Nindya Herdianti
nindyaherdianti.blogspot.com
Saya bukan pencinta sastra. Terlebih lagi sastra yang bahasanya njelimet. Saya bukan pencinta Dee Lestari. Terlebih saat saya pertama kali baca karyanya, Filosofi Kopi. Bukan karena karyanya jelek. Mengagumkan malah. Hanya saja bukan selera saya. Saya bukan pencinta puisi. Tidak pernah mengerti indahnya sebuah puisi. Tidak pernah tersentuh dengan barisan kata yang kadang perlu menyelam lebih dalam untuk mengungkap maknanya. Tidak membuat saya penasaran.
Berbeda dengan Madre. Kumpulan prosa dan cerita fiksi kata Dee Lestari. Saya tetap men-skip bagian puisinya. Tapi say abaca bagian cerita fiksinya. Menghibur dan ‘menampar’. Cerita yang saya suka adalah ‘Madre’ , ‘Guruji’ dan ‘ Menunggu Layang-Layang’. Menyajikan cerita fiksi yang memukau dan penuh makna. Disajikan dengan bahasa yang indah, saya dapat menangkap maknanya. Sedikit tersenyum saat membacanya.
Madre berkisah tentang bangkitnya sebuah toko roti yang sudah ada sejak zaman Belanda. Orang yang berhasil membangkitkan adalah Tansen, salah seorang ahli waris dari sang pembuat Madre. Madre sendiri adalah bahan dasar atau biang dari semua roti yang dibuat disini. Kisah ini menceritakan tentang bagaimana orang yang awalnya suka kebebasan, tidak memiliki rutinitas dan tidak suka terikat diharuskan menghidupkan Madre yang berarti tanggung jawab dan rutinitas. Diselingi dengan kisah keluarga yang berakhir membahagiakan.
Guruji berkisah tentang dua orang manusia yang bertemu dan merasakan adanya daya tarik (semacam memiliki elektron yang saling menerima dan memberi) kemudian berikatan membentuk sebuah ikatan kovalen yang sulit diputus. Mereka hidup bersama dan menjalin cinta. Namun, pada suatu hari sang lelaki pergi meninggalkan sang perempuan karena sang lelaki telah memiliki semacam visi baru. Semacam prinsip baru di dalam dunia spiritualnya. Awalnya sang wanita terpukul, hingga pada akhirnya mereka bertemu dan keduanya kembali utuh.
Menunggu Layang-Layang berkisah tentang seorang wanita yang dengan mudahnya mempermainkan hati laki-laki yang mendekatinya. Dia memiliki satu tempat sampah, yaitu seorang laki-laki dengan segudang perbedaan dengannya. Kisah romantis tentang sebuah proses yang berakhir saat sang wanita bertemu cinta sejatinya.
Unik, bermakna dan menghibur. Itulah cerita-cerita fiksi di novel ini. Dan mungkin recommended bagi para pencinta sastra berikut puisi.
Dijumput dari: http://nindyaherdianti.blogspot.com/2012/02/madre-another-dewi-lestari.html
nindyaherdianti.blogspot.com
Saya bukan pencinta sastra. Terlebih lagi sastra yang bahasanya njelimet. Saya bukan pencinta Dee Lestari. Terlebih saat saya pertama kali baca karyanya, Filosofi Kopi. Bukan karena karyanya jelek. Mengagumkan malah. Hanya saja bukan selera saya. Saya bukan pencinta puisi. Tidak pernah mengerti indahnya sebuah puisi. Tidak pernah tersentuh dengan barisan kata yang kadang perlu menyelam lebih dalam untuk mengungkap maknanya. Tidak membuat saya penasaran.
Berbeda dengan Madre. Kumpulan prosa dan cerita fiksi kata Dee Lestari. Saya tetap men-skip bagian puisinya. Tapi say abaca bagian cerita fiksinya. Menghibur dan ‘menampar’. Cerita yang saya suka adalah ‘Madre’ , ‘Guruji’ dan ‘ Menunggu Layang-Layang’. Menyajikan cerita fiksi yang memukau dan penuh makna. Disajikan dengan bahasa yang indah, saya dapat menangkap maknanya. Sedikit tersenyum saat membacanya.
Madre berkisah tentang bangkitnya sebuah toko roti yang sudah ada sejak zaman Belanda. Orang yang berhasil membangkitkan adalah Tansen, salah seorang ahli waris dari sang pembuat Madre. Madre sendiri adalah bahan dasar atau biang dari semua roti yang dibuat disini. Kisah ini menceritakan tentang bagaimana orang yang awalnya suka kebebasan, tidak memiliki rutinitas dan tidak suka terikat diharuskan menghidupkan Madre yang berarti tanggung jawab dan rutinitas. Diselingi dengan kisah keluarga yang berakhir membahagiakan.
Guruji berkisah tentang dua orang manusia yang bertemu dan merasakan adanya daya tarik (semacam memiliki elektron yang saling menerima dan memberi) kemudian berikatan membentuk sebuah ikatan kovalen yang sulit diputus. Mereka hidup bersama dan menjalin cinta. Namun, pada suatu hari sang lelaki pergi meninggalkan sang perempuan karena sang lelaki telah memiliki semacam visi baru. Semacam prinsip baru di dalam dunia spiritualnya. Awalnya sang wanita terpukul, hingga pada akhirnya mereka bertemu dan keduanya kembali utuh.
Menunggu Layang-Layang berkisah tentang seorang wanita yang dengan mudahnya mempermainkan hati laki-laki yang mendekatinya. Dia memiliki satu tempat sampah, yaitu seorang laki-laki dengan segudang perbedaan dengannya. Kisah romantis tentang sebuah proses yang berakhir saat sang wanita bertemu cinta sejatinya.
Unik, bermakna dan menghibur. Itulah cerita-cerita fiksi di novel ini. Dan mungkin recommended bagi para pencinta sastra berikut puisi.
Dijumput dari: http://nindyaherdianti.blogspot.com/2012/02/madre-another-dewi-lestari.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar