Mencemaskan Awan
mestinya tak kucemaskan awan
yang diam-diam menggait hujan
sebab seperempat malam
masih terlihat bertengadah
menyusuri taman surga
aku cemburu ketika menyusup dalam kelam
hingga tak terasa bertameng sudah
dan haruskah semakin kupeluk erat kecemasanku
karenanya aku yakin
menjadi bagianmu
dan bersama mengarungi
indah surga dalam deras malam.
Lamongan, 2008
Sehelai Kamboja
engkau berkabung karena sayat tanpa luka
ku tinggalkan dalam ketulusan azimatmu
sehelai kamboja
engkau menyatu dalam rinai jiwa
air mata
yang mengantarkanmu menapaki jejak hujan
engkau hanyut dalam kebisuan langkahku
yang akrab berdialog tanpa tokoh
dan
hanya segurat ketegaran yang tergambar
pada parasmu yang redup
mengiringi deru kalam suci
melunaskan janji.
Lamongan, 2008
Bisik Rebana
beralun rebana hati
menghentak sunyi
bisik rindu
datang menyapu
rasa yang telah mengkristal cahaya
terhatur sayap sang kekasih
untuk menenangkan kebimbangan
getar tabuh dari alun rebana
adalah perjamuan cinta
sungguh
nikmat yang menggoda
adalah suatu kenisbihan
namun
alun rebana kan segera berganti
segala syair memaknai hidup
bagai merpati putih
hinggap dalam hati.
Lamongan, 2008
Dan Suara Itu Menghentikan Jantungku
aku di sini
terbaring dalam ranjang tua istanaku
mendengar riuh suara yang menggetarkan
kututup hati walau telinga terbuka
karena aku takut bisik lembutnya remukkan dada
dan suara itu menghentikan jantungku
bukan aku mengasingkan raga
hanya saja jiwa ini terasa asing
akan senyum manis berhias
sekarang aku akan berlari meninggalkan istanaku
karena dari gubuk ibukota tubuhku
jendela dunia terasa ada
pintunya terasa sangat dekat
dan suara riang selalu membayang
walau sepi tiada nyanyi dalam diri
aku temukan keakraban-keakraban
walau gemuruh hati sepanjang malam
aku rasakan kedamaian yang damai.
Lamongan, 2008
Nyanyian Cemara Sungai
apa kiranya cemara sungai
menepuk gayung
yang tengah merengkuh gending
lewat syair cintanya
secara murninya hati
dia bersimpuh luluh
dalam lintas bayangan samar
anteng dan penuh keikhlasan
seonggok jiwa
di atas sajadah persembahan
kerap kurasakan
cerita gadis
dingin bersama cucuran deritanya
hendak bersua denganmu
lewat nyanyian cemara sungai
tapi
sesaat saja ia tersentak
oleh genderang gending
yang selalu membisik kalam ilahi
dan kau masihkah tersisi
jera yang menjerat
menjadi sebuah misteri
ketika malam memberikan kesantunannya
untuk menggapai ayat-ayat rabbany.
Lamongan, 2008
mestinya tak kucemaskan awan
yang diam-diam menggait hujan
sebab seperempat malam
masih terlihat bertengadah
menyusuri taman surga
aku cemburu ketika menyusup dalam kelam
hingga tak terasa bertameng sudah
dan haruskah semakin kupeluk erat kecemasanku
karenanya aku yakin
menjadi bagianmu
dan bersama mengarungi
indah surga dalam deras malam.
Lamongan, 2008
Sehelai Kamboja
engkau berkabung karena sayat tanpa luka
ku tinggalkan dalam ketulusan azimatmu
sehelai kamboja
engkau menyatu dalam rinai jiwa
air mata
yang mengantarkanmu menapaki jejak hujan
engkau hanyut dalam kebisuan langkahku
yang akrab berdialog tanpa tokoh
dan
hanya segurat ketegaran yang tergambar
pada parasmu yang redup
mengiringi deru kalam suci
melunaskan janji.
Lamongan, 2008
Bisik Rebana
beralun rebana hati
menghentak sunyi
bisik rindu
datang menyapu
rasa yang telah mengkristal cahaya
terhatur sayap sang kekasih
untuk menenangkan kebimbangan
getar tabuh dari alun rebana
adalah perjamuan cinta
sungguh
nikmat yang menggoda
adalah suatu kenisbihan
namun
alun rebana kan segera berganti
segala syair memaknai hidup
bagai merpati putih
hinggap dalam hati.
Lamongan, 2008
Dan Suara Itu Menghentikan Jantungku
aku di sini
terbaring dalam ranjang tua istanaku
mendengar riuh suara yang menggetarkan
kututup hati walau telinga terbuka
karena aku takut bisik lembutnya remukkan dada
dan suara itu menghentikan jantungku
bukan aku mengasingkan raga
hanya saja jiwa ini terasa asing
akan senyum manis berhias
sekarang aku akan berlari meninggalkan istanaku
karena dari gubuk ibukota tubuhku
jendela dunia terasa ada
pintunya terasa sangat dekat
dan suara riang selalu membayang
walau sepi tiada nyanyi dalam diri
aku temukan keakraban-keakraban
walau gemuruh hati sepanjang malam
aku rasakan kedamaian yang damai.
Lamongan, 2008
Nyanyian Cemara Sungai
apa kiranya cemara sungai
menepuk gayung
yang tengah merengkuh gending
lewat syair cintanya
secara murninya hati
dia bersimpuh luluh
dalam lintas bayangan samar
anteng dan penuh keikhlasan
seonggok jiwa
di atas sajadah persembahan
kerap kurasakan
cerita gadis
dingin bersama cucuran deritanya
hendak bersua denganmu
lewat nyanyian cemara sungai
tapi
sesaat saja ia tersentak
oleh genderang gending
yang selalu membisik kalam ilahi
dan kau masihkah tersisi
jera yang menjerat
menjadi sebuah misteri
ketika malam memberikan kesantunannya
untuk menggapai ayat-ayat rabbany.
Lamongan, 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar