Sabtu, 14 April 2012

JADZAB

Usman Arrumy
http://sastra-indonesia.com/

Jadzab, di dalam istilah tasawuf adalah suatu maqom atau keadaan di luar kesadaran seseorang, atau bahkan, sudah tidak tertaklif secara syariat? kali ini saya hendak mengawalinya dengan asal-usul lafadz JADZAB terlebih dahulu, bahwa di dalam kamus bahasa arab mula dari JADZAB adalah – Jadzaba-Yajdzibu-Jadzban – yang berarti mempunyai makna ”menarik”, sementara obyek atau maf’ulnya adalah majdzub yang berarti mengandung makna tertarik, di dalam istilah sufi, biasanya jadzab di gunakan terhadap situasi bagi seseorang yang sedang mengalami (khoriqul adat) atau jenis yang lain,
seperti nyleneh, keluar dari adat kebiasaan umum, atau mungkin bisa di kategorikan orang gila yang berkeramat, di katakan gila sebab munculnya pemahaman bahwa jadzab adalah hilangnya keumuman secara manusia, tentu beda dengan arti dari gila sendiri, sebab gila di dalam bahasa arabnya adalah Junna- Junuunan – gila- atau, Janna-Yajunnu-Jannan – yang artinya menutup- .Secara etimologis, jadzdzaab adalah bentuk superlatif ( mubalaghah) dari kata jadzaba, yang artinya “;menarik”;, dan dalam format superlatif dapat diartikan “;sangat menarik”;. Dalam terminologi pesantren, ia sering digunakan dalam konteks pengalaman batin dan pemahaman seseorang yang dimanifestasikan dalam perbuatan dan kata yang kurang dapat dipahami oleh publik.

namun di sini, saya tidak hendak memperpanjang pembahasan tentang jadzab versi sufi, sebab saya- secara pribadi – hendak membahas jadzab dengan melibatkan Antologi Puisi Lintas Pesantren yang baru terbit beberapa waktu yang lalu, tentang sebuah puisi yang di tulis oleh 17 santri di jawa, Antologi yang merangkum 128 puisi yang muncul dari telaga yang wujudnya adalah pesantren, sebuah perjalanan dari angan ke fikiran, dari lamun ke renungan, hingga menjadi satu titik, titik luruh jadi huruf, huruf menjelma kata, kata di kutuk menjadi bahasa, sampai tercipta sebagai puisi.

mekanisme yang terjadi selanjutnya adalah proses menuju suatu tikungan, tikungan yang menyimpan beragam karya sastra, justru muncul dari sekelompok orang yang lahir dari pesantren, atau yang lebih di kenal dengan santri, sebab pada kenyataanya, riwayat yang secara umum muncul dari pesantren adalah santri hanya bisa khotbah, tausyiah, dan sejenisnya yang intinya hanya bersentuhan dengan kitab kuning, pendek kata, santri ya hanya ngaji. padahal, jika mau me-replay sejenak bagaimana di dalam pesantren ternyata paling dasar yang di ajarkan adalah sastra, kita lihat, pertama jurumiyah, menerangkan tentang dasar pengenalan bahasa, apalagi jika sudah merambah ke wilayah imriti? bahkan alfiyah? atau uqudul juman bahkan mantiq?

tentu dari sini, pemahaman di atas bisa menjadi konklusi bahwa 17 santri tersebut diamdiam mematahkan beragam anggapan dari luar dengan cara membuat buku yang seluruhnya adalah puisi, mereka seakan ingin menampilkan kepada publik bahwa ternyata santri juga bisa berpuisi dan memuisi, kalau ternyata di dalam pesantren juga mengenal seni, lebih jelas lagi, santri juga bisa menjadi penyair.

kembali lagi kepada pembahasan awal, JADZAB, sebuah judul dari buku yang secara implisit mengambil dari salah satu judul puisi di dalam buku tersebut, barangkali menyimpan esensi dari seluruh puisi yang di suguhkan oleh 17 santri tersebut, jika di pertanyakan, mengapa musti di beri judul JADZAB? sebagaimana yang tertulis di atas, arti dari substansi kata JADZAB: gila! dalam pada itu, gila dengan artian ketidakwarasan menulis kata sehingga yang muncul adalah berbeda dari yang lainnya, keanehan yang bertubitubi melanda para santri itulah yang mendasari terciptanya puisi, oleh karenanya, buku JADZAB itu mengambil posisi strategis di atas panggung sastra sebagai puisi yang keberadaannya adalah nyleneh, memang, estetika yang di pergunakan di seluruh puisi tersebut hanya sebatas hurufhuruf biasa, bahkan terlihat norak, tapi dari situ keanehan muncul justru dengan makna yang terkandung di dalamnya, sebab pada dasarnya, keindahan kata macam bagaimana yang mampu memikat seseorang jika ternyata hanya sebuah susunan huruf tanpa ada makna, iya tentu, keindahan kata hanya hiasan dari makna yang tersimpan di dalamnya, tidak lebih!

penekanan kata dan makna dari buku jadzab itu sendiri sebetulnya terdapat pada nilai religiusnya, tidak mengedepankan estetika atau kaidah tertentu dari pengertian puisi, namun tidak rela jika hanya di katakan tulisan biasa, sebab pada kelayakan sebagai puisi, buku JADZAB muncul dari perasaan, lebih dari itu, sejujurnya buku ini memang endapan dari pemikiran para santri, oleh sebabnya, gramatikal yang di gunakan kebanyakan menjurus pada khas keklasikan santri, namun simetris.

secara kenyataan, puisi dan santri memiliki relasi estetis, di antara keduanya di temukan dimensi esoteris yang menjadi kekuatan ruh di berbagai keseluruhan aktivitas, Belum lagi secara geneologis, kalau kita telisik akar susastra santri yang terkonstruk melalui tradisi Diba’an, maka akan kentara betul kedekatan pesantern dengan kultur sastrawi. Pembacaan antologi puisi karya Abdurrahman Ad-Dayba’ie ini hampir menjadi ritual yang dilakukan seminggu sekali oleh masyarakat pesantren. Diba’, bahkan secara magis-mistis, dianggap sebagai doa untuk penyembuhan dan ritus formal untuk keselamatan. Deskripsi di atas, paling tidak telah memunculkan ”tesis” betapa eratnya kaitan tradisi keilmuan pesantren dengan secangkir puisi, lalu menjadi embrio positif apa yang kemudian dikenal dengan istilah sastra pesantren.

itulah barangkali substansi etis yang hendak di tampilkan 17 santri dengan buku JADZAB-nya, meski banyak bertebaran di antara puisi di dalamnya yang mengandung kesan paradoks dan ambigu, namun di situlah keunikannya, tanpa memainkan unsur metafora dan nilai hiperbola, puisi tak ubahnya obrolan ringan para santri saat mengadakan ritual tetapnya: ngopi.

di dalam sampul buku JADZAB tertulis (sekumpulan sajak pesantren), ini tentu setidaknya akan meruncingkan persoalan antara pengertian SAJAK dan PUISI, sebab di dalam kata pengantar yang di tulis Dr. Suwardi Endraswara ada kata yang menyebutkan puisi, berarti kontradiksi secara redaksional? bagiku tidak. kalau begitu, saya hendak membahas keduanya.

saya hendak mengawali definisi puisi terlebih dahulu, menurutku secara pribadi, puisi adalah pembebasan perasaan yang di gubah melalui ungkapan dan di serat menjadi tulisan, lebih banyak menggunakan kata imajinatif yang di padatkan dari cerita panjangnya, suatu pikiran yang memusat dari seluruh struktur batin, bersifat emosional dengan menggunakan bahasa yang artistik menurut keadaan, pendek kata, jika puisi itu harus di definisikan berarti definisi puisi sebanyak orang yang mendefinisikan puisi itu sendiri, oleh karena itu, barangkali anda mempunyai definisi puisi secara privacy tanpa mengikut sertakan kaidah yang ada, dan itu, sah-sah saja, sebab jika harus di lebarkan pengertian puisi itu maka puisi sangat mengejawantah, ada puisi lama yang gaya bahasanya itu statis dan klise, juga ada puisi baru yang gaya bahasanya itu dinamis, namun di dalam seluruh pengertian puisi menurutku keberadaannya tidak terikat oleh jumlah baris dan rima dan matra dan irama, sebab puisi secara gholib, adalah individualitas sikap dari seseorang, fragmen dari pengalaman atau tikaian dramatik yang tanpa batas, di dalam puisi sendiri ada estetika atau di mustikan mempunyai arti semantiknya, namun, ku sadarkan, buku JADZAB ini telah mengalami berbagai proses yang tidak wajar, itulah sebabnya jika wujudnya juga aneh, aneh dalam arti beda dari keumuman, jika di perluas lagi, puisi adalah penyampaian isi hati yang muncul sebab keadaan tertentu, berdasarkan itu, maka akan timbul ekspreksi yang berfungsi untuk memilih diksi, auditif, visual dan imaji taktil guna menampilkan di dalam kata.

puisi, sebagai wahana untuk mengungkap perasaan, di dalam majas atau metafora yang di bentuk menjadi kata, personifikasi atau eufemisme atau paradoks yang selanjutnya adalah sebagai gaya bahasa puisi bagi masingmasing orang, di luar pembahasan itu semua, di butuhkan suatu pemusatan pikiran untuk mencapai suatu keadaan yang di awali dengan sense lalu feliing, tone dan itention, mungkin kucukupkan sampai sini dulu, sebab jika di paksa untuk membahas masalah puisi saja, butuh kolom tertentu untuk merampungkannya, oleh sebabnya, meski penjabaran di atas mungkin belum sangat mewakili pengertian puisi secara kaffah, namun dari sini pula, paling tidak ada gambaran sedikit tentang pengertian puisi, padahal belum lagi membahas jenis puisi secara kaidah dan bahkan belum sempat mengisahkan asal dari kata ”puisi” itu sendiri, mungkin lain waktu kita bahas. insya allah…

yang kedua yaitu sajak, sebetulnya tidak jauh beda dengan puisi, sebab keduanya mempunyai unsur yang sama dari hukum awal: pembebasan perasaan. namun sajak lebih mengedepankan esensi perasaan itu sendiri, berarti lebih luas ketimbang puisi, biasanya sajak di sandarkan pada distikon, kuatren dan sekstet untuk mewujudkannya, dalam pada itu, ketiganya bisa lenyap jika ikatan emosioal seseorang melebihi standard umum, itulah yang terjadi dalam buku JADZAB ini, tanpa ada kaidah yang mengikatnya sehingga menjadi nyleneh.

berbicara tentang sajak, berarti mengacu terhadap perasaan, apapun bentuknya, tidak harus indah, sebab perasaanlah yang akan membahasakannya, sesuai pengalaman empirik seseorang dalam upaya mewujudkannya menjadi kata, di dalam sajak ada periodisitas dari mula sampai akhir, lebih mengaitkan sintaksis dan akustis secara berbarengan, tegasnya, sajak adalah sebuah aktivitas yang bersifat sugestif dan asosiatif.

selanjutnya, buku JADZAB ini secara eksplisit, hendak mempersembahkan sebuah karya yang terbit dari pesantren, barangkali berangkat dari sini, buku JADZAB ini di harapkan menjadi tolak ukur kemampuan santri di wilayah sasta indonesia, meski di sadari, buku ini belum sepenuhnya mampu mewakili seluruh pesantren di jawa, namun setidaknya bisa menjadi oase bagi para santri khususnya untuk sejenak menyimak bahwa di dalam buku JADZAB ada benda yang berbentuk puisi yang lalu di jadikan sebagai renungan, ada santri yang mencoba tampil di depan publik, tanpa bermaksut mencari intregitas untuk menjadi penyair, sesuai dengan judulnya: JADZAB. apakah penulisnya se-JADZAB judulnya? apakah sajaknya sesuai dengan cover bukunya? atau bahkan JADZAB hanya sebagai judul belaka yang di ambil dari puisi yang ada di dalamnya? seluruh pertanyaan itu tidak akan terjawab dengan tuntas sampai kapanpun jika anda belum sempat membaca dan menyimak dan memahami seluruhnya puisi tersebut.

ini saya tampilkan puisi JADZAB di dalam Antologi JADZAB:

Jadzab

dia menyendiri dengan dzat yang maha sepi
dia menyatu dengan dzat yang maha satu
dia menepi dengan dzat yang maha sunyi
dia merindukan sang cinta
demikianlah…
ku lihat dia bertapa atas dunia
duniapun muak melihatnya
maka, dia meninggalkan dirinya sendiri
dari orang-orang menyendiri

demi bisa mendapat kebahagiaan haqiqi
rela dia dianggap tidak waras
demi bisa mencapai ridhonya
rela dia melepas kemewahan
demi bisa menggapai ihlas
rela dia menyembunyikan jubah kesufianya
kadang dia menyamar agar disangka sampah belukar
kadang dia berpakaian tak rapi agar tidak dikenali
kadang dia berpenampilan ngawur agar disangka amburadul
kadang dia pengayak padi juga penjual roti
agar sifat wali dan sufi tidak diketahui
demi apa dan siapa saja
rela dia merahasiakan segala apa dan siapa saja
pendek kata, kadang dia seperti wong edan

sesekali dia terbang meninggi menyendiri
dan menanggung segala resiko seorang diri
lalu khouf dan roja’ adalah dua sayap untuk berpasrah diri
agar terpisah dari nafsu dan perasaan hati
hingga dia mentalak dirinya sendiri
maka dia bukanlah muhrim bagi dunia
hingga diapun haram untuk menyentuhnya
baginya…semua yang tersaji di dunia
hanyalah bangkai-bangkai yang terserak di comberan

yang lain menganggapnya telah kufur
sebenarnya dia tenggelam dalam syukur
yang lain menduga mendengkur
sebenarnya dia terapung di laut tafakkur
yang lain mengira kafir
sebenarnya dia larut dalam sunyatnya dzikir
yang lain menduga murtad
sebenarnya dia mencuat dalam hakekat
yang lain mengira bejat
sebenarnya dia sedang munajat
yang lain mengira tersesat
sebenarnya dia menyelam dalam telaga kholwat
yang lain mengira hatinya goyah
sebenarnya dia sedang uzlah
yang lain menduga zina
sebenarnya dia lebur dalam fana
yang lain mengira gila
sebenarnya dia sedang bercinta
yang lain berprasangka hatinya redup tertutup kabut
hakekatnya dia qutub
dia khumul yang mengalami hulul sehingga menjadi wusul
mereka semua mengatakan dia terhijab
padahal dia sedang tengelam dalam jadzab
dia pun berbisik; aku tak peduli…

1 APRIL 2012. Jogoloyo Demak
Dijumput dari: http://www.facebook.com/note.php?note_id=10150643506901777

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Alexander A. Anzieb A. Aziz Masyhuri A. Dahana A. Khoirul Anam A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.C. Andre Tanama A.J. Susmana A.S. Laksana A’an Jindan AS Abd. Mun’im Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kirno Tanda Abdul Lathif Abdul Malik Abdul Rauf Singkil Abdul Walid Abdurrahman Wachid Abdurrahman Wahid Abid Rohmanu Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adek Alwi Adhi Pandoyo Adhitia Armitrianto Adhy Rical Adi Faridh Adian Husaini Adin Aditya Ardi N Adreas Anggit W. Adrizas Adu Pesona Sang Wakil Presiden RI AF. Tuasikal Afri Meldam Afrizal Malna AG. Alif Agama Agama Para Bajingan Agit Yogi Subandi Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Rakasiwi Agus Sulton Agus Wibowo Agus Wirawan Aguslia Hidayah AH J Khuzaini Ah. Atok Illah Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Anshori Ahmad Damanik Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Gaus Ahmad Hasan MS Ahmad Jauhari Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Naufel Ahmad S. Zahari Ahmad Syafii Maarif Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ainul Fiah Akbar Ananda Speedgo Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhmad Siddiq Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Akmal Nasery Basral Aksin Wijaya Al-Fairish Al-Ma'ruf I Al-Ma'ruf II Alang Khoiruddin Albert Camus Ali Mahmudi Ch Alia Swastika Alvi Puspita Alvin Amien Wangsitalaja Aminah Aming Aminoedhin Ana Mustamin Anam Rahus Anas AG Andhi Setyo Wibowo Andi Gunawan Andry Deblenk Angela Anggie Melianna Anindita S. Thayf Anis Ceha Anitya Wahdini Anjrah Lelono Broto Antologi Sastra Lamongan Anugerah Ronggowarsito Anwar Nuris Aprillia Ika Arida Fadrus Aridus Arie MP Tamba Arie Yani Arief Junianto Ariel Heryanto Ariera Arif Bagus Prasetyo Aris Kurniawan Armawati Arswendo Atmowiloto Art Sabukjanur Arti Bumi Intaran Arwan Aryo Wisanggeni Aryo Wisanggeni Gentong AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Ashadi Ik Asrama Mahasiswa Aceh Sabena Asro Kamal Rokan Astrid Reza Asvi Warman Adam Atafras Atok Witono Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Azwar Nazir Baca Puisi Badrus Siroj Bahrul Ulum A. Malik Balada Bambang kempling Bambang Riyanto Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bastian Zulyeno Beni Setia Benni Setiawan Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Koran Berita Utama Bernando J. Sujibto Bernarda Rurit Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Biografi Bre Redana Brunel University Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Jay Utomo Budi P. Hatees Budi Palopo Budi Setyarso Budi Sp. Indrajati Budiman S. Hartoyo Budiman Sudjatmiko Buku Kritik Sastra Buldanul Khuri Candrakirana Cangaan Ujungpangkah Gresik Jawa Timur Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cawapres Jokowi Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chavchay Syaifullah Choirul Rikzqa Christian Heru Cahyo Saputro Cover Buku D. Dudu AR D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dadang Widjanarko Damiri Mahmud Dani Fuadhillah Daniel Paranamesa Darju Prasetya Dati Wahyuni Dawet Jabung Ponorogo Dedykalee Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Desa Glogok Karanggeneng Lamongan Deshinta Arofah Dewi Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan Dewi Anggraeni Dian Sukarno Diana A.V. Sasa Didik Kusbiantoro Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diskusi buku Djadjat Sudradjat Djasepudin Djoko Pitono Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Djulianto Susantio Dody Kristianto Dody Yan Masfa Dorothea Rosa Herliany Dr Andi Irawan Dr Siti Muti’ah Setiawati Dr. Hilma Rosyida Ahmad Drs H Choirul Anam Drs. Solihin Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwidjo Maksum Dyah Ayu Fitriana Eddi Koben Edeng Syamsul Ma’arif Edy Apriyanto Sudiyono Edy Firmansyah Edy Susanto Efri Ritonga EH Ismail Eidi Krina Jason Sembiring Eka Budianta Eko Hartono Eko Hendrawan Sofyan Eko Hendri Saiful El Sahra Mahendra Elita Sitorini Elly Trisnawati Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Em. Syuhada' Emha Ainun Nadjib Encep Abdullah Eni Sulistiyawati Eny Rose Esai Ester Lince Napitupulu Etik Widya Evan Ys F Rahardi Fahrudin Nasrulloh Fahrur Rozi Fajar Alayubi Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fathan Mubarak Fathul Qodir Fathul Qorib Felix K. Nesi Festival Gugur Gunung Festival Seni Surabaya 2011 Festival Teater Religi Pelajar SLTA Se-kabupaten Lamongan Fikri. MS Fiqih Arfani Firman Daeva Forum Lingkar Pena Lamongan Forum Penulis dan Penggiat Literasi Lamongan (FP2L) Forum Santri Nasional Forum Santri Nasional (FSN) Free Hearty Galuh Tulus Utama Gandis Uka Ganug Nugroho Adi Gedung Sabudga UNISDA Lamongan Gendut Riyanto Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gesit Ariyanto Gita Pratama Glenn Fredly Goenawan Mohamad Golput Gombloh Gombloh (1948 – 1988) Grathia Pitaloka Gugun el-Guyanie Gunoto Saparie Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Dur H.B. Jassin Hadi Napster Hafis Azhari Halim HD Halimi Zuhdy Hamid Dabashi Han Gagas Hardi Hamzah Hari Prasetyo Haris Del Hakim Haris Saputra Hary B Kori’un Hasan Basri Marwah Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasyim Asy’ari Hendro Situmorang Henri Nurcahyo Henry H Loupias Hera Khaerani Heri CS Heri Kris Heri Latief Heri Listianto Herman RN Hernadi Tanzil Herry Lamongan Heru Kuntoyo Heru Kurniawan Hikmat Darmawan Holy Adib Hudan Hidayat Hujuala Rika Ayu Humaidi Humam S Chudori I Made Asdhiana I Nyoman Suaka I. B. Putera Manuaba IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ichwan Prasetyo Ida Fitri Ignas Kleden Ilham Safutra Ilham Wancoko Imam Munadjat Imam Nawawi Imam Zanatul Huaeri Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Iman Herdiana Imron Arlado Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indigo Art Space Madiun Indra Tjahyadi Indrian Koto Ingki Rinaldi Iqmal Tahir Is Faridatul Arifah Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Zulkarnain Isra’ Mi’raj Iswadi Pratama Iswara N Raditya Iva Titin Shovia Iwan Awaluddin Yusuf Iwan Gunadi J. Sumardianta Jamrin Abubakar Jansen Sinamo Janu Jolang Janual Aidi Javed Paul Syatha Jayaning S.A Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jemie Simatupang Jenny Ang Jiero Cafe Jihan Fauziah JJ. Kusni Jl Simo Jo Batara Surya Jodhi Yudono Joko Budhiarto Joko Sadewo Joko Sandur Joko Widodo Jones Gultom Joni Ariadinata Joresan Mlarak Ponorogo Joseph E. Stiglitz Jual Buku Paket Hemat Junus Satrio Jurnalisme Sastra K. Hirzuddin Hasbullah K.H. Anwar Manshur K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma’ruf Amin K.H. Masrikhan Asy'ari K.H. Mudzakir Ma'ruf Kadjie MM Kajian Kitab Nashoihul 'Ibad Kang Daniel Karanggeneng Kartika Foundation Kasanwikrama Kasnadi Katrin Bandel Kedai Kopi Sastra Kekal Hamdani Kemah Budaya Panturan (KBP) Kesenian KH. M. Najib Muhammad KH. Ma'ruf Amin Khairul Mufid Jr Khawas Auskarni Khoirul Anwar Khoirul Inayah Khoirul Naim Khoirul Rosyadi Ki Ompong Sudarsono Kitab Arbain Nawawi Kitab Puisi Suluk Berahi karya Gampang Prawoto Ko Hyeong Ryeol Koh Young Hun Koko Sudarsono Komaruddin Hidayat Kompas TV Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sastra Teater Lamongan (KOSTELA) Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Kopi Bubuk Mbok Djum Kopuisi Korban Gempa di Lombok Kospela KPRI IKMAL Lamongan Kris Razianto Mada Kritik Sastra Kurnia Sari Aziza Kurniawan Kusni Kasdut Kuswaidi Syafi’ie Kuswinarto Lagu Laili Rahmawati Laksmi Sitoresmi Lamongan Lan Fang Larung Sastra Lathifa Akmaliyah Latif Fianto Leila S. Chudori Leo Tolstoy Lina Kelana Listiyono Santoso Liya Izzatul Iffah Liza Wahyuninto Lucky Aditya Ramadhan Ludruk Jawa Timur Lukisan Lukman Alm Lukman Santoso Az Luqman Almishr Lustantini Septiningsih Lutfi S. Mendut Lynglieastrid Isabellita M Ismail M Zainuddin M. Afif Hasbullah M. Faizi M. Iqbal Dawami M. Irfan Hidayatullah M. Latief M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Lutfi M. Mushthafa M. Riza Fahlevi M. Yoesoef M.D. Atmaja M’Shoe Madrasah Ibtida’iyah Thoriqotul Hidayah 1 Maghfur Munif Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahmud Syaltut Usfa Mahwi Air Tawar Majelis Ulama Indonesia Makalah Tinjauan Ilmiah Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Mantan Pastur Hafidz Al-Qur'an Maqhia Nisima Mardi Luhung Margita Widiyatmaka Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Marjohan Marsel Robot Martin Aleida Martin Hatch Marwan Ja'far Marwita Oktaviana Marzuki Mustamar Mashuri Masjid Tegalsari di Pesantren Gerbang Tinatar Masuki M. Astro Matroni el-Moezany Matroni Muserang Max Arifin Maya Handhini Mbah Kalbakal Medco Media Jawa Timur Medri Osno Mega Vristian Mei Anjar Wintolo Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Memoar Purnama di Kampung Halaman Menggalang Dana Amal Mentari Meida Mh Zaelani Tammaka Michael Gunadi Widjaja Mien Uno (Ibunda Sandiaga Uno) Misbahul Huda Misbahus Surur Moch. Faisol Mochammad A. Tomtom Moh Samsul Arifin Moh. Ghufron Cholid Mohamad Ali Hisyam Mohammad Afifi Mohammad Rafi Azzamy Mts Putra-Putri Simo-Sungelebak Muh Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ghannoe Muhammad Ghufron Muhammad Hidayat Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad N. Hassan Muhammad Rain Muhammad Taufik Muhammad Yasir Muhammad Zia Ulhaq Muhammadun A.S. Muhibin AM Muhidin M Dahlan Mujtahid Mujtahidin Billah Mukafi Niam Mukhsin Amar Mukti Sutarman Espe Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Mun'im Sirry Muntamah Cendani Museum Bikon Blewut Ledalero Musfarayani Musfi Efrizal Musyayana Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Nabi Adam Nanang Fahrudin Nandang Darana Naskah Monolog Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Ni Luh Made Pertiwi F Nindya Herdianti Ninin Nurzalina Wati Nitis Sahpeni Nono Anwar Makarim Noor H. Dee Noorsam Noval Jubbek Novel Pekik Novianti Setuningsih Nu’man ‘Zeus’ Anggara Nur Hamzah Nur Haryanto Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nuruddin Al Indunissy Nurul Aini Nurul Anam Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nuswantoro Nyimas Nyoman Tingkat Obrolan Oktamandjaya Wiguna Oky Sanjaya Opini Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Oyos Saroso H.N. Padepokan Lemah Putih Surakarta Pagelaran Musim Tandur Pameran Seni Rupa Panda MT Siallagan Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Pekan Literasi Lamongan Pelukis Dahlan Kong Pelukis Jumartono Pelukis Saron Pelukis Senior Tarmuzie Pendidikan Penerbit SastraSewu Penerbitan dan Toko Buku PUstaka puJAngga Lamongan Pengajian Pengetahuan Perang Peringatan Hari Pahlawan 10 November Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW Pesantren An Nawawi Tanara (Penata) Pesantren Kampung Inggris Peserta TEMU SASTRA JAWA TIMUR 2011 Petrik Matanasi Pilang Tejoasri Laren Lamongan Pilang Tejoasri Laren Lamongan Jawa Timur Pilkada Piramid Giza Politik Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang Pradana Boy ZTF Pradaningrum Mijarto Pramoedya Ananta Toer Prih Prawesti Febriani Pringadi AS Prof Dr Achmad Zahro Prof Dr Aminuddin Kasdi Profil MA Matholi'ul Anwar Prosa Puisi Puisi Menolak Korupsi Puisi Menolak Korupsi (PMK) Puji Hartanto Puji Santosa Puput Amiranti N Purwanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Puspita Rose Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putri Utami Putu Satria Kusuma Putu Setia Putu Wijaya R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R.Ng. Ronggowarsito Rabdul Rohim Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahmat Sazaly Rahmat Sularso Nh Raihul Fadjri Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Rambuana Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Redland Movie Rengga AP Reni Lismawati Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Riadi Ngasiran Rian Sindu Ribut Wijoto Rieke Diah Pitaloka Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Rizka Halida Rizky Putri Pratimi Robin Al Kautsar Rocky Gerung Rodli TL Rofiqi Hasan Rohmad Hadiwijoyo Rohmah Maulidia Rohman Abdullah Rojiful Mamduh Rosdiansyah Rosi Rosidi Roso Titi Sarkoro Rumah Budaya Pantura (RBP) Rumah Budaya Pantura Lamongan Rumah Literasi Rx King Motor S Yoga S. Jai S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabrank Suparno Saiful Amin Ghofur Saifur Rohman Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sandiaga Uno Sanggar Pasir Sanggar Pasir Art and Culture Santi Puji Rahayu Sapardi Djoko Damono Sardono W Kusumo Sartika Sari Sarworo Sp Sastra Facebook Satmoko Budi Santoso Satrio Lintang Satyagraha Hoerip Saut Situmorang Savidapius Sayuri Yosiana Sayyid Fahmi Alathas Sejarah Sekolah Literasi Gratis SelaSAstra Boenga Ketjil SelaSAstra Boenga Ketjil #23 SelaSAstra Boenga Ketjil #24 Seni Ambeng Ponorogo Senirupa Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Shofiyatuz Zahroh Shohebul Umam JR Sholihul Huda Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Silfia Hanani Sindu Putra Sita Planasari Aquadini Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Hadi Purnomo Soediro Satoto Soegiharto Soeprijadi Tomodihardjo Soetanto Soepiadhy Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sony Wibisono Sosiawan Leak Sreismitha Wungkul Sri Igustin Sri Mulyani Sri Wintala Achmad Sriyanto Danoesiswoyo Stefanus P. Elu Stevani Elisabeth STKIP PGRI Ponorogo Student Center Kampus ISI Yogyakarta Subagio Sastrowardoyo Suci Ayu Latifah Sudarmoko Sugeng Ariyadi Sukitman Sumenep Sumiati Anastasia Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungelebak Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Suripto SH Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suwardi Endraswara Suyadi San Syafrizal Sahrun Syaifuddin Gani Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Syamsul Arifin Syamsul Rizal Syi'ir Syifa Amori Syifa Aulia T.A. Sakti Tajuddin Noor Ganie Tamrin Bey dan Robin Al Kautsar TanahmeraH ArtSpace Tarpin A. Nasri Taufik Rachman Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Teater Air Teater Bias Teater Biru Teater Cepak Teater Dua Teater Kanjeng Teater Lingkar Merah Putih Teater Mikro Teater nDrinDinG Teater Nusa Teater Padi Teater Roda UNISDA Lamongan Teater Sakalintang Teater Tali Mama Teater Taman Teater Tawon Teater Tewol Teguh LR Temu Karya Teater Jawa Timur XXI Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Teori Darwin Teori Fisika Hawking Tgk Abdullah Lam U Tharie Rietha The Ibrahim Hosen Institute Theresia Purbandini Thomas Koten Tien Rostini Timur Arif Riyadi Tjahjono Widarmanto Tjut Zakiyah Anshari Toeti Adhitama Tosa Poetra Tri Andhi S Triyanto triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S Tutut Herlina Ucu Agustin Udo Z. Karzi Ulil Abshar-Abdalla Umar Fauzi Uniawati Unieq Awien Universitas Jember Usman Arrumy Ustadz Bangun Samudra Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Vassilisa Agata Veven Sp. Wardhana Viddy AD Daery Video Vino Warsono Virdika Rizky Utama Vita Devi Ajeng Pratiwi W. Haryanto W.S. Rendra Wakos R. Gautama Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Suryandoko William Shakespeare Wisnu Kisawa Wiwik Widiyati Wong Wing King Wuri Kartiasih Y. Wibowo Yayasan Thoriqotul Hidayah 1 Yayat R. Cipasang Yesi Devisa Yesi Devisa Putri Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yonathan Rahardjo Yudhi Herwibowo Yudi Latif Yulianto Yuliawati Yunanto Sutyastomo Yunus Supriyanto Yurnaldi Yushifull Ilmy Yusri Fajar Yusuf AN Yusuf Suharto Yusuf Wibisono Yuval Noah Harari Yuyuk Sugarman Z. Mustopa Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zarra Martsella Zawawi Se Zed Abidien Zehan Zareez Zen Hae Zii Zuhdi Swt