Laki-laki yang Dalam
pada sore yang menjelang
sejumlah kupu-kupu begitu ringan
melayang di sudut alismu
bulan-bulan melepas kenangan
di atas jembatan musim hujan
laki-laki yang dalam
menghadap samudera yang menganga
suara-suara jauh datang
mendebur pelan ke dalam dada ruang
mengabar ketidakberhinggaan yang lapang
lautan, ikan-ikan melimpah
susu segar, dan jalanan berminyak
dari tubuh ikan berleleran
rumah batu, lagu-lagu
surat-surat perjalanan, sepatu tua,
jas hitam, mantel musim hujan,
topi hitam dan bekas luka di tepi matanya,
siul angin, perahu-perahu.
segalanya bercerita tentang hidup
yang terbenam di dasar samudera,
menggulat perubahan cuaca
bertenang mengarung musim-musim ikan
yang menggetarkan
laki-laki yang dalam
menegur udara dengan wajahnya
bersengketa dalam diam
mengusap lukanya yang harum
meneruskan jejak pada pasir hitam
sebelum kupu-kupu kembali datang
dan mengajaknya pulang
Muncar, 2009
***
Sepotong Bulan di Kedai Para Nelayan
angin membawa sebuntal cemas
tapi lampu-lampu tak membalas.
Ruang ramai yang terang,
tari dan tangan-tangan menyilang
dibur samudera meniupkan aromanya
menyusup diam-diam di perkampungan nelayan
sampai pada dinding rumah kayu,
bayi lelap di gendongan ibunya
dan para pemburu ikan
melepas keringat laut di alis pantai
sebab sebentar lagi
ada malam mengusir malam dalam kedai
dan hidup
hanya menjadi saksi
jalan-jalan ramai
yang basah
sepotong bulan
tergantung di kedai nelayan
minuman dan perempuan
menghangatkan dekapan
dengan amis ikan yang masih lengket
di ketiak perburuan
diam-diam
cuaca dingin
mengendap
dan rapat
Muncar, 2009
***
Gerimis di Indonesia
gerimis di matamu
jatuh di bumi fosil biografimu
terkubur di situ
gerimis basah di Indonesia
kau tanam pecahan jendela
maka tumbuhlah pohon-pohon kaca
berdaun pecahan beling tajam bibirnya
Indonesia adalah jutaan huruf jutaan angka
pecah-pecah di udara angin berputar
membawa kemusykilan siasat
yang menghabiskan jutaan orang
pada halaman-halaman pemberitaan
ada yang terasa begitu hilang
hutan di rambutmu
menjelma debu
mengepul dari segelas susu
di meja makanmu
tanda baca tanda tanya sepanjang angka
begitu keluar dari sakuku
mengerubungi lehermu
Indonesiaku
Nopember 2002
***
Musim Rindu
sudah kucium musim bunga
matahari pagi dan aroma semi
pada matamu yang sunyi
sudah kukembalikan
huruf-huruf, siul kereta
dan tanah datar
ke dalam rumahnya
Desember 2002
***
Herbarium Cemara
musim hujan menyuburkan tanah-tanah tandus
pada malamnya.
sunyi lecet pada jendela.
siul kereta gemeretak jalan
dan kesendirian.
waktu membuat bunga
tapi yang tak tercatat melompat.
di sini, kau urai segala
dalam ruang yang mendentangkan pulang
kau kumpulkan kembali bangkai cemara
yang dibawa para kembara
Desember 2002
***
Jalan-jalan Kerinduan
—WS. Rendra
masa-masa darurat
masih belum lewat
para perias salon
pun masih saja
jutaan anak tak sekolah
juga tetap ada
kau malah berlalu ke jalan rindu
mungkin aku
akan mengabarkan pula
masa-masa daruratmu
sebelum seratus waktu
pecah di mulut sejuta dewa
menjaga mimpi-mimpimu
Muncar, 6 Agustus 2009
***
Ayat Senjakala Satu
aku datangi engkau
berkilau memukau
aku datangi engkau
senja yang berpesta cahaya
redup
menyiku
di tikungan rindu
yang angkuh
2004
***
Ayat Senjakala Dua
gerimis kembali membawa kasat senyummu
kerinduan yang menggigil
fatalitas dan keperihan
persembahan bagi puncak
begitu Vasili Ivanovich
dalam dunia Claud, Castile, Lake
awan lalu membentuk peta
perjalanan pada rusuk keabadian
; sebuah danau bening
kastil tua yang menyimpan kenangan
pohon-pohon menumbuhkan
perjalanan kereta
tamasya pada belukar puisi
gemeratak roda kereta
pemberangkatan yang tak menemu kelelahan
tafsir perih ditegas kembali
pada tarian bahasa
warna kupu-kupu Vladimirovich
stasiun kereta;
sebuah pengabdian akhir: Tolstoj
2004
Catatan:
“Claud, Castile, Lake” adalah sebuah cerpen karya Vladimir Nobokov.
Cerpen ini hanya berkisah tentang sebuah kastil tua dengan bahsa yang indah dan sangat menawan.
***
Ayat Senjakala Tiga
langit senjakala, roda kereta gemetar
kemudi angin
kefanaan yang gemigil
rindu, danau biru yang tenang
ruang yang mengurai
kusapa ia di batas waktu
peluit memekik, asap mengepul
langit senjakala, roda kereta gemetar
cahaya berkilau
suara burung, kerinduan
kesendirian, dan angin ujung jarum
langit senjakala, roda ketera gemetar
kereta mendesah
jangan mengintip suara di belakang rumah
tatap roda kereta
menuju awan; simpang segala kemustahilan
senajakala, roda kereta yang menggetar
2004
***
Orang Tua yang Tegar
usia menggapaimu begitu indah
tubuh yang tua
dan tatapan lelah
bila malam
tenggorokanmu diserang batuk
doa-doamu merambat
pada aroma waktu yang lugu
harum tanah sehabis hujan
dan ruang rumah yang gelap
menjahit benang pada pejam
dan sunyi melompat dari kegelisahan
diam-diam embun rindu
rebah di dadamu
Banyuwangi, 2009
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar