Senin, 10 Januari 2011

Kuda Lumping

Gerson Poyk
http://www.suarakarya-online.com/

Rumah makan Papacili didatangi seorang anak berusia empat belas tahun yang hanya memakai celana tanpa baju.
“Mau makan, Nak?” tanya Papacili.
“Mau, Pak, tapi tidak punya uang.”
“Siapa namamu?”
“Lumping, Pak.”
“Tidak punya uang kok masuk warung,” kata Papacili.
“Sudah berapa hari tak makan?” tanya Papacili.


“Kemarin pagi, sarapan nasi aking karena lagi paceklik di musim banjir. Jarang ada order menari. Terakhir, kebetulan ada hajatan setelah lama menganggur. Habis sarapan nasi aking, bertukas makan beling. Siang hari nasi aking lagi, dan pepaya matang setengah buah. Sehabis makan siang saya lari dengan pakaian di badan. Tadi malam saya jual baju untuk makan malam lalu tidur di emperan toko.”

“Nanti dulu, kau bilang bertugas makan beling? Makan roti beling saudaranya sotomi?”
“Bukan roti Pak. Beling kaca.”
“Ah, jangan bohong.”

“Betul Pak, saya penari kuda lumping. Bosan makan beling dan kupas sabut kelapa dengan gigi, saya lari. Tentu bos saya sedang mengejar saya. Jangan bilang kalau bos mencari saya di sini, Pak,” kata si Lumping.
Papacili menarik nafas panjang sambil menggeleng-gelengkan kepala.”
“Perutmu tidak berdarah disilet beling?” tanya Papacili.

“Tidak, Pak. Saya kunyah sampai hancur kemudian makan papaya, dan kelapa tua. Kata bos dalam kelapa tua ada obatnya. Itulah yang menyebabkan saya bertahan lama, tidak sakit tidak mati tapi akhirnya capek dan bosan lalu beginilah. Saya lari meninggalkan bos dengan rombongan penari kuda lumpingnya.”
“Nama sebenarnya siapa?”

“Lumping. Nama pemberian kakak mantan penari kuda lumping. Karena nama itu saya diterima menjadi penari kuda lumping. Sejak berumur dua belas tahun, berkeliling dari kota ke kota.”
“Kau pernah bersekolah?”
“Tamat SD, tidak mampu meneruskan sekolah karena ayah tidak mampu beli sepatu dan pakaian seragam.”

Papacili memanggil istrinya. Setelah mendengar cerita si Lumping, hatinya terharu lalu berkata kepada suaminya. “Dia perlu makan, jangan banyak tanya dan bercanda sadis melihat orang susah,” istri Papacili memperingatkan kekurangan suaminya.
Papacili memanggil gadis pelayan.
“Tolong sediakan makanan yang banyak.”
“Buat siapa, Pak?” tanya pelayan.
“Buat seekor kuda muda belia!”
Si gadis tersenyum, melangkah meninggalkan Papacili. Ia sudah terbiasa dengan candanya Papacili, bosnya.

“E, eh, jangan pergi, ini namanya Kuda Lumping … hehe!” Perut Papacili bergerak-gerak karena terkekeh. Dia tidak peduli pada teguran istrinya. “Sekarang namamu bertambah menjadi Kuda Lumping, ya.”

Sehabis makan si Lumping disuruh duduk sebentar kemudian Papacili bertanya, “Kuda Lumping mau bekerja di warung ini sebagai pesuruh?”

“Mau saja, Pak. Terima kasih banyak, sudah dapat makan dapat kerja pula. Asalkan Bapak jangan suruh saya makan beling, nasi aking dan cabut kulit sabut kelapa tua dengan gigi,” pinta si Lumping.

“Beres. Cuma saya mau supaya di warung ini ada kuda lumping naik kuda besi mengantar makanan kotak ke para langganan. Bisa?”
Si Lumping heran, “Kuda besi?”
“Sepeda, maksud saya, ha ha,” kata Papacili.
Papacili menyuruh seorang karyawan lelaki yang bertugas melayani fotokopi untuk mengambil sepeda.
“Maaf, Pak. Saya bisa buang air?”

“O, bisa, bisa. Bagus, tapi jangan buang ampas badanmu di WC. Ambil cangkul, larilah ke kebun sayur di belakang, di balik rimbunnya kacang panjang. Bikin lobang di tanah lalu buang air di sana. Sudah itu jangan ditutup dulu sebelum saya periksa, apakah ususmu ke luar bersama beling-beling. Kalau ususnya ke luar, kita segera ke dokter.”

Papacili mengantar si Lumping ke kebun sayur yang cukup luas di belakang rumah makan lalu menunjukkan titik di mana akan ke luar beling-beling dan sabut kelapa. Benar, setelah Papacili memeriksa. Ternyata banyak beling dan sabut kelapa! Setelah ampas badannya itu dikuburkan, keduanya kembali lalu Papacili menyuruhnya mandi dan mengganti pakaian baru yang buru-buru disuruh beli oleh seorang karyawan di toko pakaian seberang jalan di depan rumah makan.

Si Lumping memang cerdas dan rajin. Setiap hari ia mencuci piring dan alat masak sampai bersih. Waktu rumah makan tutup tengah malam, ia mengepel lantai dan melap meja kursi, lemari dan sebagainya. Bangun pagi-pagi ia menyiram sayur di kebun. Waktu istri Papacili masak ia menolong mengiris bawang, mencuci sayur, memasak nasi sambil memperhatikan resep makanan yang dibuat Bu Cili. Bu Cili memang juara masak. Makanannya enak sekali. Suatu hari ketika Bu Cili dan pelayan seniornya sakit, si Lumping yang masak.

Hanya saja setiap ada rombongan sirkus monyet dan para banci bermain di depan rumah makan, si Lumping ketakutan, keringat dingin. Ia bersembunyi ke kebun sayur sampai rombongan banci sirkus monyet itu pergi. Hal ini diketahui ketika pada suatu hari, ada rombongan sirkus monyet kecil kurang gisi bermain di depan rumah makan Papacili. Karena bukan rombongan kuda lumping maka Papacili yang sangat sayang binatang menyuruh si Lumping membawa sesisir pisang untuk monyet kurus kering dijajah oleh manusia. Ternyata si Lumping takut pada semua rombongan pertunjukan keliling. Ia hanya melemparkan pisang ke tengah arena lalu berlari ke rumah makan, keringat dingin. Sejak itu kalau ada rombongan sirkus monyet kecil ia lari bersembunyi ke kebun sayur di belakang rumah makan. Papacili membiarkannya.

Rumah makan Papacili makin ramai saja, karena semua karyawannya, termasuk si Lumping sangat merasa bahwa usaha itu adalah milik mereka sendiri. Memang, Papacili orang yang punya insting, kecerdasan dan intuisi dalam usaha kuliner. Kalau ada turis-turis yang datang makan, ia ngobrol dengan mereka dalam bahasa Inggris dan kalau mereka mau membayar. Papacili menolak dengan alasan bahwa mereka adalah tamunya. Benar, beberapa lama kemudian tamu-tamu itu mengirim uang dari negeri mereka, luar negeri nun jauh di sna. Karena rumah makan itu punya sambal cabe atau cili maka ia disebut Papacili.

Melihat si Lumping cepat menangkap bahasa Inggris dari para turis, Papacili menyekolahkannya. Ia masuk SMP Swasta, kemudian SMA, juga swasta dan lulus ujian nasional tetapi si Lumping tak mau mencari kerja lain selain mengembangkan usaha rumah makan Papacili. Papacili dan Mamacili sudah dianggap lebih dari ayah dan ibu kandungnya. Mamacili sangat sayang padanya. Anak angkatnya diajari masak kemudian tugasnya meningkat menjadi kasir.

Akan tetapi suatu malam, si Lumping bertengkar dengan Papacili karena ayah angkatnya itu punya pacar dan ingin berpoligami.
“Papa,” kata si Lumping.
“Apa?” tanya Papacili.

“Kasihan, Mama. Dia curhat kepada semua karyawan, termasuk saya,” kata si Lumping pada suatu malam larut.
Papacili membentak si Lumping, “Pergi sana, tidur!”

“Mana bisa tidur, Papa, kalau saya sedih memikirkan sejarah perjuangan Mama yang sejak semula mulai dengan menjual nasi bungkus jalan kaki berkeliling.”

“Tapi modalnya dari saya. Bukan saja modal tapi ide dan tenaga saya juga termasuk. Saya yang menanam pisang, menanam sawi, terong, cabe, dan sebagainya, mencuci piring, memasak, ngepel, mencuci, menyapu halaman.”

“Alangkah indahnya masa-masa itu, Papa, ketika Papa dan Mama sehati, selangkah walaupun uangnya sedikit,” kata si Lumping.

Papacili hanya bangun berdiri, melangkah meninggalkan si Lumping.

Beberapa hari kemudian Papacili memanggil Lumping dan berkata, “Dulu kau naik kuda lumping, kemudian kuda besi. Sekarang saya perintahkan kau naik kapal!”
“Kapal apa Papa?” tanya Lumping.

“Kapal Pelni. Seorang saudara sepupu saya, nakhoda kapal Pelni, datang makan di sini dan dia perlu seorang karyawan yang bekerja di atas kapal.”
“Sebagai apa, Papa?”
“Sebagai cook, tukang masak.”

Begitulah, maka si Lumping naik kapal laut — kapal Pelni — tapi kali ini bukan makan beling melainkan makan enak ikan laut setiap hari. Karena ia terlalu sayang kepada Mamacili, ibu angkatnya yang dimadu, maka sering ia ajak naik kapal, berlayar menglipur lara. Setiap ia menerima gaji, ia berikan sebagian kepada ibu angkatnya.

Beberapa tahun kemudian ia pindah kerja ke kapal yang berlayar ke luar negeri. Setelah lima tahun bekerja, ia mengajak kedua orangtuanya berlayar mengarungi samudra. Ketika tiba di Los Angeles mereka diajak makan di sebuah restoran mungil. Mereka terkejut karena membaca Papachili Restaurant.

“Papa, Mama, saya punya saham di restoran ini,” kata Lumping. “Menurut para pakar, orang Indonesia rajin tapi tidak pandai, tidak disiplin dan tidak jujur dalam berorganisasi sehingga makanan Indonesia tidak bisa mendunia. Saya buktikan bahwa bukan saja McDonald yang merambah dunia tetapi juga Papachili.”

Tiba-tiba manajer restoran muncul. “Haaaa, Papachili, Mamachili,” lalu dipeluk dan diciumnya kedua orang tua itu. “Lupa sama saya? Saya makan gratis di Indonesia Papachili bilang tak usah bayar, tak usah bayar, Anda tamu saya. Ingat?”

Papachili memeluk bule manajer itu. “Di mana yang lain?” “Di kota-kota lain di seluruh dunia. Mereka sudah membuka retoran Papachili, makanan Indonesia dengan slogan you are whta you eat.”
* * *

Di kamar tidur si Lumping di darat dan di kapal terpampang sebuah poster mungil bertulis:
Ketika aku lapar
Papacili Mamacili membriku kenyang
Ketika aku telanjang
Papacili Mamacili membriku sandang
Ketika aku tidur di emper-emper
Papacili Mamacili bri kamar bri kasur
Ketika aku dungu
Papacili Mamacili membriku ilmu
Maka Tuhan akan memberi mereka surga

Depok 1 Mei 2007

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Alexander A. Anzieb A. Aziz Masyhuri A. Dahana A. Khoirul Anam A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.C. Andre Tanama A.J. Susmana A.S. Laksana A’an Jindan AS Abd. Mun’im Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kirno Tanda Abdul Lathif Abdul Malik Abdul Rauf Singkil Abdul Walid Abdurrahman Wachid Abdurrahman Wahid Abid Rohmanu Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adek Alwi Adhi Pandoyo Adhitia Armitrianto Adhy Rical Adi Faridh Adian Husaini Adin Aditya Ardi N Adreas Anggit W. Adrizas Adu Pesona Sang Wakil Presiden RI AF. Tuasikal Afri Meldam Afrizal Malna AG. Alif Agama Agama Para Bajingan Agit Yogi Subandi Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Rakasiwi Agus Sulton Agus Wibowo Agus Wirawan Aguslia Hidayah AH J Khuzaini Ah. Atok Illah Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Anshori Ahmad Damanik Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Gaus Ahmad Hasan MS Ahmad Jauhari Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Naufel Ahmad S. Zahari Ahmad Syafii Maarif Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ainul Fiah Akbar Ananda Speedgo Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhmad Siddiq Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Akmal Nasery Basral Aksin Wijaya Al-Fairish Al-Ma'ruf I Al-Ma'ruf II Alang Khoiruddin Albert Camus Ali Mahmudi Ch Alia Swastika Alvi Puspita Alvin Amien Wangsitalaja Aminah Aming Aminoedhin Ana Mustamin Anam Rahus Anas AG Andhi Setyo Wibowo Andi Gunawan Andry Deblenk Angela Anggie Melianna Anindita S. Thayf Anis Ceha Anitya Wahdini Anjrah Lelono Broto Antologi Sastra Lamongan Anugerah Ronggowarsito Anwar Nuris Aprillia Ika Arida Fadrus Aridus Arie MP Tamba Arie Yani Arief Junianto Ariel Heryanto Ariera Arif Bagus Prasetyo Aris Kurniawan Armawati Arswendo Atmowiloto Art Sabukjanur Arti Bumi Intaran Arwan Aryo Wisanggeni Aryo Wisanggeni Gentong AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Ashadi Ik Asrama Mahasiswa Aceh Sabena Asro Kamal Rokan Astrid Reza Asvi Warman Adam Atafras Atok Witono Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Azwar Nazir Baca Puisi Badrus Siroj Bahrul Ulum A. Malik Balada Bambang kempling Bambang Riyanto Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bastian Zulyeno Beni Setia Benni Setiawan Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Koran Berita Utama Bernando J. Sujibto Bernarda Rurit Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Biografi Bre Redana Brunel University Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Jay Utomo Budi P. Hatees Budi Palopo Budi Setyarso Budi Sp. Indrajati Budiman S. Hartoyo Budiman Sudjatmiko Buku Kritik Sastra Buldanul Khuri Candrakirana Cangaan Ujungpangkah Gresik Jawa Timur Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cawapres Jokowi Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chavchay Syaifullah Choirul Rikzqa Christian Heru Cahyo Saputro Cover Buku D. Dudu AR D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dadang Widjanarko Damiri Mahmud Dani Fuadhillah Daniel Paranamesa Darju Prasetya Dati Wahyuni Dawet Jabung Ponorogo Dedykalee Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Desa Glogok Karanggeneng Lamongan Deshinta Arofah Dewi Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan Dewi Anggraeni Dian Sukarno Diana A.V. Sasa Didik Kusbiantoro Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diskusi buku Djadjat Sudradjat Djasepudin Djoko Pitono Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Djulianto Susantio Dody Kristianto Dody Yan Masfa Dorothea Rosa Herliany Dr Andi Irawan Dr Siti Muti’ah Setiawati Dr. Hilma Rosyida Ahmad Drs H Choirul Anam Drs. Solihin Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwidjo Maksum Dyah Ayu Fitriana Eddi Koben Edeng Syamsul Ma’arif Edy Apriyanto Sudiyono Edy Firmansyah Edy Susanto Efri Ritonga EH Ismail Eidi Krina Jason Sembiring Eka Budianta Eko Hartono Eko Hendrawan Sofyan Eko Hendri Saiful El Sahra Mahendra Elita Sitorini Elly Trisnawati Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Em. Syuhada' Emha Ainun Nadjib Encep Abdullah Eni Sulistiyawati Eny Rose Esai Ester Lince Napitupulu Etik Widya Evan Ys F Rahardi Fahrudin Nasrulloh Fahrur Rozi Fajar Alayubi Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fathan Mubarak Fathul Qodir Fathul Qorib Felix K. Nesi Festival Gugur Gunung Festival Seni Surabaya 2011 Festival Teater Religi Pelajar SLTA Se-kabupaten Lamongan Fikri. MS Fiqih Arfani Firman Daeva Forum Lingkar Pena Lamongan Forum Penulis dan Penggiat Literasi Lamongan (FP2L) Forum Santri Nasional Forum Santri Nasional (FSN) Free Hearty Galuh Tulus Utama Gandis Uka Ganug Nugroho Adi Gedung Sabudga UNISDA Lamongan Gendut Riyanto Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gesit Ariyanto Gita Pratama Glenn Fredly Goenawan Mohamad Golput Gombloh Gombloh (1948 – 1988) Grathia Pitaloka Gugun el-Guyanie Gunoto Saparie Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Dur H.B. Jassin Hadi Napster Hafis Azhari Halim HD Halimi Zuhdy Hamid Dabashi Han Gagas Hardi Hamzah Hari Prasetyo Haris Del Hakim Haris Saputra Hary B Kori’un Hasan Basri Marwah Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasyim Asy’ari Hendro Situmorang Henri Nurcahyo Henry H Loupias Hera Khaerani Heri CS Heri Kris Heri Latief Heri Listianto Herman RN Hernadi Tanzil Herry Lamongan Heru Kuntoyo Heru Kurniawan Hikmat Darmawan Holy Adib Hudan Hidayat Hujuala Rika Ayu Humaidi Humam S Chudori I Made Asdhiana I Nyoman Suaka I. B. Putera Manuaba IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ichwan Prasetyo Ida Fitri Ignas Kleden Ilham Safutra Ilham Wancoko Imam Munadjat Imam Nawawi Imam Zanatul Huaeri Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Iman Herdiana Imron Arlado Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indigo Art Space Madiun Indra Tjahyadi Indrian Koto Ingki Rinaldi Iqmal Tahir Is Faridatul Arifah Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Zulkarnain Isra’ Mi’raj Iswadi Pratama Iswara N Raditya Iva Titin Shovia Iwan Awaluddin Yusuf Iwan Gunadi J. Sumardianta Jamrin Abubakar Jansen Sinamo Janu Jolang Janual Aidi Javed Paul Syatha Jayaning S.A Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jemie Simatupang Jenny Ang Jiero Cafe Jihan Fauziah JJ. Kusni Jl Simo Jo Batara Surya Jodhi Yudono Joko Budhiarto Joko Sadewo Joko Sandur Joko Widodo Jones Gultom Joni Ariadinata Joresan Mlarak Ponorogo Joseph E. Stiglitz Jual Buku Paket Hemat Junus Satrio Jurnalisme Sastra K. Hirzuddin Hasbullah K.H. Anwar Manshur K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma’ruf Amin K.H. Masrikhan Asy'ari K.H. Mudzakir Ma'ruf Kadjie MM Kajian Kitab Nashoihul 'Ibad Kang Daniel Karanggeneng Kartika Foundation Kasanwikrama Kasnadi Katrin Bandel Kedai Kopi Sastra Kekal Hamdani Kemah Budaya Panturan (KBP) Kesenian KH. M. Najib Muhammad KH. Ma'ruf Amin Khairul Mufid Jr Khawas Auskarni Khoirul Anwar Khoirul Inayah Khoirul Naim Khoirul Rosyadi Ki Ompong Sudarsono Kitab Arbain Nawawi Kitab Puisi Suluk Berahi karya Gampang Prawoto Ko Hyeong Ryeol Koh Young Hun Koko Sudarsono Komaruddin Hidayat Kompas TV Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sastra Teater Lamongan (KOSTELA) Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Kopi Bubuk Mbok Djum Kopuisi Korban Gempa di Lombok Kospela KPRI IKMAL Lamongan Kris Razianto Mada Kritik Sastra Kurnia Sari Aziza Kurniawan Kusni Kasdut Kuswaidi Syafi’ie Kuswinarto Lagu Laili Rahmawati Laksmi Sitoresmi Lamongan Lan Fang Larung Sastra Lathifa Akmaliyah Latif Fianto Leila S. Chudori Leo Tolstoy Lina Kelana Listiyono Santoso Liya Izzatul Iffah Liza Wahyuninto Lucky Aditya Ramadhan Ludruk Jawa Timur Lukisan Lukman Alm Lukman Santoso Az Luqman Almishr Lustantini Septiningsih Lutfi S. Mendut Lynglieastrid Isabellita M Ismail M Zainuddin M. Afif Hasbullah M. Faizi M. Iqbal Dawami M. Irfan Hidayatullah M. Latief M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Lutfi M. Mushthafa M. Riza Fahlevi M. Yoesoef M.D. Atmaja M’Shoe Madrasah Ibtida’iyah Thoriqotul Hidayah 1 Maghfur Munif Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahmud Syaltut Usfa Mahwi Air Tawar Majelis Ulama Indonesia Makalah Tinjauan Ilmiah Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Mantan Pastur Hafidz Al-Qur'an Maqhia Nisima Mardi Luhung Margita Widiyatmaka Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Marjohan Marsel Robot Martin Aleida Martin Hatch Marwan Ja'far Marwita Oktaviana Marzuki Mustamar Mashuri Masjid Tegalsari di Pesantren Gerbang Tinatar Masuki M. Astro Matroni el-Moezany Matroni Muserang Max Arifin Maya Handhini Mbah Kalbakal Medco Media Jawa Timur Medri Osno Mega Vristian Mei Anjar Wintolo Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Memoar Purnama di Kampung Halaman Menggalang Dana Amal Mentari Meida Mh Zaelani Tammaka Michael Gunadi Widjaja Mien Uno (Ibunda Sandiaga Uno) Misbahul Huda Misbahus Surur Moch. Faisol Mochammad A. Tomtom Moh Samsul Arifin Moh. Ghufron Cholid Mohamad Ali Hisyam Mohammad Afifi Mohammad Rafi Azzamy Mts Putra-Putri Simo-Sungelebak Muh Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ghannoe Muhammad Ghufron Muhammad Hidayat Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad N. Hassan Muhammad Rain Muhammad Taufik Muhammad Yasir Muhammad Zia Ulhaq Muhammadun A.S. Muhibin AM Muhidin M Dahlan Mujtahid Mujtahidin Billah Mukafi Niam Mukhsin Amar Mukti Sutarman Espe Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Mun'im Sirry Muntamah Cendani Museum Bikon Blewut Ledalero Musfarayani Musfi Efrizal Musyayana Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Nabi Adam Nanang Fahrudin Nandang Darana Naskah Monolog Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Ni Luh Made Pertiwi F Nindya Herdianti Ninin Nurzalina Wati Nitis Sahpeni Nono Anwar Makarim Noor H. Dee Noorsam Noval Jubbek Novel Pekik Novianti Setuningsih Nu’man ‘Zeus’ Anggara Nur Hamzah Nur Haryanto Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nuruddin Al Indunissy Nurul Aini Nurul Anam Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nuswantoro Nyimas Nyoman Tingkat Obrolan Oktamandjaya Wiguna Oky Sanjaya Opini Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Oyos Saroso H.N. Padepokan Lemah Putih Surakarta Pagelaran Musim Tandur Pameran Seni Rupa Panda MT Siallagan Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Pekan Literasi Lamongan Pelukis Dahlan Kong Pelukis Jumartono Pelukis Saron Pelukis Senior Tarmuzie Pendidikan Penerbit SastraSewu Penerbitan dan Toko Buku PUstaka puJAngga Lamongan Pengajian Pengetahuan Perang Peringatan Hari Pahlawan 10 November Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW Pesantren An Nawawi Tanara (Penata) Pesantren Kampung Inggris Peserta TEMU SASTRA JAWA TIMUR 2011 Petrik Matanasi Pilang Tejoasri Laren Lamongan Pilang Tejoasri Laren Lamongan Jawa Timur Pilkada Piramid Giza Politik Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang Pradana Boy ZTF Pradaningrum Mijarto Pramoedya Ananta Toer Prih Prawesti Febriani Pringadi AS Prof Dr Achmad Zahro Prof Dr Aminuddin Kasdi Profil MA Matholi'ul Anwar Prosa Puisi Puisi Menolak Korupsi Puisi Menolak Korupsi (PMK) Puji Hartanto Puji Santosa Puput Amiranti N Purwanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Puspita Rose Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putri Utami Putu Satria Kusuma Putu Setia Putu Wijaya R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R.Ng. Ronggowarsito Rabdul Rohim Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahmat Sazaly Rahmat Sularso Nh Raihul Fadjri Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Rambuana Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Redland Movie Rengga AP Reni Lismawati Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Riadi Ngasiran Rian Sindu Ribut Wijoto Rieke Diah Pitaloka Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Rizka Halida Rizky Putri Pratimi Robin Al Kautsar Rocky Gerung Rodli TL Rofiqi Hasan Rohmad Hadiwijoyo Rohmah Maulidia Rohman Abdullah Rojiful Mamduh Rosdiansyah Rosi Rosidi Roso Titi Sarkoro Rumah Budaya Pantura (RBP) Rumah Budaya Pantura Lamongan Rumah Literasi Rx King Motor S Yoga S. Jai S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabrank Suparno Saiful Amin Ghofur Saifur Rohman Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sandiaga Uno Sanggar Pasir Sanggar Pasir Art and Culture Santi Puji Rahayu Sapardi Djoko Damono Sardono W Kusumo Sartika Sari Sarworo Sp Sastra Facebook Satmoko Budi Santoso Satrio Lintang Satyagraha Hoerip Saut Situmorang Savidapius Sayuri Yosiana Sayyid Fahmi Alathas Sejarah Sekolah Literasi Gratis SelaSAstra Boenga Ketjil SelaSAstra Boenga Ketjil #23 SelaSAstra Boenga Ketjil #24 Seni Ambeng Ponorogo Senirupa Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Shofiyatuz Zahroh Shohebul Umam JR Sholihul Huda Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Silfia Hanani Sindu Putra Sita Planasari Aquadini Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Hadi Purnomo Soediro Satoto Soegiharto Soeprijadi Tomodihardjo Soetanto Soepiadhy Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sony Wibisono Sosiawan Leak Sreismitha Wungkul Sri Igustin Sri Mulyani Sri Wintala Achmad Sriyanto Danoesiswoyo Stefanus P. Elu Stevani Elisabeth STKIP PGRI Ponorogo Student Center Kampus ISI Yogyakarta Subagio Sastrowardoyo Suci Ayu Latifah Sudarmoko Sugeng Ariyadi Sukitman Sumenep Sumiati Anastasia Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungelebak Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Suripto SH Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suwardi Endraswara Suyadi San Syafrizal Sahrun Syaifuddin Gani Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Syamsul Arifin Syamsul Rizal Syi'ir Syifa Amori Syifa Aulia T.A. Sakti Tajuddin Noor Ganie Tamrin Bey dan Robin Al Kautsar TanahmeraH ArtSpace Tarpin A. Nasri Taufik Rachman Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Teater Air Teater Bias Teater Biru Teater Cepak Teater Dua Teater Kanjeng Teater Lingkar Merah Putih Teater Mikro Teater nDrinDinG Teater Nusa Teater Padi Teater Roda UNISDA Lamongan Teater Sakalintang Teater Tali Mama Teater Taman Teater Tawon Teater Tewol Teguh LR Temu Karya Teater Jawa Timur XXI Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Teori Darwin Teori Fisika Hawking Tgk Abdullah Lam U Tharie Rietha The Ibrahim Hosen Institute Theresia Purbandini Thomas Koten Tien Rostini Timur Arif Riyadi Tjahjono Widarmanto Tjut Zakiyah Anshari Toeti Adhitama Tosa Poetra Tri Andhi S Triyanto triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S Tutut Herlina Ucu Agustin Udo Z. Karzi Ulil Abshar-Abdalla Umar Fauzi Uniawati Unieq Awien Universitas Jember Usman Arrumy Ustadz Bangun Samudra Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Vassilisa Agata Veven Sp. Wardhana Viddy AD Daery Video Vino Warsono Virdika Rizky Utama Vita Devi Ajeng Pratiwi W. Haryanto W.S. Rendra Wakos R. Gautama Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Suryandoko William Shakespeare Wisnu Kisawa Wiwik Widiyati Wong Wing King Wuri Kartiasih Y. Wibowo Yayasan Thoriqotul Hidayah 1 Yayat R. Cipasang Yesi Devisa Yesi Devisa Putri Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yonathan Rahardjo Yudhi Herwibowo Yudi Latif Yulianto Yuliawati Yunanto Sutyastomo Yunus Supriyanto Yurnaldi Yushifull Ilmy Yusri Fajar Yusuf AN Yusuf Suharto Yusuf Wibisono Yuval Noah Harari Yuyuk Sugarman Z. Mustopa Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zarra Martsella Zawawi Se Zed Abidien Zehan Zareez Zen Hae Zii Zuhdi Swt