Sabtu, 20 Desember 2008

Fadjroel Rachman, Calon Independen adalah Praktik Demokrasi Modern

Joko Sadewo
http://republika.co.id

Wacana mengenai calon presiden independen terus mengemuka. Salah satunya dilontarkan dengan lantang oleh Fadjroel Rachman yang dikenal sebagai salah satu pelaku penting dalam aktivitas prodemokrasi. Untuk mencapai cita-citanya itu, Fadjroel yang dikenal sebagai presenter di berbagai program dialog di televisi ini telah mengalami berbagai hal, bahkan dituding sebagai penghancur demokrasi. Berikut ini wawancara wartawan Republika, Joko Sadewo, dengan Fadjroel Rachman:


Apa yang mendorong Anda ikut mencalonkan diri sebagai capres independen?
Ada beberapa hal yang mendorong saya maju. Pertama, ingin membongkar sistem pengisian di lembaga eksekutif dan legislatif, supaya bisa diikuti dari jalur parpol dan independen.

Saya dan teman-teman di daerah sudah berupaya agar eksekutif di daerah, seperti gubernur dan walikota, bupati, bisa ditembus melalui independen. Sekarang saya ingin supaya di tingkat nasional juga bisa ditembus melalu jalur independen juga.

Bukan itu saja, bagaimana nanti agar di tingkat DPR, DPRD I, DPRD II, bisa diisi perseorangan. Kalau sekarang baru DPD yang melalui jalur independen. Saya harus ikut mencalonkan agar ada legal standing, bahwa ada yang ingin maju jadi presiden tapi tidak bisa, karena undang-undang tentang ketentuan capres hanya bisa diusung parpol.

Alasan kedua, saya sebagai aktivis prodemokrasi, yang berjuang sejak tahun 80-an, pernah ditahan tiga tahun termasuk dibuang ke Nusa Kambangan, merasa bahwa agenda reformasi gagal. Kegagalan ini karena para aktivis prodemokrasi tidak mengatur, mengarahkan ke mana demokrasi berjalan. Praktis dua agende gerakan reformasi yaitu korupsi Soeharto dan kejahatan HAM tidak ditangani hingga 10 tahun terakhir. Padahal, dua hal ini yang membakar gerakan reformasi.

Dua kejahatan itu tidak tertangani karena mereka yang menjadi pimpinan nasional ada hubungan historis maupun hutang politik dan ekonomi dengan Orde Baru. Sepuluh tahun sudah cukup, saatnya kaum kekuatan prodemokrasi mengambil alih kekuasaan politik.
Ketiga, muncul kesadaran bahwa sepuluh tahun terakhir, gerakan prodemokrasi terutama yang berakar dari gerakan mahasiswa hanya bisa menumbang kekuasaan Orde Baru, tapi belum pernah mengambil alih kekuasaan politik.

Apakah langkah Anda justru tidak mendegradasi parpol, yang sebenarnya elemen penting demokrasi?

Demokrasi tertua adalah Amerika Serikat, yaitu sejak 200 tahun lalu. Sejak hari pertama mereka merdeka, calon independen sudah boleh ada. Negara yang menjalankan sistem demokrasi umumnya mengizinkan independen untuk masuk.

Contoh yang paling dekat dengan kita adalah Malaysia. Sekarang di Malaysia ada dua dari calon independen yang masuk DPR-nya. Begitu pula di Korea Selatan, yang eksekutif maupun legislatifnya boleh dimasuki melalui jalur independen maupun parpol.
Sebenarnya keikutsertaan calon independen merupakan praktik demokrasi modern. Sekalipun parpol sebagai wahana penguatan demokrasi, tapi warga negara sebagai pemegang kedaulatan utama, tidak dicabut haknya. Negara boleh runtuh, parpol boleh hilang, apakah warga negara boleh hilang? Kan tidak. Kalau warga negara tidak maka tidak ada semuanya. Kalau partai tidak ada warga negara tidak ada.

Jadi ruang independen tidak mendegradasi?

Sama sekali tidak. Bahkan Indonesia, pada 1955, sudah mengakui lembaga legislatif boleh dimasuki individu. Contohnya, Pak M Hasan yang mewakili Sumatra berasal dari independen.

Sekarang kita set back karena Orde Baru yang merusaknya. Orde Baru yang mengharuskan saluran hanya dari parpol. Bahkan, parpol pun hanya melalui tiga parpol. Demokrasi modern tidak seperti ini.

Apa sih manfaat independen, sehingga individu harus diberi ruang besar?

Dalam kondisi sepuluh tahun terakhir, sebenarnya independen punya program jangka pendek, yaitu sebagai 'pemadam kebakaran' untuk memperbaiki parpol kualitas seleksi. Bagaimana parpol dalam seleksi orang bisa lebih fair, tidak money politic, dan sebagainya. Mereka agar bisa memperbaiki diri.

Pada pilpres di Amerika Serikat, ada 12 calon independen. Tapi, yang menonjol tetap calon dari parpol, yaitu Obama dan Mc Cann. Ini karena Partai Demokrat dan Republik memiliki sarana untuk konvensi internal. Sementara di Indonesia parpol tidak mau konvensi. Mereka menganggap pemilu hanya pemilihan, bukan seleksi.

Dalam dua periode ke depan, yaitu 2014 dan 2019, calon indepeden itu dalam konteks menjadi pesaing dari parpol, agar memperbaiki seleksi kualitas dan menurunkan money politik. Hasil kajian kita selama enam bulan di Aceh dan seluruh Indonesia, walaupun calon independen kalah, tapi ini mendorong parpol mencari calon kepala daerah yang berkualias. dan menurunkan money politik.

Sejauh mana peluang Mahkamah Konstitusi (MK) akan mengabulkan judicial review (JR)?
Menang di JR atas pilkada independen sebenarnya merupakan basis pertama untuk kemenangan capres independen. Tinggal selangkah lagi.

Penentangan terhadap capres independen justru kurang dibanding ketika pilkada independen. Waktu Pilkada independen, saya benar-benar merasa dimusuhi parpol. Bahkan dituduh sebagai gerakan intelektual menghancurkan demokrasi.

Disebutkan kalau gerakan pertama menghancurkan demokrasi adalah Soekarno, yang membubarkan parpol. Lalu, Soeharto. Dan, gerakan independen dianggap yang ketiga sebagai upaya menghancurkan demokrasi. Saya sampai dituduh seperti itu.

Tapi anehnya JR kami dimenangkan MK. Alasannya di Aceh sudah diberlakukan calon independen melalui UU 11/2006. Walaupun sebenarnya itu sangat riskan, karena sebenarnya ketentuan di Aceh itu hanya satu periode, sebelum terbentuknya parpol lokal. Setelah terbentuk parpol lokal calon independen di Aceh tidak berlaku lagi. Itu yang dipakai MK sebagai alasan tidak boleh ada diskriminasi politik.

Putusan MK ini membuat mereka (parpol) berang, sehingga menghalangi dikeluarkannya Perppu (peraturan pemerintah pengganti undang-undang), supaya calon independen bisa langsung diterapkan. Waktu itu parpol mengatakan kalau ada perppu langsung kami buang ke tong sampah. Barulah kemudian dilakukan revisi terbatas yang berjalan hampir setahun. Sehingga calon independen yang pertama kali berlaga baru pada 5 Agustus 2008 di Kotamadya Bandung.

Bahkan, di daerah suara parpol yang menentang capres independen hampir tidak ada. Suara parpol itu senyap sekali. Hanya mengatakan kalau pasal 6A UUD 1945 hanya mengizinkan calon independen diusung parpol atau gabungan parpol. Tidak ada lagi pernyatan calon independen akan menghancurkan parpol.

Apa penyebab penentangan dari parpol menurun?

Saya merasa yakin kalau mereka terlalu yakin bahwa pasal 6A ini merupakan tembok Cina yang akan menghalangi calon independen. Tapi, saya yakin akan ada kejutan untuk masalah ini.

Mungkin mereka juga melihat kalau Pilkada independen ternyata tidak mengganggu parpol. Toh, mereka tetap bisa menang. Calon independen itu baru menang di tiga daerah.

Sebenarnya independen itu tidak perlu menang. Hal terpenting bagaimana calon independen bisa mendorong parpol mencari calon yang berkualitas dan tidak menjual Pilkada.

Jadi dengan opitimistis menang di MK?

Ada perbedaan MK dulu dan sekarang. MK yang sekarang lebih melihat pada substansi masalah walaupun risikonya MK dianggap melanggar undang-undang. Seperti Jatim yang dianggap salah karena dianggap melewati wewenang MK.

Ini yang menjadi menarik, karena kalau dilihat dari sisi formalitas, pasal 6A ini seperti tembok Cina, tapi secara substansi tidak ada masalah, karena ini merupakan praktik demokrasi modern. Mahfudz (Ketua MK) berhasil menunjukkan dirinya bahwa MK merupakan penafsir konstitusi yang hidup. Bukan penafsir konstitusi mati. Konstitusi hidup karena mengikuti perkembangan sosial, politik dalam masyarakat. Dengan begitu saya optimistis bisa menang dan bisa berlaga di 2009.

Kalau sudah lolos MK, apa hambatan lain calon independen?

Setelah lolos MK memang masih ada tahapan lain yang harus diperjuangkan, yaitu bagaimana dibuat regulasinya. Ini membutuhkan Perppu dari presiden untuk dua pasal, yaitu syarat dan waktu. Untuk syarat apakah satu persen terhadap pemilih atau tiga persen terhadap populasi. Jadi dalam hal syarat ini pun akan ada pertarungan lagi.

Perppu ini dibutuhkan karena jika regulasinya dalam bentuk revisi undang-undang, berdasar pengalaman calon independen di pilkda, penyelesaiannya hampir setahun. Jangan-jangan presiden juga berkepentingan untuk menghantam lawan politiknya. Cuma untungnya kalau ada putusan MK, ada bantuan dari putusan MK sebelumnya, yaitu ketika ada empat partai yang harus ikut pemilu dalam pileg, ternyata kemudian mereka menerimanya.

Dengan begitu kalau calon independen lolos di MK tapi tidak bisa ikut maka pilpres cacat. Dengan begitu perppu harus dikeluarkan. Kalau untuk parpol saya melihat mereka tidak akan menghalangi calon independen.

Bagaimana pandangan Anda atas capres yang ada sekarang?

Untuk generasi kaum tua atau sunset generation, seperti SBY, Jusuf Kalla, Megawati, Sultan Hamengku Buwono X, Gus Dur, Sutiyoso, Wiranto, Prabowo, mereka banyak terkait dengan masa lampau. Dengan begitu mereka tidak akan bisa menyelesaikan agenda reformasi.

Bagaimana membongkar penculikan aktivis kalau yang terpilih adalah Prabowo. Bagaimana menyelesaikan kasus HAM kalau yang terpilih adalah Wiranto. Bagaimana membongkar korupsi Soeharto kalau masih ada Jusuf Kalla.

Dengan begitu kalau ukurannya adalah penyelesaian agenda reformasi maka mereka sudah lewat. Mereka tidak akan bisa menyelesaikannya.

Dalam pemahaman nasionalisasi, berat juga kalau berhadapan dengan kaum tua ini, karena mereka sediit banyak terkait dengan persoalan privatisasi. Megawati maupun SBY. Padahal penting untuk menyelesaikan masalah ini untuk mengatasi krisis global.
Solusi mengatasi krisis ini adalah melepaskan ketergantungan terhadap luar negeri. Ini harus dilakukan dengan menumbuhkan pasar di dalam negeri, tapi uang tidak ada, sehingga harus ada nasionalisasi.

Kalau kita lihat sekarang sudah ada perubahan generasi dalam kepemimpinan bangsa. Rusia ada Medvedev, Amerika ada Obama. Jadi sudah terjadi perubahan generasi untuk menghadapi masalah baru.

Kami menginginkan generasi pertama pasca Orde Baru ini mundur seperti BJ Habibie. Padahal Habibie sangat berkualitas. Tapi Habibie tidak mau lagi. Ia mengatakan ini bukan zaman saya lagi. Ini zaman angkatan baru. Pidato Habibie ini mirip pidato Algore.

Siapa yang menyangsikan kualitas Habibie. Tapi, ia ikhlas untuk memberi kesempatan kepada generasi baru. Kalau generasi muda bisa mengkonsolidasikan diri dan menang Pilpres 2009, maka ini akan menjadi skenario progresif, di mana kaum muda memenangkan kepemimpinan nasional.

Kalau ternyata gagal lolos MK bagaimana skenarionya?

Kalau itu terjadi maka skenarionya moderat, yaitu presidennya kaum tua, wakil presidennya kaum muda, begitu pula kabinetnya kaum muda. Ini seperti yang ditawarkan Megawati. Tapi, kalau Megawati mengambil Wapres Sultan, ini juga bukan skenario moderat.

Sekarang ini, nyaris parpol tertutup untuk capres muda. Semua parpol mengusung capres tua.

Jika calon independen menang dan Pilpres 2009, bagaimana menjaga kestabilan pemerintah, kalau independen tidak punya orang di parlemen?
Hal yang harus dilakukan adalah bagaimana presiden terpilih berpegang saja pada konstitusi. Tugas presiden sudah sangat jelas, sehingga DPR tidak akan bermasalah. Apa yang akan dipermasalahkan DPR kalau kita berpegang pada konstitusi.
Hal yang juga tidak kalah penting adalah bagaimana membuat APBN yang prokesejahteraan. Bagaimana di Aceh yang dipimpin independen juga tidak meledak. Umumnya mereka mengatakan APBD-nya pro hak dasar, seperti pendidikan, kesehatan, pengangguran, dan sebagainya.

Biodata
Nama: Fadjroel Rachman
Tempat, tanggal lahir: Banjarmasin, 17 January 1964
Pendidikan:
- FMIPA, Jurusan Kimia, ITB
- Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
- Graduate Programme, FEUI (Manajemen FInansial)
Pengalaman Kerja
- Ketua Pedoman Indonesia (1999-sekarang)
- Penulis di berbagai media nasional
- Presenter di berbagai program televisi dan radio
- Financial and Business Development Executive, PT Pedoman Global Komunindo, Communication, Engineering and General Trading, Jakarta (1998-sekarang)
- Financial and Business Development Executive, PT Oktagon Komunikasi, Jakarta (2004-sekarang)
- dan lainnya

Pengalaman Organisasi:
Nasional
- Ketua Gerakan Nasional Calon Independen
- Anggota Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan
- Anggota Lingkar Muda Indonesia
- Kandidat komisioner Truth and Reconciliation Commission (TRC) of Indonesia (2006)
- Ketua Perserikatan Rakyat (2004-sekarang)
- Anggota Forum Demokrasi (1993-sekarang)
- dan lainnya

Internasional
- Konferensi 'The Future of Indonesia Beyond 2014: Emerging Leaders and Their Challenges, Nanyang Technological University, Singapore (Singapore, 3-4 November 2008)
- Partisipan International Conference Dealing with a Burdened Past- transitional Justice and Democratization, 20-21 April 2006, Berlin, Germany, oleh Friedrich Ebert Stiftung (FES).
- Pembicara Building Political Parties "From Below"- A Conference-Dialogue of East-Southeast Asian and Latin American Political Parties and Movements, 17-18 November 2005, Metro Manila, Philippines.
- dan lainnya

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Alexander A. Anzieb A. Aziz Masyhuri A. Dahana A. Khoirul Anam A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.C. Andre Tanama A.J. Susmana A.S. Laksana A’an Jindan AS Abd. Mun’im Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kirno Tanda Abdul Lathif Abdul Malik Abdul Rauf Singkil Abdul Walid Abdurrahman Wachid Abdurrahman Wahid Abid Rohmanu Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adek Alwi Adhi Pandoyo Adhitia Armitrianto Adhy Rical Adi Faridh Adian Husaini Adin Aditya Ardi N Adreas Anggit W. Adrizas Adu Pesona Sang Wakil Presiden RI AF. Tuasikal Afri Meldam Afrizal Malna AG. Alif Agama Agama Para Bajingan Agit Yogi Subandi Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Rakasiwi Agus Sulton Agus Wibowo Agus Wirawan Aguslia Hidayah AH J Khuzaini Ah. Atok Illah Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Anshori Ahmad Damanik Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Gaus Ahmad Hasan MS Ahmad Jauhari Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Naufel Ahmad S. Zahari Ahmad Syafii Maarif Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ainul Fiah Akbar Ananda Speedgo Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhmad Siddiq Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Akmal Nasery Basral Aksin Wijaya Al-Fairish Al-Ma'ruf I Al-Ma'ruf II Alang Khoiruddin Albert Camus Ali Mahmudi Ch Alia Swastika Alvi Puspita Alvin Amien Wangsitalaja Aminah Aming Aminoedhin Ana Mustamin Anam Rahus Anas AG Andhi Setyo Wibowo Andi Gunawan Andry Deblenk Angela Anggie Melianna Anindita S. Thayf Anis Ceha Anitya Wahdini Anjrah Lelono Broto Antologi Sastra Lamongan Anugerah Ronggowarsito Anwar Nuris Aprillia Ika Arida Fadrus Aridus Arie MP Tamba Arie Yani Arief Junianto Ariel Heryanto Ariera Arif Bagus Prasetyo Aris Kurniawan Armawati Arswendo Atmowiloto Art Sabukjanur Arti Bumi Intaran Arwan Aryo Wisanggeni Aryo Wisanggeni Gentong AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Ashadi Ik Asrama Mahasiswa Aceh Sabena Asro Kamal Rokan Astrid Reza Asvi Warman Adam Atafras Atok Witono Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Azwar Nazir Baca Puisi Badrus Siroj Bahrul Ulum A. Malik Balada Bambang kempling Bambang Riyanto Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bastian Zulyeno Beni Setia Benni Setiawan Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Koran Berita Utama Bernando J. Sujibto Bernarda Rurit Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Biografi Bre Redana Brunel University Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Jay Utomo Budi P. Hatees Budi Palopo Budi Setyarso Budi Sp. Indrajati Budiman S. Hartoyo Budiman Sudjatmiko Buku Kritik Sastra Buldanul Khuri Candrakirana Cangaan Ujungpangkah Gresik Jawa Timur Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cawapres Jokowi Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chavchay Syaifullah Choirul Rikzqa Christian Heru Cahyo Saputro Cover Buku D. Dudu AR D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dadang Widjanarko Damiri Mahmud Dani Fuadhillah Daniel Paranamesa Darju Prasetya Dati Wahyuni Dawet Jabung Ponorogo Dedykalee Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Desa Glogok Karanggeneng Lamongan Deshinta Arofah Dewi Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan Dewi Anggraeni Dian Sukarno Diana A.V. Sasa Didik Kusbiantoro Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diskusi buku Djadjat Sudradjat Djasepudin Djoko Pitono Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Djulianto Susantio Dody Kristianto Dody Yan Masfa Dorothea Rosa Herliany Dr Andi Irawan Dr Siti Muti’ah Setiawati Dr. Hilma Rosyida Ahmad Drs H Choirul Anam Drs. Solihin Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwidjo Maksum Dyah Ayu Fitriana Eddi Koben Edeng Syamsul Ma’arif Edy Apriyanto Sudiyono Edy Firmansyah Edy Susanto Efri Ritonga EH Ismail Eidi Krina Jason Sembiring Eka Budianta Eko Hartono Eko Hendrawan Sofyan Eko Hendri Saiful El Sahra Mahendra Elita Sitorini Elly Trisnawati Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Em. Syuhada' Emha Ainun Nadjib Encep Abdullah Eni Sulistiyawati Eny Rose Esai Ester Lince Napitupulu Etik Widya Evan Ys F Rahardi Fahrudin Nasrulloh Fahrur Rozi Fajar Alayubi Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fathan Mubarak Fathul Qodir Fathul Qorib Felix K. Nesi Festival Gugur Gunung Festival Seni Surabaya 2011 Festival Teater Religi Pelajar SLTA Se-kabupaten Lamongan Fikri. MS Fiqih Arfani Firman Daeva Forum Lingkar Pena Lamongan Forum Penulis dan Penggiat Literasi Lamongan (FP2L) Forum Santri Nasional Forum Santri Nasional (FSN) Free Hearty Galuh Tulus Utama Gandis Uka Ganug Nugroho Adi Gedung Sabudga UNISDA Lamongan Gendut Riyanto Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gesit Ariyanto Gita Pratama Glenn Fredly Goenawan Mohamad Golput Gombloh Gombloh (1948 – 1988) Grathia Pitaloka Gugun el-Guyanie Gunoto Saparie Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Dur H.B. Jassin Hadi Napster Hafis Azhari Halim HD Halimi Zuhdy Hamid Dabashi Han Gagas Hardi Hamzah Hari Prasetyo Haris Del Hakim Haris Saputra Hary B Kori’un Hasan Basri Marwah Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasyim Asy’ari Hendro Situmorang Henri Nurcahyo Henry H Loupias Hera Khaerani Heri CS Heri Kris Heri Latief Heri Listianto Herman RN Hernadi Tanzil Herry Lamongan Heru Kuntoyo Heru Kurniawan Hikmat Darmawan Holy Adib Hudan Hidayat Hujuala Rika Ayu Humaidi Humam S Chudori I Made Asdhiana I Nyoman Suaka I. B. Putera Manuaba IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ichwan Prasetyo Ida Fitri Ignas Kleden Ilham Safutra Ilham Wancoko Imam Munadjat Imam Nawawi Imam Zanatul Huaeri Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Iman Herdiana Imron Arlado Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indigo Art Space Madiun Indra Tjahyadi Indrian Koto Ingki Rinaldi Iqmal Tahir Is Faridatul Arifah Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Zulkarnain Isra’ Mi’raj Iswadi Pratama Iswara N Raditya Iva Titin Shovia Iwan Awaluddin Yusuf Iwan Gunadi J. Sumardianta Jamrin Abubakar Jansen Sinamo Janu Jolang Janual Aidi Javed Paul Syatha Jayaning S.A Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jemie Simatupang Jenny Ang Jiero Cafe Jihan Fauziah JJ. Kusni Jl Simo Jo Batara Surya Jodhi Yudono Joko Budhiarto Joko Sadewo Joko Sandur Joko Widodo Jones Gultom Joni Ariadinata Joresan Mlarak Ponorogo Joseph E. Stiglitz Jual Buku Paket Hemat Junus Satrio Jurnalisme Sastra K. Hirzuddin Hasbullah K.H. Anwar Manshur K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma’ruf Amin K.H. Masrikhan Asy'ari K.H. Mudzakir Ma'ruf Kadjie MM Kajian Kitab Nashoihul 'Ibad Kang Daniel Karanggeneng Kartika Foundation Kasanwikrama Kasnadi Katrin Bandel Kedai Kopi Sastra Kekal Hamdani Kemah Budaya Panturan (KBP) Kesenian KH. M. Najib Muhammad KH. Ma'ruf Amin Khairul Mufid Jr Khawas Auskarni Khoirul Anwar Khoirul Inayah Khoirul Naim Khoirul Rosyadi Ki Ompong Sudarsono Kitab Arbain Nawawi Kitab Puisi Suluk Berahi karya Gampang Prawoto Ko Hyeong Ryeol Koh Young Hun Koko Sudarsono Komaruddin Hidayat Kompas TV Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sastra Teater Lamongan (KOSTELA) Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Kopi Bubuk Mbok Djum Kopuisi Korban Gempa di Lombok Kospela KPRI IKMAL Lamongan Kris Razianto Mada Kritik Sastra Kurnia Sari Aziza Kurniawan Kusni Kasdut Kuswaidi Syafi’ie Kuswinarto Lagu Laili Rahmawati Laksmi Sitoresmi Lamongan Lan Fang Larung Sastra Lathifa Akmaliyah Latif Fianto Leila S. Chudori Leo Tolstoy Lina Kelana Listiyono Santoso Liya Izzatul Iffah Liza Wahyuninto Lucky Aditya Ramadhan Ludruk Jawa Timur Lukisan Lukman Alm Lukman Santoso Az Luqman Almishr Lustantini Septiningsih Lutfi S. Mendut Lynglieastrid Isabellita M Ismail M Zainuddin M. Afif Hasbullah M. Faizi M. Iqbal Dawami M. Irfan Hidayatullah M. Latief M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Lutfi M. Mushthafa M. Riza Fahlevi M. Yoesoef M.D. Atmaja M’Shoe Madrasah Ibtida’iyah Thoriqotul Hidayah 1 Maghfur Munif Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahmud Syaltut Usfa Mahwi Air Tawar Majelis Ulama Indonesia Makalah Tinjauan Ilmiah Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Mantan Pastur Hafidz Al-Qur'an Maqhia Nisima Mardi Luhung Margita Widiyatmaka Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Marjohan Marsel Robot Martin Aleida Martin Hatch Marwan Ja'far Marwita Oktaviana Marzuki Mustamar Mashuri Masjid Tegalsari di Pesantren Gerbang Tinatar Masuki M. Astro Matroni el-Moezany Matroni Muserang Max Arifin Maya Handhini Mbah Kalbakal Medco Media Jawa Timur Medri Osno Mega Vristian Mei Anjar Wintolo Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Memoar Purnama di Kampung Halaman Menggalang Dana Amal Mentari Meida Mh Zaelani Tammaka Michael Gunadi Widjaja Mien Uno (Ibunda Sandiaga Uno) Misbahul Huda Misbahus Surur Moch. Faisol Mochammad A. Tomtom Moh Samsul Arifin Moh. Ghufron Cholid Mohamad Ali Hisyam Mohammad Afifi Mohammad Rafi Azzamy Mts Putra-Putri Simo-Sungelebak Muh Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ghannoe Muhammad Ghufron Muhammad Hidayat Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad N. Hassan Muhammad Rain Muhammad Taufik Muhammad Yasir Muhammad Zia Ulhaq Muhammadun A.S. Muhibin AM Muhidin M Dahlan Mujtahid Mujtahidin Billah Mukafi Niam Mukhsin Amar Mukti Sutarman Espe Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Mun'im Sirry Muntamah Cendani Museum Bikon Blewut Ledalero Musfarayani Musfi Efrizal Musyayana Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Nabi Adam Nanang Fahrudin Nandang Darana Naskah Monolog Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Ni Luh Made Pertiwi F Nindya Herdianti Ninin Nurzalina Wati Nitis Sahpeni Nono Anwar Makarim Noor H. Dee Noorsam Noval Jubbek Novel Pekik Novianti Setuningsih Nu’man ‘Zeus’ Anggara Nur Hamzah Nur Haryanto Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nuruddin Al Indunissy Nurul Aini Nurul Anam Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nuswantoro Nyimas Nyoman Tingkat Obrolan Oktamandjaya Wiguna Oky Sanjaya Opini Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Oyos Saroso H.N. Padepokan Lemah Putih Surakarta Pagelaran Musim Tandur Pameran Seni Rupa Panda MT Siallagan Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Pekan Literasi Lamongan Pelukis Dahlan Kong Pelukis Jumartono Pelukis Saron Pelukis Senior Tarmuzie Pendidikan Penerbit SastraSewu Penerbitan dan Toko Buku PUstaka puJAngga Lamongan Pengajian Pengetahuan Perang Peringatan Hari Pahlawan 10 November Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW Pesantren An Nawawi Tanara (Penata) Pesantren Kampung Inggris Peserta TEMU SASTRA JAWA TIMUR 2011 Petrik Matanasi Pilang Tejoasri Laren Lamongan Pilang Tejoasri Laren Lamongan Jawa Timur Pilkada Piramid Giza Politik Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang Pradana Boy ZTF Pradaningrum Mijarto Pramoedya Ananta Toer Prih Prawesti Febriani Pringadi AS Prof Dr Achmad Zahro Prof Dr Aminuddin Kasdi Profil MA Matholi'ul Anwar Prosa Puisi Puisi Menolak Korupsi Puisi Menolak Korupsi (PMK) Puji Hartanto Puji Santosa Puput Amiranti N Purwanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Puspita Rose Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putri Utami Putu Satria Kusuma Putu Setia Putu Wijaya R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R.Ng. Ronggowarsito Rabdul Rohim Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahmat Sazaly Rahmat Sularso Nh Raihul Fadjri Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Rambuana Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Redland Movie Rengga AP Reni Lismawati Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Riadi Ngasiran Rian Sindu Ribut Wijoto Rieke Diah Pitaloka Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Rizka Halida Rizky Putri Pratimi Robin Al Kautsar Rocky Gerung Rodli TL Rofiqi Hasan Rohmad Hadiwijoyo Rohmah Maulidia Rohman Abdullah Rojiful Mamduh Rosdiansyah Rosi Rosidi Roso Titi Sarkoro Rumah Budaya Pantura (RBP) Rumah Budaya Pantura Lamongan Rumah Literasi Rx King Motor S Yoga S. Jai S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabrank Suparno Saiful Amin Ghofur Saifur Rohman Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sandiaga Uno Sanggar Pasir Sanggar Pasir Art and Culture Santi Puji Rahayu Sapardi Djoko Damono Sardono W Kusumo Sartika Sari Sarworo Sp Sastra Facebook Satmoko Budi Santoso Satrio Lintang Satyagraha Hoerip Saut Situmorang Savidapius Sayuri Yosiana Sayyid Fahmi Alathas Sejarah Sekolah Literasi Gratis SelaSAstra Boenga Ketjil SelaSAstra Boenga Ketjil #23 SelaSAstra Boenga Ketjil #24 Seni Ambeng Ponorogo Senirupa Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Shofiyatuz Zahroh Shohebul Umam JR Sholihul Huda Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Silfia Hanani Sindu Putra Sita Planasari Aquadini Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Hadi Purnomo Soediro Satoto Soegiharto Soeprijadi Tomodihardjo Soetanto Soepiadhy Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sony Wibisono Sosiawan Leak Sreismitha Wungkul Sri Igustin Sri Mulyani Sri Wintala Achmad Sriyanto Danoesiswoyo Stefanus P. Elu Stevani Elisabeth STKIP PGRI Ponorogo Student Center Kampus ISI Yogyakarta Subagio Sastrowardoyo Suci Ayu Latifah Sudarmoko Sugeng Ariyadi Sukitman Sumenep Sumiati Anastasia Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungelebak Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Suripto SH Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suwardi Endraswara Suyadi San Syafrizal Sahrun Syaifuddin Gani Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Syamsul Arifin Syamsul Rizal Syi'ir Syifa Amori Syifa Aulia T.A. Sakti Tajuddin Noor Ganie Tamrin Bey dan Robin Al Kautsar TanahmeraH ArtSpace Tarpin A. Nasri Taufik Rachman Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Teater Air Teater Bias Teater Biru Teater Cepak Teater Dua Teater Kanjeng Teater Lingkar Merah Putih Teater Mikro Teater nDrinDinG Teater Nusa Teater Padi Teater Roda UNISDA Lamongan Teater Sakalintang Teater Tali Mama Teater Taman Teater Tawon Teater Tewol Teguh LR Temu Karya Teater Jawa Timur XXI Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Teori Darwin Teori Fisika Hawking Tgk Abdullah Lam U Tharie Rietha The Ibrahim Hosen Institute Theresia Purbandini Thomas Koten Tien Rostini Timur Arif Riyadi Tjahjono Widarmanto Tjut Zakiyah Anshari Toeti Adhitama Tosa Poetra Tri Andhi S Triyanto triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S Tutut Herlina Ucu Agustin Udo Z. Karzi Ulil Abshar-Abdalla Umar Fauzi Uniawati Unieq Awien Universitas Jember Usman Arrumy Ustadz Bangun Samudra Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Vassilisa Agata Veven Sp. Wardhana Viddy AD Daery Video Vino Warsono Virdika Rizky Utama Vita Devi Ajeng Pratiwi W. Haryanto W.S. Rendra Wakos R. Gautama Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Suryandoko William Shakespeare Wisnu Kisawa Wiwik Widiyati Wong Wing King Wuri Kartiasih Y. Wibowo Yayasan Thoriqotul Hidayah 1 Yayat R. Cipasang Yesi Devisa Yesi Devisa Putri Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yonathan Rahardjo Yudhi Herwibowo Yudi Latif Yulianto Yuliawati Yunanto Sutyastomo Yunus Supriyanto Yurnaldi Yushifull Ilmy Yusri Fajar Yusuf AN Yusuf Suharto Yusuf Wibisono Yuval Noah Harari Yuyuk Sugarman Z. Mustopa Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zarra Martsella Zawawi Se Zed Abidien Zehan Zareez Zen Hae Zii Zuhdi Swt