Jumat, 29 Januari 2021

MENYINGKAP KISAH MAKAM MBAH KALBAKAL

(Mbah Kalbakal, Campurejo, Panceng, Gresik, Jawa Timur)

Ahmad Jauhari
 
ALKISAH, di zaman dulu kala ada orang sedang membajak sawah. Ketika sapi dan alat bajaknya berputar-putar mengelilingi area sawah, tiba-tiba sapinya terhenti.
 
Orang itu lalu melakukan pemeriksaan, apa gerangan yang menyebabkan sapinya berhenti mendadak? Betapa kagetnya ia, begitu mengetahui alat bajak itu tersangkut sebujur mayat dengan kondisi jasad masih utuh.
 
Cerita di atas saya peroleh langsung dari bapak saya. Menurut abah (demikian anak-anaknya memanggil beliau), hikayat tentang makam Mbah Kabakal itu beliau terima secara turun-temurun.
 
Saya lalu bertanya:
“Bah, Makam Mbah Kalbakal itu sebenarnya siapa?”
“Waktu abah masih kecil, sebagian masyarakat mengatakan beliau itu Sayyid.”
“Sayyid siapa?”
“Gak tahu. Pokoknya yang abah dengar, ya Sayyid gitu aja.”
 
Itulah sekelumit dialog saya dengan abah tentang Makam Mbah Kalbakal yang lokasinya persis di belakang Ponpes Tarbiyatul Wathon, Desa Campurejo, Kec. Panceng, Kab. Gresik.
 
Awalnya, masyarakat kami menyebutnya Mbah Cikal Bakal (artinya; pendiri desa). Mungkin untuk memudahkan pengucapan, warga desa akhirnya menjulukinya Mbah Kalbakal.
***
 
SEJAK saya masih bocah, makam ini sebenarnya sudah ada. Bahkan di masa orangtua, kakek, buyut saya kuburan ini sangat jelas keberadaanya. Bisa dikata, makam ini bukan baru ditemukan. Hanya saja tidak terawat dengan baik dan tak ada tanda-tanda orang berziarah.
 
Konon, dari warta yang saya peroleh dari beberapa rekan, sebetulnya ada segelintir warga yang pernah berziarah, tapi itu pun secara sembunyi-sembunyi. Hal itu bisa dimaklumi, karena stigma buruk yang cukup melekat di masyarakat terhadap makam ini sangat kental. Misalnya; orang ke makam ini biasanya mencari nomor perjudian, minta pesugihan, memohon pengasihan, dll.
 
Dalam ingatan masa kecil saya, makam ini tampak jelas dari ruas jalan ketika saya hendak menuju ke lapangan desa, entah itu untuk bermain bola atau melihat pertandingan sepak bola. Posisi makam berada di area tengah sawah. Sebelah utara makam, tampak ada gubuk bambu yang berfungsi sebagai tempat istirahat sang penjaga sawah.
 
Seiring bergeraknya zaman perladangan itu pelan-pelan mulai beralih fungsi menjadi perumahan warga. Umumnya dari desa sebelah yang kekurangan lahan. Rumah-rumah lalu muncul berderet dengan batas tembok yang sesak. Makam ini kemudian tak lagi terlihat dari jalan karena tertutup oleh hunian padat.
***
 
PADA Maret 2011, hasil rapat pengurus Yayasan Tarbiyatul Wathon Gresik menyepakati pembangun musala, yang akan dilanjutkan pembangunan pondok pesantren.
 
(Sekedar catatan: Awalnya, Tarbiyatul Wathon hanya berupa lembaga formal/madrasah; TK/PAUD, MI, MTs, MA, Diniyah. Pada tahun 2008, kepengurusan mengalami perubahan menjadi Yayasan Tarbiyatul Wathon Gresik. Sejak adanya yayasan itulah, tepatnya tahun 2014 berdiri pondok pesantren).
 
Nah, kebetulan tanah wakaf dari keluarga Almagfurlah H. Ro’yuddin (kakek saya) yang mau dibangun untuk musala pesantren itu letaknya ada di belakang madrasah. Karena berupa rawa, maka tanah seluas kisaran 40x60 meter itu tentu butuh diuruk terlebih dahulu dan urukan yang dibutuhkan tentu saja tak sedikit, kisaran 300 ritase truk.
 
Jika truk lewat dari pintu gerbang Tarbiytaul Wathon, jelas tidak mungkin, karena harus menjebol (mengorbankan) satu lokal kelas. Padahal jumlah lokal yang ada tak satupun yang tersisa. Kami pun akhirnya sepakat bahwa truk uruk akan melewati jalan menuju lapangan, melalui tanah kosong, kemudian lewati samping makam Mbah Kalbakal (yang hanya seorang diri dan tak ada makam yang lainnya).
 
Sebelum truk urukan didatangkan, saya survei lokasi terlebih dulu. Setelah itu menyempatkan diri duduk bersila di makam ini; mohon izin dan restu kepada pendiri desa. Itulah untuk kali pertama sejak saya lahir sampai dibesarkan di desa ini, berziarah ke makam Mbah Kalbakal, tepat di usia 33 tahun.
 
Makam Mbah Kalbakal, kala itu hanya dikelilingi bata putih berbentuk kotak persegi panjang seluas 2x4 meter, baik ukuran ataupun warnanya terlihat sudah sangat lama. Bata putih itu hanya ditumpuk begitu saja tanpa pengikat pasir dan semen.
 
Di dalam kotak itu, saya melihat beberapa batang kayu yang sudah lapuk dan genteng merah dijajar menyandar ditembok bata putih. Saya menduga, kayu dan genteng itu bekas cungkup yang sudah rapuh lalu akhirnya roboh.
 
Di samping kanan-kiri kotak makam terlihat berbagai jenis sampah berserakan dimana-mana. Mulai dari sampah rumah tangga, pecahan kaca, keramik, sampai-sampai ada pula -jenis dari kotoran- yang dibungkus plastik kresek. Sungguh memprihatinkan.
***
 
PEMBANGUNAN Musala Tarbiyatul Wathon berjalan 2 bulan, sudah mencapai pondasi dan tiang penyangga.
 
Tiba-tiba tersiar kabar, keluarga Mbah H. Dullah, pemilik lahan yang dipergunakan Mbah Kalbakal sebagai tempat peristirahatan terakhirnya, mewakafkan tanahnya pada pemerintahan desa (Lurah saat itu H. Aminuddin Aziz). Dengan harapan agar dibangun mushala bagi warga setempat. Pihak desa lalu menyerahkan pembangunan kepada masyarakat sekitar makam.
 
Karena pihak Yayasan Tarbiyatul Wathon sudah telebih dahulu membangun musala di timur makam, maka kami (pengurus yayasan dan warga sekitar) bersinergi membangun bersama-sama.
 
Bisa dimaklumi, karena antara makam Mbah Kalbakal dan musala Tarbiyatul Waton hanya berjarak 15 meter. Maka, kami membangun dua musala secara bersamaan. Yang satu untuk pondok, dan satunya lagi untuk masyarakat sekitar.
 
Tanggal 3 Juli 2011, mushala dan makam Mbah Kalbakal mulai dibangun. Beruntung, saat itu saya sudah memegang hp camera. Di hari pertama tukang memulai perkerjaannya, saya sempat mengabadikan kondisi awal makam sebelum direnovasi. Andai saja saya lupa memotretnya, bisa hilang prasasti lama yang sangat bersejarah tersebut.
 


Nah, sekitar seminggu pembangunan berlangsung, saya mengalami kejadian ganjil. Sewaktu memantau pekerjaan tukang, di telinga kanan terdengar ada suara orang sepuh berbisik lembut dan lirih; “Le, deresen maneh Qurane.” (Nak, Alquran-nya dibaca lagi).
 
Terus terang kaget, sebab tak ada seorang pun di sekitar saya. Sambil toleh-toleh dan bertanya-tanya dalam hati: suara siapakah gerangan yang mengingatkan saya tadi? Seumur hidup, baru kali ini mengalaminya.
 
Sekitar sepuluh menit setelah peristiwa aneh itu, saya lalu menjauh dari area makam menuju ke sisi selatan, tepatnya di tepi tambak yang terhampar cukup luas. Saya lalu duduk dan merenung seorang diri. Di situlah saya merasa banyak sekali amaliah yang kerap diajarkan oleh orangtua, guru, kiai di pondok dulu, telah lama saya tinggalkan, salah satunya adalah mendaras Alquran.
 
Jujur, saya baru tersadar; ternyata selama ini saya terlena dan hanya disibukkan oleh pekerjaan. Cari uang dan uang. Alhamdulillah, pasca kejadian janggal itu saya mulai berbenah diri. Pelan-pelan kembali mengaji Alquran. Minimal tiga surah yang termaktub dalam Majemuk Lathif; Surah Yasin, Waqiah, dan Al-Mulk.
***
 
KAMI bersyukur, pembangunan musala dan Makam Mbah Kalbakal berjalan lancar. Bahkan, pertengahan proses pembangunan, keluarga Mbah H. Dullah menambah satu kapling tanah persis di depan makam, yang dapat difungsikan sebagai tempat untuk para peziarah.
 
Dimulai Juni dan berakhir awal Desember 2011, pembangunan tiga fungsi dalam satu atap; musala, makam, dan tempat peziarah, dapat kami dirampungkan. Panitia merasakan banyak sekali kemudahan tak terduga selama pembangunan 6 bulan berjalan. Termasuk dari hamba-hamba Allah yang merelakan sebagian hartanya untuk dijariyahkan.
 
Pasca pembangunan, panitia melakukan rapat dan menghasilkan keputusan, akan menggelar acara haul, peresmian sekaligus peringatan 1 Muharrom pada 12 Desember 2011. Panitia juga sepakat akan mengundang H. Khusairi, ahli Seni Kentrung asal Solokuro, Lamongan.
 
Di wilayah Gresik dan Lamongan, nama H. Khusairi sangat masyhur sebagai pakar Seni Kentrung. Karena keahliannya itu, ia kerap diundang di desa-desa sekitar wilayah Pantura. Pria paruh baya yang konon masih bersambung nasabnya dengan Sunan Drajat itu, sangat piawai memainkan Seni Kentrung diiringi alat musik berupa tabuh timlung (kentheng), dan terbang besar (rebana).
 
Seni Kentrung sarat muatan ajaran kearifan lokal. Dalam pementasannya, seorang seniman kentrung menceritakan urutan pakem dengan rangkaian parikan dan menyelipkan candaan-candaan di tengah-tengah pakem, tapi tetap dengan parikan yang seolah dilantunkan di luar kepala.
 
Masih lekat di ingatan, dalam pementasan Seni Kentrung itu, H. Khusairi bercerita tentang banyak hal. Di antaranya; Syekh Subakir ke tanah Jawa membawa 1.000 ulama dari Timur Tengah. Karena saking ganasnya demit setan peripayangan (istilah jawanya: jalmo moro jalmo mati), ulama yang dibawa Syekh Subakir tersebut meninggal semua. Yang tersisa hanya sepuluh orang, dan salah satunya di makamkan di tempat ini. Selain itu, dia juga memaparkan bahwa semua wali songo pernah berziarah ke makam ini.
 
Ketika cerita-cerita di atas itu saya tanyakan kepadanya, kala bersilaturrahmi ke rumahnya, beliau hanya menjawab, “Saya tak faham. Seringkali ketika Seni Kentrung dimulai saya tak sadar dengan apa yang saya ceritakan.”
 
Namun, kata H. Khusairi, sehari sebelum menghadiri undangan, malam harinya ia biasanya melakukan riyadhoh terlebih dulu di rumah. Hal tersebut merupakan tahapan penting yang harus dijalani sebelum menggelar pertunjukan Seni Kentrung. Tata cara itu tak boleh diabaikan begitu saja, karena merupakan warisan leluhurnya sejak dari Sunan Drajat.
 


Malam itu (12/12/2011), perhelatan peresmian musala dan makam Mbah Kalbakal berlangsung cukup khidmat. Acara dipungkasi dengan doa oleh KH. Abu Bakar dari Jatirogo, Tuban. Ketika memimpin doa, suara lembut Kiai Abu Bakar begitu menusuk kalbu. Di tengah-tengah doa tak terasa mata saya berkaca-kaca.
***
 
PADA tahun 2013, panita mengadakan haul ke-2 sekaligus peringatan 1 Muharram. KH. Agoes Ali Masyhuri (Gus Ali) yang diundang sebagai penceramah, berkenan hadir dan memberikan tausiyah. Pengasuh ponpes Bumi Sholawat, Sidoarjo, itu menyampaikan beberapa pencerahan yang cukup panjang lebar.
 
Namun, saat beliau mau menyebutkan nama asli siapa sesungguhnya yang ada makam ini, tiba-tiba mikrofon yang dipegang Gus Ali terjatuh. Setelah mengambil mikrofon dari lantai, beliau berkata; “Wes yo, gak tak terosno... jenenge Kalbakal iku wae. Sepurane, beliau gak berkenan disebut asmane,” (Ya udah tidak usah saya teruskan. Namanya Kalbakal itu aja. Mohon maaf, beliaunya tidak berkenan disebut namanya).
 
Acara pada Desember 2013 itu berlangsung dengan lancar dan menggembirakan. Lagi-lagi KH. Abu Bakar didaulat untuk memimpin doa. Setelah acara, para kiai dan tokoh masyarakat yang hadir berkumpul bersama di rumah Ibu Tutik Mahmudah untuk melaksanakan ramah-tamah.
***
 
SEJAK tahun 2014, KH. Abu Bakar adalah salah satu kiai yang kerap berziarah ke makam ini. Beliau tergolong kiai sepuh yang sudah malang-melintang di dunia persarkuban. Nama beliau sangat masyhur di kalangan pecinta makam (sarkub). Namanya juga termaktub dalam prasasti pengukuhan makam Maulana Ishak (ayah Sunan Giri) yang berada di Kemantren, Paciran, Lamongan.
 
Jika ke makam ini, Kiai Abu Bakar terkadang hanya berdua dengan santrinya atau supirnya. Sesekali bersama sahabatnya sesama kiai. Seingat saya, salah satu kiai yang pernah diajak oleh beliau adalah KH. Abdul Matin (Wakil Rois Syuriah PWNU Jatim, Ketua Umum MUI Tuban dan Pengasuh Ponpes Sunan Bejagung, Tuban).
 
Setiap kali Kiai Abu Bakar ke makam ini, hampir dapat dipastikan selalu mengabari saya. Beberapa kali kami menghabiskan malam bersama ditemani kopi dan gorengan. Tak jarang warga sekitar juga ikut bercengkrama. Biasanya, kami hanya menjadi pendengar setia ketika beliau menceritakan makam-makam auliya’ yang pernah diziarahinya.
 
Suatu malam, Kiai Abu Bakar bercerita, bahwa salah satu tugas terberat Mbah Kalbakal adalah menaklukkan bajak laut. Padahal bajak laut zaman dahulu kala terkenal sakti mandraguna. Atas kuasa Allah, Mbah Kalbakal berhasil menaklukan kebrangasan mereka. Konon, tak sedikit diantara bajak laut itu insaf kemudian menjadi santrinya.
 
Pada suatu malam yang lain, setelah riyadhah di makam ini, beliau bercerita tentang hasil riyadhahnya: “Selama hampir berpuluh-puluh tahun saya berpetualang dari makam satu ke makam lainnya, inilah makam yang saya cari-cari.” Makam ini, menurut Kiai Abu Bakar, memiliki nasab yang paling tinggi kepada Rasulullah SAW.”
***
 
ITULAH beberapa cerita yang bisa saya rangkum tentang sejarah pembangunan makam dan sedikit menyingkap siapa sejatinya Mbah Kalbakal. Penulisan ini wujud ikhtiar agar hikayat-hikayat yang saya ketahui tak semakin tercecer atau hilang di dalam ingatan.
 
Ya... karena lebih banyak mengandalkan ingatan, maka tak heran jika di sana-sini ada saja yang terlewatkan dan terlupakan. Bahkan, tak menutup kemungkinan banyak mengandung kelemahan.
 
Setahu saya, khusus mengenai sejarah mengenal makam-makam auliya, ada tiga sumber rujukan. Pertama, mitos dan tuturan lisan yang turun-temurun. Kedua, sejarah resmi yang tertulis berupa manuskrib atau babad sejarah peninggalan masa lalu. Ketiga, wahyu dalam arti petunjuk dari Allah Swt. Dalam hal ini, yang dimaksud di antaranya ilham yang diterima oleh orang-orang saleh. (Jika merujuk yang di atas, Makam Mbah Kalbakal semoga sudah memenuhi syarat).
***
 
TAK terasa, satu dasawarsa sudah pembukaan makam Mbah Kalbakal berlalu. Meski masih terkesan mesterius, tapi saya patut mengucapkan terima kasih atas kerawuhan tamu jauh yang sudah berkenan menziarahi makam ini.
 
Ada tamu dari Jogja, pengampu pondok Kaliopak: Kiai Muhammad Jadul Maula. Ada pula kiai nyentrik asal Guluk-Guluk, Sumenep, Madura: Kiai M Faizi.
 
Gus Sullamul Hadi Nurmawan (Sidoarjo), Gus Kholilul Rohman Ahmad (Magelang), Gus Buya Assoiy (Lamongan), Alhamdulillah juga pernah ke sini. Kawan-kawan IKASUKA Gresik: Nur Faizah, Andik Hidayat, Ali Rohman, D'timboel Fuad, dll, terima kasih sudah pernah singgah ke tempat ini.
 
Saudara-saudaraku di Iksass Rayon PANTURA; Keila Astaghitsa, Shohibul Hamad, Suminto Crk, Azmil Sukmo, W Mahmudah, OemZet Umu Zainab, dll, matur numan atas kerawuhannya. Monggo jika kita luang bersama-sama Rotibul Haddad-an di sini.
 
Akhir kalam, izinkan saya menceritakan salah satu pengalaman saya terkait dengan makam ini:
 
Sepulang dari ibadah haji 2012, sekitar dua minggu saya di rumah, kebetulan tamu pengunjung haji sudah mulai sepi. Kira-kira pukul 23.00 hasrat berziarah ke makam Mbah Kalbakal seakan tak terbendung.
 
Suara hati segera minta dituruti dan saya pun segera berangkat ke makam. Tak lupa membawa minyak wangi, yang khusus saya beli di Madinah Al-Munawwarah dengan niatan hendak ditabur di makam beliau. Setelah membaca Surah Yasin dan Tahlil, saya pun pulang karena rasa kantuk tak bisa ditahan lagi.
 
Sesampainya di rumah langsung tidur. Dalam tidur itu bermimpi; posisi saya di hotel Madinah, dimana saya menginap saat haji. Begitu keluar dari kamar, saya disambut sosok berjubah hijau, wajahnya dipenuhi cahaya. Saya tak mampu menatapnya, lalu masuk lagi ke dalam kamar hotel. Kemudian saya pun terbangun, dan tak bisa tidur lagi...
 
Wallahu a’lam bish-shawabi.
 

Kisah Mbah Kalbakal, Campurejo, Panceng, Gresik (yang berbaju biru penulisnya)

***

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Alexander A. Anzieb A. Aziz Masyhuri A. Dahana A. Khoirul Anam A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.C. Andre Tanama A.J. Susmana A.S. Laksana A’an Jindan AS Abd. Mun’im Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kirno Tanda Abdul Lathif Abdul Malik Abdul Rauf Singkil Abdul Walid Abdurrahman Wachid Abdurrahman Wahid Abid Rohmanu Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adek Alwi Adhi Pandoyo Adhitia Armitrianto Adhy Rical Adi Faridh Adian Husaini Adin Aditya Ardi N Adreas Anggit W. Adrizas Adu Pesona Sang Wakil Presiden RI AF. Tuasikal Afri Meldam Afrizal Malna AG. Alif Agama Agama Para Bajingan Agit Yogi Subandi Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Rakasiwi Agus Sulton Agus Wibowo Agus Wirawan Aguslia Hidayah AH J Khuzaini Ah. Atok Illah Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Anshori Ahmad Damanik Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Gaus Ahmad Hasan MS Ahmad Jauhari Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Naufel Ahmad S. Zahari Ahmad Syafii Maarif Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ainul Fiah Akbar Ananda Speedgo Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhmad Siddiq Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Akmal Nasery Basral Aksin Wijaya Al-Fairish Al-Ma'ruf I Al-Ma'ruf II Alang Khoiruddin Albert Camus Ali Mahmudi Ch Alia Swastika Alvi Puspita Alvin Amien Wangsitalaja Aminah Aming Aminoedhin Ana Mustamin Anam Rahus Anas AG Andhi Setyo Wibowo Andi Gunawan Andry Deblenk Angela Anggie Melianna Anindita S. Thayf Anis Ceha Anitya Wahdini Anjrah Lelono Broto Antologi Sastra Lamongan Anugerah Ronggowarsito Anwar Nuris Aprillia Ika Arida Fadrus Aridus Arie MP Tamba Arie Yani Arief Junianto Ariel Heryanto Ariera Arif Bagus Prasetyo Aris Kurniawan Armawati Arswendo Atmowiloto Art Sabukjanur Arti Bumi Intaran Arwan Aryo Wisanggeni Aryo Wisanggeni Gentong AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Ashadi Ik Asrama Mahasiswa Aceh Sabena Asro Kamal Rokan Astrid Reza Asvi Warman Adam Atafras Atok Witono Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Azwar Nazir Baca Puisi Badrus Siroj Bahrul Ulum A. Malik Balada Bambang kempling Bambang Riyanto Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bastian Zulyeno Beni Setia Benni Setiawan Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Koran Berita Utama Bernando J. Sujibto Bernarda Rurit Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Biografi Bre Redana Brunel University Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Jay Utomo Budi P. Hatees Budi Palopo Budi Setyarso Budi Sp. Indrajati Budiman S. Hartoyo Budiman Sudjatmiko Buku Kritik Sastra Buldanul Khuri Candrakirana Cangaan Ujungpangkah Gresik Jawa Timur Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cawapres Jokowi Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chavchay Syaifullah Choirul Rikzqa Christian Heru Cahyo Saputro Cover Buku D. Dudu AR D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dadang Widjanarko Damiri Mahmud Dani Fuadhillah Daniel Paranamesa Darju Prasetya Dati Wahyuni Dawet Jabung Ponorogo Dedykalee Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Desa Glogok Karanggeneng Lamongan Deshinta Arofah Dewi Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan Dewi Anggraeni Dian Sukarno Diana A.V. Sasa Didik Kusbiantoro Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diskusi buku Djadjat Sudradjat Djasepudin Djoko Pitono Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Djulianto Susantio Dody Kristianto Dody Yan Masfa Dorothea Rosa Herliany Dr Andi Irawan Dr Siti Muti’ah Setiawati Dr. Hilma Rosyida Ahmad Drs H Choirul Anam Drs. Solihin Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwidjo Maksum Dyah Ayu Fitriana Eddi Koben Edeng Syamsul Ma’arif Edy Apriyanto Sudiyono Edy Firmansyah Edy Susanto Efri Ritonga EH Ismail Eidi Krina Jason Sembiring Eka Budianta Eko Hartono Eko Hendrawan Sofyan Eko Hendri Saiful El Sahra Mahendra Elita Sitorini Elly Trisnawati Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Em. Syuhada' Emha Ainun Nadjib Encep Abdullah Eni Sulistiyawati Eny Rose Esai Ester Lince Napitupulu Etik Widya Evan Ys F Rahardi Fahrudin Nasrulloh Fahrur Rozi Fajar Alayubi Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fathan Mubarak Fathul Qodir Fathul Qorib Felix K. Nesi Festival Gugur Gunung Festival Seni Surabaya 2011 Festival Teater Religi Pelajar SLTA Se-kabupaten Lamongan Fikri. MS Fiqih Arfani Firman Daeva Forum Lingkar Pena Lamongan Forum Penulis dan Penggiat Literasi Lamongan (FP2L) Forum Santri Nasional Forum Santri Nasional (FSN) Free Hearty Galuh Tulus Utama Gandis Uka Ganug Nugroho Adi Gedung Sabudga UNISDA Lamongan Gendut Riyanto Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gesit Ariyanto Gita Pratama Glenn Fredly Goenawan Mohamad Golput Gombloh Gombloh (1948 – 1988) Grathia Pitaloka Gugun el-Guyanie Gunoto Saparie Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Dur H.B. Jassin Hadi Napster Hafis Azhari Halim HD Halimi Zuhdy Hamid Dabashi Han Gagas Hardi Hamzah Hari Prasetyo Haris Del Hakim Haris Saputra Hary B Kori’un Hasan Basri Marwah Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasyim Asy’ari Hendro Situmorang Henri Nurcahyo Henry H Loupias Hera Khaerani Heri CS Heri Kris Heri Latief Heri Listianto Herman RN Hernadi Tanzil Herry Lamongan Heru Kuntoyo Heru Kurniawan Hikmat Darmawan Holy Adib Hudan Hidayat Hujuala Rika Ayu Humaidi Humam S Chudori I Made Asdhiana I Nyoman Suaka I. B. Putera Manuaba IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ichwan Prasetyo Ida Fitri Ignas Kleden Ilham Safutra Ilham Wancoko Imam Munadjat Imam Nawawi Imam Zanatul Huaeri Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Iman Herdiana Imron Arlado Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indigo Art Space Madiun Indra Tjahyadi Indrian Koto Ingki Rinaldi Iqmal Tahir Is Faridatul Arifah Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Zulkarnain Isra’ Mi’raj Iswadi Pratama Iswara N Raditya Iva Titin Shovia Iwan Awaluddin Yusuf Iwan Gunadi J. Sumardianta Jamrin Abubakar Jansen Sinamo Janu Jolang Janual Aidi Javed Paul Syatha Jayaning S.A Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jemie Simatupang Jenny Ang Jiero Cafe Jihan Fauziah JJ. Kusni Jl Simo Jo Batara Surya Jodhi Yudono Joko Budhiarto Joko Sadewo Joko Sandur Joko Widodo Jones Gultom Joni Ariadinata Joresan Mlarak Ponorogo Joseph E. Stiglitz Jual Buku Paket Hemat Junus Satrio Jurnalisme Sastra K. Hirzuddin Hasbullah K.H. Anwar Manshur K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma’ruf Amin K.H. Masrikhan Asy'ari K.H. Mudzakir Ma'ruf Kadjie MM Kajian Kitab Nashoihul 'Ibad Kang Daniel Karanggeneng Kartika Foundation Kasanwikrama Kasnadi Katrin Bandel Kedai Kopi Sastra Kekal Hamdani Kemah Budaya Panturan (KBP) Kesenian KH. M. Najib Muhammad KH. Ma'ruf Amin Khairul Mufid Jr Khawas Auskarni Khoirul Anwar Khoirul Inayah Khoirul Naim Khoirul Rosyadi Ki Ompong Sudarsono Kitab Arbain Nawawi Kitab Puisi Suluk Berahi karya Gampang Prawoto Ko Hyeong Ryeol Koh Young Hun Koko Sudarsono Komaruddin Hidayat Kompas TV Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sastra Teater Lamongan (KOSTELA) Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Kopi Bubuk Mbok Djum Kopuisi Korban Gempa di Lombok Kospela KPRI IKMAL Lamongan Kris Razianto Mada Kritik Sastra Kurnia Sari Aziza Kurniawan Kusni Kasdut Kuswaidi Syafi’ie Kuswinarto Lagu Laili Rahmawati Laksmi Sitoresmi Lamongan Lan Fang Larung Sastra Lathifa Akmaliyah Latif Fianto Leila S. Chudori Leo Tolstoy Lina Kelana Listiyono Santoso Liya Izzatul Iffah Liza Wahyuninto Lucky Aditya Ramadhan Ludruk Jawa Timur Lukisan Lukman Alm Lukman Santoso Az Luqman Almishr Lustantini Septiningsih Lutfi S. Mendut Lynglieastrid Isabellita M Ismail M Zainuddin M. Afif Hasbullah M. Faizi M. Iqbal Dawami M. Irfan Hidayatullah M. Latief M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Lutfi M. Mushthafa M. Riza Fahlevi M. Yoesoef M.D. Atmaja M’Shoe Madrasah Ibtida’iyah Thoriqotul Hidayah 1 Maghfur Munif Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahmud Syaltut Usfa Mahwi Air Tawar Majelis Ulama Indonesia Makalah Tinjauan Ilmiah Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Mantan Pastur Hafidz Al-Qur'an Maqhia Nisima Mardi Luhung Margita Widiyatmaka Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Marjohan Marsel Robot Martin Aleida Martin Hatch Marwan Ja'far Marwita Oktaviana Marzuki Mustamar Mashuri Masjid Tegalsari di Pesantren Gerbang Tinatar Masuki M. Astro Matroni el-Moezany Matroni Muserang Max Arifin Maya Handhini Mbah Kalbakal Medco Media Jawa Timur Medri Osno Mega Vristian Mei Anjar Wintolo Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Memoar Purnama di Kampung Halaman Menggalang Dana Amal Mentari Meida Mh Zaelani Tammaka Michael Gunadi Widjaja Mien Uno (Ibunda Sandiaga Uno) Misbahul Huda Misbahus Surur Moch. Faisol Mochammad A. Tomtom Moh Samsul Arifin Moh. Ghufron Cholid Mohamad Ali Hisyam Mohammad Afifi Mohammad Rafi Azzamy Mts Putra-Putri Simo-Sungelebak Muh Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ghannoe Muhammad Ghufron Muhammad Hidayat Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad N. Hassan Muhammad Rain Muhammad Taufik Muhammad Yasir Muhammad Zia Ulhaq Muhammadun A.S. Muhibin AM Muhidin M Dahlan Mujtahid Mujtahidin Billah Mukafi Niam Mukhsin Amar Mukti Sutarman Espe Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Mun'im Sirry Muntamah Cendani Museum Bikon Blewut Ledalero Musfarayani Musfi Efrizal Musyayana Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Nabi Adam Nanang Fahrudin Nandang Darana Naskah Monolog Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Ni Luh Made Pertiwi F Nindya Herdianti Ninin Nurzalina Wati Nitis Sahpeni Nono Anwar Makarim Noor H. Dee Noorsam Noval Jubbek Novel Pekik Novianti Setuningsih Nu’man ‘Zeus’ Anggara Nur Hamzah Nur Haryanto Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nuruddin Al Indunissy Nurul Aini Nurul Anam Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nuswantoro Nyimas Nyoman Tingkat Obrolan Oktamandjaya Wiguna Oky Sanjaya Opini Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Oyos Saroso H.N. Padepokan Lemah Putih Surakarta Pagelaran Musim Tandur Pameran Seni Rupa Panda MT Siallagan Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Pekan Literasi Lamongan Pelukis Dahlan Kong Pelukis Jumartono Pelukis Saron Pelukis Senior Tarmuzie Pendidikan Penerbit SastraSewu Penerbitan dan Toko Buku PUstaka puJAngga Lamongan Pengajian Pengetahuan Perang Peringatan Hari Pahlawan 10 November Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW Pesantren An Nawawi Tanara (Penata) Pesantren Kampung Inggris Peserta TEMU SASTRA JAWA TIMUR 2011 Petrik Matanasi Pilang Tejoasri Laren Lamongan Pilang Tejoasri Laren Lamongan Jawa Timur Pilkada Piramid Giza Politik Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang Pradana Boy ZTF Pradaningrum Mijarto Pramoedya Ananta Toer Prih Prawesti Febriani Pringadi AS Prof Dr Achmad Zahro Prof Dr Aminuddin Kasdi Profil MA Matholi'ul Anwar Prosa Puisi Puisi Menolak Korupsi Puisi Menolak Korupsi (PMK) Puji Hartanto Puji Santosa Puput Amiranti N Purwanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Puspita Rose Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putri Utami Putu Satria Kusuma Putu Setia Putu Wijaya R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R.Ng. Ronggowarsito Rabdul Rohim Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahmat Sazaly Rahmat Sularso Nh Raihul Fadjri Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Rambuana Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Redland Movie Rengga AP Reni Lismawati Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Riadi Ngasiran Rian Sindu Ribut Wijoto Rieke Diah Pitaloka Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Rizka Halida Rizky Putri Pratimi Robin Al Kautsar Rocky Gerung Rodli TL Rofiqi Hasan Rohmad Hadiwijoyo Rohmah Maulidia Rohman Abdullah Rojiful Mamduh Rosdiansyah Rosi Rosidi Roso Titi Sarkoro Rumah Budaya Pantura (RBP) Rumah Budaya Pantura Lamongan Rumah Literasi Rx King Motor S Yoga S. Jai S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabrank Suparno Saiful Amin Ghofur Saifur Rohman Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sandiaga Uno Sanggar Pasir Sanggar Pasir Art and Culture Santi Puji Rahayu Sapardi Djoko Damono Sardono W Kusumo Sartika Sari Sarworo Sp Sastra Facebook Satmoko Budi Santoso Satrio Lintang Satyagraha Hoerip Saut Situmorang Savidapius Sayuri Yosiana Sayyid Fahmi Alathas Sejarah Sekolah Literasi Gratis SelaSAstra Boenga Ketjil SelaSAstra Boenga Ketjil #23 SelaSAstra Boenga Ketjil #24 Seni Ambeng Ponorogo Senirupa Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Shofiyatuz Zahroh Shohebul Umam JR Sholihul Huda Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Silfia Hanani Sindu Putra Sita Planasari Aquadini Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Hadi Purnomo Soediro Satoto Soegiharto Soeprijadi Tomodihardjo Soetanto Soepiadhy Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sony Wibisono Sosiawan Leak Sreismitha Wungkul Sri Igustin Sri Mulyani Sri Wintala Achmad Sriyanto Danoesiswoyo Stefanus P. Elu Stevani Elisabeth STKIP PGRI Ponorogo Student Center Kampus ISI Yogyakarta Subagio Sastrowardoyo Suci Ayu Latifah Sudarmoko Sugeng Ariyadi Sukitman Sumenep Sumiati Anastasia Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungelebak Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Suripto SH Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suwardi Endraswara Suyadi San Syafrizal Sahrun Syaifuddin Gani Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Syamsul Arifin Syamsul Rizal Syi'ir Syifa Amori Syifa Aulia T.A. Sakti Tajuddin Noor Ganie Tamrin Bey dan Robin Al Kautsar TanahmeraH ArtSpace Tarpin A. Nasri Taufik Rachman Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Teater Air Teater Bias Teater Biru Teater Cepak Teater Dua Teater Kanjeng Teater Lingkar Merah Putih Teater Mikro Teater nDrinDinG Teater Nusa Teater Padi Teater Roda UNISDA Lamongan Teater Sakalintang Teater Tali Mama Teater Taman Teater Tawon Teater Tewol Teguh LR Temu Karya Teater Jawa Timur XXI Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Teori Darwin Teori Fisika Hawking Tgk Abdullah Lam U Tharie Rietha The Ibrahim Hosen Institute Theresia Purbandini Thomas Koten Tien Rostini Timur Arif Riyadi Tjahjono Widarmanto Tjut Zakiyah Anshari Toeti Adhitama Tosa Poetra Tri Andhi S Triyanto triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S Tutut Herlina Ucu Agustin Udo Z. Karzi Ulil Abshar-Abdalla Umar Fauzi Uniawati Unieq Awien Universitas Jember Usman Arrumy Ustadz Bangun Samudra Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Vassilisa Agata Veven Sp. Wardhana Viddy AD Daery Video Vino Warsono Virdika Rizky Utama Vita Devi Ajeng Pratiwi W. Haryanto W.S. Rendra Wakos R. Gautama Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Suryandoko William Shakespeare Wisnu Kisawa Wiwik Widiyati Wong Wing King Wuri Kartiasih Y. Wibowo Yayasan Thoriqotul Hidayah 1 Yayat R. Cipasang Yesi Devisa Yesi Devisa Putri Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yonathan Rahardjo Yudhi Herwibowo Yudi Latif Yulianto Yuliawati Yunanto Sutyastomo Yunus Supriyanto Yurnaldi Yushifull Ilmy Yusri Fajar Yusuf AN Yusuf Suharto Yusuf Wibisono Yuval Noah Harari Yuyuk Sugarman Z. Mustopa Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zarra Martsella Zawawi Se Zed Abidien Zehan Zareez Zen Hae Zii Zuhdi Swt