Jumat, 24 September 2010

Sang ‘Mata Kiri’ yang Mengembara

Sutardji Calzoum Bachri / Wawancara
http://www.infoanda.com/Republika

Untuk membuat janji wawancara dengan Sutardji Calzoum Bachri, ternyata tak mudah. Saat pembicaraan awal Senin (13/8) lalu untuk minta kesediaannya, dia menyediakan waktu Rabu (15/8) malam, dua hari berselang. Tapi sebelum pembicaraan melalui telepon genggam itu terputus, ia mengingatkan agar menelepon kembali sebelum waktu yang sudah ditetapkan.


Rabu itu, sebagaimana kesepakatan awal, telepon genggamnya yang berulang kali dihubungi tak pernah tersambung. Dari seberang memang terdengar nada sambung, tapi tak ada sahutan.

Namun, Asrizal Nur, rekan dekatnya, meyakinkan pada komitmen Sutardji, meski tidak seperti pada pembicaraan sebelumnya untuk menelepon lebih dulu. ”Datang saja. Dia pasti ke TIM (Taman Ismail Marzuki),” kata Asrizal Nur, ketua Yayasan Panggung Melayu, lembaga yang baru saja sukses menggelar Pekan Presiden Penyair, sebuah hajatan menghormati 66 tahun perjalanan hidup Sutardji.

Asrizal, yang saat itu berada di Pekanbaru meyakinkan, janji yang sudah disepakati dengan Sutardji tidak akan bergeser. Asrizal membuktikan ‘kedekatannya’ dengan Presiden Penyair Indonesia itu. Rabu malam di TIM –sebagaimana waktu yang disebutkan sebelumnya– telepon genggam Sutardji sudah on. Saat kembali dihubungi, terdengar suara, seakan meyakinkan bahwa ia memang memahami telah membuat janji untuk wawancara. ”Ya, tapi saya mau shalat dulu,” ucapnya.

Pria kelahiran Rengat, Riau Daratan, 24 Juni 1941 itu tampak berjalan menyusuri lorong kecil menuju masjid yang berada di bagian belakang pusat kesenian itu, beberapa saat setelah pembicaraan terakhir terputus. Dengan tas ransel yang menggantung di bahu kanan, Sutardji berjalan menunduk, menyeruak di balik cahaya lampu yang temaram.

Usai shalat Maghrib, penyair yang tidak merampungkan kuliahnya di Jurusan Administrasi Negara, Universitas Padjadjaran Bandung, ini kembali dengan langkah yang sama. Ketika jalan beriringan, Sutardji mengajak masuk ke sebuah warung di dalam kompleks kesenian tersebut. ”Kau bikin kopi yang enak,” pintanya kepada penjaga warung, sembari menanggalkan jaket dan topinya, dua benda yang akrab membalut tubuh lelaki berusia 66 tahun itu. Ia duduk di sebuah kursi, tas ranselnya diletakkan di kursi yang lain. Kopi pesanannya yang datang beberapa saat berselang segera ia aduk dengan sendok. Dia seolah ingin memastikan minuman itu pas sesuai kehendaknya. Lalu ia membuka pembicaraan dengan sebuah kalimat mengingatkan, ”Saya tidak mau bicarakan soal yang ramai dibicarakan.”

Sutardji, agaknya, tak ingin terlibat dalam perdebatan yang berkembang di kalangan seniman dan budayawan belakangan ini. Ia juga minta agar tidak ditanya soal-soal yang dianggapnya tidak ‘penting’ seperti sumber penghasilan sebagai seorang seniman dan penyair. ”Tidak usahlah yang gitu-gitu,” katanya kepada Burhanuddin Bella bersama fotografer Amin Madani. Maka, setelah kalimat-kalimat itu, wawancara yang berlangsung di sebuah rumah makan dimulai.

Acara Pekan Presiden Penyair yang diselenggarakan dalam rangka ulang tahun Anda ke-66 cukup meriah dan terbilang sukses. Tapi Anda sendiri, kabarnya, jarang merayakan ulang tahun. Bagaimana ceritanya hajatan besar itu bisa terselenggara?
Saya diberi tahu tiga bulan sebelum penyelenggaraan. Ternyata dia (Asrizal Nur) sudah punya rencana sejak lama.

Apa pertimbangan Anda sehingga mau menerima tawaran itu?
Saya lihat track record-nya, bagus. Dia orangnya mampu (bekerja), jadi saya mau. Dia sudah membuat acara-acara besar dan bukan (tipe) yang mencari uang. Tentu saya tanya kawan-kawan tentang dia.

Acara itu sukses, dihadiri banyak penyair dalam dan luar negeri. Bagaimana perasaan Anda atas kesuksesan itu?
Senanglah. Itu suatu acara yang menurut hemat saya bukan hanya penghargaan terhadap kepenyairan saya tetapi terutama sebagai suatu upaya untuk memberikan penghormatan terhadap perpuisian Indonesia pada umumnya.

Anda tampaknya kian religius. Sejak kapan?
Puisi-puisi saya sejak dulu sudah religius. Puisi-puisi saya dalam O, Amuk, Kapak (buku-buku buku kumpulan puisinya), itu religius. (Dia lalu membaca ulang beberapa bait-bait dalam puisi tersebut).

Anda akrab dengan julukan Presiden Penyair Indonesia. Bagaimana ceritanya sampai muncul julukan itu?
Itu awalnya waktu saya mau baca puisi. Dengan ‘pede’ (percaya diri) aku menyebut diri Presiden Penyair Indonesia. Jadi, itu karena percaya diri saja. Tapi, tentu saja orang melihat sendiri (karya-karya saya).

Apakah Anda tidak risih disebut begitu?
Ndaklah.

Di berbagai media massa, Anda menyebut diri mau menjadi Tuhan. Bisa dijelaskan maksudnya?
Kita mau mendekati sifat-sifat Tuhan, seperti sifat-sifat Tuhan yang Maha Penyayang, Maha Pemurah. Kita hanya mungkin bisa satu persen, tapi kita kan berusaha mendekati sifat-sifat itu.

Masa kepenyairan yang melebihi separuh dari usianya itu melahirkan pandangan sarat makna terhadap penyair dan karyanya. Puisi, bagi Sutardji, penting dilihat dari sisi manusia sebagi individu. Puisi bisa meninggikan dan meluhurkan martabat manusia. Yang penting dari sisi sosial, puisi bisa menjadi inspirasi untuk menciptakan sejarah. ”Dilihat dari sisi kenyataan maupun secara teoretis puisi bisa menjadi unsur yang menciptakan sejarah, sebagaimana firman Tuhan menciptakan sejarah jagat raya,” ucapnya.

Dia lalu menjelaskan pemahaman itu dengan mengutip teks Sumpah Pemuda, sebagai teks puisi. Selama ini, urai Sutardji, teks Sumpah Pemuda selalu dilihat sebagai teks atau dokumen sosial politik. Tapi kalau kita ingin mencermati dari sudut puisi maka segera terlihat, ia juga bisa dianggap sebuah teks puisi yang utuh. Syarat yang diharuskan pada puisi ada terkandung penuh padanya.

Sebagaimana halnya puisi, seluruh isi teks Sumpah Pemuda itu adalah imajinasi atau mimpi, sesuatu yang tidak ada atau belum ada dalam kenyataan. ”Kami putera-puteri Indonesia berbangsa satu, bangsa Indonesia. Waktu itu, 1928, belum ada dalam kenyataan putera-puteri Indonesia. Yang ada pemuda Jawa, pemuda Sumatera, pemuda Sulawesi, dan seterusnya. Juga belum ada Indonesia, yang ada dalam kenyataan Hindia Belanda,” ujarnya.

Demikian pula dengan ‘Kami putera-puteri Indonesia berbahasa satu, bahasa Indonesia’. Waktu itu belum ada bahasa Indonesia. Yang ada dalam kenyataan adalah bahasa-bahasa daerah dan bahasa Melayu sebagai lingua-franca.

Teks Sumpah Pemuda itu, kata dia, menampilkan mimpi atau imajinasi dengan bahasa ringkas hemat, padat, kuat menyaran makna, dengan irama dan pengulangan kata-kata bagaikan mantera. ”Mantera Sumpah Pemuda inilah yang memukau para pembaca atau pendengarnya yang kemudian merealisasikannya dalam sejarah perjuangan kemerdekaan agar mimpi dalam Sumpah Pemuda menjadi kenyataan,” ujarnya.

Sutardji juga mengaku terkagum-kagum dengan Alquran terutama dalam surat Al Shu’ara. Bagi dia, surat itu secara tepat mendefinisikan profesi penyair: ”Mereka mengembara di tiap-tiap lembah dan bahwasanya mereka suka mengatakan apa yang mereka sendiri tidak mengerjakannya.” Memang, ulas Sutardji, pada kenyataannya penyair yang serius selalu mengembarakan perasaannya dan selalu konsentrasi pada penciptaan karya puisi dan bukan pada realisasinya atau pada upaya mengerjakan mimpinya itu –puisinya– agar menjadi kenyataan.

Profesi penyair, lanjut dia, adalah menciptakan sajak dan bukan mengerjakan sajak atau merealisasikan sendiri puisinya menjadi kenyataan. Tugas terakhir ini dibebankan pada pembacanya. Pada para pembacalah terjadi realisasi dari puisi itu berupa perasaan, empati, simpati, dan sebagainya. Berikutnya realisasi psikologis ini mungkin berkembang menjadi realisasi konkret di dunia nyata berupa tindakan-tindakan yang terinspirasi dari sajak tersebut.

Di usia Anda seperti ini yang kini sudah 66 tahun, apakah ada keinginan kembali ke daerah asal?
Maulah. Tapi, saya bisa bikin apa, ya. Di sini kan banyak teman, banyak yang bisa diperbuat.

Kabarnya, –bila Tuhan memanggil– Anda ingin dimakamkan di Riau, daerah asal Anda?
Saya ingin dimakamkan di Riau Kepulauan, tempat saya besar.

Kenapa bukan Riau Daratan, tempat kelahiran Anda?
Di sana (Riau Kepulauan) ada makam orangtua saya.

Anda tidak ingin pensiun sebagai penyair?
Sejak memutuskan jadi penyair, orang sudah pensiun.

Anda kok masih merokok. Tidak ada masalah dengan kesehatan?
Adalah (Ia terdiam sejenak).

Membebaskan Kata dari Makna

Predikat maestro perpuisian Indonesia tampaknya telah pantas disematkan padanya. Membandingkan dengan Chairil Anwar, Sapardi Djoko Damono menempatkan Sutardji Calzoum Bachri sebagai ‘mata kiri’ dan Chairil Anwar sebagai ‘mata kanan’ kesusastraan Indonesia. Namun, dalam dialog sastra di Kafe Penus, kompleks Taman Ismail Marzuki (TIM), beberapa waktu lalu, kritikus sastra Maman S Mahayana menilai Sutardji lebih besar dibandingkan dengan Chairil Anwar.

Sutardji mengawali karier kepenyairannya di Bandung. Ketika itu ia masih tercatat sebagai mahasiswa FISIP Universitas Padjadjaran, pertengahan 1960-an. Bersama mahasiswa lain, ia aktif sebagai redaktur di Indonesia Express dan Duta Masyarakat, koran yang masa itu dikenal sering membuat tulisan-tulisan kreatif dan kritis menentang pemerintah.

Sajak-sajaknya juga banyak dimuat di Majalah Horison dan Harian Sinar Harapan Jakarta. Karya-karyanya sempat mengejutkan dunia sastra Indonesia di era tahun 1970-an karena ia menyodorkan puisi-puisi yang lain, berbeda dengan karya-karya sejenis masa itu. Bila penyair lain mengungkapkan kata-kata dalam karya, Sutardji oleh banyak kalangan dianggap membebaskan kata dari makna. Bait-bait puisinya bak mantera. Belakangan ini ia kemujdian dikenal sebagai penyair mantera. Itu tecermin dalam antalogi O, Amuk, dan Kapak yang diterbitkan Pustaka Sinar Harapan, 1981.

Tidak heran bila pada 1975, Harry Aveling menerjemahkan dan menerbitkan sajak-sajaknya dalam kumpulan berjudul Arjuna ini Meditation. Judul kumpulan puisi terjemahan Harry, boleh jadi, tidak keliru. Pada seminar internasional yang diselenggarakan dalam Pekan Presiden Penyair, Juli lalu, karya-karya Sutardji dibedah dan dikaji oleh sejumlah sastrawan, dalam dan luar negeri. Sebutlah misalnya, Prof Dr Koh Young-Hun (Korea), Dr Maria Emelia Irmler (Portugal), Dr Muhammad Zafar Iqbal (Iran), Dr Harry Aveling (Australia), Dr Haji Hasyim bin Haji Abdul Hamid (Brunei), Suratman Markasan (Singapura), Dr Asmiaty Amat dan Dr Dato Kemala (Malaysia), serta Prof Dr Suminto A Sayuti (UNY) dan Dr Abdul Hadi WM (UI).

Salah satu kesimpulan dalam seminar itu menempatkan sajak-sajak berestetika mantera Sutardji umumnya sangat religius dan bahkan sangat sufistik.

Abdul Hadi WM bahkan menganggap nilai-nilai religiusitas sajak-sajak penyair ini sangat penting untuk diaktualisasikan guna mengimbangi kecenderungan budaya yang sangat sekuler dewasa ini.

Jejak langkah kepenyairan lelaki yang menikahi Mariam Linda, tepat di Hari Pahlawan 10 November 1982 ini, tak sebatas di dalam negeri yang ditandai dengan raihan berbagai penghargaan. Misalnya, hadiah Sastra Dewan Kesenian Jakarta (1997-1998) dan Anugerah Sastra Chairil Anwar Dewan Kesenian Jakarta (1998).

Kiprah penyair ini juga bergema di luar negeri. Ia adalah peraih South East Asia Writer Awards di Bangkok, Thailand (1979); pernah memperoleh kesempatan membacakan puisi-puisinya di Festival Penyair Internasional di Rotterdam, Belanda; mengikuti International Writing Program di Iowa, Amerika, 1975, dan menerima Anugerah Sastra Mastera (Majelis Sastra Asia Tenggara), Bandar Seri Begawan, Brunei Darussalam, 2006.

Maka, tak salah bila Maman S Mahayana menyebutkan, ”Sutardji dapat dianggap sebagai salah satu tonggak terpenting perjalanan sejarah sastra Indonesia,” ujar Maman. Dia memang maestro.

