Jumat, 04 Desember 2020

CITRA PEREMPUAN DALAM SASTRA (9)

: Keluasan Ruang Publik Perempuan, Pembangunanisme, dan Kapitalisme
 
Djoko Saryono *
 
Salah satu perubahan atau pergeseran mencolok sekaligus penting mengenai citra sosok perempuan Indonesia di dalam novel-novel Indonesia sebelum dan sesudah perang adalah semakin terbuka dan luasnya ruang publik bagi perempuan-perempuan Indonesia. Dibandingkan dengan ruang publik perempuan di dalam novel-novel Indonesia sebelum perang, ruang publik perempuan di dalam novel-novel Indonesia sesudah perang jauh lebih luas dan terbuka. Jika di dalam novel-novel Indonesia sebelum perang (pada umumnya) banyak dikisahberitakan tentang perjuangan-pergulatan perempuan-perempuan terpelajar dan terdidik dari golongan menengah dan menengah-atas dalam memperoleh ruang publik yang luas dan terbuka, maka di dalam novel-novel Indonesia sesudah perang justru banyak dikisahberitakan tentang kiprah perempuan-perempuan terpelajar dan terdidik dari golongan menengah dan menengah-atas menikmati ruang publik yang sudah dimilikinya secara luas dan terbuka.
 
Hal tersebut menandakan, ruang publik bagi perempuan Indonesia digambarkan masih sempit-tertutup dalam novel sebelum perang, sedangkan ruang publik bagi perempuan Indonesia digambarkan sudah luas-terbuka dalam novel-novel sesudah perang. Demikianlah, ruang publik bagi Sitti Nurbaya dalam Sitti Nurbaya, Tuti dalam Layar Terkembang, Tini dalam Belenggu, Hayati dalam Tenggelamnya Kapal van der Wijk dan Rapiah dalam Salah Asuhan tergolong masih harus diperju-angkan dan terma¬suk sempit-tertutup, sedangkan ruang publik bagi Fifi dalam Merahnya Merah, Sri dalam Pada Sebuah Kapal, Atik dalam Burung-burung Manyar, Ni dalam Canting, Manen dalam Raumanen, dan Neti dalam Burung-burung Rantau termasuk sudah diperoleh dengan baik dan tergolong luas-terbuka.
 
Di dalam novel-novel sebelum perang, kesempita¬n-ketertutup¬an ruang publik bagi perempuan terutama disebabkan oleh kuatnya kebudayaan patriarkis yang berada di bawah hegemoni maskulinitas. Hegemoni maskulinitas atas kebudayaan patriarkis itu belum dapat dibongkar oleh para perempuan seperti Sitti Nurbaya, Tuti, Tini, Rapiah, dan Hayati meskipun sudah mereka sadari kebu¬rukannya dan kekurangannya. Maskulinitas masih berkuasa menentukan dan mengatur sikap, perilaku, dan seperangkat nilai kebudayaan, termasuk menentukan dan mengatur sikap, perilaku, dan seperangkat nilai kebudayaan yang dikenakan kepada perempuan. Begitulah, nilai, sikap, dan perilaku Sitti Nurbaya, Tuti, Tini, dan Rapiah yang dianggap baik dikuasai dan ditentukan oleh laki-laki: oleh Sutan Mahmud, Baginda Sulaiman, dan Datuk Meringgih dalam Sitti Nurbaya;oleh Sukartono dalam Belenggu;oleh Syafei dan Hanafi dalam Salah Asuhan.
 
Berdasarkan pendidikannya, mereka memang sudah menyadari keburukan dan kekurangan hal tersebut, tetapi mereka belum bisa membongkarnya. Tampaknya, dalam novel-novel Indonesia sebelum perang memang baru direpresentasikan kesadaran kritis perempuan terhadap ruang kehi¬dupan mereka di sektor publik. Di samping itu, juga direpresentasikan protes dan perjuangan mereka membongkar kebudayaan patriarkis yang mendasari kesempitan ruang publik bagi mereka.
 
Integrasi kultural mereka terhadap kemodernan ternyata belum mampu menunjang secara kukuh kesadaran, protes, dan perjuangan mereka. Kemo¬dernan yang dipahami dan dicita-citakan oleh Sitti Nurbaya, Tuti, dan Tini -- sebagai contoh -- belum menunjang secara kukuh kesadaran, protes, dan perjuangan mereka. Setidak-tidaknya hal ini disebabkan oleh dua hal. Pertama, pada masa sebelum perang atau pada saat teks-teks novel Indonesia ditulis, kemodernan relatif masih merupakan barang baru bagi masyarakat Indonesia. Masyarakat luas belum memahami makna dan sosok kemodernan. Hanya kalangan tertentu -- terutama kalangan menengah dan menengah atas yang berhasil mengenyam pendidikan formal -- yang dapat menangkap dan memahami makna dan sosok kemodernan. Hal ini menandakan bahwa keberterimaan kemodernan belumlah luas dan meresap ke dalam masyarakat.
 
Kemudian kedua, pada masa sebelum perang, keberakaran dan kemelemba¬gaan kemodernan di dalam masyarakat luas relatif lambat. Akibatnya, kemodernan belum didukung secara luas oleh masyarakat. Di samping itu, kemodernan menjadi belum fungsional untuk menyangga sebuah gerakan moral atau budaya  -- termasuk gerakan Sitti Nurbaya, Tuti, Tini, dan lain-lain untuk mendapat keadilan gender khususnya keluasan-keterbukaan ruang pu¬blik bagi perempuan.
 
Kemodernan semakin berterima, berkembang, berakar, dan melembaga dengan pesat dan cepat pada masa sesudah perang. Teks-teks novel Indonesia yang terbit sesudah perang menggambarkan hal tersebut, misalnya teks novel Canting, Burung-burung Manyar, Durga Umayi, Burung-burung Rantau, Para Priyayi, Tirai Menurun, dan Telegram. Kepesatan dan kecepatan keberteri¬maan, keberakaran, dan kemelembagaan tersebut didorong oleh adanya pemodernan dan pembangunan. Dalam teks-teks novel sesudah perang, rata-rata digambarkan bahwa pemodernan dan pembangunan ini mendorong kemodernan dengan cepat karena diiringi oleh modernisme dan pembangunanisme (developmentalism).
 
Itu menunjukkan bahwa sesudah perang kemodernan berkembang dan melembaga secara cepat berkat masuknya modernisme dan pembangunanisme ke dalam budaya Indonesia. Hal ini berarti, modernisme dan pembangunanisme menjadi tulang punggung kemodernan. Selanjutnya, kemodernan tersebut membuka peluang dan kesempatan lebih luas dan ter¬buka kepada perempuan untuk berkiprah di ruang publik atau ruang sosial.  Jadi, sebagaimana digambarkan di dalam teks-teks novel yang terbit sesudah¬perang, keluasan-keterbukaan ruang publik bagi perempuan makin luas dan ter¬buka pada masa sesudah perang terutama pada masa orde pembangunan yang tidak lain adalah sosok formatif modernisme dan pembangunanisme.
 
Wajarlah bilamana perempuan-perempuan Indonesia terutama dari golongan menengah dan menengah-atas di dalam teks novel-novel sesudah perang digambarkan dapat dengan leluasa dan bebas berkiprah di ruang publik atau sosial yang relatif sangat luas. Digambarkan di dalam berbagai teks novel Indonesia yang terbit sesudah perang, para perempuan golongan menengah dan menengah mampu memasuki lembaga pendidikan tinggi modern, lembaga ekonomi, lembaga politik, kegiatan ekonomi modern, kegiatan kenegaraan, dan lain-lain dengan peran yang relatif berarti: ruang-ruang publik ini tidak mungkin atau jarang dimasuki oleh perempuan-perempuan sebelum perang.
 
Di dalam Burung-burung Manyar yang diterbitkan pertama kali tahun 1981, dikisahberitakan bahwa Bu Antana meraih gelar sarjana, menjadi ahli botani, dan bekerja di sebuah de-partemen pemerintah. Dalam teks novel yang sama juga digambarkan, Larasati atau Atik menjadi asisten perdana menteri pemerintah Indonesia, bekerja di kementerian luar negeri, dan meraih gelar doktor biologi. Di dalam teks novel Canting yang terbit pertama kali tahun 1986, digambarkan bahwa Ni (Subandini) dapat meraih gelar sarjana apoteker dan mengelola perusahaan batik dengan manajemen modern di samping memiliki kemandirian serta kebebasan untuk menentukan dirinya sendiri.
 
Demikian juga di dalam teks novel Durga Umayi yang terbit pertama kali tahun 1991, digambarkan bahwa Nyonya Nusamusbida alias Iin Sulinda mampu bermain atau berkiprah di bidang politik dan ekonomi kapitalistis secara aktif dan progresif.  Dia pernah terjun di dalam perang kemerdekaan di bidang politik, sedangkan di bidang ekonomi-bisnis dia tergolong konglomerat yang menangani megaproyek properti. Dia pun memiliki mobilitas keruangan (spa¬sial) yang sangat luas: pergi-pulang ke berbagai belahan dunia. Hal yang sama juga terlihat di dalam teks novel Burung-burung Rantau yang terbit pertama kali tahun 1993. Dalam teks novel ini, Ny. Anggraini digambarkan sebagai janda kaya raya yang berbisnis secara transnasional. Bisnisnya sudah masuk ke dalam kapitalisme global.
 
Kapitalisme global memang tampak menjadi tulang punggung penting modernisme dan pembangunanisme di Indonesia. Maksudnya, modernisme dan pembangunanisme menjadi kuat di Indonesia karena didukung oleh penetrasi kapitalisme global yang semakin kuat pada masa sesudah perang -- sesuatu yang masih samar-samar pada masa sebelum perang. Pada teks novel Sitti Nurbaya dan Belenggu yang terbit sebelum perang, kapitalisme -- dalam hal ini kapitalisme agraris-kolonial -- memang digambarkan sudah masuk meskipun masih dalam tahap dini dan samar sehingga belum menjadi pendukung kuat modernisme dan pembangunanisme. Sementara itu, pada teks novel Burung-burung Manyar, Durga Umayi, Burung-burung Rantau, Para Priyayi, dan Canting digambarkan merasuknya kapitalisme global secara kuat di bumi Indonesia sehingga mampu menjadi pendu-kung utama modernisme dan pembangunanisme di Indonesia.
 
Sebab itu, dapat dikatakan di sini bahwa kapitalisme global secara tidak langsung telah ikut menciptakan ruang-ruang publik bagi perempuan pada masa sesudah perang. Dengan kata lain, berkat kapitalisme global juga ruang publik bagi perempuan semakin luas dan terbuka. Hal ini memungkinkan perempuan memasuki sektor-sektor publik yang pada masa sebelum perang sukar atau belum memungkinkan memasuikinya. Demikianlah, Sitti Nurbaya tidak pernah digambarkan terlibat dalam kegiatan bisnis ayahandanya Baginda Sulaiaman atau Datuk Meringgih di dalam teks novel Sitti Nurbaya. Begitu juga Tini digambarkan mendapat tentangan suamianya Tono pada waktu bergiat di luar di dalam teks novel Belenggu.
 
Akan tetapi, Zaitun digambarkan dapat menjadi pegawai bank di dalam teks novel Pasar (1976). Ni (Subandini) digambarkan menjadi manajer perusahaan pembatikan dengan gaya kepemimpinan modern di dalam teks novel Canting (1986). Bahkan Iin Sulinda atau Nyonya Nusamusbida digambarkan menjadi konglomerat trans¬nasional yang biasa menggarap megaproyek properti di dalam teks novel Durga Umayi (1991). Demikian juga Ny Anggraini digambarkan sebagai perempuan karier sekaligus janda kaya raya yang memiliki mobilitas keruangan ke berbagai belahan dunia untuk mengurus bisnisnya di dalam teks novel Burung-burung Rantau.
 
Contoh-contoh tersebut menunjukkan bahwa di dalam teks-teks novel sesudah perang, kapitalisme global bersama dengan modernisme dan pembangunanisme dipandang sebagai faktor yang memungkinkan para perempuan golongan menengah dan menengah-atas memasuki ruang publik secara ekstensif.
 
Bersambung...
 


(Mohammad Rafi Azzamy bersama Prof. Dr. Djoko Saryono, M.Pd dengan KOPUISI)
 
*) Prof. Dr. Djoko Saryono, M.Pd adalah Guru Besar Jurusan Sastra Indonesia di Fakultas Sastra pada kampus UNM (Universitas Negeri Malang). Telah banyak menghasilkan buku, artikel apresiasi sastra, serta budaya. Dan aktif menjadi pembicara utama di berbagai forum ilmiah kesusatraan tingkat Nasional juga Internasional.

http://sastra-indonesia.com/2020/12/citra-perempuan-dalam-sastra-9/

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Alexander A. Anzieb A. Aziz Masyhuri A. Dahana A. Khoirul Anam A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.C. Andre Tanama A.J. Susmana A.S. Laksana A’an Jindan AS Abd. Mun’im Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kirno Tanda Abdul Lathif Abdul Malik Abdul Rauf Singkil Abdul Walid Abdurrahman Wachid Abdurrahman Wahid Abid Rohmanu Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adek Alwi Adhi Pandoyo Adhitia Armitrianto Adhy Rical Adi Faridh Adian Husaini Adin Aditya Ardi N Adreas Anggit W. Adrizas Adu Pesona Sang Wakil Presiden RI AF. Tuasikal Afri Meldam Afrizal Malna AG. Alif Agama Agama Para Bajingan Agit Yogi Subandi Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Rakasiwi Agus Sulton Agus Wibowo Agus Wirawan Aguslia Hidayah AH J Khuzaini Ah. Atok Illah Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Anshori Ahmad Damanik Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Gaus Ahmad Hasan MS Ahmad Jauhari Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Naufel Ahmad S. Zahari Ahmad Syafii Maarif Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ainul Fiah Akbar Ananda Speedgo Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhmad Siddiq Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Akmal Nasery Basral Aksin Wijaya Al-Fairish Al-Ma'ruf I Al-Ma'ruf II Alang Khoiruddin Albert Camus Ali Mahmudi Ch Alia Swastika Alvi Puspita Alvin Amien Wangsitalaja Aminah Aming Aminoedhin Ana Mustamin Anam Rahus Anas AG Andhi Setyo Wibowo Andi Gunawan Andry Deblenk Angela Anggie Melianna Anindita S. Thayf Anis Ceha Anitya Wahdini Anjrah Lelono Broto Antologi Sastra Lamongan Anugerah Ronggowarsito Anwar Nuris Aprillia Ika Arida Fadrus Aridus Arie MP Tamba Arie Yani Arief Junianto Ariel Heryanto Ariera Arif Bagus Prasetyo Aris Kurniawan Armawati Arswendo Atmowiloto Art Sabukjanur Arti Bumi Intaran Arwan Aryo Wisanggeni Aryo Wisanggeni Gentong AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Ashadi Ik Asrama Mahasiswa Aceh Sabena Asro Kamal Rokan Astrid Reza Asvi Warman Adam Atafras Atok Witono Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Azwar Nazir Baca Puisi Badrus Siroj Bahrul Ulum A. Malik Balada Bambang kempling Bambang Riyanto Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bastian Zulyeno Beni Setia Benni Setiawan Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Koran Berita Utama Bernando J. Sujibto Bernarda Rurit Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Biografi Bre Redana Brunel University Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Jay Utomo Budi P. Hatees Budi Palopo Budi Setyarso Budi Sp. Indrajati Budiman S. Hartoyo Budiman Sudjatmiko Buku Kritik Sastra Buldanul Khuri Candrakirana Cangaan Ujungpangkah Gresik Jawa Timur Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cawapres Jokowi Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chavchay Syaifullah Choirul Rikzqa Christian Heru Cahyo Saputro Cover Buku D. Dudu AR D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dadang Widjanarko Damiri Mahmud Dani Fuadhillah Daniel Paranamesa Darju Prasetya Dati Wahyuni Dawet Jabung Ponorogo Dedykalee Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Desa Glogok Karanggeneng Lamongan Deshinta Arofah Dewi Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan Dewi Anggraeni Dian Sukarno Diana A.V. Sasa Didik Kusbiantoro Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diskusi buku Djadjat Sudradjat Djasepudin Djoko Pitono Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Djulianto Susantio Dody Kristianto Dody Yan Masfa Dorothea Rosa Herliany Dr Andi Irawan Dr Siti Muti’ah Setiawati Dr. Hilma Rosyida Ahmad Drs H Choirul Anam Drs. Solihin Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwidjo Maksum Dyah Ayu Fitriana Eddi Koben Edeng Syamsul Ma’arif Edy Apriyanto Sudiyono Edy Firmansyah Edy Susanto Efri Ritonga EH Ismail Eidi Krina Jason Sembiring Eka Budianta Eko Hartono Eko Hendrawan Sofyan Eko Hendri Saiful El Sahra Mahendra Elita Sitorini Elly Trisnawati Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Em. Syuhada' Emha Ainun Nadjib Encep Abdullah Eni Sulistiyawati Eny Rose Esai Ester Lince Napitupulu Etik Widya Evan Ys F Rahardi Fahrudin Nasrulloh Fahrur Rozi Fajar Alayubi Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fathan Mubarak Fathul Qodir Fathul Qorib Felix K. Nesi Festival Gugur Gunung Festival Seni Surabaya 2011 Festival Teater Religi Pelajar SLTA Se-kabupaten Lamongan Fikri. MS Fiqih Arfani Firman Daeva Forum Lingkar Pena Lamongan Forum Penulis dan Penggiat Literasi Lamongan (FP2L) Forum Santri Nasional Forum Santri Nasional (FSN) Free Hearty Galuh Tulus Utama Gandis Uka Ganug Nugroho Adi Gedung Sabudga UNISDA Lamongan Gendut Riyanto Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gesit Ariyanto Gita Pratama Glenn Fredly Goenawan Mohamad Golput Gombloh Gombloh (1948 – 1988) Grathia Pitaloka Gugun el-Guyanie Gunoto Saparie Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Dur H.B. Jassin Hadi Napster Hafis Azhari Halim HD Halimi Zuhdy Hamid Dabashi Han Gagas Hardi Hamzah Hari Prasetyo Haris Del Hakim Haris Saputra Hary B Kori’un Hasan Basri Marwah Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasyim Asy’ari Hendro Situmorang Henri Nurcahyo Henry H Loupias Hera Khaerani Heri CS Heri Kris Heri Latief Heri Listianto Herman RN Hernadi Tanzil Herry Lamongan Heru Kuntoyo Heru Kurniawan Hikmat Darmawan Holy Adib Hudan Hidayat Hujuala Rika Ayu Humaidi Humam S Chudori I Made Asdhiana I Nyoman Suaka I. B. Putera Manuaba IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ichwan Prasetyo Ida Fitri Ignas Kleden Ilham Safutra Ilham Wancoko Imam Munadjat Imam Nawawi Imam Zanatul Huaeri Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Iman Herdiana Imron Arlado Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indigo Art Space Madiun Indra Tjahyadi Indrian Koto Ingki Rinaldi Iqmal Tahir Is Faridatul Arifah Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Zulkarnain Isra’ Mi’raj Iswadi Pratama Iswara N Raditya Iva Titin Shovia Iwan Awaluddin Yusuf Iwan Gunadi J. Sumardianta Jamrin Abubakar Jansen Sinamo Janu Jolang Janual Aidi Javed Paul Syatha Jayaning S.A Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jemie Simatupang Jenny Ang Jiero Cafe Jihan Fauziah JJ. Kusni Jl Simo Jo Batara Surya Jodhi Yudono Joko Budhiarto Joko Sadewo Joko Sandur Joko Widodo Jones Gultom Joni Ariadinata Joresan Mlarak Ponorogo Joseph E. Stiglitz Jual Buku Paket Hemat Junus Satrio Jurnalisme Sastra K. Hirzuddin Hasbullah K.H. Anwar Manshur K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma’ruf Amin K.H. Masrikhan Asy'ari K.H. Mudzakir Ma'ruf Kadjie MM Kajian Kitab Nashoihul 'Ibad Kang Daniel Karanggeneng Kartika Foundation Kasanwikrama Kasnadi Katrin Bandel Kedai Kopi Sastra Kekal Hamdani Kemah Budaya Panturan (KBP) Kesenian KH. M. Najib Muhammad KH. Ma'ruf Amin Khairul Mufid Jr Khawas Auskarni Khoirul Anwar Khoirul Inayah Khoirul Naim Khoirul Rosyadi Ki Ompong Sudarsono Kitab Arbain Nawawi Kitab Puisi Suluk Berahi karya Gampang Prawoto Ko Hyeong Ryeol Koh Young Hun Koko Sudarsono Komaruddin Hidayat Kompas TV Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sastra Teater Lamongan (KOSTELA) Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Kopi Bubuk Mbok Djum Kopuisi Korban Gempa di Lombok Kospela KPRI IKMAL Lamongan Kris Razianto Mada Kritik Sastra Kurnia Sari Aziza Kurniawan Kusni Kasdut Kuswaidi Syafi’ie Kuswinarto Lagu Laili Rahmawati Laksmi Sitoresmi Lamongan Lan Fang Larung Sastra Lathifa Akmaliyah Latif Fianto Leila S. Chudori Leo Tolstoy Lina Kelana Listiyono Santoso Liya Izzatul Iffah Liza Wahyuninto Lucky Aditya Ramadhan Ludruk Jawa Timur Lukisan Lukman Alm Lukman Santoso Az Luqman Almishr Lustantini Septiningsih Lutfi S. Mendut Lynglieastrid Isabellita M Ismail M Zainuddin M. Afif Hasbullah M. Faizi M. Iqbal Dawami M. Irfan Hidayatullah M. Latief M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Lutfi M. Mushthafa M. Riza Fahlevi M. Yoesoef M.D. Atmaja M’Shoe Madrasah Ibtida’iyah Thoriqotul Hidayah 1 Maghfur Munif Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahmud Syaltut Usfa Mahwi Air Tawar Majelis Ulama Indonesia Makalah Tinjauan Ilmiah Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Mantan Pastur Hafidz Al-Qur'an Maqhia Nisima Mardi Luhung Margita Widiyatmaka Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Marjohan Marsel Robot Martin Aleida Martin Hatch Marwan Ja'far Marwita Oktaviana Marzuki Mustamar Mashuri Masjid Tegalsari di Pesantren Gerbang Tinatar Masuki M. Astro Matroni el-Moezany Matroni Muserang Max Arifin Maya Handhini Mbah Kalbakal Medco Media Jawa Timur Medri Osno Mega Vristian Mei Anjar Wintolo Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Memoar Purnama di Kampung Halaman Menggalang Dana Amal Mentari Meida Mh Zaelani Tammaka Michael Gunadi Widjaja Mien Uno (Ibunda Sandiaga Uno) Misbahul Huda Misbahus Surur Moch. Faisol Mochammad A. Tomtom Moh Samsul Arifin Moh. Ghufron Cholid Mohamad Ali Hisyam Mohammad Afifi Mohammad Rafi Azzamy Mts Putra-Putri Simo-Sungelebak Muh Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ghannoe Muhammad Ghufron Muhammad Hidayat Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad N. Hassan Muhammad Rain Muhammad Taufik Muhammad Yasir Muhammad Zia Ulhaq Muhammadun A.S. Muhibin AM Muhidin M Dahlan Mujtahid Mujtahidin Billah Mukafi Niam Mukhsin Amar Mukti Sutarman Espe Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Mun'im Sirry Muntamah Cendani Museum Bikon Blewut Ledalero Musfarayani Musfi Efrizal Musyayana Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Nabi Adam Nanang Fahrudin Nandang Darana Naskah Monolog Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Ni Luh Made Pertiwi F Nindya Herdianti Ninin Nurzalina Wati Nitis Sahpeni Nono Anwar Makarim Noor H. Dee Noorsam Noval Jubbek Novel Pekik Novianti Setuningsih Nu’man ‘Zeus’ Anggara Nur Hamzah Nur Haryanto Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nuruddin Al Indunissy Nurul Aini Nurul Anam Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nuswantoro Nyimas Nyoman Tingkat Obrolan Oktamandjaya Wiguna Oky Sanjaya Opini Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Oyos Saroso H.N. Padepokan Lemah Putih Surakarta Pagelaran Musim Tandur Pameran Seni Rupa Panda MT Siallagan Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Pekan Literasi Lamongan Pelukis Dahlan Kong Pelukis Jumartono Pelukis Saron Pelukis Senior Tarmuzie Pendidikan Penerbit SastraSewu Penerbitan dan Toko Buku PUstaka puJAngga Lamongan Pengajian Pengetahuan Perang Peringatan Hari Pahlawan 10 November Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW Pesantren An Nawawi Tanara (Penata) Pesantren Kampung Inggris Peserta TEMU SASTRA JAWA TIMUR 2011 Petrik Matanasi Pilang Tejoasri Laren Lamongan Pilang Tejoasri Laren Lamongan Jawa Timur Pilkada Piramid Giza Politik Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang Pradana Boy ZTF Pradaningrum Mijarto Pramoedya Ananta Toer Prih Prawesti Febriani Pringadi AS Prof Dr Achmad Zahro Prof Dr Aminuddin Kasdi Profil MA Matholi'ul Anwar Prosa Puisi Puisi Menolak Korupsi Puisi Menolak Korupsi (PMK) Puji Hartanto Puji Santosa Puput Amiranti N Purwanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Puspita Rose Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putri Utami Putu Satria Kusuma Putu Setia Putu Wijaya R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R.Ng. Ronggowarsito Rabdul Rohim Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahmat Sazaly Rahmat Sularso Nh Raihul Fadjri Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Rambuana Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Redland Movie Rengga AP Reni Lismawati Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Riadi Ngasiran Rian Sindu Ribut Wijoto Rieke Diah Pitaloka Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Rizka Halida Rizky Putri Pratimi Robin Al Kautsar Rocky Gerung Rodli TL Rofiqi Hasan Rohmad Hadiwijoyo Rohmah Maulidia Rohman Abdullah Rojiful Mamduh Rosdiansyah Rosi Rosidi Roso Titi Sarkoro Rumah Budaya Pantura (RBP) Rumah Budaya Pantura Lamongan Rumah Literasi Rx King Motor S Yoga S. Jai S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabrank Suparno Saiful Amin Ghofur Saifur Rohman Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sandiaga Uno Sanggar Pasir Sanggar Pasir Art and Culture Santi Puji Rahayu Sapardi Djoko Damono Sardono W Kusumo Sartika Sari Sarworo Sp Sastra Facebook Satmoko Budi Santoso Satrio Lintang Satyagraha Hoerip Saut Situmorang Savidapius Sayuri Yosiana Sayyid Fahmi Alathas Sejarah Sekolah Literasi Gratis SelaSAstra Boenga Ketjil SelaSAstra Boenga Ketjil #23 SelaSAstra Boenga Ketjil #24 Seni Ambeng Ponorogo Senirupa Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Shofiyatuz Zahroh Shohebul Umam JR Sholihul Huda Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Silfia Hanani Sindu Putra Sita Planasari Aquadini Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Hadi Purnomo Soediro Satoto Soegiharto Soeprijadi Tomodihardjo Soetanto Soepiadhy Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sony Wibisono Sosiawan Leak Sreismitha Wungkul Sri Igustin Sri Mulyani Sri Wintala Achmad Sriyanto Danoesiswoyo Stefanus P. Elu Stevani Elisabeth STKIP PGRI Ponorogo Student Center Kampus ISI Yogyakarta Subagio Sastrowardoyo Suci Ayu Latifah Sudarmoko Sugeng Ariyadi Sukitman Sumenep Sumiati Anastasia Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungelebak Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Suripto SH Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suwardi Endraswara Suyadi San Syafrizal Sahrun Syaifuddin Gani Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Syamsul Arifin Syamsul Rizal Syi'ir Syifa Amori Syifa Aulia T.A. Sakti Tajuddin Noor Ganie Tamrin Bey dan Robin Al Kautsar TanahmeraH ArtSpace Tarpin A. Nasri Taufik Rachman Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Teater Air Teater Bias Teater Biru Teater Cepak Teater Dua Teater Kanjeng Teater Lingkar Merah Putih Teater Mikro Teater nDrinDinG Teater Nusa Teater Padi Teater Roda UNISDA Lamongan Teater Sakalintang Teater Tali Mama Teater Taman Teater Tawon Teater Tewol Teguh LR Temu Karya Teater Jawa Timur XXI Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Teori Darwin Teori Fisika Hawking Tgk Abdullah Lam U Tharie Rietha The Ibrahim Hosen Institute Theresia Purbandini Thomas Koten Tien Rostini Timur Arif Riyadi Tjahjono Widarmanto Tjut Zakiyah Anshari Toeti Adhitama Tosa Poetra Tri Andhi S Triyanto triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S Tutut Herlina Ucu Agustin Udo Z. Karzi Ulil Abshar-Abdalla Umar Fauzi Uniawati Unieq Awien Universitas Jember Usman Arrumy Ustadz Bangun Samudra Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Vassilisa Agata Veven Sp. Wardhana Viddy AD Daery Video Vino Warsono Virdika Rizky Utama Vita Devi Ajeng Pratiwi W. Haryanto W.S. Rendra Wakos R. Gautama Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Suryandoko William Shakespeare Wisnu Kisawa Wiwik Widiyati Wong Wing King Wuri Kartiasih Y. Wibowo Yayasan Thoriqotul Hidayah 1 Yayat R. Cipasang Yesi Devisa Yesi Devisa Putri Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yonathan Rahardjo Yudhi Herwibowo Yudi Latif Yulianto Yuliawati Yunanto Sutyastomo Yunus Supriyanto Yurnaldi Yushifull Ilmy Yusri Fajar Yusuf AN Yusuf Suharto Yusuf Wibisono Yuval Noah Harari Yuyuk Sugarman Z. Mustopa Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zarra Martsella Zawawi Se Zed Abidien Zehan Zareez Zen Hae Zii Zuhdi Swt