Ignas Kleden *
jehovahsabaoth.wordpress.com
SALAH satu tujuan pendidikan dan pengajaran di sekolah (dilihat dari sudut mobilitas sosial) ialah membuka kesempatan bagi peserta didik untuk lebih maju dalam hidupnya, memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan kepandaian yang telah dipelajarinya, mendapatkan pembayaran yang seimbang dengan keahliannya, dan karena itu dapat meningkatkan statusnya secara sosial.
Seorang petani di daerah Wates, Yogya, niscaya berbahagia melihat anaknya kini menjadi seorang peneliti kemasyarakatan di LIPI, atau seorang ibu penjual teh botol di Cirebon tentu senang dan bangga melihat anaknya dapat menjadi manajer pemasaran di sebuah perusahaan minuman di Jakarta. Dengan kata lain, pendidikan dan pengajaran berfungsi juga sebagai sarana untuk mendorong seseorang naik dalam mobilitas vertikal, dengan menempati status yang semakin tinggi dalam hierarki sosial.
Anggapan itu didasarkan beberapa kepercayaan umum, yang sebaiknya diperiksa kembali, karena tidak selalu sesuai kenyataan, khususnya dalam ekonomi dan politik Indonesia sekarang ini.
Pertama, ada kepercayaan umum bahwa mereka yang melewati suatu jenjang pendidikan akan mendapat nilai-tambah dalam hidupnya berupa kepandaian atau keahlian yang tidak akan diperolehnya, kalau dia tak sempat memperoleh pendidikan dan pengajaran tertentu.
Kedua, ada pula kepercayaan yang sudah diterima begitu saja bahwa semakin tinggi tingkat kepandaian seseorang, semakin terbuka pula kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan yang dapat dipilih sesuai dengan keahlian dan bakat-bakat pribadinya.
***
DUA jenis kepercayaan itu selayaknya ditinjau kembali saat ini agar supaya tidak memperbesar ilusi orang-orang yang ingin masuk dalam suatu tingkat pendidikan tertentu. Pengandaian bahwa setiap tingkat pendidikan, pengajaran, dan pelatihan memberikan suatu kepandaian tertentu, selayaknya harus diuji dan dibuktikan dengan beberapa kriteria yang dapat dilihat dan diamati oleh masyarakat luas. Sebagai contoh soal, apakah dengan mempelajari bahasa Inggris di SMP dan SMU, sebanyak rata-rata empat jam setiap minggu selama enam tahun, seorang tamatan SMU dapat menulis surat pendek berbahasa Inggris secara korek, dapat menerima telepon dalam bahasa Inggris tanpa kesulitan, atau dapat membaca sebuah novel ringan dalam bahasa Inggris? Kalau hal ini secara rata-rata tidak tercapai (dan dalam kenyataan jauh panggang dari api), mengapa pemerintah kita (dalam hal ini Departemen Pendidikan) tidak merasa cemas dan perlu untuk meninjau kembali pelajaran bahasa Inggris dengan tingkat pencapaian seperti ini, dan berdasarkan petunjuk itu, meninjau pula pelajaran-pelajaran lainnya? Mengapa anak-anak kita disuruh menghabiskan waktu, dan orangtua diharuskan membayar demikian banyak uang, untuk sesuatu yang tidak kelihatan manfaatnya?
Dalam diskusi seperti ini yang selalu dihebohkan adalah metode, buku teks, modul, dan semua hal lain di luar faktor manusianya, yaitu guru dan murid. Berilah kepada para siswa buku teks yang terbaik sekalipun, tetapi dengan seorang guru yang lemah pengetahuan dan rendah pengabdiannya, maka dapat dipastikan hasilnya akan tetap jelek. Sebaliknya, berilah kepada para siswa buku teks yang sedangan saja, tetapi dengan guru yang benar-benar mahir dan tinggi komitmen mengajarnya, maka hasilnya akan bagus. Persoalan ini jelas bagaikan siang hari bolong, tetapi dalam berbagai diskusi pendidikan kita, dibuat seakan-akan faktor guru ini sama sekali tidak menentukan, dibanding dengan semua gimmicks (tongkrongan) tentang kurikulum, modul, sistem ujian, dan buku teks.
***
KENYATAAN ini rupanya hanya dapat diterangkan dengan teori kepentingan, yaitu vested interest, karena tidak mungkin orang Indonesia demikian rendah inteligensinya sehingga tidak memahami bahwa faktor yang paling menentukan dalam pembelajaran adalah faktor manusianya, yaitu guru dan murid sebagai aset hidup dan bukan semua asset mati lainnya. Soal sebenarnya ialah kalau kondisi kerja para guru dibenahi dengan gaji yang pantas, tunjangan yang mencukupi, dan jaminan lain, maka para profiteur pendidikan tidak mendapat apa-apa meski kualitas pendidikan meningkat. Tetapi, dengan mengutak-atik buku teks, modul dan kurikulum, maka ada berbagai bisnis dapat dikembangkan dari sana seperti pencetakan buku teks beserta distribusi dan penjualannya, penyusunan modul, atau seminar dan lokakarya perencanaan kurikulum, yang semuanya memerlukan biaya besar meski nasib para peserta didik bagaikan layang-layang putus talinya. Menyerahkan hal ini kepada pertimbangan dan perjuangan swasta semata-mata rupanya amat sulit karena di sini dibutuhkan faktor kekuasaan yang hanya dipunyai negara.
Menetapkan kembali hierarki kepentingan, mengutamakan apa yang paling pokok, memotong dan membuang kegiatan-kegiatan yang membawa untung materiil tetapi merugikan mutu pendidikan, hanya dapat dilakukan instansi yang mempunyai kekuasaan sah, karena berimplikasi pada pertentangan kepentingan dari pihak-pihak yang selama ini menikmatinya. Masalahnya menjadi lain, bila pihak yang harus melakukan quality control tidak bisa mengontrol vested interest-nya sendiri dan kemudian menjadi bagian dari penyimpangan yang justru harus diawasinya.
***
PERSOALAN ini amat rumit, tetapi dengan sedikit kemauan politik dan pengorbanan bersama, dapat disederhanakan dan diuraikan, kalaupun belum dapat dipecahkan seluruhnya. Dengan mengambil contoh soal pelajaran bahasa Inggris, tulisan ini ingin mengajukan usul bahwa untuk setiap pelajaran sebaiknya ditetapkan target minimum dan bukannya target maksimum. Kalau seorang anak masuk SMP kelas 1, sebaiknya dia dan orangtuanya dapat memperoleh gambaran mengenai apa yang akan dikuasainya setelah mempelajari bahasa Inggris selama satu tahun dengan empat jam pelajaran setiap minggu.
Apakah setelah satu tahun di SMP dia diharap menguasai 400, 500, atau 600 kosakata bahasa Inggris? Apakah dia dapat menyusun kalimat tunggal (dalam present tense) dalam bahasa Inggris dengan benar? Ukuran-ukuran ini harus ditetapkan oleh para ahli pendidikan dan pengajaran untuk setiap bidang, tetapi ukuran itu sebaiknya ada. Di Jepang, konon, untuk membaca koran berbahasa Jepang, seseorang harus menguasai minimal 1.940-an karakter dasar (huruf Kanji), sedangkan untuk membaca karya ilmiah seseorang dituntut menguasai 2.220-an karakter dasar, belum terhitung kombinasinya. Anak-anak Jepang yang menamatkan sekolah menengah dituntut menguasai 1.600 karakter, sedangkan orang asing yang belajar di universitas harus menguasai sekitar 2.000 karakter Kanji. Ukuran-ukuran ini tentu dapat berubah setiap masa, tetapi pokok soal ialah ada beberapa target minimum yang ditetapkan untuk tiap tingkat pendidikan dan pengajaran.
Bila sasaran-sasaran nyata ini ditetapkan pemerintah kita, maka jalan untuk mencapai sasaran-sasaran itu sebaiknya cukup terbuka untuk inisiatif dan kreativitas setiap sekolah dan para gurunya, dan tidak perlu mereka diikat dengan didaktik atau metodik yang sama.
Dengan adanya target minimum ini, lembaga-lembaga dalam lingkungan Departemen Pendidikan yang harus melakukan pengawasan, mempunyai pegangan dalam menentukan apakah sebuah sekolah memenuhi persyaratan minimum, dan karena itu mempunyai hak untuk tetap berkiprah sebagai lembaga pendidikan, atau harus dihentikan karena tidak sanggup memenuhi syarat-syarat yang dituntut. Kriteria ini sejauh mungkin hendaknya bersifat substansial dan materiil, dan jangan sekali-kali hanya bersifat formal belaka. Jadi, persoalannya bukan berapa buku pelajaran yang sudah diselesaikan dalam waktu tertentu, tetapi apakah para siswa dapat menulis surat berbahasa Inggris sepanjang setengah halaman dengan benar, setelah tiga tahun belajar bahasa Inggris di SMP, dan dapat menceritakan sebuah pengalaman akhir minggu selama tiga menit tanpa terlalu banyak kesulitan.
