinatar Masuki M. Astro Matroni el-Moezany Matroni Muserang Max Arifin Maya Handhini Mbah Kalbakal Medco Media Jawa Timur Medri Osno Mega Vristian Mei Anjar Wintolo Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Memoar Purnama di Kampung Halaman Menggalang Dana Amal Mentari Meida Mh Zaelani Tammaka Michael Gunadi Widjaja Mien Uno (Ibunda Sandiaga Uno) Misbahul Huda Misbahus Surur Moch. Faisol Mochammad A. Tomtom Moh Samsul Arifin Moh. Ghufron Cholid Mohamad Ali Hisyam Mohammad Afifi Mohammad Rafi Azzamy Mts Putra-Putri Simo-Sungelebak Muh Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ghannoe Muhammad Ghufron Muhammad Hidayat Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad N. Hassan Muhammad Rain Muhammad Taufik Muhammad Yasir Muhammad Zia Ulhaq Muhammadun A.S. Muhibin AM Muhidin M Dahlan Mujtahid Mujtahidin Billah Mukafi Niam Mukhsin Amar Mukti Sutarman Espe Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Mun'im Sirry Muntamah Cendani Museum Bikon Blewut Ledalero Musfarayani Musfi Efrizal Musyayana Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Nabi Adam Nanang Fahrudin Nandang Darana Naskah Monolog Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Ni Luh Made Pertiwi F Nindya Herdianti Ninin Nurzalina Wati Nitis Sahpeni Nono Anwar Makarim Noor H. Dee Noorsam Noval Jubbek Novel Pekik Novianti Setuningsih Nu’man ‘Zeus’ Anggara Nur Hamzah Nur Haryanto Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nuruddin Al Indunissy Nurul Aini Nurul Anam Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nuswantoro Nyimas Nyoman Tingkat Obrolan Oktamandjaya Wiguna Oky Sanjaya Opini Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Oyos Saroso H.N. Padepokan Lemah Putih Surakarta Pagelaran Musim Tandur Pameran Seni Rupa Panda MT Siallagan Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Pekan Literasi Lamongan Pelukis Dahlan Kong Pelukis Jumartono Pelukis Saron Pelukis Senior Tarmuzie Pendidikan Penerbit SastraSewu Penerbitan dan Toko Buku PUstaka puJAngga Lamongan Pengajian Pengetahuan Perang Peringatan Hari Pahlawan 10 November Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW Pesantren An Nawawi Tanara (Penata) Pesantren Kampung Inggris Peserta TEMU SASTRA JAWA TIMUR 2011 Petrik Matanasi Pilang Tejoasri Laren Lamongan Pilang Tejoasri Laren Lamongan Jawa Timur Pilkada Piramid Giza Politik Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang Pradana Boy ZTF Pradaningrum Mijarto Pramoedya Ananta Toer Prih Prawesti Febriani Pringadi AS Prof Dr Achmad Zahro Prof Dr Aminuddin Kasdi Profil MA Matholi'ul Anwar Prosa Puisi Puisi Menolak Korupsi Puisi Menolak Korupsi (PMK) Puji Hartanto Puji Santosa Puput Amiranti N Purwanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Puspita Rose Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putri Utami Putu Satria Kusuma Putu Setia Putu Wijaya R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R.Ng. Ronggowarsito Rabdul Rohim Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahmat Sazaly Rahmat Sularso Nh Raihul Fadjri Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Rambuana Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Redland Movie Rengga AP Reni Lismawati Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Riadi Ngasiran Rian Sindu Ribut Wijoto Rieke Diah Pitaloka Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Rizka Halida Rizky Putri Pratimi Robin Al Kautsar Rocky Gerung Rodli TL Rofiqi Hasan Rohmad Hadiwijoyo Rohmah Maulidia Rohman Abdullah Rojiful Mamduh Rosdiansyah Rosi