Kamis, 05 Oktober 2017

Pameran Seni Rupa, Karya Lukisan-lukisan Rengga AP

Kurator: Dwi Kartika Rahayu. SSn, Penulis: Nurel Javissyarqi, 
dengan tema "To Take Delight" di JIERO CAFE, 
Jl. Bali 17 Madiun tanggal  6-8 Oktober 2017

Sketches Perjalanan Pelukis Rengga AP
Nurel Javissyarqi *

Sebelum memperkenalkan Rengga AP ke sidang pembaca, saya ingin bercuap-cuap terlebih dulu, sekiranya bagi pengantar makolah sekaligus merambahi dunia lukis terdahulu, sekarang dan masa akan datang?

Jauh sedurung manusia mengenal lukisan, di kedalaman batinnya paling wingit, suara-suara mitos didongengkan atau bersama perubahan dinaya alam, umat manusia memahami keseluruhan jagad alit jagat besar, kedirian serta alam raya, membaca warna siang juga malam, mengamati pesona fajar pula senjakala. Tatkala kuda hitam menjelma angin menyeret arak-arakan gemawan, daya tenaganya yang besar merangseki bentuk kemauan, hasratnya perpindahan, sedang untaian rambut ekornya mengibas, menjatuhkan tiap-tiap pengharapan, lalu anak manusia penuhi pilihan-pilihan menggetarkan, takdir menentukan dari gambaran lama, dan lahirlah kenangan dari setiap tarikan nafas diantarkan jemari demi dilukiskan di dinding goa kesunyian. Atau rupa-rupa bahaya mengancam nyawanya, mereka menebar kabar berita yang diusung dari kemurnian menyelamatkan jiwa kemanusiaannya, menutup pintu goa atas batu besar dengan rapatnya, nafasnya tersengal was-was menderai sukmanya menuju terbitnya kesungguhan, lalu pelahan-lahan dimakmurkan perasaan dengan topangan jati keyakinan; apa yang menyala pastikan redup, yang berkobar-kobar dihempaskan angin sepi, sewarna sunyi-sepi diperoleh dari riuhan.

Di puncak kesadaran ini, sang bocah pelajari apa saja yang berkisar di sekelilingnya, gradasi warna pohon serta getahnya, men-yinauh-i rupa bebatuan, menggesek-gesekkan yang padat menjelma api, bebatang kayu dicobanya demi hadirnya ruh nyata, di sisi menyimak nyanyian gerimis, kemarahan hujan angin deras, petir guntur menyambar disertai kilatan-kilatan cahayanya menebang pepohonan, menciumi pepucuk gunung, menyentakkan pebukitan, lantas warna membiru dimengerti setelah api membakar keseluruhan diri. (‘Jika saya tidak memiliki warna merah, saya menggunakan warna biru’ Pablo Picasso).

Ketika waktu dilipat-lipat pemiliknya, angin-gelombang uluran selendang mengikuti irama tarian, lekuk leliku gemulainya atas tabuhan gending-gending dalam goa, bebulir air terpelanting, wewarna cahaya, angka hitungan, mendiami tempat-tempat terpencil, menjelma hal diperebutkan kala pelbagai makna dipijak di ruang kenyataan, bersama nama-nama disematkan, tapi semuanya berpulang kepada nurani, kala naluri saling gasak bertabrakan, dan darah mengucur menjelma rupa menentukan, tanah letak berdiri pun demikian, lalu putih pada bola mata senilai kepurnaan.

Hijau dedaunan, kuning kemarau melanda, coklat meranggas, hitam kelam menyerupai dendam yang siap melambrak apa saja di depan, seolah lama menanti, membeletat pagar kemendadakan, lelukisan ekspresi tak lagi nyata, menjalari jari-jari benalu memeluk erat pohon sengketa, semacam cinta lara, timbullan abstraksi mengejawantah. Lama sebelum itu telah di-rapal-kan datangnya musim kerinduan, entah diantarkan bayu pula gerimis mendatang nan mendentang, dilanjutkan tetabuhan keharmonisan, dan makhluk manusia tetap saja mencari, menjelajahi kulit bumi melayari lautan api, bibir-bibir retak mewujud tekstur perubahan. (‘Dunia tidak masuk akal, jadi mengapa saya harus melukis gambar itu?’ Pablo Picasso).
***

Saya bukan pelukis pun sastrawan, barangkali diri ini seniman, dan darah yang mengalir-mengarus deras dalam tubuh berasal dari jiwa seni. Seniman paling mujur pada keseluruhan hidupnya Pablo Picasso pun berkata-kata ‘Semua anak adalah seniman. Masalahnya, bagaimana tetap jadi seorang seniman setelah tumbuh besar nantinya.’ Tetapi saya tegak berteguh keyakinan, orang-orang yang berhasil mengembangkan jiwanya, sukses di bidang ditekuninnya itu seniman tulen, terus lahirlah seistilah seni berperang, seni berdagang, seni merampok, seni berkhotbah, seni menjiplak dst.

Berasal gemuruh suara sebelumnya lalu Andy Warhol melantunkan nada puitis, ‘Di masa mendatang, seseorang bisa terkenal, hanya dalam waktu lima belas menit.’ Bersamaan arus besar itulah seni lukis khususnya mencapai senjakalanya, berakhirnya sejarah, tamatnya filsafat, Tuhan pun wafat di tangan seniman kondang Friedrich Nietzsche. Guratan pun relief di goa, pula di barisan percandian serta cat minyak di tubuh kanvas sudah barang langka, diganti wajah seni rupa modern beraliran kontemporer, postmodern, hyper-postmodern, sampailah transformer-hyper-postmodern, misal hadirnya teknologi kamera nan canggih, instalasi seni rupa, instalasi seni pertunjukan kian menggila, tapi seolah hanya perpanjangan sampur dari capaian lama, lalu kitab Kamasutra kalah tenar film XXX. Seni lukis bernasib sama dengan takdir agama, yang awalnya asing kembali kepada keterasingannya.
***

Dan Rengga AP hadir dalam jaman yang sudah menganggap karya lukis telah terasing, pun ijek di-recoki persoalan klasik yang mewabahi negara berkembang, masyarakatnya masih mementingkan materi, ini dibenturkan paham keluarga, bahwa mencari uang dengan bekerja, bukan lewat melukis, menulis, apalagi baca buku, ditambah masalah pemula serta hal-hal seharusnya diberantas di dalam kepala orang tua demi masa depan anaknya; biarkan mereka bernasib malang-melintang melintasi alam dunianya, terpenting bertanggungjawab atas gagasan-gagasannya.

Rengga Ari Prasetyo lahir pada tanggal 4 Agustus 1989, putra pertama dari tiga bersaudara di Desa Purworejo, Geger, Madiun. Sekolah Dasar di desanya, Sekolah Menengah Pertama di Geger, Sekolah Menengah Kejuruan Kimia di Madiun, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri di Ponorogo dengan gelar SHI, 2014. Sedari tahun 2009 sampai 2014, menekuni Kitab-kitab Kuning di Pesantren Darul Hikam, Joresan, Mlarak, Ponorogo, kini sedang menumpuh S2 di kampus STAIN Kota Warok, maka praktis persahabatannya dengan lukisan sebagai autodidak nekat. Saya awal kali mengenalnya saat berada di Pesantren DH tahun 2011 dengan lukisan-lukisanya.

Ia bukan anak orang kaya dan tidak lahir dari rahim seorang ibu yang mengenyam pendidikan tinggi, namun sejarah tekat hidupnya patut diacungkan jempol sebarisan seniman idealis. Sengaja ‘memang’ dalam pengembaraan kedua di Bumi Reog tahun 2011 (sebelumnya tahun 2001 di Tegalsari), selain mengemban nasib tengah terdampar di SSC (Sutejo Spectrum Center) juga mencari orang-orang tekun yang layak meraih kesenangan batiniah. Di pesantren yang dalam keadaan melarat, Rengga AP masih sanggup mementingkan beli cat minyak yang berharga mahal, dibandingkan kebutuhan makan, ini mengingatkan saya semasa di Jogja berpuasa mutih, lantaran uang saku dibelanjakan demi membeli alat-alat lukis, dari situlah kami semakin akrab.

Hari-hari melewati wulan, bulan-bulan melampaui tahun, Rengga AP jadi bulan-bulanan atas teror saya tebarkan, saya pun dihantui nasib sedang menerkam kedalaman batin yang terus menerawang, istilah penulis Sutejo ‘Wayang kelangan gapite.’ Maka jadilah kami sama-sama tertawa, keluyuran mencari-cari corak obyek warna di ketenangan Telaga Ngebel, memaknai perpindahan warna serta efek terpantul dari siratan bebintik cahaya surya, mendung menggantung, air membaca, bebatuan merenung, pegunungan terlelap, pekabutan menyapa, ombak disisir angin, bayu disapu kelembutan putri yang didorong pengharapan dilukiskan, ataukah sampur sewarna pelangi Dewi Nawang Wulan menjuntai keluar dari pigura kenangan? (‘Betapa pun sebelnya seorang wanita, kalau dilukis tetaplah menyentuh rasa bangga, hingga tersenyum senang dibuatnya’ Nurel J.).
***

Setidaknya Rengga AP sudah tahu ‘History of Art’ Adi Kusrianto, Made Arini, membaca ‘Biografi Basoeki Abdullah Sang Maestro’ kepunyaan Solichin Salam, ‘Bung Karno: Kolektor dan Patron Seni Rupa Indonesia’ Mikke Susanto, bukunya Hendro Wiyanto dan Hari Budiono, ‘dia datang, dia lapar, dia pergi’ kenangan Pak Djon, sopir dan asisten pribadi pelukis Affandi, serta ‘Dullah Raja Realisme Indonesia’ Sudarmaji. Tentunya, buku-buku biografi pula karya-karya pemikir yang mempengaruhi diri saya ia lahap, tidak terkecuali seniman pelukis kapiran Adolf Hitler dengan kitab Mein Kampf.

Jadilah ia telah menjadi manusia waras ketika berkehendak menggelar pameran tunggal, menjelma seniman normal di antara seniman, meski tampak kegilaannya di hadapan masyarakat, khususnya di Karesidenan Madiun, wilayah yang tak membentuk pertimbangan serius kecuali mengkudeta jiwanya lebih dulu, sebelum mengkup seni rupa di tanah air dengan darah Madiun. Maka dengarkan khotbah Picasso; “Seniman yang baik meminjam, seniman yang besar mencuri” atau pitutur-nya “Pelajarilah aturan layaknya seorang profesional, sehingga dapat mematahkan mereka seperti seorang seniman.”

Mungkin jejak kanak Rengga AP gemar menggambar, senang mencoret-coret bangku sekolah seperti perkembangan pemuda seusianya, dan jari-jemari tangannya yang nggeratil tidak jenak di satu tempat, apalagi di tahun 2012 mulai membuka diri dengan para pelukis Kota Reyok, Abdoel Karim Masspoor, Sugeng Ariyadi, Andry Deblenk, Z Musthofa, di Madiun kotanya sindiri berkenalan dengan Bambang Irawanto, sempat saya ajak ke Lamongan menemui pelukis Jumartono serta pelukis senior Tarmuzie seangkatan almarhum Harjiman Jogjakarta, maka perangainya yang autodidak nekat sediki demi sedikit terarah, tidak lagi melukis kuburan, wajah para kyai juga rupa teman-temannya semata.

Di pesantren, ia mungkin tengah mengamalkan pendapatnya pelukis abstrak murni Achmad Sadali, ‘Daerah seni ialah daerah zikir, makin canggih kemampuan zikir manusia, makin peka mata batinnya.’ Di Darul Hikam Joresan, selain kesibukannya jadi santri juga ustad serta menjadi sopir mobilnya kyai sepuh, jadilah praktis nalarnya bergerak dinamis, melintasi bacaan serta tradisi, jalan naik turun lika-liku dilalui, bola matanya terus mengedarkan pandangan, mencari-cari obyek demi dilukiskan ulang. Mencerna kaca cermin psikologi percandaan kawan, kemalasan anak-anak didiknya dan sekali waktu menyapu halaman masjid, di samping gotakan yang tumbuh pohon sawo, mengepulkan asap rokok di warung sambil menelaah ulang buku-buku yang dibacanya, tidak lupa kembali ke dalam kediriannya.

Lukisan-lukisan Rengga AP belum banyak yang mapan atau sedikit yang mendekati kematangan, dan saya berharap di pameran tunggal kedua ke seterusnya, sudah pantas dipatahkan, dinilai tidak sekadar penggembira, tapi telah mempuni mentalitas coretannya dalam bertarung mengadapi badai gelombang besar, ketika angin kencang mendorongnya kuat di ketinggian; saat itu ia telah melampaui batas-batas kediriannya, keluar sedari ukuran semula, menuruti gejolak yang tidak dimengerti seolah keterasingan terhadap diri lebih kuat sedari sebelumnya. Senada bahasa Pablo Picasso; ‘Saya selalu melakukan apa yang tidak bisa saya lakukan, agar dapat belajar bagaimana melakukannya.’ Wewarna itu saya tunggu, dan menanti bisa memendam rindu di balik dendam jika pengharapan tidak sesuai, mengimpi pesona agung yang sanggup menggetarkan persendian ruang-ruang pameran, ruhaniahnya keluar dari skat-skat pigura, menyeruakkan pesona lukisannya menghampiri alam nyata bersegenap kerahasiaannya.

Usia Rengga AP genap 28 tahun, dapatlah berharap lukisan-lukisannya nanti memancarkan sifat-sifat misterius seperti karya Popo Iskandar. Tidak selukisan Djoko Pekik dengan garapan jelek menyerupai kerja borongan, tetapi terlanjur terkenal sebab adanya rupa-rupa menggelorakan suara rakyat kepada penguasa, semacam perpanjangan sedari lukisan ‘Tjap Go Meh’ karya Sindu Sudjojono. Dan semoga kualitas lukisannya kelak menghampiri karya-karya Affandi, begitu detail dengan pertimbangan dari kejelian dalam, kesuntukan memendam kepenuhan atau keseimbangan mempuni. Walau gairahnya di bawah Raden Saleh, yakni warna nafsunya tampak pada lukisan-lukisannya beraliran romantisisme. Meski belum sematang Basuki Abdullah dalam sapuan-sapuannya atas semangat Mooi Indie, tapi dapatlah berharap eskpresinya setangguh Bagong Kussudiardjo, dan sepertinya tidak memasuki dekoratif magis Widayat. Saya pun berharap salah satu karyanya menjadi koleksi penting Galeri Nasional bersama karya-karya pelukis yang saya sebut di paragraf ini.
***

Ketika bacaannya terhadap buku-buku terus merambah, sketsa-sketsanya tiada henti menajamkan pengamatan, mematangkan unsur-unsur tekad, menempa keyakinan di setingkap waktu menggelora, nilai-nilai siratan komposisi digali, di-keduk-nya dari dasar perasaan, keintiman kepada cat, bayangan kelam, keraguan siang, ketundukan sewaktu malam, was-was menguntitnya, hantu-hantu kegagalan, serta tembok putih tebal berjamur kemalasan, digempurnya bagaikan ombak lautan mengukir batuan karang, tak jemu mengunjungi capaiannya, dan perasaan tak puas mentok di tengah jalan, putus asa kembali bergairah, memuntahkan lahar hingga tak tersisa, lalu di sumur perenungan mulai temukan kejernihan air kebaharuan. Latihan sketsa seibarat baca buku tebal yang nikmat alurnya, ada tragedi, goda, misteri, juga hal-hal membuat jiwa muda, maka dimulailah tahun 2014 mengadakan pameran bersama para pelukis lainnya;

Pameran lukisan Hisma dalam Hari Jadi Kota Madiun di Alun-alun Caruban, pameran lukis ‘Ngawi Ramah Menyapa’ di Gedung Eka Kapti. Tahun 2015 pameran lukis pada Hari Jadi Madiun di Alun-alun Caruban, pameran lukis ‘Paguyuban Seni Rupa Madiun’ di Pasar Raya Sriratu, pameran lukisan Shor Zambou di Ponorogo City Center (PCC), pameran lukis ‘Madiun Obah’ di Hotel Aston. Di tahun 2016 pameran lukis ‘The Power of Art’ di Taman Budaya Yogyakarta (TBY), pameran lukis Hari Jadi Madiun di Gedung Korpri, pameran lukis Hari Jadi Kota Ponorogo di PCC, pameran lukis Tiga Perupa di Hotel Aston Madiun, pameran lukis Grebeg Suro di PCC, pameran lukisan ‘Serenade Biru di Langit Madiun’ di Hotel Aston. Tahun 2017, pameran lukis ‘EduArt: Jalinan Rona Pesona Estetika’ di TBY, gelar karya melukis bareng di Indigo Art Space dan di Gedung Kabupaten Madiun, presentasi karya lukisan bersama Heri Kris di Indigo Art Space, pameran lukis memperingati Hari Jadi Madiun, dan pameran lukis ‘Ragam Pesona’ di Gedung Eka Kapti, Ngawi. Sekarang tanggal 6-8 Oktober 2017 mengawali pameran lukis tunggal dengan tema ‘To Take Delight’ di JIERO, Jl. Bali 17 Madiun.

Rengga AP bisa dikata senasib para pelukis yang tumbuh di daerah lain, masih berpameran di dalam negeri, padahal di antara mereka sudah banyak yang berpameran ke luar serta dikenal di sana. Maka pesan singkat saya senada teror terdahulu; setiap kecamatan ada sejenis dirimu, di semua kabupaten ada puluhan, pada segenap provinsi ada ratusan orang memiliki semangat menyerupaimu serta lebih, olehnya hentikan cepat atau bertaubat kalau tidak sungguh. Jikalau tetap ngotot kumandangkan derap langkah, tambahkan kelipatan gairah, tempalah kuat-kuat keyakinanmu melebihi barisan pendahulu, sebab kualitas karyalah yang berbicara garang nantinya, dan jika kesunyian terus meringkus, tegap jangan ragu, barangkali jaman belum mendukungmu atau betapa banyak karya melampaui masanya, semasa hidupnya tidak didengar, tetapi nilai tinggi karya gemilang dipancarkan waktu sesungguhnya, seperti kita ketahui kemalangan Vincent van Gogh bersama karya-karyanya abadi sepanjang sejarah!

*) 27 September 2017, Pengelana waktu asal Lamongan, Indonesia, Dunia; datar atau bulat sama saja tetap berkarya!

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Alexander A. Anzieb A. Aziz Masyhuri A. Dahana A. Khoirul Anam A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.C. Andre Tanama A.J. Susmana A.S. Laksana A’an Jindan AS Abd. Mun’im Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kirno Tanda Abdul Lathif Abdul Malik Abdul Rauf Singkil Abdul Walid Abdurrahman Wachid Abdurrahman Wahid Abid Rohmanu Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adek Alwi Adhi Pandoyo Adhitia Armitrianto Adhy Rical Adi Faridh Adian Husaini Adin Aditya Ardi N Adreas Anggit W. Adrizas Adu Pesona Sang Wakil Presiden RI AF. Tuasikal Afri Meldam Afrizal Malna AG. Alif Agama Agama Para Bajingan Agit Yogi Subandi Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Rakasiwi Agus Sulton Agus Wibowo Agus Wirawan Aguslia Hidayah AH J Khuzaini Ah. Atok Illah Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Anshori Ahmad Damanik Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Gaus Ahmad Hasan MS Ahmad Jauhari Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Naufel Ahmad S. Zahari Ahmad Syafii Maarif Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ainul Fiah Akbar Ananda Speedgo Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhmad Siddiq Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Akmal Nasery Basral Aksin Wijaya Al-Fairish Al-Ma'ruf I Al-Ma'ruf II Alang Khoiruddin Albert Camus Ali Mahmudi Ch Alia Swastika Alvi Puspita Alvin Amien Wangsitalaja Aminah Aming Aminoedhin Ana Mustamin Anam Rahus Anas AG Andhi Setyo Wibowo Andi Gunawan Andry Deblenk Angela Anggie Melianna Anindita S. Thayf Anis Ceha Anitya Wahdini Anjrah Lelono Broto Antologi Sastra Lamongan Anugerah Ronggowarsito Anwar Nuris Aprillia Ika Arida Fadrus Aridus Arie MP Tamba Arie Yani Arief Junianto Ariel Heryanto Ariera Arif Bagus Prasetyo Aris Kurniawan Armawati Arswendo Atmowiloto Art Sabukjanur Arti Bumi Intaran Arwan Aryo Wisanggeni Aryo Wisanggeni Gentong AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Ashadi Ik Asrama Mahasiswa Aceh Sabena Asro Kamal Rokan Astrid Reza Asvi Warman Adam Atafras Atok Witono Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Azwar Nazir Baca Puisi Badrus Siroj Bahrul Ulum A. Malik Balada Bambang kempling Bambang Riyanto Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bastian Zulyeno Beni Setia Benni Setiawan Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Koran Berita Utama Bernando J. Sujibto Bernarda Rurit Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Biografi Bre Redana Brunel University Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Jay Utomo Budi P. Hatees Budi Palopo Budi Setyarso Budi Sp. Indrajati Budiman S. Hartoyo Budiman Sudjatmiko Buku Kritik Sastra Buldanul Khuri Candrakirana Cangaan Ujungpangkah Gresik Jawa Timur Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cawapres Jokowi Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chavchay Syaifullah Choirul Rikzqa Christian Heru Cahyo Saputro Cover Buku D. Dudu AR D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dadang Widjanarko Damiri Mahmud Dani Fuadhillah Daniel Paranamesa Darju Prasetya Dati Wahyuni Dawet Jabung Ponorogo Dedykalee Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Desa Glogok Karanggeneng Lamongan Deshinta Arofah Dewi Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan Dewi Anggraeni Dian Sukarno Diana A.V. Sasa Didik Kusbiantoro Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diskusi buku Djadjat Sudradjat Djasepudin Djoko Pitono Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Djulianto Susantio Dody Kristianto Dody Yan Masfa Dorothea Rosa Herliany Dr Andi Irawan Dr Siti Muti’ah Setiawati Dr. Hilma Rosyida Ahmad Drs H Choirul Anam Drs. Solihin Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwidjo Maksum Dyah Ayu Fitriana Eddi Koben Edeng Syamsul Ma’arif Edy Apriyanto Sudiyono Edy Firmansyah Edy Susanto Efri Ritonga EH Ismail Eidi Krina Jason Sembiring Eka Budianta Eko Hartono Eko Hendrawan Sofyan Eko Hendri Saiful El Sahra Mahendra Elita Sitorini Elly Trisnawati Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Em. Syuhada' Emha Ainun Nadjib Encep Abdullah Eni Sulistiyawati Eny Rose Esai Ester Lince Napitupulu Etik Widya Evan Ys F Rahardi Fahrudin Nasrulloh Fahrur Rozi Fajar Alayubi Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fathan Mubarak Fathul Qodir Fathul Qorib Felix K. Nesi Festival Gugur Gunung Festival Seni Surabaya 2011 Festival Teater Religi Pelajar SLTA Se-kabupaten Lamongan Fikri. MS Fiqih Arfani Firman Daeva Forum Lingkar Pena Lamongan Forum Penulis dan Penggiat Literasi Lamongan (FP2L) Forum Santri Nasional Forum Santri Nasional (FSN) Free Hearty Galuh Tulus Utama Gandis Uka Ganug Nugroho Adi Gedung Sabudga UNISDA Lamongan Gendut Riyanto Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gesit Ariyanto Gita Pratama Glenn Fredly Goenawan Mohamad Golput Gombloh Gombloh (1948 – 1988) Grathia Pitaloka Gugun el-Guyanie Gunoto Saparie Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Dur H.B. Jassin Hadi Napster Hafis Azhari Halim HD Halimi Zuhdy Hamid Dabashi Han Gagas Hardi Hamzah Hari Prasetyo Haris Del Hakim Haris Saputra Hary B Kori’un Hasan Basri Marwah Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasyim Asy’ari Hendro Situmorang Henri Nurcahyo Henry H Loupias Hera Khaerani Heri CS Heri Kris Heri Latief Heri Listianto Herman RN Hernadi Tanzil Herry Lamongan Heru Kuntoyo Heru Kurniawan Hikmat Darmawan Holy Adib Hudan Hidayat Hujuala Rika Ayu Humaidi Humam S Chudori I Made Asdhiana I Nyoman Suaka I. B. Putera Manuaba IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ichwan Prasetyo Ida Fitri Ignas Kleden Ilham Safutra Ilham Wancoko Imam Munadjat Imam Nawawi Imam Zanatul Huaeri Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Iman Herdiana Imron Arlado Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indigo Art Space Madiun Indra Tjahyadi Indrian Koto Ingki Rinaldi Iqmal Tahir Is Faridatul Arifah Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Zulkarnain Isra’ Mi’raj Iswadi Pratama Iswara N Raditya Iva Titin Shovia Iwan Awaluddin Yusuf Iwan Gunadi J. Sumardianta Jamrin Abubakar Jansen Sinamo Janu Jolang Janual Aidi Javed Paul Syatha Jayaning S.A Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jemie Simatupang Jenny Ang Jiero Cafe Jihan Fauziah JJ. Kusni Jl Simo Jo Batara Surya Jodhi Yudono Joko Budhiarto Joko Sadewo Joko Sandur Joko Widodo Jones Gultom Joni Ariadinata Joresan Mlarak Ponorogo Joseph E. Stiglitz Jual Buku Paket Hemat Junus Satrio Jurnalisme Sastra K. Hirzuddin Hasbullah K.H. Anwar Manshur K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma’ruf Amin K.H. Masrikhan Asy'ari K.H. Mudzakir Ma'ruf Kadjie MM Kajian Kitab Nashoihul 'Ibad Kang Daniel Karanggeneng Kartika Foundation Kasanwikrama Kasnadi Katrin Bandel Kedai Kopi Sastra Kekal Hamdani Kemah Budaya Panturan (KBP) Kesenian KH. M. Najib Muhammad KH. Ma'ruf Amin Khairul Mufid Jr Khawas Auskarni Khoirul Anwar Khoirul Inayah Khoirul Naim Khoirul Rosyadi Ki Ompong Sudarsono Kitab Arbain Nawawi Kitab Puisi Suluk Berahi karya Gampang Prawoto Ko Hyeong Ryeol Koh Young Hun Koko Sudarsono Komaruddin Hidayat Kompas TV Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sastra Teater Lamongan (KOSTELA) Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Kopi Bubuk Mbok Djum Kopuisi Korban Gempa di Lombok Kospela KPRI IKMAL Lamongan Kris Razianto Mada Kritik Sastra Kurnia Sari Aziza Kurniawan Kusni Kasdut Kuswaidi Syafi’ie Kuswinarto Lagu Laili Rahmawati Laksmi Sitoresmi Lamongan Lan Fang Larung Sastra Lathifa Akmaliyah Latif Fianto Leila S. Chudori Leo Tolstoy Lina Kelana Listiyono Santoso Liya Izzatul Iffah Liza Wahyuninto Lucky Aditya Ramadhan Ludruk Jawa Timur Lukisan Lukman Alm Lukman Santoso Az Luqman Almishr Lustantini Septiningsih Lutfi S. Mendut Lynglieastrid Isabellita M Ismail M Zainuddin M. Afif Hasbullah M. Faizi M. Iqbal Dawami M. Irfan Hidayatullah M. Latief M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Lutfi M. Mushthafa M. Riza Fahlevi M. Yoesoef M.D. Atmaja M’Shoe Madrasah Ibtida’iyah Thoriqotul Hidayah 1 Maghfur Munif Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahmud Syaltut Usfa Mahwi Air Tawar Majelis Ulama Indonesia Makalah Tinjauan Ilmiah Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Mantan Pastur Hafidz Al-Qur'an Maqhia Nisima Mardi Luhung Margita Widiyatmaka Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Marjohan Marsel Robot Martin Aleida Martin Hatch Marwan Ja'far Marwita Oktaviana Marzuki Mustamar Mashuri Masjid Tegalsari di Pesantren Gerbang Tinatar Masuki M. Astro Matroni el-Moezany Matroni Muserang Max Arifin Maya Handhini Mbah Kalbakal Medco Media Jawa Timur Medri Osno Mega Vristian Mei Anjar Wintolo Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Memoar Purnama di Kampung Halaman Menggalang Dana Amal Mentari Meida Mh Zaelani Tammaka Michael Gunadi Widjaja Mien Uno (Ibunda Sandiaga Uno) Misbahul Huda Misbahus Surur Moch. Faisol Mochammad A. Tomtom Moh Samsul Arifin Moh. Ghufron Cholid Mohamad Ali Hisyam Mohammad Afifi Mohammad Rafi Azzamy Mts Putra-Putri Simo-Sungelebak Muh Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ghannoe Muhammad Ghufron Muhammad Hidayat Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad N. Hassan Muhammad Rain Muhammad Taufik Muhammad Yasir Muhammad Zia Ulhaq Muhammadun A.S. Muhibin AM Muhidin M Dahlan Mujtahid Mujtahidin Billah Mukafi Niam Mukhsin Amar Mukti Sutarman Espe Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Mun'im Sirry Muntamah Cendani Museum Bikon Blewut Ledalero Musfarayani Musfi Efrizal Musyayana Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Nabi Adam Nanang Fahrudin Nandang Darana Naskah Monolog Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Ni Luh Made Pertiwi F Nindya Herdianti Ninin Nurzalina Wati Nitis Sahpeni Nono Anwar Makarim Noor H. Dee Noorsam Noval Jubbek Novel Pekik Novianti Setuningsih Nu’man ‘Zeus’ Anggara Nur Hamzah Nur Haryanto Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nuruddin Al Indunissy Nurul Aini Nurul Anam Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nuswantoro Nyimas Nyoman Tingkat Obrolan Oktamandjaya Wiguna Oky Sanjaya Opini Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Oyos Saroso H.N. Padepokan Lemah Putih Surakarta Pagelaran Musim Tandur Pameran Seni Rupa Panda MT Siallagan Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Pekan Literasi Lamongan Pelukis Dahlan Kong Pelukis Jumartono Pelukis Saron Pelukis Senior Tarmuzie Pendidikan Penerbit SastraSewu Penerbitan dan Toko Buku PUstaka puJAngga Lamongan Pengajian Pengetahuan Perang Peringatan Hari Pahlawan 10 November Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW Pesantren An Nawawi Tanara (Penata) Pesantren Kampung Inggris Peserta TEMU SASTRA JAWA TIMUR 2011 Petrik Matanasi Pilang Tejoasri Laren Lamongan Pilang Tejoasri Laren Lamongan Jawa Timur Pilkada Piramid Giza Politik Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang Pradana Boy ZTF Pradaningrum Mijarto Pramoedya Ananta Toer Prih Prawesti Febriani Pringadi AS Prof Dr Achmad Zahro Prof Dr Aminuddin Kasdi Profil MA Matholi'ul Anwar Prosa Puisi Puisi Menolak Korupsi Puisi Menolak Korupsi (PMK) Puji Hartanto Puji Santosa Puput Amiranti N Purwanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Puspita Rose Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putri Utami Putu Satria Kusuma Putu Setia Putu Wijaya R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R.Ng. Ronggowarsito Rabdul Rohim Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahmat Sazaly Rahmat Sularso Nh Raihul Fadjri Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Rambuana Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Redland Movie Rengga AP Reni Lismawati Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Riadi Ngasiran Rian Sindu Ribut Wijoto Rieke Diah Pitaloka Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Rizka Halida Rizky Putri Pratimi Robin Al Kautsar Rocky Gerung Rodli TL Rofiqi Hasan Rohmad Hadiwijoyo Rohmah Maulidia Rohman Abdullah Rojiful Mamduh Rosdiansyah Rosi Rosidi Roso Titi Sarkoro Rumah Budaya Pantura (RBP) Rumah Budaya Pantura Lamongan Rumah Literasi Rx King Motor S Yoga S. Jai S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabrank Suparno Saiful Amin Ghofur Saifur Rohman Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sandiaga Uno Sanggar Pasir Sanggar Pasir Art and Culture Santi Puji Rahayu Sapardi Djoko Damono Sardono W Kusumo Sartika Sari Sarworo Sp Sastra Facebook Satmoko Budi Santoso Satrio Lintang Satyagraha Hoerip Saut Situmorang Savidapius Sayuri Yosiana Sayyid Fahmi Alathas Sejarah Sekolah Literasi Gratis SelaSAstra Boenga Ketjil SelaSAstra Boenga Ketjil #23 SelaSAstra Boenga Ketjil #24 Seni Ambeng Ponorogo Senirupa Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Shofiyatuz Zahroh Shohebul Umam JR Sholihul Huda Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Silfia Hanani Sindu Putra Sita Planasari Aquadini Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Hadi Purnomo Soediro Satoto Soegiharto Soeprijadi Tomodihardjo Soetanto Soepiadhy Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sony Wibisono Sosiawan Leak Sreismitha Wungkul Sri Igustin Sri Mulyani Sri Wintala Achmad Sriyanto Danoesiswoyo Stefanus P. Elu Stevani Elisabeth STKIP PGRI Ponorogo Student Center Kampus ISI Yogyakarta Subagio Sastrowardoyo Suci Ayu Latifah Sudarmoko Sugeng Ariyadi Sukitman Sumenep Sumiati Anastasia Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungelebak Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Suripto SH Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suwardi Endraswara Suyadi San Syafrizal Sahrun Syaifuddin Gani Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Syamsul Arifin Syamsul Rizal Syi'ir Syifa Amori Syifa Aulia T.A. Sakti Tajuddin Noor Ganie Tamrin Bey dan Robin Al Kautsar TanahmeraH ArtSpace Tarpin A. Nasri Taufik Rachman Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Teater Air Teater Bias Teater Biru Teater Cepak Teater Dua Teater Kanjeng Teater Lingkar Merah Putih Teater Mikro Teater nDrinDinG Teater Nusa Teater Padi Teater Roda UNISDA Lamongan Teater Sakalintang Teater Tali Mama Teater Taman Teater Tawon Teater Tewol Teguh LR Temu Karya Teater Jawa Timur XXI Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Teori Darwin Teori Fisika Hawking Tgk Abdullah Lam U Tharie Rietha The Ibrahim Hosen Institute Theresia Purbandini Thomas Koten Tien Rostini Timur Arif Riyadi Tjahjono Widarmanto Tjut Zakiyah Anshari Toeti Adhitama Tosa Poetra Tri Andhi S Triyanto triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S Tutut Herlina Ucu Agustin Udo Z. Karzi Ulil Abshar-Abdalla Umar Fauzi Uniawati Unieq Awien Universitas Jember Usman Arrumy Ustadz Bangun Samudra Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Vassilisa Agata Veven Sp. Wardhana Viddy AD Daery Video Vino Warsono Virdika Rizky Utama Vita Devi Ajeng Pratiwi W. Haryanto W.S. Rendra Wakos R. Gautama Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Suryandoko William Shakespeare Wisnu Kisawa Wiwik Widiyati Wong Wing King Wuri Kartiasih Y. Wibowo Yayasan Thoriqotul Hidayah 1 Yayat R. Cipasang Yesi Devisa Yesi Devisa Putri Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yonathan Rahardjo Yudhi Herwibowo Yudi Latif Yulianto Yuliawati Yunanto Sutyastomo Yunus Supriyanto Yurnaldi Yushifull Ilmy Yusri Fajar Yusuf AN Yusuf Suharto Yusuf Wibisono Yuval Noah Harari Yuyuk Sugarman Z. Mustopa Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zarra Martsella Zawawi Se Zed Abidien Zehan Zareez Zen Hae Zii Zuhdi Swt