SEMUA ini amat tergantung dari kesediaan, kemampuan, perhatian, dan waktu para guru dalam mengawasi dan mengoreksi kesalahan-kesalahan yang dibuat para siswanya. Namun, di sinilah letak pokok persoalan yang hingga kini didiamkan saja dan tidak dibicarakan secara terbuka. Sudah bukan rahasia lagi bahwa di antara para guru Bahasa Inggris sendiri di SMP banyak pula yang tidak sanggup menulis sepucuk surat berbahasa Inggris dengan benar, dan rendah sekali kemampuan bahasa Inggrisnya. Kalau itu soalnya, maka dapat diusulkan bahwa untuk para guru sendiri perlu ditetapkan beberapa kriteria kompetensi minimum. Sekali lagi, kriteria-kriteria ini pun sebaiknya bersifat materiil dan substansial dan bukannya kriteria formal. Misalnya, apakah dia dapat menuliskan rencana pelajarannya untuk satu tahun dalam bahasa Inggris dan menyerahkannya kepada kepala sekolah untuk dipertimbangkan. Jadi, daripada menyerahkan laporan dan berbagai surat keterangan tentang pengalamannya mengajar sebelumnya, sebaiknya dia diberi kesempatan untuk menunjukkan secara konkret kompetensinya sendiri.
Patut dikemukakan, dengan seleksi yang keras seperti ini para guru yang akhirnya diterima mengajar selayaknya diberi pembayaran yang pantas sesuai pengalaman dan keahliannya, dan bila dia berhasil selama beberapa tahun, dia dapat diberi kesempatan oleh sekolah (misalnya dengan beasiswa) untuk menambah pengetahuan dan pengalamannya di negara-negara tetangga. Seorang guru SMU yang terbukti berhasil dalam mengajarkan pelajaran Matematika, sudah selayaknya diberi kesempatan dan biaya oleh sekolahnya untuk meninjau pengajaran Matematika untuk sekolah setingkat SMU di Australia, Malaysia atau Singapura, baik sebagai cara untuk meningkatkan kompetensinya maupun sebagai insentif untuk memberikan performa yang lebih baik.
***
TENTU saja motivasi para siswa untuk belajar dengan sungguh-sungguh amat tergantung dari apa yang dilihatnya sehari-hari di luar sekolah. Kalau berdasarkan pengamatannya mereka yakin bahwa mobilitas vertikal benar-benar ditentukan oleh meningkatnya pengetahuan dan keahlian, maka mereka akan belajar dengan sungguh-sungguh. Sebaliknya, kalau mereka melihat bahwa kemajuan orang-orang dalam bisnis atau dalam karier tidak ada hubungan dengan tingkat pengetahuan dan keahlian, tetapi lebih berhubung dengan KKN, maka motivasi belajarnya akan menurun.
Pada titik itulah terletak titik api dari peranan pendidikan dan pengajaran. Bila sekolah-sekolah dengan guru-guru yang pandai dan tangguh dalam pekerjaannya berhasil membentuk pengetahuan, pengertian, dan watak para siswanya secara meyakinkan, maka para lulusan sekolah bukan hanya mereproduksi kebiasaan masyarakatnya, tetapi juga terdorong untuk mengoreksi keadaan masyarakatnya. Suatu masyarakat yang sudah aman tenteram dengan kemakmuran dan keadilan yang relatif stabil tidak lagi terlalu memerlukan pendidikan dan pengajaran yang kreatif, karena lingkungan sudah mengajarkan mereka berbagai kebajikan sosial yang harus ditaati. Tetapi suatu masyarakat dengan watak peralihan seperti Indonesia jus-
tru sangat memerlukan pendidikan dan pengajaran yang kreatif.
Ironisnya, pendidikan dan pengajaran itu kini justru digilas oleh kelemahan-kelemahan dari masyarakatnya sendiri. Korupsi dalam kalangan birokrasi berjangkit menjadi kebiasaan nyontek dalam sekolah; KKN dalam pemerintahan dan bisnis berkembang menjadi sogok-menyogok antara guru dan murid; atau hedonisme orang dewasa telah mendorong lahirnya kenakalan remaja, sedangkan kebiasaan berdusta dan menipu di kalangan politisi amat mempermudah para siswa menipu dan membohongi orangtua atau guru mereka sendiri.
***
DENGAN menerima semua kesulitan itu, harapan untuk masa depan yang lebih baik tidak dapat dibiarkan padam begitu saja, karena tanpa modal harapan itu, pendidikan dan pengajaran tidak mempunyai dasar berpijak. Reformasi telah diluncurkan, meski kini menghadapi banyak kendala, baik secara politik maupun ekonomi. Namun demikian, pemulihan ekonomi dan stabilisasi politik hanya akan merupakan selingan pendek dalam riwayat bangsa kita, bila tidak ditunjang langsung oleh reformasi yang lebih mendasar dalam pendidikan dan pengajaran.
Realisasi harapan itu dapat dilakukan bila kita sedikit membuka mata dan pikiran untuk melihat bahwa dalam analisa terakhir, persoalan Indonesia-politik, ekonomi, sosial budaya atau intelektual-adalah persoalan manusianya, sedangkan persoalan manusia Indonesia adalah persoalan pendidikan dan pengajaran. Tidak perlu diulang lagi bahwa pendidikan dan pengajaran adalah suatu proses interaksi yang hidup di antara guru dan murid, di antara dosen dan mahasiswa, di antara pelatih dan peserta latihan.
Buku-buku, alat peraga, gedung sekolah, sistem ujian, modul, dan buku teks, hanyalah aset mati yang sekadar berfungsi sebagai alat bantu dalam interaksi itu. Kalau kita menggantikan peranan interaksi di antara dua manusia sebagai aset hidup dengan hanya mengandalkan aset mati, maka cepat atau lambat pengajaran dan pendidikan telah dibunuh perlahan-lahan, tetapi pasti, justru dari dalam rumahnya sendiri.
*) Dr. Ignas Kleden, M.A. adalah sastrawan, sosiolog, cendekiawan, dan kritikus sastra berkebangsaan Indonesia. Lahir: 19 Mei 1948 di Waibalun, Larantuka, Flores Timur, Larantuka, Flores Timur. Buku: Sastra Indonesia dalam enam pertanyaan: esai-esai sastra dan budaya, dll
https://jehovahsabaoth.wordpress.com/2011/09/06/pendidikan-nasional-antara-aset-hidup-dan-aset-mati/
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Alexander
A. Anzieb
A. Aziz Masyhuri
A. Dahana
A. Khoirul Anam
A. Mustofa Bisri
A. Qorib Hidayatullah
A. Yusrianto Elga
A.C. Andre Tanama
A.J. Susmana
A.S. Laksana
A’an Jindan AS
Abd. Mun’im
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W.M.
Abdul Kirno Tanda
Abdul Lathif
Abdul Malik
Abdul Rauf Singkil
Abdul Walid
Abdurrahman Wachid
Abdurrahman Wahid
Abid Rohmanu
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Adek Alwi
Adhi Pandoyo
Adhitia Armitrianto
Adhy Rical
Adi Faridh
Adian Husaini
Adin
Aditya Ardi N
Adreas Anggit W.
Adrizas
Adu Pesona Sang Wakil Presiden RI
AF. Tuasikal
Afri Meldam
Afrizal Malna
AG. Alif
Agama
Agama Para Bajingan
Agit Yogi Subandi
Aguk Irawan M.N.
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus Noor
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Rakasiwi
Agus Sulton
Agus Wibowo
Agus Wirawan
Aguslia Hidayah
AH J Khuzaini
Ah. Atok Illah
Ahda Imran
Ahid Hidayat
Ahmad Anshori
Ahmad Damanik
Ahmad Fanani Mosah
Ahmad Fatoni
Ahmad Gaus
Ahmad Hasan MS
Ahmad Jauhari
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Naufel
Ahmad S. Zahari
Ahmad Syafii Maarif
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ainul Fiah
Akbar Ananda Speedgo
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sahal
Akhmad Sekhu
Akhmad Siddiq
Akhmad Sofyan Hadi
Akhmad Taufiq
Akmal Nasery Basral
Aksin Wijaya
Al-Fairish
Al-Ma'ruf I
Al-Ma'ruf II
Alang Khoiruddin
Albert Camus
Ali Mahmudi Ch
Alia Swastika
Alvi Puspita
Alvin
Amien Wangsitalaja
Aminah
Aming Aminoedhin
Ana Mustamin
Anam Rahus
Anas AG
Andhi Setyo Wibowo
Andi Gunawan
Andry Deblenk
Angela
Anggie Melianna
Anindita S. Thayf
Anis Ceha
Anitya Wahdini
Anjrah Lelono Broto
Antologi Sastra Lamongan
Anugerah Ronggowarsito
Anwar Nuris
Aprillia Ika
Arida Fadrus
Aridus
Arie MP Tamba
Arie Yani
Arief Junianto
Ariel Heryanto
Ariera
Arif Bagus Prasetyo
Aris Kurniawan
Armawati
Arswendo Atmowiloto
Art Sabukjanur
Arti Bumi Intaran
Arwan
Aryo Wisanggeni
Aryo Wisanggeni Gentong
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Sambodja
Ashadi Ik
Asrama Mahasiswa Aceh Sabena
Asro Kamal Rokan
Astrid Reza
Asvi Warman Adam
Atafras
Atok Witono
Awalludin GD Mualif
Aziz Abdul Gofar
Azwar Nazir
Baca Puisi
Badrus Siroj
Bahrul Ulum A. Malik
Balada
Bambang kempling
Bambang Riyanto
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Bastian Zulyeno
Beni Setia
Benni Setiawan
Benny Benke
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Berita Duka
Berita Koran
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Bernarda Rurit
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Biografi
Bre Redana
Brunel University
Brunel University London
Budaya
Budi Darma
Budi Jay Utomo
Budi P. Hatees
Budi Palopo
Budi Setyarso
Budi Sp. Indrajati
Budiman S. Hartoyo
Budiman Sudjatmiko
Buku Kritik Sastra
Buldanul Khuri
Candrakirana
Cangaan Ujungpangkah Gresik Jawa Timur
Capres dan Cawapres 2019
Catatan
Cawapres Jokowi
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Chavchay Syaifullah
Choirul Rikzqa
Christian Heru Cahyo Saputro
Cover Buku
D. Dudu AR
D. Zawawi Imron
Dadang Ari Murtono
Dadang Widjanarko
Damiri Mahmud
Dani Fuadhillah
Daniel Paranamesa
Darju Prasetya
Dati Wahyuni
Dawet Jabung Ponorogo
Dedykalee
Deni Jazuli
Denny JA
Denny Mizhar
Desa Glogok Karanggeneng Lamongan
Deshinta Arofah Dewi
Dessy Wahyuni
Dewan Kesenian Lamongan
Dewi Anggraeni
Dian Sukarno
Diana A.V. Sasa
Didik Kusbiantoro
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Diskusi buku
Djadjat Sudradjat
Djasepudin
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Djuli Djatiprambudi
Djulianto Susantio
Dody Kristianto
Dody Yan Masfa
Dorothea Rosa Herliany
Dr Andi Irawan
Dr Siti Muti’ah Setiawati
Dr. Hilma Rosyida Ahmad
Drs H Choirul Anam
Drs. Solihin
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Kartika Rahayu
Dwi Pranoto
Dwi S. Wibowo
Dwidjo Maksum
Dyah Ayu Fitriana
Eddi Koben
Edeng Syamsul Ma’arif
Edy Apriyanto Sudiyono
Edy Firmansyah
Edy Susanto
Efri Ritonga
EH Ismail
Eidi Krina Jason Sembiring
Eka Budianta
Eko Hartono
Eko Hendrawan Sofyan
Eko Hendri Saiful
El Sahra Mahendra
Elita Sitorini
Elly Trisnawati
Ellyn Novellin
Elokdyah Meswati
Em. Syuhada'
Emha Ainun Nadjib
Encep Abdullah
Eni Sulistiyawati
Eny Rose
Esai
Ester Lince Napitupulu
Etik Widya
Evan Ys
F Rahardi
Fahrudin Nasrulloh
Fahrur Rozi
Fajar Alayubi
Fakhrunnas MA Jabbar
Fanani Rahman
Fatah Yasin Noor
Fathan Mubarak
Fathul Qodir
Fathul Qorib
Felix K. Nesi
Festival Gugur Gunung
Festival Seni Surabaya 2011
Festival Teater Religi Pelajar SLTA Se-kabupaten Lamongan
Fikri. MS
Fiqih Arfani
Firman Daeva
Forum Lingkar Pena Lamongan
Forum Penulis dan Penggiat Literasi Lamongan (FP2L)
Forum Santri Nasional
Forum Santri Nasional (FSN)
Free Hearty
Galuh Tulus Utama
Gandis Uka
Ganug Nugroho Adi
Gedung Sabudga UNISDA Lamongan
Gendut Riyanto
Gerakan Literasi Nasional
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Gesit Ariyanto
Gita Pratama
Glenn Fredly
Goenawan Mohamad
Golput
Gombloh
Gombloh (1948 – 1988)
Grathia Pitaloka
Gugun el-Guyanie
Gunoto Saparie
Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin
Gus Dur
H.B. Jassin
Hadi Napster
Hafis Azhari
Halim HD
Halimi Zuhdy
Hamid Dabashi
Han Gagas
Hardi Hamzah
Hari Prasetyo
Haris Del Hakim
Haris Saputra
Hary B Kori’un
Hasan Basri Marwah
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasyim Asy’ari
Hendro Situmorang
Henri Nurcahyo
Henry H Loupias
Hera Khaerani
Heri CS
Heri Kris
Heri Latief
Heri Listianto
Herman RN
Hernadi Tanzil
Herry Lamongan
Heru Kuntoyo
Heru Kurniawan
Hikmat Darmawan
Holy Adib
Hudan Hidayat
Hujuala Rika Ayu
Humaidi
Humam S Chudori
I Made Asdhiana
I Nyoman Suaka
I. B. Putera Manuaba
IBM. Dharma Palguna
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Ichwan Prasetyo
Ida Fitri
Ignas Kleden
Ilham Safutra
Ilham Wancoko
Imam Munadjat
Imam Nawawi
Imam Zanatul Huaeri
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Iman Herdiana
Imron Arlado
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indiar Manggara
Indigo Art Space Madiun
Indra Tjahyadi
Indrian Koto
Ingki Rinaldi
Iqmal Tahir
Is Faridatul Arifah
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Noe
Iskandar Zulkarnain
Isra’ Mi’raj
Iswadi Pratama
Iswara N Raditya
Iva Titin Shovia
Iwan Awaluddin Yusuf
Iwan Gunadi
J. Sumardianta
Jamrin Abubakar
Jansen Sinamo
Janu Jolang
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jayaning S.A
Jejak Laskar Hisbullah Jombang
Jemie Simatupang
Jenny Ang
Jiero Cafe
Jihan Fauziah
JJ. Kusni
Jl Simo
Jo Batara Surya
Jodhi Yudono
Joko Budhiarto
Joko Sadewo
Joko Sandur
Joko Widodo
Jones Gultom
Joni Ariadinata
Joresan Mlarak Ponorogo
Joseph E. Stiglitz
Jual Buku Paket Hemat
Junus Satrio
Jurnalisme Sastra
K. Hirzuddin Hasbullah
K.H. Anwar Manshur
K.H. M. Najib Muhammad
K.H. Ma’ruf Amin
K.H. Masrikhan Asy'ari
K.H. Mudzakir Ma'ruf
Kadjie MM
Kajian Kitab Nashoihul 'Ibad
Kang Daniel
Karanggeneng
Kartika Foundation
Kasanwikrama
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedai Kopi Sastra
Kekal Hamdani
Kemah Budaya Panturan (KBP)
Kesenian
KH. M. Najib Muhammad
KH. Ma'ruf Amin
Khairul Mufid Jr
Khawas Auskarni
Khoirul Anwar
Khoirul Inayah
Khoirul Naim
Khoirul Rosyadi
Ki Ompong Sudarsono
Kitab Arbain Nawawi
Kitab Puisi Suluk Berahi karya Gampang Prawoto
Ko Hyeong Ryeol
Koh Young Hun
Koko Sudarsono
Komaruddin Hidayat
Kompas TV
Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA)
Komunitas Sastra Teater Lamongan (KOSTELA)
Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER)
Kopi Bubuk Mbok Djum
Kopuisi
Korban Gempa di Lombok
Kospela
KPRI IKMAL Lamongan
Kris Razianto Mada
Kritik Sastra
Kurnia Sari Aziza
Kurniawan
Kusni Kasdut
Kuswaidi Syafi’ie
Kuswinarto
Lagu
Laili Rahmawati
Laksmi Sitoresmi
Lamongan
Lan Fang
Larung Sastra
Lathifa Akmaliyah
Latif Fianto
Leila S. Chudori
Leo Tolstoy
Lina Kelana
Listiyono Santoso
Liya Izzatul Iffah
Liza Wahyuninto
Lucky Aditya Ramadhan
Ludruk Jawa Timur
Lukisan
Lukman Alm
Lukman Santoso Az
Luqman Almishr
Lustantini Septiningsih
Lutfi S. Mendut
Lynglieastrid Isabellita
M Ismail
M Zainuddin
M. Afif Hasbullah
M. Faizi
M. Iqbal Dawami
M. Irfan Hidayatullah
M. Latief
M. Lukluk Atsmara Anjaina
M. Lutfi
M. Mushthafa
M. Riza Fahlevi
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M’Shoe
Madrasah Ibtida’iyah Thoriqotul Hidayah 1
Maghfur Munif
Mahendra Cipta
Mahmud Jauhari Ali
Mahmud Syaltut Usfa
Mahwi Air Tawar
Majelis Ulama Indonesia
Makalah Tinjauan Ilmiah
Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo
Maman S. Mahayana
Mantan Pastur Hafidz Al-Qur'an
Maqhia Nisima
Mardi Luhung
Margita Widiyatmaka
Marhalim Zaini
Maria Magdalena Bhoernomo
Marjohan
Marsel Robot
Martin Aleida
Martin Hatch
Marwan Ja'far
Marwita Oktaviana
Marzuki Mustamar
Mashuri
Masjid Tegalsari di Pesantren Gerbang Tinatar
Masuki M. Astro
Matroni el-Moezany
Matroni Muserang
Max Arifin
Maya Handhini
Mbah Kalbakal
Medco
Media Jawa Timur
Medri Osno
Mega Vristian
Mei Anjar Wintolo
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Memoar
Memoar Purnama di Kampung Halaman
Menggalang Dana Amal
Mentari Meida
Mh Zaelani Tammaka
Michael Gunadi Widjaja
Mien Uno (Ibunda Sandiaga Uno)
Misbahul Huda
Misbahus Surur
Moch. Faisol
Mochammad A. Tomtom
Moh Samsul Arifin
Moh. Ghufron Cholid
Mohamad Ali Hisyam
Mohammad Afifi
Mohammad Rafi Azzamy
Mts Putra-Putri Simo-Sungelebak
Muh Muhlisin
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Ghannoe
Muhammad Ghufron
Muhammad Hidayat
Muhammad Marzuki
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad N. Hassan
Muhammad Rain
Muhammad Taufik
Muhammad Yasir
Muhammad Zia Ulhaq
Muhammadun A.S.
Muhibin AM
Muhidin M Dahlan
Mujtahid
Mujtahidin Billah
Mukafi Niam
Mukhsin Amar
Mukti Sutarman Espe
Mulyadi SA
Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur
Mun'im Sirry
Muntamah Cendani
Museum Bikon Blewut Ledalero
Musfarayani
Musfi Efrizal
Musyayana
Mutia Sukma
N. Syamsuddin CH. Haesy
Nabi Adam
Nanang Fahrudin
Nandang Darana
Naskah Monolog
Naskah Teater
Nasru Alam Aziz
Nelson Alwi
Ni Luh Made Pertiwi F
Nindya Herdianti
Ninin Nurzalina Wati
Nitis Sahpeni
Nono Anwar Makarim
Noor H. Dee
Noorsam
Noval Jubbek
Novel Pekik
Novianti Setuningsih
Nu’man ‘Zeus’ Anggara
Nur Hamzah
Nur Haryanto
Nurani Soyomukti
Nurel Javissyarqi
Nuruddin Al Indunissy
Nurul Aini
Nurul Anam
Nurul Komariyah
Nuryana Asmaudi SA
Nuswantoro
Nyimas
Nyoman Tingkat
Obrolan
Oktamandjaya Wiguna
Oky Sanjaya
Opini
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Oyos Saroso H.N.
Padepokan Lemah Putih Surakarta
Pagelaran Musim Tandur
Pameran Seni Rupa
Panda MT Siallagan
Pawang Surya Kencana
PDS H.B. Jassin
Pekan Literasi Lamongan
Pelukis Dahlan Kong
Pelukis Jumartono
Pelukis Saron
Pelukis Senior Tarmuzie
Pendidikan
Penerbit SastraSewu
Penerbitan dan Toko Buku PUstaka puJAngga Lamongan
Pengajian
Pengetahuan
Perang
Peringatan Hari Pahlawan 10 November
Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW
Pesantren An Nawawi Tanara (Penata)
Pesantren Kampung Inggris
Peserta TEMU SASTRA JAWA TIMUR 2011
Petrik Matanasi
Pilang Tejoasri Laren Lamongan
Pilang Tejoasri Laren Lamongan Jawa Timur
Pilkada
Piramid Giza
Politik
Pondok Pesantren Al-Madienah
Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan
Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang
Pradana Boy ZTF
Pradaningrum Mijarto
Pramoedya Ananta Toer
Prih Prawesti Febriani
Pringadi AS
Prof Dr Achmad Zahro
Prof Dr Aminuddin Kasdi
Profil MA Matholi'ul Anwar
Prosa
Puisi
Puisi Menolak Korupsi
Puisi Menolak Korupsi (PMK)
Puji Hartanto
Puji Santosa
Puput Amiranti N
Purwanto
Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin
Puspita Rose
Pustaka Ilalang
PUstaka puJAngga
Putri Utami
Putu Satria Kusuma
Putu Setia
Putu Wijaya
R. Sugiarti
R. Timur Budi Raja
R.Ng. Ronggowarsito
Rabdul Rohim
Radhar Panca Dahana
Raedu Basha
Rahmat Sazaly
Rahmat Sularso Nh
Raihul Fadjri
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ramadhan Batubara
Rambuana
Raudal Tanjung Banua
Raudlotul Immaroh
Redland Movie
Rengga AP
Reni Lismawati
Resensi
Restoe Prawironegoro Ibrahim
Riadi Ngasiran
Rian Sindu
Ribut Wijoto
Rieke Diah Pitaloka
Riki Dhamparan Putra
Rinto Andriono
Rizka Halida
Rizky Putri Pratimi
Robin Al Kautsar
Rocky Gerung
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rohmad Hadiwijoyo
Rohmah Maulidia
Rohman Abdullah
Rojiful Mamduh
Rosdiansyah
Rosi
Rosidi
Roso Titi Sarkoro
Rumah Budaya Pantura (RBP)
Rumah Budaya Pantura Lamongan
Rumah Literasi
Rx King Motor
S Yoga
S. Jai
S.I. Poeradisastra
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Saiful Amin Ghofur
Saifur Rohman
Sajak
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sandiaga Uno
Sanggar Pasir
Sanggar Pasir Art and Culture
Santi Puji Rahayu
Sapardi Djoko Damono
Sardono W Kusumo
Sartika Sari
Sarworo Sp
Sastra Facebook
Satmoko Budi Santoso
Satrio Lintang
Satyagraha Hoerip
Saut Situmorang
Savidapius
Sayuri Yosiana
Sayyid Fahmi Alathas
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis
SelaSAstra Boenga Ketjil
SelaSAstra Boenga Ketjil #23
SelaSAstra Boenga Ketjil #24
Seni Ambeng Ponorogo
Senirupa
Seno Joko Suyono
Septi Sutrisna
Sergi Sutanto
Setia Naka Andrian
Shiny.ane el’poesya
Shofiyatuz Zahroh
Shohebul Umam JR
Sholihul Huda
Sidik Nugroho
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Silfia Hanani
Sindu Putra
Sita Planasari Aquadini
Siti Muyassarotul Hafidzoh
Siti Sa’adah
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Slamet Hadi Purnomo
Soediro Satoto
Soegiharto
Soeprijadi Tomodihardjo
Soetanto Soepiadhy
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sony Wibisono
Sosiawan Leak
Sreismitha Wungkul
Sri Igustin
Sri Mulyani
Sri Wintala Achmad
Sriyanto Danoesiswoyo
Stefanus P. Elu
Stevani Elisabeth
STKIP PGRI Ponorogo
Student Center Kampus ISI Yogyakarta
Subagio Sastrowardoyo
Suci Ayu Latifah
Sudarmoko
Sugeng Ariyadi
Sukitman
Sumenep
Sumiati Anastasia
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sungelebak
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Sunudyantoro
Supriyadi
Suripto SH
Surya Lesmana
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutan Takdir Alisjahbana
Sutardi
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suwardi Endraswara
Suyadi San
Syafrizal Sahrun
Syaifuddin Gani
Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili
Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari
Syamsul Arifin
Syamsul Rizal
Syi'ir
Syifa Amori
Syifa Aulia
T.A. Sakti
Tajuddin Noor Ganie
Tamrin Bey dan Robin Al Kautsar
TanahmeraH ArtSpace
Tarpin A. Nasri
Taufik Rachman
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teater
Teater Air
Teater Bias
Teater Biru
Teater Cepak
Teater Dua
Teater Kanjeng
Teater Lingkar Merah Putih
Teater Mikro
Teater nDrinDinG
Teater Nusa
Teater Padi
Teater Roda UNISDA Lamongan
Teater Sakalintang
Teater Tali Mama
Teater Taman
Teater Tawon
Teater Tewol
Teguh LR
Temu Karya Teater Jawa Timur XXI
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Teori Darwin
Teori Fisika Hawking
Tgk Abdullah Lam U
Tharie Rietha
The Ibrahim Hosen Institute
Theresia Purbandini
Thomas Koten
Tien Rostini
Timur Arif Riyadi
Tjahjono Widarmanto
Tjut Zakiyah Anshari
Toeti Adhitama
Tosa Poetra
Tri Andhi S
Triyanto triwikromo
Tu-ngang Iskandar
Tulus S
Tutut Herlina
Ucu Agustin
Udo Z. Karzi
Ulil Abshar-Abdalla
Umar Fauzi
Uniawati
Unieq Awien
Universitas Jember
Usman Arrumy
Ustadz Bangun Samudra
Uwell's King Shop
Uwell's Setiawan
Vassilisa Agata
Veven Sp. Wardhana
Viddy AD Daery
Video
Vino Warsono
Virdika Rizky Utama
Vita Devi Ajeng Pratiwi
W. Haryanto
W.S. Rendra
Wakos R. Gautama
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Welly Suryandoko
William Shakespeare
Wisnu Kisawa
Wiwik Widiyati
Wong Wing King
Wuri Kartiasih
Y. Wibowo
Yayasan Thoriqotul Hidayah 1
Yayat R. Cipasang
Yesi Devisa
Yesi Devisa Putri
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yonathan Rahardjo
Yudhi Herwibowo
Yudi Latif
Yulianto
Yuliawati
Yunanto Sutyastomo
Yunus Supriyanto
Yurnaldi
Yushifull Ilmy
Yusri Fajar
Yusuf AN
Yusuf Suharto
Yusuf Wibisono
Yuval Noah Harari
Yuyuk Sugarman
Z. Mustopa
Zaim Rofiqi
Zainal Arifin Thoha
Zarra Martsella
Zawawi Se
Zed Abidien
Zehan Zareez
Zen Hae
Zii
Zuhdi Swt
Tidak ada komentar:
Posting Komentar