Kamis, 06 Mei 2021

Panggung Terhukum

Ida Fitri *
Jawa Pos, 1 Des 2019
 
DI depan rumah ibadah, seorang ahli agama sedang berceramah, mengutip kitab suci, membuat orang-orang larut dalam getaran tertentu seperti segentong anggur merah ditumpahkan ke kerongkongan mereka. Sebuah panggung mencuat di antara orang-orang yang berkerumun dan mulai berteriak; menyebut nama-Nya dan mengutuk yang tersalah. Sebentar lagi hukuman itu akan dilaksanakan, tidak jelas apa yang saat ini saya rasakan. Rasa takutkah? Atau putus asakah? Berulang saya menanyakan pada diri sendiri musabab apa hari ini yang membuat saya berada di tempat ini; menunggu untuk dihukum dan dipermalukan. Panas matahari semakin menyengat, membuat anak-anak yang digendong ibunya untuk menonton pelaksanaan hukuman mulai menangis. Saya seperti terisap ke masa kecil saya, saat kakek masih hidup, kakek yang tinggi besar, berkulit gelap, dan berhidung mancung kerap mengaku keturunan Turki.
 
Suatu kali kakek bercerita; saat masa pendudukan Jepang, aku telah menjadi remaja tanggung, menyaksikan kesulitan yang dirasakan orang-orang di sekitarku. Para pemuda dipaksa membuat lorong-lorong gua di daerah pesisir dan hanya diberi sedikit makan, gua-gua benteng pertahanan Jepang. Mereka kelaparan dan menunggu malaikat maut menjemput, sementara di kampung-kampung orang-orang juga kekurangan makanan. Beberapa di antara mereka yang panjang akal menanam karung padi di belakang rumah sebelum tentara Jepang menyisir untuk mencari padi di lumbung-lumbung yang ada di kampung-kampung. Mereka mengaku sebagai saudara tua yang harus dibantu untuk memenangi perang melawan kafir Belanda. Mula pertama orang-orang mulai bersimpati. Tapi, melihat kelakuan mereka yang lebih jahat daripada kafir Belanda, orang-orang mulai melawan dengan melakukan berbagai muslihat; salah satu di antaranya mengubur goni padi, emas, dan harta berharga lainnya dalam tanah agar selamat dari jarahan para serdadu bermata sipit itu. Sekali waktu, aku juga pernah dimintai tolong oleh bapak untuk menggali lubang di bawah pohon sukun untuk menyembunyikan paon ringgit (liontin emas berbentuk bulat) milik ibu. Kami menanam pohon sukun kecil di atasnya sebagai penanda. Karena tidak menemukan apa-apa saat masuk ke kampung-kampung, para serdadu Jepang mengamuk dan menembak beberapa orang lelaki kampungku, salah satu di antaranya bapakku, indatu-mu. Beruntung, mereka tidak bertahan lama di daerah kita. Kekalahan memalukan dari sekutu membuat Jepang segera angkat kaki. Saat itu aku masih terlalu kecil untuk bergabung dengan tentara. Tetapi tidak bertahun kemudian, ketika pemerintah pusat mengkhianati para pejuang utama. Mereka mengirim pasukan untuk membantai Tuan Beureueh dan pejuang utama lainnya. Padahal, saat itu Tuan Beureueh belum memutuskan untuk bergabung dengan pihak yang ingin mendirikan negara agama. Kedatangan pasukan besar dari Pulau Jawa membuat Tuan Beureueh tidak punya pilihan lain. Banyak pemuda yang bergabung dengan laskar Tuan Beureueh; salah satu di antaranya aku, kakekmu ini. Pada mulanya kami masih unggul karena menguasai hutan, menghafal setiap punggung bukit, mengenali setiap lekuk sungai. Tapi, tak lama kemudian kami terdesak dan terpecah-pecah dalam beberapa pasukan kecil. Aku yang belum memiliki pengalaman tempur pada suatu ketika malah terpisah dengan pasukanku. Lapar yang melilit perut membuatku nekat memanjat kelapa di pinggir sebuah kampung. Sialnya, begitu sampai di pelepah pertama, aku mendengar langkah-langkah bersepatu menginjak-injak semak belukar. Aku naik lebih tinggi dan mengintip dari atas pohon; beberapa tentara berseragam republik keluar dari semak belukar dan lewat tepat di bawahku. Aku berdoa kepada Tuhan semoga mereka tidak mendongak ke atas. Dan ternyata dikabulkan. Setelah mereka cukup jauh, aku turun tanpa memetik satu pun buah kelapa. Malam itu aku tidur di atas pohon beringin besar yang tumbuh tidak jauh dari tempat itu, tidur dalam kondisi kelaparan. Saking laparnya, aku membuat Tuhan jatuh iba dan mengirimkan seorang perempuan untuk mengantar makanan kepadaku. Ketika terbangun keesokan harinya, aku menemukan nasi berbungkus daun pisang dan lauk ikan asin bakar tersangkut di sebuah galah dekat cabang beringin yang kugunakan untuk tidur. Tuhan telah benar-benar mengirim makanan untukku, seperti yang Ia lakukan pada Maryam. Kalau dulunya aku menuruti bapak untuk tinggal di dayah, sudah pasti aku menjadi seorang wali atau setingkat aulia.
 
Dua hari kemudian baru kuketahui bahwa anggota pasukanku yang lain telah mati dibantai tentara republik. Ketika kudapati seorang anak perempuan yang mengaku bernama Saribanun, yang kemudian menjadi istriku, menggantungkan makanan di ujung galah dekat aku tidur di cabang beringin itu, gagallah seluruh mimpiku untuk menjadi wali. Aku tidak tahu harus bersyukur atau menyesal karena tersesat dan selamat. Mungkin yang patut kusyukuri, aku dilindungi dan disembunyikan oleh Teumeureuhom yang kemudian menikahkan putrinya denganku. Kakek saya mengakhiri ceritanya, membuat saya menyadari bahwa kakek saya pernah bergabung dengan pemberontak yang ingin mendirikan negara agama.
 
Seorang perempuan yang bertindak sebagai pembawa acara membacakan tata tertib acara selanjutnya, sementara para penonton semakin tidak sabar, meneriakkan nama saya agar segera dicambuk. Masjid semakin megah, saya semakin mengerut. Tuhan mungkin sedang tertawa-tawa mengejek saya, meski saya juga tidak tahu wujud tawa Tuhan seperti apa. Pembawa acara mencoba untuk menenangkan penonton yang semakin bersemangat. ”Dasar terlaknat!” Sebuah suara yang saya kenal mencuat di antara suara-suara lain yang tidak familier di telinga saya. Itu suara Aisyah Salbi, teman mengaji saya saat kecil dulu. Aisyah Salbi yang tidak melanjutkan sekolah dan menikah dengan Ibeunu anak Pawang Matnu. Ibu Aisyah Salbi adalah janda Halimah yang dulu sering meminjam uang kepada bapak saya semisal bapak sedang berada di rumah. Serta-merta saya menjadi teringat bapak yang sudah lama tiada.
 
”Kamu dengar suara air mengalir itu?” Suara bapak kembali terngiang di telinga saya, ”Lihat ke situ, ke tebing yang terjal. Di bawahnya ada sungai, tempat di mana leher orang pe-ka-i digorok.” Saya berhenti melangkah, melihat ke arah yang ditunjuk bapak. Suara burung-burung menyelingi suara air mengalir di celah berbatu. Saya tidak bisa melihat sungai yang dimaksud bapak dari tempat saya berada. Kaki saya melangkah ke arah yang ditunjuk bapak. Baru kali ini bapak mengajak saya pulang dari rumah kebun kami melalui punggung lereng gunung dengan ilalang dan belukar di kiri-kanan jalan setapak itu, jalan setapak menuju Pante Raya. Saya tinggal bersama ibu dan kakek di rumah kami yang berada di dataran rendah, sementara bapak tinggal di punggung gunung untuk menjaga lahan kopi kami. Susahnya mengakses sekolah dari lahan kopi membuat bapak merelakan ibu tinggal bersama kakek demi pendidikan anak-anaknya. Saat liburan sekolah, biasanya kami mengunjungi bapak di kebun kopi. Tapi, karena adik saya tahun ini disunat, maka liburan kali ini yang mengunjungi bapak hanya saya. Ibu menjaga adik yang ke mana-mana masih harus menggunakan kain sarung sambil mengeluh sakit di selangkangannya.
 
”Kamu mau ke mana? Jangan ke tempat itu, nanti kamu bisa kerasukan iblis. ” Bapak mencoba melarang saya seraya melangkahkan kaki mengikuti saya. ”Tidak apa-apa, Pak. Saya ingin melihat tempat itu. ”Saya takjub melihat air sungai pegunungan yang mengalir di antara batu-batu. Beberapa batu besar terlihat seperti benteng yang mencegah tanah jatuh dari tebing. Mencoba membayangkan tragedi puluhan tahun yang lalu, saya memejamkan mata. Sekelompok orang dengan mata tertutup, dibentak, dipukul, dan ketakutan diseret ke tempat ini, tanpa tahu kesalahan yang mereka perbuat. Mungkin salah satu dari mereka pernah berdiri di tempat saya berdiri saat ini. Lalu, satu per satu leher mereka digorok, membuat badan-badan mereka yang terkejut meronta-ronta. Dan ajal menghampiri orang-orang itu tanpa belas kasihan. ”Apa yang dibunuh di sini memang orang pe-ka-i, Pak?” tanya saya seraya membuka mata dan berpaling kepada bapak yang sudah berada di samping saya. ”Tidak juga. Sebagian besar adalah mereka yang menerima gula atau cangkul saat partai membagikannya. Yang lainnya karena dilaporkan sebagai pe-ka-i oleh tetangganya,” ujar bapak. Lalu, bapak mengajak saya untuk melanjutkan perjalanan. Waktu itu saya masih bersekolah di sekolah lanjutan atas (SMA), apa yang diucapkan bapak berlalu begitu saja. Tetapi, tidak demikian setelah saya dewasa. Saya mulai mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi berpuluh tahun yang lalu itu. Membaca buku dan mulai membicarakan hal sensitif tersebut dengan teman-teman saya. Jika pun yang dibunuh itu orang pe-ka-i, bolehkah mereka dibantai begitu saja hanya karena berbeda pilihan politik? Daerah saya yang berada di ujung pulau ini kerap menjadi saksi pembantaian yang satu ke pembantaian lainnya. Daerah operasi militer mengambil korban sangat banyak. Para lelaki dibunuh dan mayat mereka dicampakkan di sungai, di jalan, atau di belakang kios di pinggir hutan. Para perempuan juga kadang dibantai, bahkan di depan anaknya. Banyak yang telah bersuara karena kematian-kematian yang tidak masuk akal kala daerah saya dijadikan target operasi militer. Tetapi, sangat jarang bahkan hampir tidak pernah terdengar orang-orang bersuara tentang pembantaian di tahun ’60-an. Padahal, mereka sama-sama korban tidak bersalah yang memiliki anak-istri.
 
Karena sering membicarakan hal tersebut, saya dipanggil pimpinan lembaga di tempat saya bekerja, yang ujung-ujungnya saya dituduh sebagai anak pe-ka-i. Tidak hanya sampai di situ, tulisan saya di kolom Minggu telah menyeret saya menjadi pesakitan pada hari ini. Segala embel-embel partai yang sudah lama musnah itu dilabelkan kepada saya. Dan siang ini saya berdiri di antara empat pesakitan lainnya: tervonis mesum, tervonis judi, tervonis minum anggur, dan tervonis mencuri. Saya tidak tahu, sejak kapan tervonis anak pe-ka-i dimasukkan dalam daftar hukuman cambuk. Mungkin ini yang pertama sehingga penonton membeludak. Yang membawa anak menunjuk muka saya dan menerangkan kepada anak-anak mereka seperti apa anak pe-kai-i itu. Saya tidak tahu apakah hal-hal seperti ini layak dikonsumsi anak-anak, sementara bermain game saja dilarang para ahli agama. Teriakan orang-orang yang menonton prosesi hukuman semakin bergelora. Saya melirik empat pesakitan lain, saya tidak berani menuduh mereka lebih rendah daripada orang-orang yang berteriak di depan sana. Mungkin saja kasus mereka tidak beda jauh dengan kasus saya.
 
Suara pembawa acara terdengar nyaring memanggil nama saya dan membacakan vonis saya. Seseorang menyeret saya naik ke panggung. Giliran saya tiba, orang-orang semakin bersemangat melihat saya berada di atas panggung. ”Hancurkan pe-ka-i!” Saya diminta berdiri membungkuk di tengah panggung. Saya tidak bisa membaca raut wajah sang algojo yang berdiri di sudut karena wajahnya tertutup kain. Orang dewasa dan anak-anak berteriak memberi semangat kepada sang algojo yang mulai mengangkat cambuk. Kesalahan saya hanya karena mengungkit pembantaian yang pernah terjadi puluhan tahun lalu, yang apabila diusut tuntas bisa membuat banyak pihak kehilangan muka dan menanggung malu. Mendadak saya sangat ingin tersenyum, meski cambuk mendera punggung saya. Seperti Tuhan yang sedang tertawa di atas sana.
***
 
*) Ida Fitri, lahir di Bireuen, Aceh Timur, tanggal 25 Agustus. Cerpennya dimuat di koran Tempo, Media Indonesia, Jawa Pos, dll. Kumcer pertamanya berjudul “Air Mata Shakespeare” terbit tahun 2016, dan kumcer keduanya bertajuk “Cemong” terbit di tahun 2017. 

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Alexander A. Anzieb A. Aziz Masyhuri A. Dahana A. Khoirul Anam A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.C. Andre Tanama A.J. Susmana A.S. Laksana A’an Jindan AS Abd. Mun’im Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kirno Tanda Abdul Lathif Abdul Malik Abdul Rauf Singkil Abdul Walid Abdurrahman Wachid Abdurrahman Wahid Abid Rohmanu Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adek Alwi Adhi Pandoyo Adhitia Armitrianto Adhy Rical Adi Faridh Adian Husaini Adin Aditya Ardi N Adreas Anggit W. Adrizas Adu Pesona Sang Wakil Presiden RI AF. Tuasikal Afri Meldam Afrizal Malna AG. Alif Agama Agama Para Bajingan Agit Yogi Subandi Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Rakasiwi Agus Sulton Agus Wibowo Agus Wirawan Aguslia Hidayah AH J Khuzaini Ah. Atok Illah Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Anshori Ahmad Damanik Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Gaus Ahmad Hasan MS Ahmad Jauhari Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Naufel Ahmad S. Zahari Ahmad Syafii Maarif Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ainul Fiah Akbar Ananda Speedgo Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhmad Siddiq Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Akmal Nasery Basral Aksin Wijaya Al-Fairish Al-Ma'ruf I Al-Ma'ruf II Alang