Selasa, 03 April 2012

Pergeseran Pola Puitik, dari Chairil Anwar menuju Arief B. Prasetyo

Ribut Wijoto
http://terpelanting.wordpress.com/

Ketika sedang suntuk mempelajari kembali puisi Chairil Anwar, saya tiba-tiba teringat Hugh Trevor-Roper, sejarawan yang membahas historiografi abad ke delapan belas. “Prestasi yang dicapai oleh sejarawan abad ke delapan belas sangat luar biasa”, tulisnya dalam buku The Listener (1977). Abad ke delapan belas telah semena-mena terhadap data dan peristiwa sejarah. Segala yang terjadi di masa silam dinilai dan ditafsirkan dengan norma dan realitas masa sekarang. Seolah-olah nilai masa sekarang bersifat mutlak dan masa silam bersifat relatif.

Semena-mena, sejarawan abad ke delapan belas tidak akan pernah sampai pada “apakah yang sesungguhnya terjadi di masa silam”. Mengapa seseorang, di masa silam, melakukan tindakan perang, bertobat, atau bunuh diri. Sejarawan abad tersebut tidak sedang berbicara untuk masa silam. Tujuan penelitian sejarah ada pada masa kini. Masa silam hanya kambing hitam untuk gagasan masa kini. Masa silam telah diperkosa. Tetapi begitulah, setiap perkosaan senantiasa menimbulkan kejutan, kenikmatan, pembisuan, dan ketegangan. Tergelar berbagai konsekuensi berkat pemerkosaan. Kemungkinan-kemungkinan yang sebelumnya terkunci rapat, dan tidak terperkirakan, bisa terbuka lebar, bahkan setiap orang dapat memasukinya. Aku, kita, dan mereka menjadi asing karena perkosaan.

Kesuntukan tiba-tiba menipis, saya mengalami pergeseran cara berpikir. Chairil Anwar, penyair yang semula saya posisikan sebagai artefak, data sejarah, berubah menjadi penyair yang berproses di kekinian. Puisi-puisi Chairil Anwar, saya anggapkan ditulis di masa sekarang, ditulis bukannya di masa silam. Saya akan semena-mena, seperti juga sejarawan abad ke delapan belas, terhadap puisi Chairil Anwar, agar saya memperoleh sesuatu yang tidak terkirakan. Konkretnya, saya akan membandingkan puisi Chairil Anwar dengan puisi yang benar-benar ditulis di masa sekarang. Pilihan jatuh pada puisi Arief B. Prasetyo, seorang penyair yang dikenal dengan antologi Mahasukka (terbitan Indonesia Tera, 2000).

****

Mempersandingkan puisi Chairil Anwar dengan Arief B. Prasetyo, saya menemukan adanya greget personalitas dalam merakit kata. Kedua penyair seakan saling berlomba menciptakan situasi garang dalam puisi. Kata-kata berkesan tegang, liar, kuat berotot, dan diliputi semangat individual. Ekspresi yang menekankan konflik kejiwaan manusia. Puisi seperti di tempatkan sebagai sarana mempertunjukkan kedirian berlumur persoalan pelik. Keindahan puisi diraih melalui problem, sejauh mana puisi mampu memberi gambaran amat personal atas pengalaman “kebrutalan” hidup manusia. Arief B. Prasetyo dan Chairil Anwar sama-sama menebarkan kebrutalan teks puisi.

Pembukaan puisi “Aku” dari Chairil Anwar: Kalau sampai waktuku, ‘Ku mau tak seorang ‘kan merayu, Tidak juga kau. Arief B. Prasetyo membuka puisi “Mahasukka” dengan kalimat: Di pinggulmu selusin sayap ingin mengerjap, kunang-kunang terbang, menikung, mengiang, membandang, terus, terus, cepat, ringkus, remas, hempas, keras-keras, jadi jerit bianglala yang terkulai di telaga, yang terberai, terkapar mengagapai-gapai akar darah. Kedua puisi sama-sama merepresentasikan kegalauan kejiwaan manusia di tengah kehidupan, sungguh ironis, yang juga galau.

Chairil Anwar memberi gambaran keinginan untuk tidak mau terganggu oleh siapa pun. Kedirian mutlak, tanpa tekanan dan keterlibatan lain-lain pihak. Chairil Anwar, besar kemungkinan, memilih masuk ke wilayah eksistensialisme. Manusia melakukan tindakan karena ia ingin melakukannya, bukan karena ada orang lain menyuruh atau mengondisikan. Kemerdekaan pribadi “aku”.

Gambaran puisi Arief B. Prasetyo terbalik dari puisi Chairil Anwar, kedirian tokoh dalam puisi menyebabkan berbagai pengaruh terhadap lingkungan. Manusia membuat segala makhluk ingin mendekat, terlibat aktif, dan berguna. Pesona manusia menciptakan ketergantungan gejolak adegan. Manusia menjadi pusat dari gerak lingkungan. Antroposentrisme, manusia sebagai pusat alam semesta. Tokoh dalam puisi Arief B. Prasetyo “terlibat” dalam lingkungan dan menentukan arah “nasib” lingkungan.

Keakanan puisi dalam terjadi dalam Chairil Anwar. Kalau sampai waktuku, ku mau, kalimat ini menandakan peristiwa masih belum terealisasi. Angan baru hendak menciptakan peristiwa. Berlainan dengan puisi Arief B. Prasetyo, peristiwa terjadi dalam keakanan bercampur kekinian. Selusin sayap ingin mengerjap, kunang-kunang terbang, kalimat ini memiliki dua tingkat waktu. Tahap pertama adalah keakanan dan tahap kedua adalah kenyataan sekarang. Batas tegas antara keakanan dan kekinian mungkin dihindari oleh Arief B. Prasetyo. Keduanya menggelibat bersamaan. Teks puisi yang berupa adonan keakanan dan aktualitas.

Perbedaan konsepsi waktu dalam teks puisi dari kedua penyair membuat puisi Arief B. Prasetyo tampak lebih kompleks di dalam menyajikan peristiwa. Chairil Anwar mengisyaratkan, “saya adalah personal tertentu dan saya ingin menciptakan kondisi tertentu”. Arief B. Prasetyo mengisyaratkan, “saya adalah personal tertentu, ingin menciptakan kondisi tertentu, dan saya sedang terlibat dalam peristiwa tertentu”. Lebih jauh lagi, Arief B. Prasetyo menandaskan kurang adanya perbedaan antara keinginan dan kenyataan.

Pilihan waktu konvergentif atau campuran pada puisi Arief B. Prasetyo didukung oleh campuran diksi yang variatif. Bermacam kata dengan lingkungan yang berbeda dipadukan dalam membentuk pernyataan kenyataan. Misalnya kata “pinggul”, barang dari tubuh manusia yang berbentuk bulat simetris dan bernuansa sensual, dipertautkan dengan “kunang-kunang”, barang dengan lingkungan hewani yang keluar saat malam dan “sebagai orang Jawa, saya percaya” kunang-kunang bernuansa kematian. Saya kelelahan ketika membayangkan kerumitan penciptaan puisi Arief B. Prasetyo. Konsentrasi tema dan perspektif yang kuat dibutuhkan agar campuran kata tidak mengalami keterpecahan atau non-kesinambungan.

Chairil Anwar juga melakukan keberanian dalam memilih kata. Hanya saja, keberanian Chairil Anwar terasa bersahaja bila dibandingkan dengan kerumitan puisi Arief B. Prasetyo. Hanya saja lagi, kebersahajaan Chairil Anwar didukung oleh strategi fonologis. Penghilangan satu-dua abjad di dalam kata. Misalnya kata “aku” cukup ditulis dengan “ku”, kata “akan” ditulis “’kan”, dan kata “tidak” cukup ditulis “tak”. Kekentalan peristiwa mendapat dukungan fonologis.

Dua bentuk keberanian proses perakitan kata, Chairil Anwar yang berani menyingkat kata dan Arief B. Prasetyo yang berani mencampurkan kata, bukannya tidak berpengaruh terhadap ilustrasi kenyataan. Masing-masing kenyataan dalam puisi Arief B. Prasetyo mengandung beberapa kenyataan bawahan. Kenyataan terdiri dari serangkaian, memang lebih tepatnya jalinan, kenyataan-kenyataan lain. Tercipta sebuah kenyataan pluralis. Kenyataan mewakili dirinya sendiri sebagai identitas khusus, dan bersama-sama dengan kenyataan lain, kesemuanya membentuk kenyataan baru. Ini produksi jalinan kenyataan yang berbeda dengan produksi kenyataan dalam puisi Chairil Anwar.

Penyingkatan fonologis oleh Chairil Anwar, menciptakan satu kenyataan yang padat, menggumpal, ketat ekspresi, serta tatanan utuh. Chairil Anwar seakan tidak ingin kenyataan puitik hasil ciptaannya terkontaminasi oleh identitas kenyataan bawahan. Chairil Anwar percaya terhadap kenyataan tunggal, tempat terwujud kegalauan jiwa manusia. Artinya, penafsiran atas kejiwaan manusia terfokus dalam satu kenyataan. Kepadatan kenyataan. Mungkin inilah keinginan Chairil Anwar, membuka penafsiran dari ketunggalan kenyataan. Ibarat sebuah kilatan petir, peristiwa sekilas yang memacu berbagai macam penafsiran justru karena ketidaklengkapan peristiwanya. Apa latar peristiwa, terjadi pada siapa, berdomisili di mana; bergantung kepada isian pengalaman jiwa manusia yang tentu saja berbeda-beda. Ambiguitas, rangkap-rangkap penafsiran yang dimungkinkan oleh kekhususan teks puisi Chairil Anwar.

Ambiguitas juga, saya percaya Arief B. Prasetyo menyadari dan sengaja melakukan, yang terjadi pada puisi “Mahasukka”. Satu kenyataan dalam puisi Chairil Anwar adalah ambigu. Setiap kenyataan dalam puisi Arief B. Prasetyo juga ambigu. Kalimat, di pinggulmu selusin sayap ingin mengerjap, memustahilkan penafsiran laten. Sejumlah makna dapat dimasukkan dalam kenyataan yang dibentuk oleh kalimat tersebut. Penafsiran menjadi bertingkat-tingkat ketika satu kenyataan dijalin dengan kenyataan lain yang juga bermuatan ambigu. Tingkatkan penafsiran makin semakin ambigu ketika jalinan kenyataan membentuk sebuah kenyataan besar. Jalinan kenyataan. Jalinan makna, berbagai penafsiran dimungkinkan oleh teks puisi Arief B. Prasetyo.

Kecuali perbedaan pola kenyataan, Chairil Anwar dan Arief B. Prasetyo memiliki cara berbeda untuk menarik minat pembaca dalam memproduksi penafsiran. Puisi menyediakan perangkap yang mengikat pembaca untuk betah, bahkan mengulang-ulang pembacaan, dan melakukan apresiasi teks. Semacam perawan yang mendandani badan dengan beragam asesoris dan aneka kosmetik, ada satu tujuan terselip, agar lawan jenis betah atau bergairah memandang sembari melakukan tindakan-tindakan apresiatif. Membaca puisi, seseorang seperti memasuki wilayah privasi penuh rambu-rambu dan tanda seru. Kesadaran tersedot dan kegairahan tafsir bangkit.

Arief B. Prasetyo merajuk pembaca melalui rentetan gelora ilustrasi. Bermula dari pinggul, semua orang tahu “pinggul” merupakan bagian tubuh berdaya sensual tinggi, pembaca diajak berkeliling ke tempat-tempat teatrikal. Di situ ada selusin sayap ingin mengerjap, ada kunang-kunang terbang, menikung, dan membandang. Di situ, di pinggul itu, ada gerak remasan, hempasan, ada ringkusan, dan ada yang terkapar menggapai-gapai akar darah. Dari tempat yang semula akrab, adakah orang yang tidak mempunyai pinggul, pembaca ditarik ke tampat-tempat asing dengan kejadian-kejadian asing. Dimensi pengalaman pembaca tersentak. Pengalaman yang melampaui kenyataan konkret, tetapi terjadi dan bermula dari bagian tubuh yang sangat akrab dengan setiap laju kehidupan.

Melalui kepadatan kata-kata, Chairil Anwar membetot keangkuhan jiwa pembaca. Keinginan menikmati kesendirian. Kebebasan mutlak; tanpa seorang pun mengganggu, terlibat, dan merayu pun tidak. Penajaman ilustrasi jiwa dalam puisi Chairil Anwar potensial merangsang pembaca menimbang-nimbang langkah tempuh, menjadikannya sebagai bahan renungan mengambil sikap hidup. Setiap orang menginginkan kebebasan, sama besarnya dengan keinginan mendapat pelayanan orang lain. Chairil Anwar berhasil menajamkan salah satu keinginan tersebut sehingga menutup antitesis keinginan pertama. Reduksi terjadi, maksimalitas sekaligus, atas kenyataan. Pembaca pun terprovokasi untuk melakukan penafsiran teks.

Bila diperbandingkan dengan puisi ciptaan Arief B. Prasetyo, pola perangsangan makna dalam puisi Chairil Anwar tampak bersahaja. Puisi Arief B. Prasetyo pun dapat dibaca dengan cara memahami puisi Chairil Anwar. Beberapa peristiwa daalam “Mahasukka” merupakan hasil redukasi, sekaligus maksimalisasi, terhadap kenyataan jiwa manusia. Misalnya, jiwa yang menjerit serupa bianglala di telaga, atau jiwa yang terkapar menggapai-gapai akar darah. Chairil Anwar hanya menggunakan satu ekspresi jiwa. Sedangkan Arief B. Prasetyo, beberapa ekspresi jiwa dipertontonkan. Pengalaman yang lebih luas digelar oleh puisi Arief B. Prasetyo. Sebaliknya, pola tamasya peristiwa dalam puisi Arief B. Prasetyo tidak dapat diperlakukan terhadap puisi Chairil Anwar. Kapasitas puisi Chairil Anwar terlalu bersahaja, atau tidak tersediakan tempat bagi pusaran makna.

Motivasi “kata” dalam puisi Arief B. Prasetyo dan puisi pun berbeda. Chairil Anwar menggunakan kata secara langsung merujuk pada penciptaan pikiran. Pembaca dihadapkan pada kondisi tusukan kejiwaan. Misalnya, ku mau tak seorang kan merayu. Puisi Chairil Anwar tidak menyisakan kesempatan bagi basa basi. Puisi Arief B. Prasetyo, pada akhirnya, memang ditujukan pada pikiran. Hanya saja arah jalan yang ditempuh sedikit melingkar. Kata dipergunakan sebesar-besarnya untuk mencipta gambar atau adegan. Misalnya, di pinggulmu selusin sayap ingin mengerjap. Hasil dari gambar atau adegan itulah yang menjadi referensi menuju pikiran. Melalui kelangsungan motivasi kata, tanpa penundaan seperti puisi Arief B. Prasetyo, kebersahajaan puisi Chairil Anwar makin kentara.

****

Apakah dengan perbedaan karakter puitik, Chairil Anwar yang bersahaja dan Arief B. Prasetyo yang berlimpahan, menjadikan satu dari keduanya lebih indah atau muatan estetikanya lebih tinggi? Saya hanya memastikan, kedua penyair memiliki perbedaan gaya pengucapan.

Penggunaan perangkat puitik yang berlimpahan, bisa jadi, sumber penting pengalaman jiwa. Kebersahajaan pengucapan, bisa jadi, cara tepat pengungkapan jiwa. Keduanya berbeda seperti perbedaan karya sastra bentuk haiku dengan karya sastra bentuk novel. Karya pertama terdiri hanya tujuh belas suku kata. Karya kedua terdiri dari puluhan ribu bahkan ratusan ribu suku kata. Sulit dipastikan, manakah lebih indah dari keduanya.

Tulisan ini hanya berpretensi pada cara wajar memandang penyair dan ciptaannya. Puisi bisa bebas untuk ditafsirkan. Puisi bebas juga diproduksi ulang. Saya kurang bersepakat dengan perhatian berlebihan terhadap penyair. Tindakan tersebut hanya akan memposisikan penyair dan karyanya sebagai mitos.

Saya gembira, tulisan ini meyakini “puisi Chairil Anwar tidak lebih bagus atau lebih buruk dari puisi Arief B. Prasetyo” dan dari penyair lain. Lebih gembira lagi, tulisan ini meyakini adanya pergeseran, mungkinkah ini sebuah perkembangan, konsepsi estetika dalam kepenyairan pasca-Chairil Anwar.

_________ Surabaya
Dijumput dari: http://terpelanting.wordpress.com/page/19/

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Alexander A. Anzieb A. Aziz Masyhuri A. Dahana A. Khoirul Anam A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.C. Andre Tanama A.J. Susmana A.S. Laksana A’an Jindan AS Abd. Mun’im Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kirno Tanda Abdul Lathif Abdul Malik Abdul Rauf Singkil Abdul Walid Abdurrahman Wachid Abdurrahman Wahid Abid Rohmanu Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adek Alwi Adhi Pandoyo Adhitia Armitrianto Adhy Rical Adi Faridh Adian Husaini Adin Aditya Ardi N Adreas Anggit W. Adrizas Adu Pesona Sang Wakil Presiden RI AF. Tuasikal Afri Meldam Afrizal Malna AG. Alif Agama Agama Para Bajingan Agit Yogi Subandi Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Rakasiwi Agus Sulton Agus Wibowo Agus Wirawan Aguslia Hidayah AH J Khuzaini Ah. Atok Illah Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Anshori Ahmad Damanik Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Gaus Ahmad Hasan MS Ahmad Jauhari Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Naufel Ahmad S. Zahari Ahmad Syafii Maarif Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ainul Fiah Akbar Ananda Speedgo Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhmad Siddiq Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Akmal Nasery Basral Aksin Wijaya Al-Fairish Al-Ma'ruf I Al-Ma'ruf II Alang Khoiruddin Albert Camus Ali Mahmudi Ch Alia Swastika Alvi Puspita Alvin Amien Wangsitalaja Aminah Aming Aminoedhin Ana Mustamin Anam Rahus Anas AG Andhi Setyo Wibowo Andi Gunawan Andry Deblenk Angela Anggie Melianna Anindita S. Thayf Anis Ceha Anitya Wahdini Anjrah Lelono Broto Antologi Sastra Lamongan Anugerah Ronggowarsito Anwar Nuris Aprillia Ika Arida Fadrus Aridus Arie MP Tamba Arie Yani Arief Junianto Ariel Heryanto Ariera Arif Bagus Prasetyo Aris Kurniawan Armawati Arswendo Atmowiloto Art Sabukjanur Arti Bumi Intaran Arwan Aryo Wisanggeni Aryo Wisanggeni Gentong AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Ashadi Ik Asrama Mahasiswa Aceh Sabena Asro Kamal Rokan Astrid Reza Asvi Warman Adam Atafras Atok Witono Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Azwar Nazir Baca Puisi Badrus Siroj Bahrul Ulum A. Malik Balada Bambang kempling Bambang Riyanto Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bastian Zulyeno Beni Setia Benni Setiawan Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Koran Berita Utama Bernando J. Sujibto Bernarda Rurit Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Biografi Bre Redana Brunel University Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Jay Utomo Budi P. Hatees Budi Palopo Budi Setyarso Budi Sp. Indrajati Budiman S. Hartoyo Budiman Sudjatmiko Buku Kritik Sastra Buldanul Khuri Candrakirana Cangaan Ujungpangkah Gresik Jawa Timur Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cawapres Jokowi Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chavchay Syaifullah Choirul Rikzqa Christian Heru Cahyo Saputro Cover Buku D. Dudu AR D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dadang Widjanarko Damiri Mahmud Dani Fuadhillah Daniel Paranamesa Darju Prasetya Dati Wahyuni Dawet Jabung Ponorogo Dedykalee Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Desa Glogok Karanggeneng Lamongan Deshinta Arofah Dewi Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan Dewi Anggraeni Dian Sukarno Diana A.V. Sasa Didik Kusbiantoro Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diskusi buku Djadjat Sudradjat Djasepudin Djoko Pitono Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Djulianto Susantio Dody Kristianto Dody Yan Masfa Dorothea Rosa Herliany Dr Andi Irawan Dr Siti Muti’ah Setiawati Dr. Hilma Rosyida Ahmad Drs H Choirul Anam Drs. Solihin Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwidjo Maksum Dyah Ayu Fitriana Eddi Koben Edeng Syamsul Ma’arif Edy Apriyanto Sudiyono Edy Firmansyah Edy Susanto Efri Ritonga EH Ismail Eidi Krina Jason Sembiring Eka Budianta Eko Hartono Eko Hendrawan Sofyan Eko Hendri Saiful El Sahra Mahendra Elita Sitorini Elly Trisnawati Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Em. Syuhada' Emha Ainun Nadjib Encep Abdullah Eni Sulistiyawati Eny Rose Esai Ester Lince Napitupulu Etik Widya Evan Ys F Rahardi Fahrudin Nasrulloh Fahrur Rozi Fajar Alayubi Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fathan Mubarak Fathul Qodir Fathul Qorib Felix K. Nesi Festival Gugur Gunung Festival Seni Surabaya 2011 Festival Teater Religi Pelajar SLTA Se-kabupaten Lamongan Fikri. MS Fiqih Arfani Firman Daeva Forum Lingkar Pena Lamongan Forum Penulis dan Penggiat Literasi Lamongan (FP2L) Forum Santri Nasional Forum Santri Nasional (FSN) Free Hearty Galuh Tulus Utama Gandis Uka Ganug Nugroho Adi Gedung Sabudga UNISDA Lamongan Gendut Riyanto Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gesit Ariyanto Gita Pratama Glenn Fredly Goenawan Mohamad Golput Gombloh Gombloh (1948 – 1988) Grathia Pitaloka Gugun el-Guyanie Gunoto Saparie Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Dur H.B. Jassin Hadi Napster Hafis Azhari Halim HD Halimi Zuhdy Hamid Dabashi Han Gagas Hardi Hamzah Hari Prasetyo Haris Del Hakim Haris Saputra Hary B Kori’un Hasan Basri Marwah Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasyim Asy’ari Hendro Situmorang Henri Nurcahyo Henry H Loupias Hera Khaerani Heri CS Heri Kris Heri Latief Heri Listianto Herman RN Hernadi Tanzil Herry Lamongan Heru Kuntoyo Heru Kurniawan Hikmat Darmawan Holy Adib Hudan Hidayat Hujuala Rika Ayu Humaidi Humam S Chudori I Made Asdhiana I Nyoman Suaka I. B. Putera Manuaba IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ichwan Prasetyo Ida Fitri Ignas Kleden Ilham Safutra Ilham Wancoko Imam Munadjat Imam Nawawi Imam Zanatul Huaeri Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Iman Herdiana Imron Arlado Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indigo Art Space Madiun Indra Tjahyadi Indrian Koto Ingki Rinaldi Iqmal Tahir Is Faridatul Arifah Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Zulkarnain Isra’ Mi’raj Iswadi Pratama Iswara N Raditya Iva Titin Shovia Iwan Awaluddin Yusuf Iwan Gunadi J. Sumardianta Jamrin Abubakar Jansen Sinamo Janu Jolang Janual Aidi Javed Paul Syatha Jayaning S.A Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jemie Simatupang Jenny Ang Jiero Cafe Jihan Fauziah JJ. Kusni Jl Simo Jo Batara Surya Jodhi Yudono Joko Budhiarto Joko Sadewo Joko Sandur Joko Widodo Jones Gultom Joni Ariadinata Joresan Mlarak Ponorogo Joseph E. Stiglitz Jual Buku Paket Hemat Junus Satrio Jurnalisme Sastra K. Hirzuddin Hasbullah K.H. Anwar Manshur K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma’ruf Amin K.H. Masrikhan Asy'ari K.H. Mudzakir Ma'ruf Kadjie MM Kajian Kitab Nashoihul 'Ibad Kang Daniel Karanggeneng Kartika Foundation Kasanwikrama Kasnadi Katrin Bandel Kedai Kopi Sastra Kekal Hamdani Kemah Budaya Panturan (KBP) Kesenian KH. M. Najib Muhammad KH. Ma'ruf Amin Khairul Mufid Jr Khawas Auskarni Khoirul Anwar Khoirul Inayah Khoirul Naim Khoirul Rosyadi Ki Ompong Sudarsono Kitab Arbain Nawawi Kitab Puisi Suluk Berahi karya Gampang Prawoto Ko Hyeong Ryeol Koh Young Hun Koko Sudarsono Komaruddin Hidayat Kompas TV Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sastra Teater Lamongan (KOSTELA) Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Kopi Bubuk Mbok Djum Kopuisi Korban Gempa di Lombok Kospela KPRI IKMAL Lamongan Kris Razianto Mada Kritik Sastra Kurnia Sari Aziza Kurniawan Kusni Kasdut Kuswaidi Syafi’ie Kuswinarto Lagu Laili Rahmawati Laksmi Sitoresmi Lamongan Lan Fang Larung Sastra Lathifa Akmaliyah Latif Fianto Leila S. Chudori Leo Tolstoy Lina Kelana Listiyono Santoso Liya Izzatul Iffah Liza Wahyuninto Lucky Aditya Ramadhan Ludruk Jawa Timur Lukisan Lukman Alm Lukman Santoso Az Luqman Almishr Lustantini Septiningsih Lutfi S. Mendut Lynglieastrid Isabellita M Ismail M Zainuddin M. Afif Hasbullah M. Faizi M. Iqbal Dawami M. Irfan Hidayatullah M. Latief M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Lutfi M. Mushthafa M. Riza Fahlevi M. Yoesoef M.D. Atmaja M’Shoe Madrasah Ibtida’iyah Thoriqotul Hidayah 1 Maghfur Munif Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahmud Syaltut Usfa Mahwi Air Tawar Majelis Ulama Indonesia Makalah Tinjauan Ilmiah Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Mantan Pastur Hafidz Al-Qur'an Maqhia Nisima Mardi Luhung Margita Widiyatmaka Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Marjohan Marsel Robot Martin Aleida Martin Hatch Marwan Ja'far Marwita Oktaviana Marzuki Mustamar Mashuri Masjid Tegalsari di Pesantren Gerbang Tinatar Masuki M. Astro Matroni el-Moezany Matroni Muserang Max Arifin Maya Handhini Mbah Kalbakal Medco Media Jawa Timur Medri Osno Mega Vristian Mei Anjar Wintolo Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Memoar Purnama di Kampung Halaman Menggalang Dana Amal Mentari Meida Mh Zaelani Tammaka Michael Gunadi Widjaja Mien Uno (Ibunda Sandiaga Uno) Misbahul Huda Misbahus Surur Moch. Faisol Mochammad A. Tomtom Moh Samsul Arifin Moh. Ghufron Cholid Mohamad Ali Hisyam Mohammad Afifi Mohammad Rafi Azzamy Mts Putra-Putri Simo-Sungelebak Muh Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ghannoe Muhammad Ghufron Muhammad Hidayat Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad N. Hassan Muhammad Rain Muhammad Taufik Muhammad Yasir Muhammad Zia Ulhaq Muhammadun A.S. Muhibin AM Muhidin M Dahlan Mujtahid Mujtahidin Billah Mukafi Niam Mukhsin Amar Mukti Sutarman Espe Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Mun'im Sirry Muntamah Cendani Museum Bikon Blewut Ledalero Musfarayani Musfi Efrizal Musyayana Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Nabi Adam Nanang Fahrudin Nandang Darana Naskah Monolog Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Ni Luh Made Pertiwi F Nindya Herdianti Ninin Nurzalina Wati Nitis Sahpeni Nono Anwar Makarim Noor H. Dee Noorsam Noval Jubbek Novel Pekik Novianti Setuningsih Nu’man ‘Zeus’ Anggara Nur Hamzah Nur Haryanto Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nuruddin Al Indunissy Nurul Aini Nurul Anam Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nuswantoro Nyimas Nyoman Tingkat Obrolan Oktamandjaya Wiguna Oky Sanjaya Opini Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Oyos Saroso H.N. Padepokan Lemah Putih Surakarta Pagelaran Musim Tandur Pameran Seni Rupa Panda MT Siallagan Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Pekan Literasi Lamongan Pelukis Dahlan Kong Pelukis Jumartono Pelukis Saron Pelukis Senior Tarmuzie Pendidikan Penerbit SastraSewu Penerbitan dan Toko Buku PUstaka puJAngga Lamongan Pengajian Pengetahuan Perang Peringatan Hari Pahlawan 10 November Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW Pesantren An Nawawi Tanara (Penata) Pesantren Kampung Inggris Peserta TEMU SASTRA JAWA TIMUR 2011 Petrik Matanasi Pilang Tejoasri Laren Lamongan Pilang Tejoasri Laren Lamongan Jawa Timur Pilkada Piramid Giza Politik Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang Pradana Boy ZTF Pradaningrum Mijarto Pramoedya Ananta Toer Prih Prawesti Febriani Pringadi AS Prof Dr Achmad Zahro Prof Dr Aminuddin Kasdi Profil MA Matholi'ul Anwar Prosa Puisi Puisi Menolak Korupsi Puisi Menolak Korupsi (PMK) Puji Hartanto Puji Santosa Puput Amiranti N Purwanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Puspita Rose Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putri Utami Putu Satria Kusuma Putu Setia Putu Wijaya R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R.Ng. Ronggowarsito Rabdul Rohim Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahmat Sazaly Rahmat Sularso Nh Raihul Fadjri Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Rambuana Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Redland Movie Rengga AP Reni Lismawati Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Riadi Ngasiran Rian Sindu Ribut Wijoto Rieke Diah Pitaloka Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Rizka Halida Rizky Putri Pratimi Robin Al Kautsar Rocky Gerung Rodli TL Rofiqi Hasan Rohmad Hadiwijoyo Rohmah Maulidia Rohman Abdullah Rojiful Mamduh Rosdiansyah Rosi Rosidi Roso Titi Sarkoro Rumah Budaya Pantura (RBP) Rumah Budaya Pantura Lamongan Rumah Literasi Rx King Motor S Yoga S. Jai S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabrank Suparno Saiful Amin Ghofur Saifur Rohman Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sandiaga Uno Sanggar Pasir Sanggar Pasir Art and Culture Santi Puji Rahayu Sapardi Djoko Damono Sardono W Kusumo Sartika Sari Sarworo Sp Sastra Facebook Satmoko Budi Santoso Satrio Lintang Satyagraha Hoerip Saut Situmorang Savidapius Sayuri Yosiana Sayyid Fahmi Alathas Sejarah Sekolah Literasi Gratis SelaSAstra Boenga Ketjil SelaSAstra Boenga Ketjil #23 SelaSAstra Boenga Ketjil #24 Seni Ambeng Ponorogo Senirupa Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Shofiyatuz Zahroh Shohebul Umam JR Sholihul Huda Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Silfia Hanani Sindu Putra Sita Planasari Aquadini Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Hadi Purnomo Soediro Satoto Soegiharto Soeprijadi Tomodihardjo Soetanto Soepiadhy Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sony Wibisono Sosiawan Leak Sreismitha Wungkul Sri Igustin Sri Mulyani Sri Wintala Achmad Sriyanto Danoesiswoyo Stefanus P. Elu Stevani Elisabeth STKIP PGRI Ponorogo Student Center Kampus ISI Yogyakarta Subagio Sastrowardoyo Suci Ayu Latifah Sudarmoko Sugeng Ariyadi Sukitman Sumenep Sumiati Anastasia Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungelebak Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Suripto SH Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suwardi Endraswara Suyadi San Syafrizal Sahrun Syaifuddin Gani Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Syamsul Arifin Syamsul Rizal Syi'ir Syifa Amori Syifa Aulia T.A. Sakti Tajuddin Noor Ganie Tamrin Bey dan Robin Al Kautsar TanahmeraH ArtSpace Tarpin A. Nasri Taufik Rachman Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Teater Air Teater Bias Teater Biru Teater Cepak Teater Dua Teater Kanjeng Teater Lingkar Merah Putih Teater Mikro Teater nDrinDinG Teater Nusa Teater Padi Teater Roda UNISDA Lamongan Teater Sakalintang Teater Tali Mama Teater Taman Teater Tawon Teater Tewol Teguh LR Temu Karya Teater Jawa Timur XXI Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Teori Darwin Teori Fisika Hawking Tgk Abdullah Lam U Tharie Rietha The Ibrahim Hosen Institute Theresia Purbandini Thomas Koten Tien Rostini Timur Arif Riyadi Tjahjono Widarmanto Tjut Zakiyah Anshari Toeti Adhitama Tosa Poetra Tri Andhi S Triyanto triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S Tutut Herlina Ucu Agustin Udo Z. Karzi Ulil Abshar-Abdalla Umar Fauzi Uniawati Unieq Awien Universitas Jember Usman Arrumy Ustadz Bangun Samudra Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Vassilisa Agata Veven Sp. Wardhana Viddy AD Daery Video Vino Warsono Virdika Rizky Utama Vita Devi Ajeng Pratiwi W. Haryanto W.S. Rendra Wakos R. Gautama Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Suryandoko William Shakespeare Wisnu Kisawa Wiwik Widiyati Wong Wing King Wuri Kartiasih Y. Wibowo Yayasan Thoriqotul Hidayah 1 Yayat R. Cipasang Yesi Devisa Yesi Devisa Putri Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yonathan Rahardjo Yudhi Herwibowo Yudi Latif Yulianto Yuliawati Yunanto Sutyastomo Yunus Supriyanto Yurnaldi Yushifull Ilmy Yusri Fajar Yusuf AN Yusuf Suharto Yusuf Wibisono Yuval Noah Harari Yuyuk Sugarman Z. Mustopa Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zarra Martsella Zawawi Se Zed Abidien Zehan Zareez Zen Hae Zii Zuhdi Swt