Rosidi Roso Titi Sarkoro Rumah Budaya Pantura (RBP) Rumah Budaya Pantura Lamongan Rumah Literasi Rx King Motor S Yoga S. Jai S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabrank Suparno Saiful Amin Ghofur Saifur Rohman Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sandiaga Uno Sanggar Pasir Sanggar Pasir Art and Culture Santi Puji Rahayu Sapardi Djoko Damono Sardono W Kusumo Sartika Sari Sarworo Sp Sastra Facebook Satmoko Budi Santoso Satrio Lintang Satyagraha Hoerip Saut Situmorang Savidapius Sayuri Yosiana Sayyid Fahmi Alathas Sejarah Sekolah Literasi Gratis SelaSAstra Boenga Ketjil SelaSAstra Boenga Ketjil #23 SelaSAstra Boenga Ketjil #24 Seni Ambeng Ponorogo Senirupa Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Shofiyatuz Zahroh Shohebul Umam JR Sholihul Huda Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Silfia Hanani Sindu Putra Sita Planasari Aquadini Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Hadi Purnomo Soediro Satoto Soegiharto Soeprijadi Tomodihardjo Soetanto Soepiadhy Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sony Wibisono Sosiawan Leak Sreismitha Wungkul Sri Igustin Sri Mulyani Sri Wintala Achmad Sriyanto Danoesiswoyo Stefanus P. Elu Stevani Elisabeth STKIP PGRI Ponorogo Student Center Kampus ISI Yogyakarta Subagio Sastrowardoyo Suci Ayu Latifah Sudarmoko Sugeng Ariyadi Sukitman Sumenep Sumiati Anastasia Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungelebak Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Suripto SH Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suwardi Endraswara Suyadi San Syafrizal Sahrun Syaifuddin Gani Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Syamsul Arifin Syamsul Rizal Syi'ir Syifa Amori Syifa Aulia T.A. Sakti Tajuddin Noor Ganie Tamrin Bey dan Robin Al Kautsar TanahmeraH ArtSpace Tarpin A. Nasri Taufik Rachman Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Teater Air Teater Bias Teater Biru Teater Cepak Teater Dua Teater Kanjeng Teater Lingkar Merah Putih Teater Mikro Teater nDrinDinG Teater Nusa Teater Padi Teater Roda UNISDA Lamongan Teater Sakalintang Teater Tali Mama Teater Taman Teater Tawon Teater Tewol Teguh LR Temu Karya Teater Jawa Timur XXI Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Teori Darwin Teori Fisika Hawking Tgk Abdullah Lam U Tharie Rietha The Ibrahim Hosen Institute Theresia Purbandini Thomas Koten Tien Rostini Timur Arif Riyadi Tjahjono Widarmanto Tjut Zakiyah Anshari Toeti Adhitama Tosa Poetra Tri Andhi S Triyanto triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S Tutut Herlina Ucu Agustin Udo Z. Karzi Ulil Abshar-Abdalla Umar Fauzi Uniawati Unieq Awien Universitas Jember Usman Arrumy Ustadz Bangun Samudra Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Vassilisa Agata Veven Sp. Wardhana Viddy AD Daery Video Vino Warsono Virdika Rizky Utama Vita Devi Ajeng Pratiwi W. Haryanto W.S. Rendra Wakos R. Gautama Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Suryandoko William Shakespeare Wisnu Kisawa Wiwik Widiyati Wong Wing King Wuri Kartiasih Y. Wibowo Yayasan Thoriqotul Hidayah 1 Yayat R. Cipasang Yesi Devisa Yesi Devisa Putri Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yonathan Rahardjo Yudhi Herwibowo Yudi Latif Yulianto Yuliawati Yunanto Sutyastomo Yunus Supriyanto Yurnaldi Yushifull Ilmy Yusri Fajar Yusuf AN Yusuf Suharto Yusuf Wibisono Yuval Noah Harari Yuyuk Sugarman Z. Mustopa Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zarra Martsella Zawawi Se Zed Abidien Zehan Zareez Zen Hae Zii Zuhdi Swt