Khoiruddin Albert Camus Ali Mahmudi Ch Alia Swastika Alvi Puspita Alvin Amien Wangsitalaja Aminah Aming Aminoedhin Ana Mustamin Anam Rahus Anas AG Andhi Setyo Wibowo Andi Gunawan Andry Deblenk Angela Anggie Melianna Anindita S. Thayf Anis Ceha Anitya Wahdini Anjrah Lelono Broto Antologi Sastra Lamongan Anugerah Ronggowarsito Anwar Nuris Aprillia Ika Arida Fadrus Aridus Arie MP Tamba Arie Yani Arief Junianto Ariel Heryanto Ariera Arif Bagus Prasetyo Aris Kurniawan Armawati Arswendo Atmowiloto Art Sabukjanur Arti Bumi Intaran Arwan Aryo Wisanggeni Aryo Wisanggeni Gentong AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Ashadi Ik Asrama Mahasiswa Aceh Sabena Asro Kamal Rokan Astrid Reza Asvi Warman Adam Atafras Atok Witono Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Azwar Nazir Baca Puisi Badrus Siroj Bahrul Ulum A. Malik Balada Bambang kempling Bambang Riyanto Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bastian Zulyeno Beni Setia Benni Setiawan Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Koran Berita Utama Bernando J. Sujibto Bernarda Rurit Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Biografi Bre Redana Brunel University Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Jay Utomo Budi P. Hatees Budi Palopo Budi Setyarso Budi Sp. Indrajati Budiman S. Hartoyo Budiman Sudjatmiko Buku Kritik Sastra Buldanul Khuri Candrakirana Cangaan Ujungpangkah Gresik Jawa Timur Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cawapres Jokowi Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chavchay Syaifullah Choirul Rikzqa Christian Heru Cahyo Saputro Cover Buku D. Dudu AR D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dadang Widjanarko Damiri Mahmud Dani Fuadhillah Daniel Paranamesa Darju Prasetya Dati Wahyuni Dawet Jabung Ponorogo Dedykalee Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Desa Glogok Karanggeneng Lamongan Deshinta Arofah Dewi Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan Dewi Anggraeni Dian Sukarno Diana A.V. Sasa Didik Kusbiantoro Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diskusi buku Djadjat Sudradjat Djasepudin Djoko Pitono Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Djulianto Susantio Dody Kristianto Dody Yan Masfa Dorothea Rosa Herliany Dr Andi Irawan Dr Siti Muti’ah Setiawati Dr. Hilma Rosyida Ahmad Drs H Choirul Anam Drs. Solihin Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwidjo Maksum Dyah Ayu Fitriana Eddi Koben Edeng Syamsul Ma’arif Edy Apriyanto Sudiyono Edy Firmansyah Edy Susanto Efri Ritonga EH Ismail Eidi Krina Jason Sembiring Eka Budianta Eko Hartono Eko Hendrawan Sofyan Eko Hendri Saiful El Sahra Mahendra Elita Sitorini Elly Trisnawati Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Em. Syuhada' Emha Ainun Nadjib Encep Abdullah Eni Sulistiyawati Eny Rose Esai Ester Lince Napitupulu Etik Widya Evan Ys F Rahardi Fahrudin Nasrulloh Fahrur Rozi Fajar Alayubi Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fathan Mubarak Fathul Qodir Fathul Qorib Felix K. Nesi Festival Gugur Gunung Festival Seni Surabaya 2011 Festival Teater Religi Pelajar SLTA Se-kabupaten Lamongan Fikri. MS Fiqih Arfani Firman Daeva Forum Lingkar Pena Lamongan Forum Penulis dan Penggiat Literasi Lamongan (FP2L) Forum Santri Nasional Forum Santri Nasional (FSN) Free Hearty Galuh Tulus Utama Gandis Uka Ganug Nugroho Adi Gedung Sabudga UNISDA Lamongan Gendut Riyanto Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gesit Ariyanto Gita Pratama Glenn Fredly Goenawan Mohamad Golput Gombloh Gombloh (1948 – 1988) Grathia Pitaloka Gugun el-Guyanie Gunoto Saparie Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Dur H.B. Jassin Hadi Napster Hafis Azhari Halim HD Halimi Zuhdy Hamid Dabashi Han Gagas Hardi Hamzah Hari Prasetyo Haris Del Hakim Haris Saputra Hary B Kori’un Hasan Basri Marwah Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasyim Asy’ari Hendro Situmorang Henri Nurcahyo Henry H Loupias Hera Khaerani Heri CS Heri Kris Heri Latief Heri Listianto Herman RN Hernadi Tanzil Herry Lamongan Heru Kuntoyo Heru Kurniawan Hikmat Darmawan Holy Adib Hudan Hidayat Hujuala Rika Ayu Humaidi Humam S Chudori I Made Asdhiana I Nyoman Suaka I. B. Putera Manuaba IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ichwan Prasetyo Ida Fitri Ignas Kleden Ilham Safutra Ilham Wancoko Imam Munadjat Imam Nawawi Imam Zanatul Huaeri Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Iman Herdiana Imron Arlado Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indigo Art Space Madiun Indra Tjahyadi Indrian Koto Ingki Rinaldi Iqmal Tahir Is Faridatul Arifah Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Zulkarnain Isra’ Mi’raj Iswadi Pratama Iswara N Raditya Iva Titin Shovia Iwan Awaluddin Yusuf Iwan Gunadi J. Sumardianta Jamrin Abubakar Jansen Sinamo Janu Jolang Janual Aidi Javed Paul Syatha Jayaning S.A Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jemie Simatupang Jenny Ang Jiero Cafe Jihan Fauziah JJ. Kusni Jl Simo Jo Batara Surya Jodhi Yudono Joko Budhiarto Joko Sadewo Joko Sandur Joko Widodo Jones Gultom Joni Ariadinata Joresan Mlarak Ponorogo Joseph E. Stiglitz Jual Buku Paket Hemat Junus Satrio Jurnalisme Sastra K. Hirzuddin Hasbullah K.H. Anwar Manshur K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma’ruf Amin K.H. Masrikhan Asy'ari K.H. Mudzakir Ma'ruf Kadjie MM Kajian Kitab Nashoihul 'Ibad Kang Daniel Karanggeneng Kartika Foundation Kasanwikrama Kasnadi Katrin Bandel Kedai Kopi Sastra Kekal Hamdani Kemah Budaya Panturan (KBP) Kesenian KH. M. Najib Muhammad KH. Ma'ruf Amin Khairul Mufid Jr Khawas Auskarni Khoirul Anwar Khoirul Inayah Khoirul Naim Khoirul Rosyadi Ki Ompong Sudarsono Kitab Arbain Nawawi Kitab Puisi Suluk Berahi karya Gampang Prawoto Ko Hyeong Ryeol Koh Young Hun Koko Sudarsono Komaruddin Hidayat Kompas TV Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sastra Teater Lamongan (KOSTELA) Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Kopi Bubuk Mbok Djum Kopuisi Korban Gempa di Lombok Kospela KPRI IKMAL Lamongan Kris Razianto Mada Kritik Sastra Kurnia Sari Aziza Kurniawan Kusni Kasdut Kuswaidi Syafi’ie Kuswinarto Lagu Laili Rahmawati Laksmi Sitoresmi Lamongan Lan Fang Larung Sastra Lathifa Akmaliyah Latif Fianto Leila S. Chudori Leo Tolstoy Lina Kelana Listiyono Santoso Liya Izzatul Iffah Liza Wahyuninto Lucky Aditya Ramadhan Ludruk Jawa Timur Lukisan Lukman Alm Lukman Santoso Az Luqman Almishr Lustantini Septiningsih Lutfi S. Mendut Lynglieastrid Isabellita M Ismail M Zainuddin M. Afif Hasbullah M. Faizi M. Iqbal Dawami M. Irfan Hidayatullah M. Latief M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Lutfi M. Mushthafa M. Riza Fahlevi M. Yoesoef M.D. Atmaja M’Shoe Madrasah Ibtida’iyah Thoriqotul Hidayah 1 Maghfur Munif Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahmud Syaltut Usfa Mahwi Air Tawar Majelis Ulama Indonesia Makalah Tinjauan Ilmiah Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Mantan Pastur Hafidz Al-Qur'an Maqhia Nisima Mardi Luhung Margita Widiyatmaka Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Marjohan Marsel Robot Martin Aleida Martin Hatch Marwan Ja'far Marwita Oktaviana Marzuki Mustamar Mashuri Masjid Tegalsari di Pesantren Gerbang Tinatar Masuki M. Astro Matroni el-Moezany Matroni Muserang Max Arifin Maya Handhini Mbah Kalbakal Medco Media Jawa Timur Medri Osno Mega Vristian Mei Anjar Wintolo Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Memoar Purnama di Kampung Halaman Menggalang Dana Amal Mentari Meida Mh Zaelani Tammaka Michael Gunadi Widjaja Mien Uno (Ibunda Sandiaga Uno) Misbahul Huda Misbahus Surur Moch. Faisol Mochammad A. Tomtom Moh Samsul Arifin Moh. Ghufron Cholid Mohamad Ali Hisyam Mohammad Afifi Mohammad Rafi Azzamy Mts Putra-Putri Simo-Sungelebak Muh Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ghannoe Muhammad Ghufron Muhammad Hidayat Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad N. Hassan Muhammad Rain Muhammad Taufik Muhammad Yasir Muhammad Zia Ulhaq Muhammadun A.S. Muhibin AM Muhidin M Dahlan Mujtahid Mujtahidin Billah Mukafi Niam Mukhsin Amar Mukti Sutarman Espe Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Mun'im Sirry Muntamah Cendani Museum Bikon Blewut Ledalero Musfarayani Musfi Efrizal Musyayana Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Nabi Adam Nanang Fahrudin Nandang Darana Naskah Monolog Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Ni Luh Made Pertiwi F Nindya Herdianti Ninin Nurzalina Wati Nitis Sahpeni Nono Anwar Makarim Noor H. Dee Noorsam Noval Jubbek Novel Pekik Novianti Setuningsih Nu’man ‘Zeus’ Anggara Nur Hamzah Nur Haryanto Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nuruddin Al Indunissy Nurul Aini Nurul Anam Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nuswantoro Nyimas Nyoman Tingkat Obrolan Oktamandjaya Wiguna Oky Sanjaya Opini Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Oyos Saroso H.N. Padepokan Lemah Putih Surakarta Pagelaran Musim Tandur Pameran Seni Rupa Panda MT Siallagan Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Pekan Literasi Lamongan Pelukis Dahlan Kong Pelukis Jumartono Pelukis Saron Pelukis Senior Tarmuzie Pendidikan Penerbit SastraSewu Penerbitan dan Toko Buku PUstaka puJAngga Lamongan Pengajian Pengetahuan Perang Peringatan Hari Pahlawan 10 November Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW Pesantren An Nawawi Tanara (Penata) Pesantren Kampung Inggris Peserta TEMU SASTRA JAWA TIMUR 2011 Petrik Matanasi Pilang Tejoasri Laren Lamongan Pilang Tejoasri Laren Lamongan Jawa Timur Pilkada Piramid Giza Politik Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang Pradana Boy ZTF Pradaningrum Mijarto Pramoedya Ananta Toer Prih Prawesti Febriani Pringadi AS Prof Dr Achmad Zahro Prof Dr Aminuddin Kasdi Profil MA Matholi'ul Anwar Prosa Puisi Puisi Menolak Korupsi Puisi Menolak Korupsi (PMK) Puji Hartanto Puji Santosa Puput Amiranti N Purwanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Puspita Rose Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putri Utami Putu Satria Kusuma Putu Setia Putu Wijaya R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R.Ng. Ronggowarsito Rabdul Rohim Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahmat Sazaly Rahmat Sularso Nh Raihul Fadjri Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Rambuana Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Redland Movie Rengga AP Reni Lismawati Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Riadi Ngasiran Rian Sindu Ribut Wijoto Rieke Diah Pitaloka Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Rizka Halida Rizky Putri Pratimi Robin Al Kautsar Rocky Gerung Rodli TL Rofiqi Hasan Rohmad Hadiwijoyo Rohmah Maulidia Rohman Abdullah Rojiful Mamduh Rosdiansyah Rosi Rosidi Roso Titi Sarkoro Rumah Budaya Pantura (RBP) Rumah Budaya Pantura Lamongan Rumah Literasi Rx King Motor S Yoga S. Jai S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabrank Suparno Saiful Amin Ghofur Saifur Rohman Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sandiaga Uno Sanggar Pasir Sanggar Pasir Art and Culture Santi Puji Rahayu Sapardi Djoko Damono Sardono W Kusumo Sartika Sari Sarworo Sp Sastra Facebook Satmoko Budi Santoso Satrio Lintang Satyagraha Hoerip Saut Situmorang Savidapius Sayuri Yosiana Sayyid Fahmi Alathas Sejarah Sekolah Literasi Gratis SelaSAstra Boenga Ketjil SelaSAstra Boenga Ketjil #23 SelaSAstra Boenga Ketjil #24 Seni Ambeng Ponorogo Senirupa Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Shofiyatuz Zahroh Shohebul Umam JR Sholihul Huda Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Silfia Hanani Sindu Putra Sita Planasari Aquadini Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Hadi Purnomo Soediro Satoto Soegiharto Soeprijadi Tomodihardjo Soetanto Soepiadhy Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sony Wibisono Sosiawan Leak Sreismitha Wungkul Sri Igustin Sri Mulyani Sri Wintala Achmad Sriyanto Danoesiswoyo Stefanus P. Elu Stevani Elisabeth STKIP PGRI Ponorogo Student Center Kampus ISI Yogyakarta Subagio Sastrowardoyo Suci Ayu Latifah Sudarmoko Sugeng Ariyadi Sukitman Sumenep Sumiati Anastasia Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungelebak Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Suripto SH Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suwardi Endraswara Suyadi San Syafrizal Sahrun Syaifuddin Gani Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Syamsul Arifin Syamsul Rizal Syi'ir Syifa Amori Syifa Aulia T.A. Sakti Tajuddin Noor Ganie Tamrin Bey dan Robin Al Kautsar TanahmeraH ArtSpace Tarpin A. Nasri Taufik Rachman Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Teater Air Teater Bias Teater Biru Teater Cepak Teater Dua Teater Kanjeng Teater Lingkar Merah Putih Teater Mikro Teater nDrinDinG Teater Nusa Teater Padi Teater Roda UNISDA Lamongan Teater Sakalintang Teater Tali Mama Teater Taman Teater Tawon Teater Tewol Teguh LR Temu Karya Teater Jawa Timur XXI Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Teori Darwin Teori Fisika Hawking Tgk Abdullah Lam U Tharie Rietha The Ibrahim Hosen Institute Theresia Purbandini Thomas Koten Tien Rostini Timur Arif Riyadi Tjahjono Widarmanto Tjut Zakiyah Anshari Toeti Adhitama Tosa Poetra Tri Andhi S Triyanto triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S Tutut Herlina Ucu Agustin Udo Z. Karzi Ulil Abshar-Abdalla Umar Fauzi Uniawati Unieq Awien Universitas Jember Usman Arrumy Ustadz Bangun Samudra Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Vassilisa Agata Veven Sp. Wardhana Viddy AD Daery Video Vino Warsono Virdika Rizky Utama Vita Devi Ajeng Pratiwi W. Haryanto W.S. Rendra Wakos R. Gautama Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Suryandoko William Shakespeare Wisnu Kisawa Wiwik Widiyati Wong Wing King Wuri Kartiasih Y. Wibowo Yayasan Thoriqotul Hidayah 1 Yayat R. Cipasang Yesi Devisa Yesi Devisa Putri Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yonathan Rahardjo Yudhi Herwibowo Yudi Latif Yulianto Yuliawati Yunanto Sutyastomo Yunus Supriyanto Yurnaldi Yushifull Ilmy Yusri Fajar Yusuf AN Yusuf Suharto Yusuf Wibisono Yuval Noah Harari Yuyuk Sugarman Z. Mustopa Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zarra Martsella Zawawi Se Zed Abidien Zehan Zareez Zen Hae Zii Zuhdi Swt