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Alexander A. Anzieb A. Aziz Masyhuri A. Dahana A. Khoirul Anam A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.C. Andre Tanama A.J. Susmana A.S. Laksana A’an Jindan AS Abd. Mun’im Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kirno Tanda Abdul Lathif Abdul Malik Abdul Rauf Singkil Abdul Walid Abdurrahman Wachid Abdurrahman Wahid Abid Rohmanu Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adek Alwi Adhi Pandoyo Adhitia Armitrianto Adhy Rical Adi Faridh Adian Husaini Adin Aditya Ardi N Adreas Anggit W. Adrizas Adu Pesona Sang Wakil Presiden RI AF. Tuasikal Afri Meldam Afrizal Malna AG. Alif Agama Agama Para Bajingan Agit Yogi Subandi Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Rakasiwi Agus Sulton Agus Wibowo Agus Wirawan Aguslia Hidayah AH J Khuzaini Ah. Atok Illah Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Anshori Ahmad Damanik Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Gaus Ahmad Hasan MS Ahmad Jauhari Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Naufel Ahmad S. Zahari Ahmad Syafii Maarif Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ainul Fiah Akbar Ananda Speedgo Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhmad Siddiq Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Akmal Nasery Basral Aksin Wijaya Al-Fairish Al-Ma'ruf I Al-Ma'ruf II Alang Khoiruddin Albert Camus Ali Mahmudi Ch Alia Swastika Alvi Puspita Alvin Amien Wangsitalaja Aminah Aming Aminoedhin Ana Mustamin Anam Rahus Anas AG Andhi Setyo Wibowo Andi Gunawan Andry Deblenk Angela Anggie Melianna Anindita S. Thayf Anis Ceha Anitya Wahdini Anjrah Lelono Broto Antologi Sastra Lamongan Anugerah Ronggowarsito Anwar Nuris Aprillia Ika Arida Fadrus Aridus Arie MP Tamba Arie Yani Arief Junianto Ariel Heryanto Ariera Arif Bagus Prasetyo Aris Kurniawan Armawati Arswendo Atmowiloto Art Sabukjanur Arti Bumi Intaran Arwan Aryo Wisanggeni Aryo Wisanggeni Gentong AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Ashadi Ik Asrama Mahasiswa Aceh Sabena Asro Kamal Rokan Astrid Reza Asvi Warman Adam Atafras Atok Witono Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Azwar Nazir Baca Puisi Badrus Siroj Bahrul Ulum A. Malik Balada Bambang kempling Bambang Riyanto Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bastian Zulyeno Beni Setia Benni Setiawan Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Koran Berita Utama Bernando J. Sujibto Bernarda Rurit Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Biografi Bre Redana Brunel University Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Jay Utomo Budi P. Hatees Budi Palopo Budi Setyarso Budi Sp. Indrajati Budiman S. Hartoyo Budiman Sudjatmiko Buku Kritik Sastra Buldanul Khuri Candrakirana Cangaan Ujungpangkah Gresik Jawa Timur Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cawapres Jokowi Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chavchay Syaifullah Choirul Rikzqa Christian Heru Cahyo Saputro Cover Buku D. Dudu AR D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dadang Widjanarko Damiri Mahmud Dani Fuadhillah Daniel Paranamesa Darju Prasetya Dati Wahyuni Dawet Jabung Ponorogo Dedykalee Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Desa Glogok Karanggeneng Lamongan Deshinta Arofah Dewi Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan Dewi Anggraeni Dian Sukarno Diana A.V. Sasa Didik Kusbiantoro Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diskusi buku Djadjat Sudradjat Djasepudin Djoko Pitono Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Djulianto Susantio Dody Kristianto Dody Yan Masfa Dorothea Rosa Herliany Dr Andi Irawan Dr Siti Muti’ah Setiawati Dr. Hilma Rosyida Ahmad Drs H Choirul Anam Drs. Solihin Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwidjo Maksum Dyah Ayu Fitriana Eddi Koben Edeng Syamsul Ma’arif Edy Apriyanto Sudiyono Edy Firmansyah Edy Susanto Efri Ritonga EH Ismail Eidi Krina Jason Sembiring Eka Budianta Eko Hartono Eko Hendrawan Sofyan Eko Hendri Saiful El Sahra Mahendra Elita Sitorini Elly Trisnawati Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Em. Syuhada' Emha Ainun Nadjib Encep Abdullah Eni Sulistiyawati Eny Rose Esai Ester Lince Napitupulu Etik Widya Evan Ys F Rahardi Fahrudin Nasrulloh Fahrur Rozi Fajar Alayubi Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fathan Mubarak Fathul Qodir Fathul Qorib Felix K. Nesi Festival Gugur Gunung Festival Seni Surabaya 2011 Festival Teater Religi Pelajar SLTA Se-kabupaten Lamongan Fikri. MS Fiqih Arfani Firman Daeva Forum Lingkar Pena Lamongan Forum Penulis dan Penggiat Literasi Lamongan (FP2L) Forum Santri Nasional Forum Santri Nasional (FSN) Free Hearty Galuh Tulus Utama Gandis Uka Ganug Nugroho Adi Gedung Sabudga UNISDA Lamongan Gendut Riyanto Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gesit Ariyanto Gita Pratama Glenn Fredly Goenawan Mohamad Golput Gombloh Gombloh (1948 – 1988) Grathia Pitaloka Gugun el-Guyanie Gunoto Saparie Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Dur H.B. Jassin Hadi Napster Hafis Azhari Halim HD Halimi Zuhdy Hamid Dabashi Han Gagas Hardi Hamzah Hari Prasetyo Haris Del Hakim Haris Saputra Hary B Kori’un Hasan Basri Marwah Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasyim Asy’ari Hendro Situmorang Henri Nurcahyo Henry H Loupias Hera Khaerani Heri CS Heri Kris Heri Latief Heri Listianto Herman RN Hernadi Tanzil Herry Lamongan Heru Kuntoyo Heru Kurniawan Hikmat Darmawan Holy Adib Hudan Hidayat Hujuala Rika Ayu Humaidi Humam S Chudori I Made Asdhiana I Nyoman Suaka I. B. Putera Manuaba IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ichwan Prasetyo Ida Fitri Ignas Kleden Ilham Safutra Ilham Wancoko Imam Munadjat Imam Nawawi Imam Zanatul Huaeri Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Iman Herdiana Imron Arlado Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indigo Art Space Madiun Indra Tjahyadi Indrian Koto Ingki Rinaldi Iqmal Tahir Is Faridatul Arifah Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Zulkarnain Isra’ Mi’raj Iswadi Pratama Iswara N Raditya Iva Titin Shovia Iwan Awaluddin Yusuf Iwan Gunadi J. Sumardianta Jamrin Abubakar Jansen Sinamo Janu Jolang Janual Aidi Javed Paul Syatha Jayaning S.A Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jemie Simatupang Jenny Ang Jiero Cafe Jihan Fauziah JJ. Kusni Jl Simo Jo Batara Surya Jodhi Yudono Joko Budhiarto Joko Sadewo Joko Sandur Joko Widodo Jones Gultom Joni Ariadinata Joresan Mlarak Ponorogo Joseph E. Stiglitz Jual Buku Paket Hemat Junus Satrio Jurnalisme Sastra K. Hirzuddin Hasbullah K.H. Anwar Manshur K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma’ruf Amin K.H. Masrikhan Asy'ari K.H. Mudzakir Ma'ruf Kadjie MM Kajian Kitab Nashoihul 'Ibad Kang Daniel Karanggeneng Kartika Foundation Kasanwikrama Kasnadi Katrin Bandel Kedai Kopi Sastra Kekal Hamdani Kemah Budaya Panturan (KBP) Kesenian KH. M. Najib Muhammad KH. Ma'ruf Amin Khairul Mufid Jr Khawas Auskarni Khoirul Anwar Khoirul Inayah Khoirul Naim Khoirul Rosyadi Ki Ompong Sudarsono Kitab Arbain Nawawi Kitab Puisi Suluk Berahi karya Gampang Prawoto Ko Hyeong Ryeol Koh Young Hun Koko Sudarsono Komaruddin Hidayat Kompas TV Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sastra Teater Lamongan (KOSTELA) Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Kopi Bubuk Mbok Djum Kopuisi Korban Gempa di Lombok Kospela KPRI IKMAL Lamongan Kris Razianto Mada Kritik Sastra Kurnia Sari Aziza Kurniawan Kusni Kasdut Kuswaidi Syafi’ie Kuswinarto Lagu Laili Rahmawati Laksmi Sitoresmi Lamongan Lan Fang Larung Sastra Lathifa Akmaliyah Latif Fianto Leila S. Chudori Leo Tolstoy Lina Kelana Listiyono Santoso Liya Izzatul Iffah Liza Wahyuninto Lucky Aditya Ramadhan Ludruk Jawa Timur Lukisan Lukman Alm Lukman Santoso Az Luqman Almishr Lustantini Septiningsih Lutfi S. Mendut Lynglieastrid Isabellita M Ismail M Zainuddin M. Afif Hasbullah M. Faizi M. Iqbal Dawami M. Irfan Hidayatullah M. Latief M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Lutfi M. Mushthafa M. Riza Fahlevi M. Yoesoef M.D. Atmaja M’Shoe Madrasah Ibtida’iyah Thoriqotul Hidayah 1 Maghfur Munif Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahmud Syaltut Usfa Mahwi Air Tawar Majelis Ulama Indonesia Makalah Tinjauan Ilmiah Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Mantan Pastur Hafidz Al-Qur'an Maqhia Nisima Mardi Luhung Margita Widiyatmaka Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Marjohan Marsel Robot Martin Aleida Martin Hatch Marwan Ja'far Marwita Oktaviana Marzuki Mustamar Mashuri Masjid Tegalsari di Pesantren Gerbang Tinatar Masuki M. Astro Matroni el-Moezany Matroni Muserang Max Arifin Maya Handhini Mbah Kalbakal Medco Media Jawa Timur Medri Osno Mega Vristian Mei Anjar Wintolo Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Memoar Purnama di Kampung Halaman Menggalang Dana Amal Mentari Meida Mh Zaelani Tammaka Michael Gunadi Widjaja Mien Uno (Ibunda Sandiaga Uno) Misbahul Huda Misbahus Surur Moch. Faisol Mochammad A. Tomtom Moh Samsul Arifin Moh. Ghufron Cholid Mohamad Ali Hisyam Mohammad Afifi Mohammad Rafi Azzamy Mts Putra-Putri Simo-Sungelebak Muh Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ghannoe Muhammad Ghufron Muhammad Hidayat Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad N. Hassan Muhammad Rain Muhammad Taufik Muhammad Yasir Muhammad Zia Ulhaq Muhammadun A.S. Muhibin AM Muhidin M Dahlan Mujtahid Mujtahidin Billah Mukafi Niam Mukhsin Amar Mukti Sutarman Espe Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Mun'im Sirry Muntamah Cendani Museum Bikon Blewut Ledalero Musfarayani Musfi Efrizal Musyayana Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Nabi Adam Nanang Fahrudin Nandang Darana Naskah Monolog Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Ni Luh Made Pertiwi F Nindya Herdianti Ninin Nurzalina Wati Nitis Sahpeni Nono Anwar Makarim Noor H. Dee Noorsam Noval Jubbek Novel Pekik Novianti Setuningsih Nu’man ‘Zeus’ Anggara Nur Hamzah Nur Haryanto Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nuruddin Al Indunissy Nurul Aini Nurul Anam Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nuswantoro Nyimas Nyoman Tingkat Obrolan Oktamandjaya Wiguna Oky Sanjaya Opini Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Oyos Saroso H.N. Padepokan Lemah Putih Surakarta Pagelaran Musim Tandur Pameran Seni Rupa Panda MT Siallagan Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Pekan Literasi Lamongan Pelukis Dahlan Kong Pelukis Jumartono Pelukis Saron Pelukis Senior Tarmuzie Pendidikan Penerbit SastraSewu Penerbitan dan Toko Buku PUstaka puJAngga Lamongan Pengajian Pengetahuan Perang Peringatan Hari Pahlawan 10 November Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW Pesantren An Nawawi Tanara (Penata) Pesantren Kampung Inggris Peserta TEMU SASTRA JAWA TIMUR 2011 Petrik Matanasi Pilang Tejoasri Laren Lamongan Pilang Tejoasri Laren Lamongan Jawa Timur Pilkada Piramid Giza Politik Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang Pradana Boy ZTF Pradaningrum Mijarto Pramoedya Ananta Toer Prih Prawesti Febriani Pringadi AS Prof Dr Achmad Zahro Prof Dr Aminuddin Kasdi Profil MA Matholi'ul Anwar Prosa Puisi Puisi Menolak Korupsi Puisi Menolak Korupsi (PMK) Puji Hartanto Puji Santosa Puput Amiranti N Purwanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Puspita Rose Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putri Utami Putu Satria Kusuma Putu Setia Putu Wijaya R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R.Ng. Ronggowarsito Rabdul Rohim Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahmat Sazaly Rahmat Sularso Nh Raihul Fadjri Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Rambuana Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Redland Movie Rengga AP Reni Lismawati Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Riadi Ngasiran Rian Sindu Ribut Wijoto Rieke Diah Pitaloka Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Rizka Halida Rizky Putri Pratimi Robin Al Kautsar Rocky Gerung Rodli TL Rofiqi Hasan Rohmad Hadiwijoyo Rohmah Maulidia Rohman Abdullah Rojiful Mamduh Rosdiansyah Rosi Rosidi Roso Titi Sarkoro Rumah Budaya Pantura (RBP) Rumah Budaya Pantura Lamongan Rumah Literasi Rx King Motor S Yoga S. Jai S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabrank Suparno Saiful Amin Ghofur Saifur Rohman Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sandiaga Uno Sanggar Pasir Sanggar Pasir Art and Culture Santi Puji Rahayu Sapardi Djoko Damono Sardono W Kusumo Sartika Sari Sarworo Sp Sastra Facebook Satmoko Budi Santoso Satrio Lintang Satyagraha Hoerip Saut Situmorang Savidapius Sayuri Yosiana Sayyid Fahmi Alathas Sejarah Sekolah Literasi Gratis SelaSAstra Boenga Ketjil SelaSAstra Boenga Ketjil #23 SelaSAstra Boenga Ketjil #24 Seni Ambeng Ponorogo Senirupa Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Shofiyatuz Zahroh Shohebul Umam JR Sholihul Huda Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Silfia Hanani Sindu Putra Sita Planasari Aquadini Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Hadi Purnomo Soediro Satoto Soegiharto Soeprijadi Tomodihardjo Soetanto Soepiadhy Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sony Wibisono Sosiawan Leak Sreismitha Wungkul Sri Igustin Sri Mulyani Sri Wintala Achmad Sriyanto Danoesiswoyo Stefanus P. Elu Stevani Elisabeth STKIP PGRI Ponorogo Student Center Kampus ISI Yogyakarta Subagio Sastrowardoyo Suci Ayu Latifah Sudarmoko Sugeng Ariyadi Sukitman Sumenep Sumiati Anastasia Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungelebak Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Suripto SH Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suwardi Endraswara Suyadi San Syafrizal Sahrun Syaifuddin Gani Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Syamsul Arifin Syamsul Rizal Syi'ir Syifa Amori Syifa Aulia T.A. Sakti Tajuddin Noor Ganie Tamrin Bey dan Robin Al Kautsar TanahmeraH ArtSpace Tarpin A. Nasri Taufik Rachman Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Teater Air Teater Bias Teater Biru Teater Cepak Teater Dua Teater Kanjeng Teater Lingkar Merah Putih Teater Mikro Teater nDrinDinG Teater Nusa Teater Padi Teater Roda UNISDA Lamongan Teater Sakalintang Teater Tali Mama Teater Taman Teater Tawon Teater Tewol Teguh LR Temu Karya Teater Jawa Timur XXI Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Teori Darwin Teori Fisika Hawking Tgk Abdullah Lam U Tharie Rietha The Ibrahim Hosen Institute Theresia Purbandini Thomas Koten Tien Rostini Timur Arif Riyadi Tjahjono Widarmanto Tjut Zakiyah Anshari Toeti Adhitama Tosa Poetra Tri Andhi S Triyanto triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S Tutut Herlina Ucu Agustin Udo Z. Karzi Ulil Abshar-Abdalla Umar Fauzi Uniawati Unieq Awien Universitas Jember Usman Arrumy Ustadz Bangun Samudra Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Vassilisa Agata Veven Sp. Wardhana Viddy AD Daery Video Vino Warsono Virdika Rizky Utama Vita Devi Ajeng Pratiwi W. Haryanto W.S. Rendra Wakos R. Gautama Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Suryandoko William Shakespeare Wisnu Kisawa Wiwik Widiyati Wong Wing King Wuri Kartiasih Y. Wibowo Yayasan Thoriqotul Hidayah 1 Yayat R. Cipasang Yesi Devisa Yesi Devisa Putri Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yonathan Rahardjo Yudhi Herwibowo Yudi Latif Yulianto Yuliawati Yunanto Sutyastomo Yunus Supriyanto Yurnaldi Yushifull Ilmy Yusri Fajar Yusuf AN Yusuf Suharto Yusuf Wibisono Yuval Noah Harari Yuyuk Sugarman Z. Mustopa Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zarra Martsella Zawawi Se Zed Abidien Zehan Zareez Zen Hae Zii Zuhdi Swt