Minggu, 24 Juli 2011

Gempa Kolono, Kedamaian Langgapulu, dan Keindahan Labuan Bajo

Syaifuddin Gani
http://sastra-indonesia.com/

Kolono: Antara Gempa dan Janji

Meninggalkan Kota Kendari, pukul 08.00 pagi. Kami harus segera sampai di Langgapulu, Konawe Selatan (Konsel) sebelum azan Zuhur tiba. Jika tidak, kami bisa ketinggalan katinting yang akan menyeberang ke Labuan Bajo, Wakorumba Utara, Kab. Buton Utara. Saya bersama Uniawati, teman sekantor, akan mengadakan penelitian antropologis di Labuan Bajo, daerah yang diyakini tempat hidup suku Bajo yang mendiami wilayah pesisir.


Ini perjalanan pertama saya menyusuri daratan Konsel yang ramping, perawan, dan matang. Pantai Nambo yang damai dan Moramo yang hijau kami tembus dengan kendaraan AVP yang cepat melaju. Jalan terkadang menanjak dan mendaki pinggul perbukitan yang ranum. Juga sesekali kami menuruni lembah Konawe yang membuat ban mobil sesekali cekikikan. Kata pak sopir, di sini, jalan yang mulus dan yang berlubang, sama panjangnya. Sudah sekian tahun jalan ini tak tersentuh aspal. Akibatnya, jika hujan mengguyur bukit-bukit ini, mobil kepayahan mendaki. Yah, batin saya, mendaki jalan di musim hujan, sama musykilnya dengan mendaki janji di musim kampanye.

Ah, Kolono. Nama ini begitu puitis. Jika huruf akhir diganti dengan “i”, maka akan memberi efek makna yang berbeda. Tapi, Kolono, sekali lagi memberi kesan yang khas bagi siapa saja yang baru pertama mengecap nama ini. Ada dua huruf konsonan dan tiga huruf vokal. Ketiga huruf vokal ”o” itulah yang membuat nama kampung ini terdengar indah.

Apa boleh buat, keindahan nama Kolono, berbeda dengan nasib yang dialami puluhan rumah di sana yang ambruk dirongrong gempa 6,2 SR. Pak sopir yang bersahabat, dengan sikap ramah memperlihatkan kepada kami rumah-rumah yang “mencium” keharuman tanah Kolono, tanah Konawe yang berduka. Bahkan ia rela berhenti ketika saya meminta untuk mengabadikan sebuah kantor desa yang bertekuk lutut di sebuah lapangan hijau. Bangunan itu pemain seperti seorang pemain sepak bola yang kakinya tersapu kaki lawan, lalu tubuhnya ambruk ke bumi.

Ada pemandangan yang melahirkan simpati, yakni tenda-tenda yang terpasang secara darurat di halaman rumah penduduk. Jika malam, kata pak sopir, mereka nginap di sini karena masih trauma pada gempa. Sepanjang jalan, paling tidak, saya melihat ada tenda hijau besar yang tertulis di atapnya, Dinas Sosial Sulawesi Tenggara. Bahkan, ada kelambu yang dipasang di halaman rumah di atas sebuah ranjang darurat.

Menariknya, di dalam mobil yang kami tumpangi, terdapat seorang ibu tua berkerudung tua, ditemani seorang cucunya yang jelita. Katanya, hari pertama ia mendapat bantuan 1 liter beras dan 1 bungkus mie. Hari berikutnya, ia menerima (kalau tidak salah) satu liter beras dan satu buah ikan kaleng. Padahal, katanya, di rumahnya ada tujuh orang. Kami ini, orang-orang yang kurang mendapat perhatian. Mana cukup bantuan sekecil itu dengan jumlah orang di dalam rumah. Kami ini, lanjutnya, paling tidak, hanya mendapat simpati dan perhatian sekali dalam lima tahun, yakni pada saat kampanye. Setelah itu, kami dilupakan. Tapi kami bersyukur, gempa ini, mendatangkan perhatian yang lebih, lanjutnya.

Kami harus berpisah dengannya di sebuah kampung. Ia menunjukkan kepada saya rumahnya yang purba. Foto dulu kita hae, sebelum komorang lanjut, mintanya. Saya turun dari mobil lalu mengabadikan wajah dan nasibnya yang berlatar rumahnya. Sayang, cucunya yang marun dan ranum, begitu cepat bergegas ke dalam rumah, jadi hanya rambut hitam, lengan, dan tasnya yang terabadikan di foto itu.

Di Langgapulu, Dua Pulau Dipeluk Satu Teluk, Dua Rindu Dilebur Satu Laut

Sekitar jam 12 siang. Mobil kami belok kanan di ujung daratan Konawe di sebuah kampung yang bernama Langgapulu. Yah, ini adalah sebuah kampung mungil yang denyut nadinya berjalan secara lambat, bagai alunan ombak pagi hari. Rumah-rumah warga seperti bertaut di kaki bukit dan di tepi laut. Jalan menuju dermaga sunyi diapit rumah-rumah warga yang sederhana. Setiap Kamis, Langgapulu merayakan hari pasar. Maka di situ, denyut kehidupan sedikit lebih cepat. Ada tawar-menawar antara pedagang-pembeli, antara penumpang dan pemilik kantinting dari Palangga (Konawe Selatan) ke Labuan Bajo (Buton Utara).

Entah mengapa, saya selalu tercenung dengan kosmologi kehidupan seperti di Langgapulu ini. Rayuan pohon-pohon kelapa, hembusan angin laut, rumah-rumah yang tenang dan sederhana, dan orang-orangnya yang mencintai alam sekitar seperti mencintai diri mereka sendiri. Ada sungai kecil keluar dari ketiak bukit menuju kebeningan laut. Tak ada pencemaran. Meski yang mungkin sesekali ada adalah kecemasan pada nasib hidup yang serba kekurangan. Saya jadi ingat kata-kata ibu tua di dalam mobil beberapa saat lalu, kami adalah orang-orang yang dilupakan. Yah, dilupakan oleh pemerintah sendiri! Sementara, penguasa selalu tampil mahal dan mewah, jauh dari sifat peka atas nasib papa warga yang dulu selalu jadi objek janji-janji!

Pak, pak, pak, ada penumpang. Cepat hae! Sebuah suara menyambut kami. Suara dari sebuah rumah tua bercat tua pula. Seorang Lelaki Tua muncul sambil memasang kancing bajunya. Lelaki berkacamata ini adalah pemilik sebuah katinting yang akan menyeberangkan kami dari Langgapulu ke Labuan Bajo. Tubuhnya kecil, hitam, dan selalu menebar senyum. Kami cepat akrab dengannya.

Jarak antara Langgapulu dan Labuan Bajo, mungkin tak sampai dua puluh mil. Dua pulau itu saling menonojolkan punggungnya yang hijau. Lautlah yang mempertemukannya. Bagaimana jika Anda memiliki saudara dan kekasih yang tinggal di Labuan Bajo, sedangkan engkau bermukim di Langgapulu? Yah, dua pulau dipeluk satu teluk, dua rindu dilebur satu laut!

Labuan Bajo yang Permai

Setelah tawar-menawar ongkos dari 150.000 menjadi 90.000 rupiah, kami menumpangi kantinting milik Lelaki Tua. Ia banyak memaparkan segala macam yang berkenaan dengan Bajo, Langgapulu, sampai gempa yang menggoyang itu. Katanya, ia adalah keturunan asli suku Bajo. Nenek moyang saya asli Bajo dan hidup lama di sini. Ia lalu menunjukkan kepada kami tiang-tiang kayu di permukaan laut yang masih menuding langit. Tiang-tiang kayu yang sudah rapuh dipukul ombak yang terpendam. Kami juga ditunjukkan karamba yang berdiam di atas laut untuk menjerat ikan.

Sebagaimana pada umumnya laut di Sulawesi Tenggara, laut yang memisahkan Langgapulu-Labuan Bajo sangat bening. Hutan bakau masih digdaya di pinggir laut. Kearifan lokal penduduk menjadikan laut dan bakau terhindar dari pencemaran dan pengrusakan. Saya langsung teringat Tanjung Perak Surabaya dan Tanjung Priok Jakarta yang air lautnya sangat kotor berwarna lumpur.

Di utara, Pulau Wawonii yang jauh diberkati kabut. Konon ia mengandung emas yang melimpah. Di selatan, Buton yang samar-samar, didoakan laut. Saya seperti berada di negeri yang lain. Sebuah wilayah daratan dan kepualaun yang masih terjaga kelestarian alamnya.

Tidak sampai satu jam, kami mendarat di Dernaga Labuan Bajo yang sunyi. Rumah-rumah sunyi, pohon kelapa yang melambai, dan burung-burung bernyanyi menyambut kami. Kami lalu menuju rumah rumah Pak Desa Labuan Bajo yang ternyata tidak ada karena harus ke Kendari melaporkan penggunaan Dana Blok Grant kepada pemerintah provinsi.

Atas saran ibu desa, kami menginap di rumah keluarga Pak Mansyur yang sangat ramah dan dikaruniai kebaikan hati. Suami-istri ini memperlakukan kami layaknya anggota keluarga sendiri. Sang suami adalah bersuku Wawonii dan sang istri adalah Buton asli. Anak-anaknya santun lagi rupawan. Mereka dibesarkan dalam tradisi Buton dan Wawonii.

Saya sempat terkagum-kagum dengan kebesaran Sang Pencipta. Betapa tidak, Buton Utara dan daratan Konawe Selatan hanya dipisahkan laut yang berjarak dekat. Hanya 35 menit menggunakan katinting dan mungkin hanya 15 menit jika berkendara super jet. Kekaguman dan ketakziman saya karena dengan jarak yang dekat itu, dapat membedakan secara tegas kultur dan fisiologis dua suku itu, Tolaki dan Buton. Tolaki yang berkulit putih, berambut hitam lurus, dan Buton yang berkulit coklat dan berambut ikal. Selain itu tentunya, membentangkan dua kebudayaan yang berbeda pula.

Saya memasuki rumah kepala desa yang sangat sederhana. Atap rumah dari daun rumbia, sebagian sudah bocor karena lapuk dimakan waktu. Menurut warga, kepala desa adalah orang biasa saja, tetapi karena kejujurannya sehingga ia didaulat oleh warga untuk menjadi pemimpin mereka. Beda dengan kepala desa di banyak tempat, baik di Sultra maupun di Indonesia umumnya, yang berasal dari golongan terpandang dan jadi tuan tanah. Kepala desa, setelah sehari kami di Labuan Bajo, ia datang membawa sekulum senyum khas. Ia baru saja melaporkan penggunaan Dana Blok Grant kepada Pemprov Sultra. Dana yang banyak mengundang perdebatan itu.

Saya dan juga Uni, teman sekantor, bergaul akrab dengan warga yang dihidupi laut, pohon, dan langit itu. Kami ngobrol di tengah gurauan mereka dalam bahasa Muna. Ada yang mencari ‘sesuatu’ di kepala, di pinggir jalan sambil menikmati bunyi angin yang menembus daun nyiur di pantai.

Kearifan Masyakarat Labuan Bajo, Kearifan Masyarakat Laut, dan Bintang Terang

Maka mulai sore itu, kami mulai berkerja mengumpulkan data dari beberapa informan yang direkomendasi oleh Pak Desa yang datang kemudian. Ihwal yang ingin kami raih sebanyak mungkin adalah kebiasaan yang dilakukan di sana dalam hubungannya dengan aktivitas melaut dalam arti yang luas. Kami segera menuju seorang tua yang berwibawa, berkumis, dan wajahnya menyiratkan pergumulan laut dalamwaktu panjang (namanya saya tidak sebutkan).

Jika engkau melihat segerombolan bintang di langit, maka laut di bawahnya, menyimpan ikan yang siap engkau panen. Itulah salah satu tanda yang dipercaya dan diwarisi masyarakat masyarakat Labuan Bajo yang ternyata mayoritas didiami suku Buton dan Muna. Akan tetapi, jika hanya ada satu bintang terang yang jatuh yang mengarah ke sebuah kampung, alamat musibah yang akan menimpa kampung itu. Jika itu yang terjadi, maka selayaknyalah warga kampung, baik yang jadi sasaran jatuhnya sang bintang, maupun lain yang menyaksikan, untuk memanjatkan doa-doa dalam suatu acara syukuran.

Keasikan meneliti di kampung seperti Labuan Bajo adalah karena bukan saja sang informan yang duduk menemani kami, tetapi juga anak, istri, bahkan cucu.

Teka-teki Angin, Teka-teki Nasib

Angin. Yah, angin. Angin adalah sahabat paling setia yang menyertai senantiasa warga Labuan Bajo. Angin adalah prajurit yang kadang lembut kadang pula garang. Itulah sebabnya, bagi pelaut Labuan Bajo, harus bisa bernegosiasi dengan angin. Salah seorang informan kami mengatakan bahwa seseorang harus bisa mengerti bahasa angin. Angin pun akan mengerti bahasa kita. Jika seorang sementara berlayar di atas laut dan tiba-tiba dari arah depan terdapat gerombolan angin yang siap memecahkan perahu, sebutlah satu nama, atau kata lain, namanya. Maka angin itu akan hancur seketika. Tapi sayang, walau kami membujuknya, sang informan tidak bersedia memberi tahu kepada kami, nama angin itu. Datanglah bulan Ramadan, semua ilmuku akan kubukakan buat kalian, katanya. Ilmu seperti ini tidak sembarang dibuka setiap saat. Saya dan Uni hanya bisa saling memandang sambil tersenyum.

Masyarakat Labuan Bajo sangat memahami keadaan alamnya yang menjadi salah satu sumber penghidupannya. Laut dan ladang adalah dua berkah alam yang sangat menentukan bagi pendapatannya. Memahami dan melestarikan alam menjadi suatu keniscayaan.Karena jika tidak, laut dan ladang dapat rusak yang berarti kerusakan sumber kehidupan warga Labuan Bajo.

Saya meninggalkan Labuan Bajo. Meninggalkan Langgapulu. Meninggalkan masyarakat yang tenang, tidak memiliki harapan yang muluk-muluk, dan masyarakat yang sering dilupakan. Yah, dua pulau dipeluk satu teluk, dua rindu dilebur satu laut! ***

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Alexander A. Anzieb A. Aziz Masyhuri A. Dahana A. Khoirul Anam A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.C. Andre Tanama A.J. Susmana A.S. Laksana A’an Jindan AS Abd. Mun’im Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kirno Tanda Abdul Lathif Abdul Malik Abdul Rauf Singkil Abdul Walid Abdurrahman Wachid Abdurrahman Wahid Abid Rohmanu Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adek Alwi Adhi Pandoyo Adhitia Armitrianto Adhy Rical Adi Faridh Adian Husaini Adin Aditya Ardi N Adreas Anggit W. Adrizas Adu Pesona Sang Wakil Presiden RI AF. Tuasikal Afri Meldam Afrizal Malna AG. Alif Agama Agama Para Bajingan Agit Yogi Subandi Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Rakasiwi Agus Sulton Agus Wibowo Agus Wirawan Aguslia Hidayah AH J Khuzaini Ah. Atok Illah Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Anshori Ahmad Damanik Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Gaus Ahmad Hasan MS Ahmad Jauhari Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Naufel Ahmad S. Zahari Ahmad Syafii Maarif Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ainul Fiah Akbar Ananda Speedgo Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhmad Siddiq Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Akmal Nasery Basral Aksin Wijaya Al-Fairish Al-Ma'ruf I Al-Ma'ruf II Alang Khoiruddin Albert Camus Ali Mahmudi Ch Alia Swastika Alvi Puspita Alvin Amien Wangsitalaja Aminah Aming Aminoedhin Ana Mustamin Anam Rahus Anas AG Andhi Setyo Wibowo Andi Gunawan Andry Deblenk Angela Anggie Melianna Anindita S. Thayf Anis Ceha Anitya Wahdini Anjrah Lelono Broto Antologi Sastra Lamongan Anugerah Ronggowarsito Anwar Nuris Aprillia Ika Arida Fadrus Aridus Arie MP Tamba Arie Yani Arief Junianto Ariel Heryanto Ariera Arif Bagus Prasetyo Aris Kurniawan Armawati Arswendo Atmowiloto Art Sabukjanur Arti Bumi Intaran Arwan Aryo Wisanggeni Aryo Wisanggeni Gentong AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Ashadi Ik Asrama Mahasiswa Aceh Sabena Asro Kamal Rokan Astrid Reza Asvi Warman Adam Atafras Atok Witono Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Azwar Nazir Baca Puisi Badrus Siroj Bahrul Ulum A. Malik Balada Bambang kempling Bambang Riyanto Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bastian Zulyeno Beni Setia Benni Setiawan Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Koran Berita Utama Bernando J. Sujibto Bernarda Rurit Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Biografi Bre Redana Brunel University Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Jay Utomo Budi P. Hatees Budi Palopo Budi Setyarso Budi Sp. Indrajati Budiman S. Hartoyo Budiman Sudjatmiko Buku Kritik Sastra Buldanul Khuri Candrakirana Cangaan Ujungpangkah Gresik Jawa Timur Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cawapres Jokowi Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chavchay Syaifullah Choirul Rikzqa Christian Heru Cahyo Saputro Cover Buku D. Dudu AR D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dadang Widjanarko Damiri Mahmud Dani Fuadhillah Daniel Paranamesa Darju Prasetya Dati Wahyuni Dawet Jabung Ponorogo Dedykalee Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Desa Glogok Karanggeneng Lamongan Deshinta Arofah Dewi Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan Dewi Anggraeni Dian Sukarno Diana A.V. Sasa Didik Kusbiantoro Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diskusi buku Djadjat Sudradjat Djasepudin Djoko Pitono Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Djulianto Susantio Dody Kristianto Dody Yan Masfa Dorothea Rosa Herliany Dr Andi Irawan Dr Siti Muti’ah Setiawati Dr. Hilma Rosyida Ahmad Drs H Choirul Anam Drs. Solihin Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwidjo Maksum Dyah Ayu Fitriana Eddi Koben Edeng Syamsul Ma’arif Edy Apriyanto Sudiyono Edy Firmansyah Edy Susanto Efri Ritonga EH Ismail Eidi Krina Jason Sembiring Eka Budianta Eko Hartono Eko Hendrawan Sofyan Eko Hendri Saiful El Sahra Mahendra Elita Sitorini Elly Trisnawati Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Em. Syuhada' Emha Ainun Nadjib Encep Abdullah Eni Sulistiyawati Eny Rose Esai Ester Lince Napitupulu Etik Widya Evan Ys F Rahardi Fahrudin Nasrulloh Fahrur Rozi Fajar Alayubi Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fathan Mubarak Fathul Qodir Fathul Qorib Felix K. Nesi Festival Gugur Gunung Festival Seni Surabaya 2011 Festival Teater Religi Pelajar SLTA Se-kabupaten Lamongan Fikri. MS Fiqih Arfani Firman Daeva Forum Lingkar Pena Lamongan Forum Penulis dan Penggiat Literasi Lamongan (FP2L) Forum Santri Nasional Forum Santri Nasional (FSN) Free Hearty Galuh Tulus Utama Gandis Uka Ganug Nugroho Adi Gedung Sabudga UNISDA Lamongan Gendut Riyanto Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gesit Ariyanto Gita Pratama Glenn Fredly Goenawan Mohamad Golput Gombloh Gombloh (1948 – 1988) Grathia Pitaloka Gugun el-Guyanie Gunoto Saparie Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Dur H.B. Jassin Hadi Napster Hafis Azhari Halim HD Halimi Zuhdy Hamid Dabashi Han Gagas Hardi Hamzah Hari Prasetyo Haris Del Hakim Haris Saputra Hary B Kori’un Hasan Basri Marwah Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasyim Asy’ari Hendro Situmorang Henri Nurcahyo Henry H Loupias Hera Khaerani Heri CS Heri Kris Heri Latief Heri Listianto Herman RN Hernadi Tanzil Herry Lamongan Heru Kuntoyo Heru Kurniawan Hikmat Darmawan Holy Adib Hudan Hidayat Hujuala Rika Ayu Humaidi Humam S Chudori I Made Asdhiana I Nyoman Suaka I. B. Putera Manuaba IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ichwan Prasetyo Ida Fitri Ignas Kleden Ilham Safutra Ilham Wancoko Imam Munadjat Imam Nawawi Imam Zanatul Huaeri Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Iman Herdiana Imron Arlado Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indigo Art Space Madiun Indra Tjahyadi Indrian Koto Ingki Rinaldi Iqmal Tahir Is Faridatul Arifah Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Zulkarnain Isra’ Mi’raj Iswadi Pratama Iswara N Raditya Iva Titin Shovia Iwan Awaluddin Yusuf Iwan Gunadi J. Sumardianta Jamrin Abubakar Jansen Sinamo Janu Jolang Janual Aidi Javed Paul Syatha Jayaning S.A Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jemie Simatupang Jenny Ang Jiero Cafe Jihan Fauziah JJ. Kusni Jl Simo Jo Batara Surya Jodhi Yudono Joko Budhiarto Joko Sadewo Joko Sandur Joko Widodo Jones Gultom Joni Ariadinata Joresan Mlarak Ponorogo Joseph E. Stiglitz Jual Buku Paket Hemat Junus Satrio Jurnalisme Sastra K. Hirzuddin Hasbullah K.H. Anwar Manshur K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma’ruf Amin K.H. Masrikhan Asy'ari K.H. Mudzakir Ma'ruf Kadjie MM Kajian Kitab Nashoihul 'Ibad Kang Daniel Karanggeneng Kartika Foundation Kasanwikrama Kasnadi Katrin Bandel Kedai Kopi Sastra Kekal Hamdani Kemah Budaya Panturan (KBP) Kesenian KH. M. Najib Muhammad KH. Ma'ruf Amin Khairul Mufid Jr Khawas Auskarni Khoirul Anwar Khoirul Inayah Khoirul Naim Khoirul Rosyadi Ki Ompong Sudarsono Kitab Arbain Nawawi Kitab Puisi Suluk Berahi karya Gampang Prawoto Ko Hyeong Ryeol Koh Young Hun Koko Sudarsono Komaruddin Hidayat Kompas TV Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sastra Teater Lamongan (KOSTELA) Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Kopi Bubuk Mbok Djum Kopuisi Korban Gempa di Lombok Kospela KPRI IKMAL Lamongan Kris Razianto Mada Kritik Sastra Kurnia Sari Aziza Kurniawan Kusni Kasdut Kuswaidi Syafi’ie Kuswinarto Lagu Laili Rahmawati Laksmi Sitoresmi Lamongan Lan Fang Larung Sastra Lathifa Akmaliyah Latif Fianto Leila S. Chudori Leo Tolstoy Lina Kelana Listiyono Santoso Liya Izzatul Iffah Liza Wahyuninto Lucky Aditya Ramadhan Ludruk Jawa Timur Lukisan Lukman Alm Lukman Santoso Az Luqman Almishr Lustantini Septiningsih Lutfi S. Mendut Lynglieastrid Isabellita M Ismail M Zainuddin M. Afif Hasbullah M. Faizi M. Iqbal Dawami M. Irfan Hidayatullah M. Latief M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Lutfi M. Mushthafa M. Riza Fahlevi M. Yoesoef M.D. Atmaja M’Shoe Madrasah Ibtida’iyah Thoriqotul Hidayah 1 Maghfur Munif Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahmud Syaltut Usfa Mahwi Air Tawar Majelis Ulama Indonesia Makalah Tinjauan Ilmiah Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Mantan Pastur Hafidz Al-Qur'an Maqhia Nisima Mardi Luhung Margita Widiyatmaka Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Marjohan Marsel Robot Martin Aleida Martin Hatch Marwan Ja'far Marwita Oktaviana Marzuki Mustamar Mashuri Masjid Tegalsari di Pesantren Gerbang Tinatar Masuki M. Astro Matroni el-Moezany Matroni Muserang Max Arifin Maya Handhini Mbah Kalbakal Medco Media Jawa Timur Medri Osno Mega Vristian Mei Anjar Wintolo Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Memoar Purnama di Kampung Halaman Menggalang Dana Amal Mentari Meida Mh Zaelani Tammaka Michael Gunadi Widjaja Mien Uno (Ibunda Sandiaga Uno) Misbahul Huda Misbahus Surur Moch. Faisol Mochammad A. Tomtom Moh Samsul Arifin Moh. Ghufron Cholid Mohamad Ali Hisyam Mohammad Afifi Mohammad Rafi Azzamy Mts Putra-Putri Simo-Sungelebak Muh Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ghannoe Muhammad Ghufron Muhammad Hidayat Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad N. Hassan Muhammad Rain Muhammad Taufik Muhammad Yasir Muhammad Zia Ulhaq Muhammadun A.S. Muhibin AM Muhidin M Dahlan Mujtahid Mujtahidin Billah Mukafi Niam Mukhsin Amar Mukti Sutarman Espe Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Mun'im Sirry Muntamah Cendani Museum Bikon Blewut Ledalero Musfarayani Musfi Efrizal Musyayana Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Nabi Adam Nanang Fahrudin Nandang Darana Naskah Monolog Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Ni Luh Made Pertiwi F Nindya Herdianti Ninin Nurzalina Wati Nitis Sahpeni Nono Anwar Makarim Noor H. Dee Noorsam Noval Jubbek Novel Pekik Novianti Setuningsih Nu’man ‘Zeus’ Anggara Nur Hamzah Nur Haryanto Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nuruddin Al Indunissy Nurul Aini Nurul Anam Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nuswantoro Nyimas Nyoman Tingkat Obrolan Oktamandjaya Wiguna Oky Sanjaya Opini Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Oyos Saroso H.N. Padepokan Lemah Putih Surakarta Pagelaran Musim Tandur Pameran Seni Rupa Panda MT Siallagan Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Pekan Literasi Lamongan Pelukis Dahlan Kong Pelukis Jumartono Pelukis Saron Pelukis Senior Tarmuzie Pendidikan Penerbit SastraSewu Penerbitan dan Toko Buku PUstaka puJAngga Lamongan Pengajian Pengetahuan Perang Peringatan Hari Pahlawan 10 November Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW Pesantren An Nawawi Tanara (Penata) Pesantren Kampung Inggris Peserta TEMU SASTRA JAWA TIMUR 2011 Petrik Matanasi Pilang Tejoasri Laren Lamongan Pilang Tejoasri Laren Lamongan Jawa Timur Pilkada Piramid Giza Politik Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang Pradana Boy ZTF Pradaningrum Mijarto Pramoedya Ananta Toer Prih Prawesti Febriani Pringadi AS Prof Dr Achmad Zahro Prof Dr Aminuddin Kasdi Profil MA Matholi'ul Anwar Prosa Puisi Puisi Menolak Korupsi Puisi Menolak Korupsi (PMK) Puji Hartanto Puji Santosa Puput Amiranti N Purwanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Puspita Rose Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putri Utami Putu Satria Kusuma Putu Setia Putu Wijaya R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R.Ng. Ronggowarsito Rabdul Rohim Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahmat Sazaly Rahmat Sularso Nh Raihul Fadjri Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Rambuana Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Redland Movie Rengga AP Reni Lismawati Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Riadi Ngasiran Rian Sindu Ribut Wijoto Rieke Diah Pitaloka Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Rizka Halida Rizky Putri Pratimi Robin Al Kautsar Rocky Gerung Rodli TL Rofiqi Hasan Rohmad Hadiwijoyo Rohmah Maulidia Rohman Abdullah Rojiful Mamduh Rosdiansyah Rosi Rosidi Roso Titi Sarkoro Rumah Budaya Pantura (RBP) Rumah Budaya Pantura Lamongan Rumah Literasi Rx King Motor S Yoga S. Jai S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabrank Suparno Saiful Amin Ghofur Saifur Rohman Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sandiaga Uno Sanggar Pasir Sanggar Pasir Art and Culture Santi Puji Rahayu Sapardi Djoko Damono Sardono W Kusumo Sartika Sari Sarworo Sp Sastra Facebook Satmoko Budi Santoso Satrio Lintang Satyagraha Hoerip Saut Situmorang Savidapius Sayuri Yosiana Sayyid Fahmi Alathas Sejarah Sekolah Literasi Gratis SelaSAstra Boenga Ketjil SelaSAstra Boenga Ketjil #23 SelaSAstra Boenga Ketjil #24 Seni Ambeng Ponorogo Senirupa Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Shofiyatuz Zahroh Shohebul Umam JR Sholihul Huda Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Silfia Hanani Sindu Putra Sita Planasari Aquadini Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Hadi Purnomo Soediro Satoto Soegiharto Soeprijadi Tomodihardjo Soetanto Soepiadhy Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sony Wibisono Sosiawan Leak Sreismitha Wungkul Sri Igustin Sri Mulyani Sri Wintala Achmad Sriyanto Danoesiswoyo Stefanus P. Elu Stevani Elisabeth STKIP PGRI Ponorogo Student Center Kampus ISI Yogyakarta Subagio Sastrowardoyo Suci Ayu Latifah Sudarmoko Sugeng Ariyadi Sukitman Sumenep Sumiati Anastasia Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungelebak Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Suripto SH Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suwardi Endraswara Suyadi San Syafrizal Sahrun Syaifuddin Gani Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Syamsul Arifin Syamsul Rizal Syi'ir Syifa Amori Syifa Aulia T.A. Sakti Tajuddin Noor Ganie Tamrin Bey dan Robin Al Kautsar TanahmeraH ArtSpace Tarpin A. Nasri Taufik Rachman Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Teater Air Teater Bias Teater Biru Teater Cepak Teater Dua Teater Kanjeng Teater Lingkar Merah Putih Teater Mikro Teater nDrinDinG Teater Nusa Teater Padi Teater Roda UNISDA Lamongan Teater Sakalintang Teater Tali Mama Teater Taman Teater Tawon Teater Tewol Teguh LR Temu Karya Teater Jawa Timur XXI Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Teori Darwin Teori Fisika Hawking Tgk Abdullah Lam U Tharie Rietha The Ibrahim Hosen Institute Theresia Purbandini Thomas Koten Tien Rostini Timur Arif Riyadi Tjahjono Widarmanto Tjut Zakiyah Anshari Toeti Adhitama Tosa Poetra Tri Andhi S Triyanto triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S Tutut Herlina Ucu Agustin Udo Z. Karzi Ulil Abshar-Abdalla Umar Fauzi Uniawati Unieq Awien Universitas Jember Usman Arrumy Ustadz Bangun Samudra Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Vassilisa Agata Veven Sp. Wardhana Viddy AD Daery Video Vino Warsono Virdika Rizky Utama Vita Devi Ajeng Pratiwi W. Haryanto W.S. Rendra Wakos R. Gautama Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Suryandoko William Shakespeare Wisnu Kisawa Wiwik Widiyati Wong Wing King Wuri Kartiasih Y. Wibowo Yayasan Thoriqotul Hidayah 1 Yayat R. Cipasang Yesi Devisa Yesi Devisa Putri Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yonathan Rahardjo Yudhi Herwibowo Yudi Latif Yulianto Yuliawati Yunanto Sutyastomo Yunus Supriyanto Yurnaldi Yushifull Ilmy Yusri Fajar Yusuf AN Yusuf Suharto Yusuf Wibisono Yuval Noah Harari Yuyuk Sugarman Z. Mustopa Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zarra Martsella Zawawi Se Zed Abidien Zehan Zareez Zen Hae Zii Zuhdi Swt