Senin, 04 Agustus 2008

Selingkuh

Deshinta Arofah Dewi

Awal pertemuan yang membuat Cella nggak bisa tidur dan terus berpikir, apakah dirinya telah menemukan kekasih pujaan? Sosok laki-laki yang menghampirinya di depan rumah telah membuatnya mabuk akan cinta. Dia adalah Arga, yang tak lain adalah tetangganya sendiri. Akibat dari sebuah pin baju yang dipinjam Arga dari Cella, akhirnya perasaan cinta itu pun mulai bersemi di antara keduanya.


"Hai, kamu Cella ya?" Arga memulai pembicaraan.
"Iya," jawabnya yang sok jual mahal gitu dech.
"Pin kamu bagus, boleh lihat nggak?" goda Arga sambil melihat pin yang ada di kerudung Cella.
"Nggak ah, entar lo ambil lagi," jawab Cella.

"Please, aku kan hanya ingin melihat doang," rengek Arga seperti anak kecil. Cella pun memberikan pin-nya ke Arga. Eh, Arga langsung kabur meninggalkan Cella dengan membawa pin-nya.
* * *

Setelah beberapa kali mereka bertemu, akhirnya Arga mulai berani untuk bermain ke rumah Cella. Waktu itu sore hari yang masih cukup panas.
"Lho! Arga, kok tumben banget kamu main ke sini?" sambut Cella. "Ayo silakan duduk," tambahnya.

"Kamu semakin hari semakin cantik aja membuat orang gemes saja!" goda Arga sambil mencubit pipi Cella yng tembem itu.
"Aduh, kalau gemes tidak usah pake’ acara mencubit pipi segala dong, sakit tahu!" celoteh Cella.

"Cell, nanti malam kamu ada acara nggak?" tanya Arga serius.
"Memang ada apa kalau aku nggak ada acara?" Cella malah bertanya balik ke Arga.
"Aku ingin mengajak kamu keluar. Cari makan atau yang lain lah," jawab Arga.
"Em, bagaimana ya?" Cella kebingungan.
"Aku mohon Cell, mau ya?" Arga merengek lagi.
"Ya, sudah. Nanti malam aku usahakan," jawab Cella.
"Thank’s banget Cell. Aku bahagia banget hari ini."

Akhirnya, malam pun tiba. Cella kebingungan hendak pergi atau tidak, namun tiba-tiba Arga datang bersama Vanan, salah seorang temannya. Mereka bermaksud untuk menjemput Cella. Cella masih saja bimbang.
"Cell, kita ke rumah Vanan saja kan orang tuanya sedang nggak ada di rumah," ajak Arga.

"Gimana ya Ga, aku…."
Cella belum selesai bicara ketika Arga menyahut, "Katanya tadi kamu bisa. Kita sudah jauh-jauh ke sini untuk menjemput kamu, Cell."
Arga marah. Cella diam.
"Sekarang begini deh, kalau kamu nggak datang dalam waktu sepuluh menit, awas! Aku tunggu di rumah Vanan."

Sifat keras kepala Arga keluar.
Cella merasa takut dan dia pun menemui Arga di rumah Vanan. Dari jauh sudah kelihatan Arga mondar-mandir di depan rumah Vanan. Jantung Cella mulai berdetak saat hendak memasuki halaman rumah Vanan.

"Akhirnya, kamu datang juga. Terimakasih, ya Cell," sambut Arga.
"Nggak papa," jawab Cella jutek.
"Masuk yuk!! nggak enak di luar dilihatin tetangga," Ajak Arga menggandeng tangan Cella dan masuk ke dalam rumah.
"Kamu marah sama aku?" tanya Arga.
"Nggak cuma bete saja. Habis kamu pake marah-marah segala," jawab Cella.
"Sorry ya sayang, itu cuma tak-tik aku saja supaya kamu mau datang ke sini," kata Arga.

Cella merasa jengah dipanggil sayang, apalagi melihat tangan Arga yang memegang kerudung segala. Dan yang paling menyebalkan adalah mencubit pipinya. Akan tetapi, Cella tidak menghiraukannya dan terus saja bicara ngalor ngidul.

Ketika jam dinding menunjukkan pukul setengah sembilan, tingkah Arga sedikit berbeda dari sebelumnya. Dia menatap mata Cella yang sipit akibat mengantuk yang membuat Cella salah tingkah. Mau apa anak ini, pikir Cella dalam hati.

"Cella, aku ingin ngomong sesuatu sama kamu. Tapi kamu jangan marah ya?" kata Arga dengan berbisik yang membuat Cella nervous sampai dia harus menarik nafas dalam-dalam untuk menenangkan diri.
"Kamu mau ngomong apa?" tanya Cella.
"Aku ingin jujur sama kamu kalau aku…Em…gini Cell. Kamu mau nggak jadi cewekku?" kata Arga. "Karena, karena aku sayang banget sama kamu!"

Kelihatan sekali Arga sangat gugup ketika mengutarakan kalimat tersebut. Cella hanya diam tidak tahu harus bicara apa, padahal dalam hatinya dia sebenarnya juga sayang terhadap Arga hanya saja dia tidak bisa mengungkapkannya seperti remaja lain yang romantis-romantis. Cella sendiri bukan tipe cewek yang senang romantis. Dia suka yang biasa dan sedikit norak.

Cella diam dalam waktu yang lama dan rupanya Arga mulai mengartikan diam berarti bukan hanya berpikir. Tiba-tiba Arga bangun dari duduknya dan duduk di bawah Cella seraya memegang tangan Cella yang dingin seperti es. Entah kapan dia mengambil pin-pin itu yang Cella tahu sudah ada beberapa pin lucu-lucu dan imut yang diulurkan padanya.
"Terimakasih sayang, kamu sudah menerima cintaku. Sepertinya malam ini aku nggak bisa tidur karena memikirkan wajahmu yang cantik ini," kata Arga seraya mencubit pipi Cella.
* * *

Mereka melalui hari demi hari dengan perasaan gembira. Dunia ini serasa milik mereka berdua. Tapi lama kelamaan sikap Arga ke Cella sudah mulai berubah, nggak seperti biasanya. Arga nggak perhatian lagi seperti dulu, Cella pun curiga dan mulai mencari tahu apa yang menyebabkan sikap kekasihnya itu berubah. Tanpa disenggaja Cella bertemu dengan salah seorang teman Arga di sebuah wartel, namanya Zidhan.

"Hai Cell, kamu kok nggak ikut anak-anak liburan? Aduh, keceplosan deh," kata Zidhan.
"Ke mana? Kok aku nggak dikasih tau," tanya Cella mulai curiga.
"Em, aku tadi cuma keceplosan," kalimat Zidhan kepotong.
"Sudahlah, Dan. Nggak usah bohong sama aku. Kamu jujur saja deh. Memang, anak-anak liburan ke mana?" tanya Cella.

Idhan masih saja berusaha menyembunyikan, hingga Cella pun membentaknya. Cowok lugu itu ketakutan menyaksikan Cella yang terus seperti emak-emak itu.
"Sebenarnya anak-anak sekarang sudah ada di puncak," jawab Zidhan.
"Puncak?!" tanya Cella kaget. "Terus, anak-anak bawa pasangan semua?’
"Iya, memang!" jawab Zidhan.
"Terus, Arga ikut sama siapa?"
"Setahuku dia sama Chelsea," jawab Zidhan.
"Seharusnya, kalau memang dia nggak bisa mengajak aku kan dia bisa memberitahu aku. Arga memang cowok brengsek!"
* * *

Kedok Arga yang sebenarnya mulai kelihatan, seorang playboy kampungan yang senang mempermainkan cewek. Dia berani selingkuh terang-terangan di depan Cella. Arga dan Chelsea selalu bersama-sama dalam acara apapun. Dan itu sudah merupakan bukti kalau Arga mulai menduakannya.

"Ga, kamu jujur saja sama aku, sebenarnya kamu ada hubungan apa sama Chelsea?" tanya Cella yang tidak dapat menahan diri.
"Aku cuma temenan saja kok, nggak lebih," jawab Arga santai.
"Kamu nggak usah bohong! Kamu pikir mataku buta? Kamu tu selalu berduaan sama dia. Apa aku ini bonekamu yang kamu permainkan saat kamu butuhkan?"

"Aku bisa menjelaskan semua, Cell," jawab Arga mencoba menenangkan Cella.
Arga merayu hingga merengek-rengek kepada Cella.
"Ah, sudah deh. Nggak usah dibahas. Kita lupakan saja masalah ini dan aku harap kamu bisa mengerti perasaanku," kata Cella dengan kata bijaknya itu.
"Ya sudah, sekali lagi maafkan aku, sayang. Kita mulai dari awal lagi ya?" kata Arga senang.
"Okey," jawab Cella.

Arga merasa menang mendapatkan permaafan dari Cella, tetapi permaafan itu tidak memberikan perubahan apa-apa. Semakin hari tingkahnya semakin berani dan Cella pun makin tahu bagaimana Arga sebenarnya. Beberapa sumber berita memberitahu bahwa Arga memang playboy, tapi Cella tak menghiraukannya. Dia menjalani hari-harinya dengan santai walaupun di dalam lubuk hatinya yang paling dalam dia merasa sakit hati.
* * *

Waktu itu Cella pergi ke rumah sepupunya. Di sana Cella dikenalkan oleh sepupunya dengan cowok yang tak lain adalah teman akrab Arga, namanya Tafa. Sejak perkenalan itu, Tafa memberikan perhatian yang berlebihan pada Cella bahkan lebih perhatian dibandingkan dengan Arga sendiri. Sepertinya Tafa menaruh hati pada Cella. Walaupun Cella masih menjalin hubungan dengan Arga, tapi dia nggak menolak pedekate Tafa.
"Cella, aku sayang sama kamu," kata Thafa pada suatu hari. "Gimana, kamu mau nggak jadi pacarku?"

Kemudian kata-kata itu berulang kali keluar dari mulut Tafa setiap kali bertemu Cella. Hingga pada malam hari pada pukul menjelang sembilan tepat ketika Arga menyatakan cintanya ke Cella, Tafa sekali lagi bicara ke Cella, "Gimana Cell, aku sudah terlanjur sayang sama kamu. Kamu terima cintaku kan?"

"Ya, aku terima cintamu," jawab Cella. Dia menerima cowok baru itu sebagai pelampiasan, karena sakit hati dengan kelakuan Arga dan biar Arga tahu kalau dia juga bisa mendapatkan cowok baru.
"Sekarang aku balik bertanya padamu. Mengapa kamu bisa menerima cintaku?" tanya Tafa tanpa diduga oleh Cella..
"Karena aku sayang sama kamu," jawab Cella.
"Benar kamu sayang padaku, bukannya kamu pacar Arga?" tanya Tafa.

Cella bingung mau menjawab apa. Tetapi, dia harus menghilangkan kegugupannya, "Aku sudah nggak ada hubungan apa-apa sama Arga. Kami sudah putus. Jadi, kamu nggak usah khawatir."
* * *

Kabar jadian antara Tafa dan Cella terdengar juga di telinga Arga. Arga marah besar merasa disakiti Cella. Mula-mula dia ke rumah Tafa untuk membuktikan kebenaran berita itu.

"Tafa, kamu sekarang jadian sama Cella, ya?" tanya Arga dengan tatapan penuh selidik.
"Iya," jawab Tafa jutek.
"Kamu tahu kan Cella itu apa aku? Dia itu pacarku? Kamu berani-beraninya merebut dia dari tanganku!"
"Siapa yang merebut dia dari kamu. Cella bilang sendiri padaku kalau dia sudah bubaran sama kamu. Lebih baik kamu pergi dari rumahku," tantang Tafa dengan nada yang lebih tinggi.

Arga pun pergi dari rumah Tafa dan pulang dengan hati tak karuan. Setiba di rumah dia disodori surat yang datang dari Cella. Dalam surat tersebut dengan jelas tertulis kalau Cella ingin putus hubungan. Akan tetapi, Arga tidak terima begitu saja. Dia masih ingin melanjutkan hubungan dengan Cella, karena dia merasa masih sayang terhadap Cella dan dia juga yakin bahwa Cella masih sayang kepadanya.

Sebenarnya, Cella tidak pernah cinta sama Tafa. Dia hanya kasihan pada Tafa yang jatuh cinta padanya setengah mati. Tafa berani melakukan apa saja demi Cella, termasuk harus memutuskan persahabatan dengan Arga. Demi pengorbanan yang besar itu, Cella lebih memilih untuk menjalin hubungan dengan Tafa dan memutuskan hubungannya dengan Arga.
* * *

Sembilan April merupakan hari bahagia untuk Cella. Tanggal itu adalah ulang tahun Cella. Dia sudah membuat janji pertemuan dengan Tafa, namun karena dia ketemu Arga maka dia mengabaikan perjanjiannya dengan Tafa dan pergi bersama Arga ke sebuah tempat.

"Ga, kenapa kamu ngajak aku ke sini?" tanya Cella merasa takut.
"Cell, kamu tahu aku itu sayang sama kamu. Tapi kenapa kamu meninggalkan aku demi Tafa," tanya Arga.
"Semua itu kamu yang mulai," jawab Cella.
"Kok kamu menyalahkanku? Sudah jelas kamu berselingkuh dengan Tafa!?"
"Kalau kamu nggak selingkuh dengan cewek gatel itu terlebih dahulu, aku nggak akan selingkuh sama Tafa. Kamu tahu kalau aku itu sayang ama kamu, tapi kenapa kamu menyakiti hatiku, Ga?"

"Cell, aku nggak ada hubungan apa-apa sama Chelsea. Memang dia pernah naksir aku, tapi aku sudah bilang kalau aku sudah punya pacar."
Cella melihat kesungguhan ucapan Arga, tapi hatinya sudah tidak mau disakiti lagi. "Maafkan aku, Ga, tapi sekarang aku sudah sama Tafa."

"Tidak apa-apa," kata Arga menabahkan diri. "Kalau memang ini balasan atas kekhilafanku memberi kesempatan pada Chelsea untuk mendekatiku, aku akan menerimanya. Sekarang aku hanya ingin memberikan coklat ini untukmu. Selamat ulang tahun. Semoga kamu bahagia bersama Tafa."
"Thank’s," cuma kata itu yang bisa keluar dari bibir Cella.

Cella kemudian menemui Tafa yang bersama teman-temannya sudah menunggu di rumah sepupunya. Setelah acara sederhana di sana, Tafa mengajak Cella pergi ke rumah makan favorit mereka.
"Sayang, makannya dihabiskan dong!" pinta Tafa.
"Nggak ah, kita pulang saja yuk."

Cella sedikit pun tidak merasa bahagia. Dia masih teringat dengan Arga, apabila benar apa yang dikatakannya berarti dia yang salah. Akan tetapi, Tafa sudah berusaha untuk membuktikan cintanya dengan membuat acara sederhana di rumah sepupunya dan mengajaknya makan di rumah makan favorit mereka. Akhirnya, mereka pergi dari rumah makan itu. Tapi Tafa tidak langsung mengantarnya pulang. Dia mengajak Cella ke rumah Farah, salah seorang teman mereka.

"Ya ampun!" Cella tidak tahu harus mengatakan apa atas kejutan yang diberikan Tafa kepadanya.
"Selamat ulang tahun, sayang," kata Tafa menjabat tangan Cella.
"Terimakasih, kamu sudah membikin aku senang," kata Cella mencoba menghibur Tafa. Cella belum juga merasakan bahagia. Bahkan, ketika Tafa memberikan sebuah cincin dan dipasangkan di jari manisnya, Cella masih belum mendapatkan kebahagiaan itu.

Acara ulang tahun Cella ternyata hari perpisahan bagi Tafa. Besoknya dia pergi keluar kota untuk pindah sekolah mengikuti orang tuanya.
"Yang," kata Tafa. ""Kamu baik-baik saja di rumah. Aku pasti kembali untukmu."
"Aku harap kamu selalu ingat sama aku. Aku nggak mau kehilangan kamu Fa," kata Cella menangis.
"Ya, aku pergi dulu. Nanti malam aku pasti menghubungi kamu," hibur Tafa.
"Aku tunggu. Sekarang kamu berangkat. By, by."
Cella melambaikan tangan untuk kepergian Tafa.
* * *

Cella dan Arga memang sudah putus, tapi peraan Cella masih belum berubah. Cella masih sangat mencintai Arga. Mereka masih sering berkirim salam dan hampir tiap hari. Setelah beberapa bulan kepergian Tafa, Arga dan Cella menjalin hubungan lagi. Mereka memadu kembali cinta yang sudah lama retak.
"Aku senang sekali kita bisa sama-sama lagi," bisik Arga.
"Aku juga seneng. Tapi kadang terpikir olehku bagaimana dengan Tafa?" tanya Cella.

"Ya, kamu jangan bilang kalau kita sudah balikan lagi. Kasihan dia. Pokoknya kamu tetap saja berhubungan dengan dia seakan-akan kita benar-benar bubaran," jawab Arga.
"Aku merasa bersalah kepadanya."
"Bukan cuma kamu, aku juga merasa bersalah. Kamu tahu sendiri dia itu teman akrabku sejak kecil. Yang penting sekarang cinta kita sudah bersatu kembali."

Lamongan, 2007

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Alexander A. Anzieb A. Aziz Masyhuri A. Dahana A. Khoirul Anam A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.C. Andre Tanama A.J. Susmana A.S. Laksana A’an Jindan AS Abd. Mun’im Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kirno Tanda Abdul Lathif Abdul Malik Abdul Rauf Singkil Abdul Walid Abdurrahman Wachid Abdurrahman Wahid Abid Rohmanu Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adek Alwi Adhi Pandoyo Adhitia Armitrianto Adhy Rical Adi Faridh Adian Husaini Adin Aditya Ardi N Adreas Anggit W. Adrizas Adu Pesona Sang Wakil Presiden RI AF. Tuasikal Afri Meldam Afrizal Malna AG. Alif Agama Agama Para Bajingan Agit Yogi Subandi Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Rakasiwi Agus Sulton Agus Wibowo Agus Wirawan Aguslia Hidayah AH J Khuzaini Ah. Atok Illah Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Anshori Ahmad Damanik Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Gaus Ahmad Hasan MS Ahmad Jauhari Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Naufel Ahmad S. Zahari Ahmad Syafii Maarif Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ainul Fiah Akbar Ananda Speedgo Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhmad Siddiq Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Akmal Nasery Basral Aksin Wijaya Al-Fairish Al-Ma'ruf I Al-Ma'ruf II Alang Khoiruddin Albert Camus Ali Mahmudi Ch Alia Swastika Alvi Puspita Alvin Amien Wangsitalaja Aminah Aming Aminoedhin Ana Mustamin Anam Rahus Anas AG Andhi Setyo Wibowo Andi Gunawan Andry Deblenk Angela Anggie Melianna Anindita S. Thayf Anis Ceha Anitya Wahdini Anjrah Lelono Broto Antologi Sastra Lamongan Anugerah Ronggowarsito Anwar Nuris Aprillia Ika Arida Fadrus Aridus Arie MP Tamba Arie Yani Arief Junianto Ariel Heryanto Ariera Arif Bagus Prasetyo Aris Kurniawan Armawati Arswendo Atmowiloto Art Sabukjanur Arti Bumi Intaran Arwan Aryo Wisanggeni Aryo Wisanggeni Gentong AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Ashadi Ik Asrama Mahasiswa Aceh Sabena Asro Kamal Rokan Astrid Reza Asvi Warman Adam Atafras Atok Witono Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Azwar Nazir Baca Puisi Badrus Siroj Bahrul Ulum A. Malik Balada Bambang kempling Bambang Riyanto Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bastian Zulyeno Beni Setia Benni Setiawan Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Koran Berita Utama Bernando J. Sujibto Bernarda Rurit Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Biografi Bre Redana Brunel University Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Jay Utomo Budi P. Hatees Budi Palopo Budi Setyarso Budi Sp. Indrajati Budiman S. Hartoyo Budiman Sudjatmiko Buku Kritik Sastra Buldanul Khuri Candrakirana Cangaan Ujungpangkah Gresik Jawa Timur Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cawapres Jokowi Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chavchay Syaifullah Choirul Rikzqa Christian Heru Cahyo Saputro Cover Buku D. Dudu AR D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dadang Widjanarko Damiri Mahmud Dani Fuadhillah Daniel Paranamesa Darju Prasetya Dati Wahyuni Dawet Jabung Ponorogo Dedykalee Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Desa Glogok Karanggeneng Lamongan Deshinta Arofah Dewi Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan Dewi Anggraeni Dian Sukarno Diana A.V. Sasa Didik Kusbiantoro Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diskusi buku Djadjat Sudradjat Djasepudin Djoko Pitono Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Djulianto Susantio Dody Kristianto Dody Yan Masfa Dorothea Rosa Herliany Dr Andi Irawan Dr Siti Muti’ah Setiawati Dr. Hilma Rosyida Ahmad Drs H Choirul Anam Drs. Solihin Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwidjo Maksum Dyah Ayu Fitriana Eddi Koben Edeng Syamsul Ma’arif Edy Apriyanto Sudiyono Edy Firmansyah Edy Susanto Efri Ritonga EH Ismail Eidi Krina Jason Sembiring Eka Budianta Eko Hartono Eko Hendrawan Sofyan Eko Hendri Saiful El Sahra Mahendra Elita Sitorini Elly Trisnawati Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Em. Syuhada' Emha Ainun Nadjib Encep Abdullah Eni Sulistiyawati Eny Rose Esai Ester Lince Napitupulu Etik Widya Evan Ys F Rahardi Fahrudin Nasrulloh Fahrur Rozi Fajar Alayubi Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fathan Mubarak Fathul Qodir Fathul Qorib Felix K. Nesi Festival Gugur Gunung Festival Seni Surabaya 2011 Festival Teater Religi Pelajar SLTA Se-kabupaten Lamongan Fikri. MS Fiqih Arfani Firman Daeva Forum Lingkar Pena Lamongan Forum Penulis dan Penggiat Literasi Lamongan (FP2L) Forum Santri Nasional Forum Santri Nasional (FSN) Free Hearty Galuh Tulus Utama Gandis Uka Ganug Nugroho Adi Gedung Sabudga UNISDA Lamongan Gendut Riyanto Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gesit Ariyanto Gita Pratama Glenn Fredly Goenawan Mohamad Golput Gombloh Gombloh (1948 – 1988) Grathia Pitaloka Gugun el-Guyanie Gunoto Saparie Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Dur H.B. Jassin Hadi Napster Hafis Azhari Halim HD Halimi Zuhdy Hamid Dabashi Han Gagas Hardi Hamzah Hari Prasetyo Haris Del Hakim Haris Saputra Hary B Kori’un Hasan Basri Marwah Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasyim Asy’ari Hendro Situmorang Henri Nurcahyo Henry H Loupias Hera Khaerani Heri CS Heri Kris Heri Latief Heri Listianto Herman RN Hernadi Tanzil Herry Lamongan Heru Kuntoyo Heru Kurniawan Hikmat Darmawan Holy Adib Hudan Hidayat Hujuala Rika Ayu Humaidi Humam S Chudori I Made Asdhiana I Nyoman Suaka I. B. Putera Manuaba IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ichwan Prasetyo Ida Fitri Ignas Kleden Ilham Safutra Ilham Wancoko Imam Munadjat Imam Nawawi Imam Zanatul Huaeri Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Iman Herdiana Imron Arlado Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indigo Art Space Madiun Indra Tjahyadi Indrian Koto Ingki Rinaldi Iqmal Tahir Is Faridatul Arifah Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Zulkarnain Isra’ Mi’raj Iswadi Pratama Iswara N Raditya Iva Titin Shovia Iwan Awaluddin Yusuf Iwan Gunadi J. Sumardianta Jamrin Abubakar Jansen Sinamo Janu Jolang Janual Aidi Javed Paul Syatha Jayaning S.A Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jemie Simatupang Jenny Ang Jiero Cafe Jihan Fauziah JJ. Kusni Jl Simo Jo Batara Surya Jodhi Yudono Joko Budhiarto Joko Sadewo Joko Sandur Joko Widodo Jones Gultom Joni Ariadinata Joresan Mlarak Ponorogo Joseph E. Stiglitz Jual Buku Paket Hemat Junus Satrio Jurnalisme Sastra K. Hirzuddin Hasbullah K.H. Anwar Manshur K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma’ruf Amin K.H. Masrikhan Asy'ari K.H. Mudzakir Ma'ruf Kadjie MM Kajian Kitab Nashoihul 'Ibad Kang Daniel Karanggeneng Kartika Foundation Kasanwikrama Kasnadi Katrin Bandel Kedai Kopi Sastra Kekal Hamdani Kemah Budaya Panturan (KBP) Kesenian KH. M. Najib Muhammad KH. Ma'ruf Amin Khairul Mufid Jr Khawas Auskarni Khoirul Anwar Khoirul Inayah Khoirul Naim Khoirul Rosyadi Ki Ompong Sudarsono Kitab Arbain Nawawi Kitab Puisi Suluk Berahi karya Gampang Prawoto Ko Hyeong Ryeol Koh Young Hun Koko Sudarsono Komaruddin Hidayat Kompas TV Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sastra Teater Lamongan (KOSTELA) Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Kopi Bubuk Mbok Djum Kopuisi Korban Gempa di Lombok Kospela KPRI IKMAL Lamongan Kris Razianto Mada Kritik Sastra Kurnia Sari Aziza Kurniawan Kusni Kasdut Kuswaidi Syafi’ie Kuswinarto Lagu Laili Rahmawati Laksmi Sitoresmi Lamongan Lan Fang Larung Sastra Lathifa Akmaliyah Latif Fianto Leila S. Chudori Leo Tolstoy Lina Kelana Listiyono Santoso Liya Izzatul Iffah Liza Wahyuninto Lucky Aditya Ramadhan Ludruk Jawa Timur Lukisan Lukman Alm Lukman Santoso Az Luqman Almishr Lustantini Septiningsih Lutfi S. Mendut Lynglieastrid Isabellita M Ismail M Zainuddin M. Afif Hasbullah M. Faizi M. Iqbal Dawami M. Irfan Hidayatullah M. Latief M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Lutfi M. Mushthafa M. Riza Fahlevi M. Yoesoef M.D. Atmaja M’Shoe Madrasah Ibtida’iyah Thoriqotul Hidayah 1 Maghfur Munif Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahmud Syaltut Usfa Mahwi Air Tawar Majelis Ulama Indonesia Makalah Tinjauan Ilmiah Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Mantan Pastur Hafidz Al-Qur'an Maqhia Nisima Mardi Luhung Margita Widiyatmaka Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Marjohan Marsel Robot Martin Aleida Martin Hatch Marwan Ja'far Marwita Oktaviana Marzuki Mustamar Mashuri Masjid Tegalsari di Pesantren Gerbang Tinatar Masuki M. Astro Matroni el-Moezany Matroni Muserang Max Arifin Maya Handhini Mbah Kalbakal Medco Media Jawa Timur Medri Osno Mega Vristian Mei Anjar Wintolo Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Memoar Purnama di Kampung Halaman Menggalang Dana Amal Mentari Meida Mh Zaelani Tammaka Michael Gunadi Widjaja Mien Uno (Ibunda Sandiaga Uno) Misbahul Huda Misbahus Surur Moch. Faisol Mochammad A. Tomtom Moh Samsul Arifin Moh. Ghufron Cholid Mohamad Ali Hisyam Mohammad Afifi Mohammad Rafi Azzamy Mts Putra-Putri Simo-Sungelebak Muh Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ghannoe Muhammad Ghufron Muhammad Hidayat Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad N. Hassan Muhammad Rain Muhammad Taufik Muhammad Yasir Muhammad Zia Ulhaq Muhammadun A.S. Muhibin AM Muhidin M Dahlan Mujtahid Mujtahidin Billah Mukafi Niam Mukhsin Amar Mukti Sutarman Espe Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Mun'im Sirry Muntamah Cendani Museum Bikon Blewut Ledalero Musfarayani Musfi Efrizal Musyayana Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Nabi Adam Nanang Fahrudin Nandang Darana Naskah Monolog Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Ni Luh Made Pertiwi F Nindya Herdianti Ninin Nurzalina Wati Nitis Sahpeni Nono Anwar Makarim Noor H. Dee Noorsam Noval Jubbek Novel Pekik Novianti Setuningsih Nu’man ‘Zeus’ Anggara Nur Hamzah Nur Haryanto Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nuruddin Al Indunissy Nurul Aini Nurul Anam Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nuswantoro Nyimas Nyoman Tingkat Obrolan Oktamandjaya Wiguna Oky Sanjaya Opini Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Oyos Saroso H.N. Padepokan Lemah Putih Surakarta Pagelaran Musim Tandur Pameran Seni Rupa Panda MT Siallagan Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Pekan Literasi Lamongan Pelukis Dahlan Kong Pelukis Jumartono Pelukis Saron Pelukis Senior Tarmuzie Pendidikan Penerbit SastraSewu Penerbitan dan Toko Buku PUstaka puJAngga Lamongan Pengajian Pengetahuan Perang Peringatan Hari Pahlawan 10 November Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW Pesantren An Nawawi Tanara (Penata) Pesantren Kampung Inggris Peserta TEMU SASTRA JAWA TIMUR 2011 Petrik Matanasi Pilang Tejoasri Laren Lamongan Pilang Tejoasri Laren Lamongan Jawa Timur Pilkada Piramid Giza Politik Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang Pradana Boy ZTF Pradaningrum Mijarto Pramoedya Ananta Toer Prih Prawesti Febriani Pringadi AS Prof Dr Achmad Zahro Prof Dr Aminuddin Kasdi Profil MA Matholi'ul Anwar Prosa Puisi Puisi Menolak Korupsi Puisi Menolak Korupsi (PMK) Puji Hartanto Puji Santosa Puput Amiranti N Purwanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Puspita Rose Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putri Utami Putu Satria Kusuma Putu Setia Putu Wijaya R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R.Ng. Ronggowarsito Rabdul Rohim Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahmat Sazaly Rahmat Sularso Nh Raihul Fadjri Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Rambuana Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Redland Movie Rengga AP Reni Lismawati Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Riadi Ngasiran Rian Sindu Ribut Wijoto Rieke Diah Pitaloka Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Rizka Halida Rizky Putri Pratimi Robin Al Kautsar Rocky Gerung Rodli TL Rofiqi Hasan Rohmad Hadiwijoyo Rohmah Maulidia Rohman Abdullah Rojiful Mamduh Rosdiansyah Rosi Rosidi Roso Titi Sarkoro Rumah Budaya Pantura (RBP) Rumah Budaya Pantura Lamongan Rumah Literasi Rx King Motor S Yoga S. Jai S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabrank Suparno Saiful Amin Ghofur Saifur Rohman Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sandiaga Uno Sanggar Pasir Sanggar Pasir Art and Culture Santi Puji Rahayu Sapardi Djoko Damono Sardono W Kusumo Sartika Sari Sarworo Sp Sastra Facebook Satmoko Budi Santoso Satrio Lintang Satyagraha Hoerip Saut Situmorang Savidapius Sayuri Yosiana Sayyid Fahmi Alathas Sejarah Sekolah Literasi Gratis SelaSAstra Boenga Ketjil SelaSAstra Boenga Ketjil #23 SelaSAstra Boenga Ketjil #24 Seni Ambeng Ponorogo Senirupa Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Shofiyatuz Zahroh Shohebul Umam JR Sholihul Huda Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Silfia Hanani Sindu Putra Sita Planasari Aquadini Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Hadi Purnomo Soediro Satoto Soegiharto Soeprijadi Tomodihardjo Soetanto Soepiadhy Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sony Wibisono Sosiawan Leak Sreismitha Wungkul Sri Igustin Sri Mulyani Sri Wintala Achmad Sriyanto Danoesiswoyo Stefanus P. Elu Stevani Elisabeth STKIP PGRI Ponorogo Student Center Kampus ISI Yogyakarta Subagio Sastrowardoyo Suci Ayu Latifah Sudarmoko Sugeng Ariyadi Sukitman Sumenep Sumiati Anastasia Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungelebak Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Suripto SH Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suwardi Endraswara Suyadi San Syafrizal Sahrun Syaifuddin Gani Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Syamsul Arifin Syamsul Rizal Syi'ir Syifa Amori Syifa Aulia T.A. Sakti Tajuddin Noor Ganie Tamrin Bey dan Robin Al Kautsar TanahmeraH ArtSpace Tarpin A. Nasri Taufik Rachman Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Teater Air Teater Bias Teater Biru Teater Cepak Teater Dua Teater Kanjeng Teater Lingkar Merah Putih Teater Mikro Teater nDrinDinG Teater Nusa Teater Padi Teater Roda UNISDA Lamongan Teater Sakalintang Teater Tali Mama Teater Taman Teater Tawon Teater Tewol Teguh LR Temu Karya Teater Jawa Timur XXI Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Teori Darwin Teori Fisika Hawking Tgk Abdullah Lam U Tharie Rietha The Ibrahim Hosen Institute Theresia Purbandini Thomas Koten Tien Rostini Timur Arif Riyadi Tjahjono Widarmanto Tjut Zakiyah Anshari Toeti Adhitama Tosa Poetra Tri Andhi S Triyanto triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S Tutut Herlina Ucu Agustin Udo Z. Karzi Ulil Abshar-Abdalla Umar Fauzi Uniawati Unieq Awien Universitas Jember Usman Arrumy Ustadz Bangun Samudra Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Vassilisa Agata Veven Sp. Wardhana Viddy AD Daery Video Vino Warsono Virdika Rizky Utama Vita Devi Ajeng Pratiwi W. Haryanto W.S. Rendra Wakos R. Gautama Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Suryandoko William Shakespeare Wisnu Kisawa Wiwik Widiyati Wong Wing King Wuri Kartiasih Y. Wibowo Yayasan Thoriqotul Hidayah 1 Yayat R. Cipasang Yesi Devisa Yesi Devisa Putri Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yonathan Rahardjo Yudhi Herwibowo Yudi Latif Yulianto Yuliawati Yunanto Sutyastomo Yunus Supriyanto Yurnaldi Yushifull Ilmy Yusri Fajar Yusuf AN Yusuf Suharto Yusuf Wibisono Yuval Noah Harari Yuyuk Sugarman Z. Mustopa Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zarra Martsella Zawawi Se Zed Abidien Zehan Zareez Zen Hae Zii Zuhdi Swt