Anggie Melianna
http://sastra-indonesia.com/
(I)
Telanjang-telanjanglah kau di sini
di bukit-bukit asing ini
bersetubuh
dengan para binatang
mencium dan menjilati
anjing-anjing liar
merasakan desahan
nafas-nafas setan,
beradu lewat gejala api
kehinaan, menggeliat-
laiknya cacing dan ular
menuntaskan birahi demi birahi
manusia kotor berkumpul mencari
kenikmatan jahannam!
Lalu yang tersisa
janin-janin terbuang.
(II)
Wahai dewa kehidupan
di mana lagi harus kucari
kelezatan-kelezatan semu?
Keintiman yang membawaku
ke hamparan syahwat membelenggu,
berapi-api keringat demi keringat
menetes bercucuran, lantas
diterbangkan abu jahannam
yang semakin ganas menggilas.
Tuhan, beri aku kenikmatan
meski kutahu semua itu bukan surga
beri aku rahmat, meskipun kufaham
yang datang hanya bersandar kekejian…
(III)
Di sini
ombak menggulung hati
mengobrak-abrik sukmaku
yang kurasa amat labil itu,
kemudian laut menjadi beku
menenggelamkan pada masa
yang menyerupai kematian.
Kemudian
kebangkitan dan kesakitan
semuanya menggerogoti tubuh
terbuangnya pada tong sampah
tercabik meraung, memanas,
mengering dan hancur.
(IV)
Wahai Tuhan,
aku tak menyerupai kehidupan
yang memberi keadilan
tak menjumpai kehidupan
yang menghidupkan
bahkan kehidupan
yang mengartikan.
Tak terlintas lagi
senyum bahkan sapa
yang terasa
hanya api menyala-nyala
dan lautan beku mencair
menjelma nanah.
(V)
Api memakan tubuh
tubuh memakan dirinya
menjerit, mengaung
tubuh berbalut luka
dan berparuh nanah
tak terdengar kalimat lain
selain mohon ampunan,
dan Tuhan
di seberang lautan.
(VI)
Api terdengar teriakan
Allahu Akbar
ampunilah aku
tolonglah aku!
(hahaha…)
Malaikat hanya melihat,
tertawa dan terbahak
menyaksikan
pertunjukan kotor
dan drama…
2011
http://sastra-indonesia.com/
(I)
Telanjang-telanjanglah kau di sini
di bukit-bukit asing ini
bersetubuh
dengan para binatang
mencium dan menjilati
anjing-anjing liar
merasakan desahan
nafas-nafas setan,
beradu lewat gejala api
kehinaan, menggeliat-
laiknya cacing dan ular
menuntaskan birahi demi birahi
manusia kotor berkumpul mencari
kenikmatan jahannam!
Lalu yang tersisa
janin-janin terbuang.
(II)
Wahai dewa kehidupan
di mana lagi harus kucari
kelezatan-kelezatan semu?
Keintiman yang membawaku
ke hamparan syahwat membelenggu,
berapi-api keringat demi keringat
menetes bercucuran, lantas
diterbangkan abu jahannam
yang semakin ganas menggilas.
Tuhan, beri aku kenikmatan
meski kutahu semua itu bukan surga
beri aku rahmat, meskipun kufaham
yang datang hanya bersandar kekejian…
(III)
Di sini
ombak menggulung hati
mengobrak-abrik sukmaku
yang kurasa amat labil itu,
kemudian laut menjadi beku
menenggelamkan pada masa
yang menyerupai kematian.
Kemudian
kebangkitan dan kesakitan
semuanya menggerogoti tubuh
terbuangnya pada tong sampah
tercabik meraung, memanas,
mengering dan hancur.
(IV)
Wahai Tuhan,
aku tak menyerupai kehidupan
yang memberi keadilan
tak menjumpai kehidupan
yang menghidupkan
bahkan kehidupan
yang mengartikan.
Tak terlintas lagi
senyum bahkan sapa
yang terasa
hanya api menyala-nyala
dan lautan beku mencair
menjelma nanah.
(V)
Api memakan tubuh
tubuh memakan dirinya
menjerit, mengaung
tubuh berbalut luka
dan berparuh nanah
tak terdengar kalimat lain
selain mohon ampunan,
dan Tuhan
di seberang lautan.
(VI)
Api terdengar teriakan
Allahu Akbar
ampunilah aku
tolonglah aku!
(hahaha…)
Malaikat hanya melihat,
tertawa dan terbahak
menyaksikan
pertunjukan kotor
dan drama…
2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar