http://www.pikiran-rakyat.com/
Ratusan naskah kuno milik Kesultanan Cirebon nyaris musnah, akibat kondisinya sudah memprihatinkan. Kondisi tersebut memaksa Keraton Kasepuhan untuk melakukan langkah-langkah penyelamatan, di antaranya dengan digitalisasi.
"Keraton Kasepuhan tengah mengupayakan proses digitalisasi sedikitnya 150 naskah kuno itu, demi menjaga kelestarian ilmu yang terkandung di dalamnya," ungkap Sultan Sepuh XIV Keraton Kasepuhan PRA Arief Natadiningrat di sela acara silaturahmi nasional (silatnas) alumni Gontor di Keraton Kasepuhan Cirebon, Minggu (25/3).
Dikatakan Arief, saat ini naskah kuno itu kondisinya hampir rusak, sehingga harus segera dilakukan upaya pengamanan.
Menurut Arief, naskah-naskah tersebut bertuliskan huruf Arab pegon dan berbahasa Cirebon. Naskah itu berbicara tentang sejarah, baik sejarah Cirebon maupun sejarah nasional, tafsir-tafsir Alquran, obat-obatan, maupun berbagai macam pengetahuan lainnya.
"Naskah itu berasal dari masa Sunan Gunung Jati dan para penerusnya. Karenanya, jika seluruh naskah tersebut bisa didigitalisasi dan diterjemahkan, itu bisa menjadi cara mengembangkan syiar Islam kepada masyarakat," paparnya.
Arief mengatakan, salah satu upaya digitalisasi naskah kuno akan bekerjasama dengan alumni Pondok Pesantren Gontor.
Selain digitalisasi, Arief berharap, ada pembangunan museum yang representatif untuk menyimpan naskah kuno tersebut.
Menurut penilaiannya, keberadaan museum tersebut untuk melindungi naskah kuno dari tindak pencurian terhadap seluruh naskah itu.
Arief menambahkan, selain naskah kuno, museum yang representatif juga dibutuhkan untuk menyimpan benda-benda peninggalan Sunan Gunung Jati.
"Seperti misalnya, jubah, tongkat, dan pedang Sunan Gunung Jati. Selama ini, peninggalan salah satu wali sanga itu hanya disimpan di kamar pusaka di dalam keraton," katanya.
Sementara itu, salah seorang staf sultan, Ahmad Jazuli mengungkapkan, naskah kuno yang saat ini masih tersimpan merupakan sisa naskah yang masih bisa diselamatkan. "Sebenarnya masih banyak naskah kuno lainnya yang kini telah hilang," ujarnya.
Selama ini, katanya, untuk merawat seluruh naskah tersebut, pihak keraton hanya dapat melakukannya secara tradisional. "Misalnya dengan mengatur suhu untuk menghindari penjamuran. Perawatan tersebut tetap tak mampu menjaga kualitas naskah secara optimal," ujarnya.
Jazuli mengungkapkan, sepengetahuannya, pihak keraton sudah meminta bantuan pemerintah pusat maupun Pemprov Jabar untuk upaya digitalisasi naskah kuno. "Namun, hingga kini belum ada tindak lanjutnya," ucapnya.
Dikatakannya, yang paling dibutuhkan dalam upaya digitalisasi, adalah dana dan teknologi.
Digitalisasi naskah kuno itu, katanya, diperlukan sebagai upaya pelestarian sejarah. "Jika disimpan secara digital, generasi muda dapat mempelajarinya sebelum hilang termakan usia," jelasnya.
Sedangkan Ketua Ikatan Keluarga Pondok Modern (IKPM) Gontor Cabang Cirebon, Sefi K. Yaman, membenarkan adanya rencana untuk membantu Keraton Kasepuhan melestarikan naskah kuno melalui digitalisasi.
Menurut dia, IKPM Gontor juga akan membantu pembangunan perpustakaan di lingkungan Keraton Kasepuhan. "Digitalisasi naskah kuno maupun pembangunan perpustakaan akan membuat keraton bukan hanya menjadi wisata sejarah tetapi juga wisata ilmu," ucapnya. (A-92/A-108)***
25/03/2012
Ratusan naskah kuno milik Kesultanan Cirebon nyaris musnah, akibat kondisinya sudah memprihatinkan. Kondisi tersebut memaksa Keraton Kasepuhan untuk melakukan langkah-langkah penyelamatan, di antaranya dengan digitalisasi.
"Keraton Kasepuhan tengah mengupayakan proses digitalisasi sedikitnya 150 naskah kuno itu, demi menjaga kelestarian ilmu yang terkandung di dalamnya," ungkap Sultan Sepuh XIV Keraton Kasepuhan PRA Arief Natadiningrat di sela acara silaturahmi nasional (silatnas) alumni Gontor di Keraton Kasepuhan Cirebon, Minggu (25/3).
Dikatakan Arief, saat ini naskah kuno itu kondisinya hampir rusak, sehingga harus segera dilakukan upaya pengamanan.
Menurut Arief, naskah-naskah tersebut bertuliskan huruf Arab pegon dan berbahasa Cirebon. Naskah itu berbicara tentang sejarah, baik sejarah Cirebon maupun sejarah nasional, tafsir-tafsir Alquran, obat-obatan, maupun berbagai macam pengetahuan lainnya.
"Naskah itu berasal dari masa Sunan Gunung Jati dan para penerusnya. Karenanya, jika seluruh naskah tersebut bisa didigitalisasi dan diterjemahkan, itu bisa menjadi cara mengembangkan syiar Islam kepada masyarakat," paparnya.
Arief mengatakan, salah satu upaya digitalisasi naskah kuno akan bekerjasama dengan alumni Pondok Pesantren Gontor.
Selain digitalisasi, Arief berharap, ada pembangunan museum yang representatif untuk menyimpan naskah kuno tersebut.
Menurut penilaiannya, keberadaan museum tersebut untuk melindungi naskah kuno dari tindak pencurian terhadap seluruh naskah itu.
Arief menambahkan, selain naskah kuno, museum yang representatif juga dibutuhkan untuk menyimpan benda-benda peninggalan Sunan Gunung Jati.
"Seperti misalnya, jubah, tongkat, dan pedang Sunan Gunung Jati. Selama ini, peninggalan salah satu wali sanga itu hanya disimpan di kamar pusaka di dalam keraton," katanya.
Sementara itu, salah seorang staf sultan, Ahmad Jazuli mengungkapkan, naskah kuno yang saat ini masih tersimpan merupakan sisa naskah yang masih bisa diselamatkan. "Sebenarnya masih banyak naskah kuno lainnya yang kini telah hilang," ujarnya.
Selama ini, katanya, untuk merawat seluruh naskah tersebut, pihak keraton hanya dapat melakukannya secara tradisional. "Misalnya dengan mengatur suhu untuk menghindari penjamuran. Perawatan tersebut tetap tak mampu menjaga kualitas naskah secara optimal," ujarnya.
Jazuli mengungkapkan, sepengetahuannya, pihak keraton sudah meminta bantuan pemerintah pusat maupun Pemprov Jabar untuk upaya digitalisasi naskah kuno. "Namun, hingga kini belum ada tindak lanjutnya," ucapnya.
Dikatakannya, yang paling dibutuhkan dalam upaya digitalisasi, adalah dana dan teknologi.
Digitalisasi naskah kuno itu, katanya, diperlukan sebagai upaya pelestarian sejarah. "Jika disimpan secara digital, generasi muda dapat mempelajarinya sebelum hilang termakan usia," jelasnya.
Sedangkan Ketua Ikatan Keluarga Pondok Modern (IKPM) Gontor Cabang Cirebon, Sefi K. Yaman, membenarkan adanya rencana untuk membantu Keraton Kasepuhan melestarikan naskah kuno melalui digitalisasi.
Menurut dia, IKPM Gontor juga akan membantu pembangunan perpustakaan di lingkungan Keraton Kasepuhan. "Digitalisasi naskah kuno maupun pembangunan perpustakaan akan membuat keraton bukan hanya menjadi wisata sejarah tetapi juga wisata ilmu," ucapnya. (A-92/A-108)***
25/03/2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar