Dadang Ari Murtono
Jurnal Kebudayaan The Sandour III 2008
http://puisi-puisi-indonesia.blogspot.com/
sepasang mata selebar piring berdiri di dada ibumu,
di kelamin ayahmu
1. Tidur
aku bermimpi menjadi sebatang pohon
dan saat terbangun
rambutku telah berganti daun-daun
2. Pertemuan
menuju muara
tubuhku mencair dan mengalir
mengikuti liku-liku tubuhmu
3. Keberangkatan
satu persatu orang-orang pergi
dan tubuhku tinggal gerimis
4. Handphone
jerit yang terus menyala
ijinkan aku tidur di relung matamu
5. Di Bawah Akasia
gerimis telah menjadi hujan
mari, berlindung di balik puisi
6. Bir
di riak busanya
tertulis norma, agama dan dunia
“mabuklah”
7. Kerinduan
pantatmu tercecer di lorong-lorong sunyi
yang membentang dalam tumpukan
puisiku
8. Doa
setelah berjuang melahirkan kata
aku ingin mati di rindang senyummu
9. Buka
segera siapkan pisau paling tajam
kita tikam lapar di ulu jantungnya
agar tuntas segala dendam
biar lepas segenap beban
10. Sendiri
masuklah ketubuhku
penuhi relung dan lorong
juga gang-gang sempit berbahaya
tak perlu sungkan atau malu
sekian lama aku menunggu
menancapkan kejujuran di
antara belahan dada
dan lingkar pinggulku
11. Bagaimana
bagaimana bisa kubentangkan
lanskap senja di tengah hamparan
gerimis
bila hujan dan malam
telah merobek-robek sajakku
12. Eden
di kelopak matanya
adam meringkuk telanjang
menunggu kata-kata
yang tak kunjung pulang
mencari selembar daun salam
untuk menghias kelamin istrinya
13. Mawar
mekarlah, bersahajalah
seperti senja yang teduh dan cantik
sepasang mata selebar piring berdiri di dada ibumu,
di kelamin ayahmu
2007
Jurnal Kebudayaan The Sandour III 2008
http://puisi-puisi-indonesia.blogspot.com/
sepasang mata selebar piring berdiri di dada ibumu,
di kelamin ayahmu
1. Tidur
aku bermimpi menjadi sebatang pohon
dan saat terbangun
rambutku telah berganti daun-daun
2. Pertemuan
menuju muara
tubuhku mencair dan mengalir
mengikuti liku-liku tubuhmu
3. Keberangkatan
satu persatu orang-orang pergi
dan tubuhku tinggal gerimis
4. Handphone
jerit yang terus menyala
ijinkan aku tidur di relung matamu
5. Di Bawah Akasia
gerimis telah menjadi hujan
mari, berlindung di balik puisi
6. Bir
di riak busanya
tertulis norma, agama dan dunia
“mabuklah”
7. Kerinduan
pantatmu tercecer di lorong-lorong sunyi
yang membentang dalam tumpukan
puisiku
8. Doa
setelah berjuang melahirkan kata
aku ingin mati di rindang senyummu
9. Buka
segera siapkan pisau paling tajam
kita tikam lapar di ulu jantungnya
agar tuntas segala dendam
biar lepas segenap beban
10. Sendiri
masuklah ketubuhku
penuhi relung dan lorong
juga gang-gang sempit berbahaya
tak perlu sungkan atau malu
sekian lama aku menunggu
menancapkan kejujuran di
antara belahan dada
dan lingkar pinggulku
11. Bagaimana
bagaimana bisa kubentangkan
lanskap senja di tengah hamparan
gerimis
bila hujan dan malam
telah merobek-robek sajakku
12. Eden
di kelopak matanya
adam meringkuk telanjang
menunggu kata-kata
yang tak kunjung pulang
mencari selembar daun salam
untuk menghias kelamin istrinya
13. Mawar
mekarlah, bersahajalah
seperti senja yang teduh dan cantik
sepasang mata selebar piring berdiri di dada ibumu,
di kelamin ayahmu
2007
Tidak ada komentar:
Posting Komentar