Pada Embun Tak Terangkai
rembulan
malamku runtuh beracun
pada sehelai nafas tanpa cahaya
beribu penaku menitipkan
tembang lautan
pada jiwa tak berombak
“aku tak pernah bisa mendustakan-mu”
gemuruh bintang
masih saja membisik
di sela langit penghabisan
pada embun tak terangkai
engkau
aku
masihkah malam kan membelit
kita
pada jaring-jaring alam
yang terpekamkan luka?
Lamongan, 2007
Salamku Bintang Thariq
hati
adakah engkau suaru putih pada jiwa tak terukur
bagi warna pagi
tak hidup
tak tumbuh
mati
dan terjatuh
pada sejenak jiwa
kutitipkan sebait salam untuk-mu
lewat bintang-bintang thariq
“aku merindukan-mu
pada selepas angin pertemuan
dan perjalanan malam yang tak berjilid”
di ujung perjamuan cinta ini
adalah pesona kasih segala kekasih
jika tangan sunyi telah menyulam
dalam garis doa yang terhijab.
Lamongan, 2007
Fragmen
/1/
wanita yang tampak tenang, ialah
yang menyimpan keharuman bunga dalam dada
namun dia yang elok dengan segala raga, maka
tak lain kesunyianlah dirinya.
/2/
bukanlah hanya sebatas gairah
kebinatangan kita yang hadir pada identitas
cinta, melainkan tangan dan kaki
yang senantiasa berbuah “nyawa” yang kan
menuju pada muara.
/3/
jika seekor tupai lebih damai
dalam persembunyian, maka kenapa
kita yang nyata berakal sedia dengan
bangga ditelanjangi peradaban.
/4/
dahulu, karena sebuah sepatu seorang pelacur
anjing berjingkrak meninggalkan kematian
namun kini para anjing dengan kesombongannya
menjajaki pelacur di atas sebuah sepatu.
/5/
dan bahkan saja kita sampai
hati menzinahi al-quran yang hakekatnya
selimut raga bagi kita dari kesosokan &
perbudakan mata hati.
/6/
jika hidup ini kompetisi maka mengalahlah untuk menang
tapi bila hidup ini permainan
maka bercandalah di antara kesahajaan kecemburuan
tapi tetap “jangan jadi pecundang berhidung belang”.
/7/
karena sejatinya hidup ini hanyalah memberi makna
maka beri makna akan nyawa dan cinta.
/8/
dan siapa yang menggemari “tidur dan bermimpi”
maka dialah yang dekat dengan kematian
dari perburuan yang megah hingga sebatas senja.
/9/
kedekatan tuhan dengan hambanya
adalah melebihi dari dekatnya matahari
dengan peredarannya
suatu ketika-pun karena cinta mereka pula
bumi ini tiada dan bersemayam dalam
air wangi mutiara dan siksa.
/10/
mati dalam cinta, bukan pada
pahala atau dosa tapi cinta
yang menyisahkan keabadian
pada sang maha cinta!.
Lamongan, 2007
rembulan
malamku runtuh beracun
pada sehelai nafas tanpa cahaya
beribu penaku menitipkan
tembang lautan
pada jiwa tak berombak
“aku tak pernah bisa mendustakan-mu”
gemuruh bintang
masih saja membisik
di sela langit penghabisan
pada embun tak terangkai
engkau
aku
masihkah malam kan membelit
kita
pada jaring-jaring alam
yang terpekamkan luka?
Lamongan, 2007
Salamku Bintang Thariq
hati
adakah engkau suaru putih pada jiwa tak terukur
bagi warna pagi
tak hidup
tak tumbuh
mati
dan terjatuh
pada sejenak jiwa
kutitipkan sebait salam untuk-mu
lewat bintang-bintang thariq
“aku merindukan-mu
pada selepas angin pertemuan
dan perjalanan malam yang tak berjilid”
di ujung perjamuan cinta ini
adalah pesona kasih segala kekasih
jika tangan sunyi telah menyulam
dalam garis doa yang terhijab.
Lamongan, 2007
Fragmen
/1/
wanita yang tampak tenang, ialah
yang menyimpan keharuman bunga dalam dada
namun dia yang elok dengan segala raga, maka
tak lain kesunyianlah dirinya.
/2/
bukanlah hanya sebatas gairah
kebinatangan kita yang hadir pada identitas
cinta, melainkan tangan dan kaki
yang senantiasa berbuah “nyawa” yang kan
menuju pada muara.
/3/
jika seekor tupai lebih damai
dalam persembunyian, maka kenapa
kita yang nyata berakal sedia dengan
bangga ditelanjangi peradaban.
/4/
dahulu, karena sebuah sepatu seorang pelacur
anjing berjingkrak meninggalkan kematian
namun kini para anjing dengan kesombongannya
menjajaki pelacur di atas sebuah sepatu.
/5/
dan bahkan saja kita sampai
hati menzinahi al-quran yang hakekatnya
selimut raga bagi kita dari kesosokan &
perbudakan mata hati.
/6/
jika hidup ini kompetisi maka mengalahlah untuk menang
tapi bila hidup ini permainan
maka bercandalah di antara kesahajaan kecemburuan
tapi tetap “jangan jadi pecundang berhidung belang”.
/7/
karena sejatinya hidup ini hanyalah memberi makna
maka beri makna akan nyawa dan cinta.
/8/
dan siapa yang menggemari “tidur dan bermimpi”
maka dialah yang dekat dengan kematian
dari perburuan yang megah hingga sebatas senja.
/9/
kedekatan tuhan dengan hambanya
adalah melebihi dari dekatnya matahari
dengan peredarannya
suatu ketika-pun karena cinta mereka pula
bumi ini tiada dan bersemayam dalam
air wangi mutiara dan siksa.
/10/
mati dalam cinta, bukan pada
pahala atau dosa tapi cinta
yang menyisahkan keabadian
pada sang maha cinta!.
Lamongan, 2007
Tidak ada komentar:
Posting Komentar