Rabu, 29 Juni 2011

Catatan Pendakian: Menuju Ranu Kumbolo

Sidik Nugroh

Sebulan lebih yang lalu, Wawan Eko Yulianto (Wawan, penerjemah dan penulis lepas) mengajak saya mendaki menuju Ranu Kumbolo, sebuah danau di lereng gunung Semeru. Mendengar penjelasan Wawan tentang keindahan danau tersebut, serta-merta saya tertarik. Sudah lima tahun lebih saya tidak mendaki gunung dan ajakan ini membuat saya bersemangat. Saya pun mencari beberapa gambar danau tersebut di mesin pencari google. Dan memang menggiurkan. Mungkin di mata Wawan dan teman-teman serombongan saya tampak sangat bersemangat ketika hendak mendaki Semeru. Namun, nanti akan saya ceritakan: di pendakian ini, sayalah yang justru mendaki paling lambat.

Saya berpikir, ada baiknya teman-teman lain diajak. Saya pun menghubungi beberapa teman, mengajak mereka untuk turut serta. Setelah beberapa minggu kemudian, pendaki yang turut serta dengan saya dan Wawan ada tiga orang: Denny Mizhar (Denny, guru SMK Muhammadiyah Malang dan penulis lepas), Muhammad Ramadhani (Dhani, guru SD Pembangunan Jaya 2 Sidoarjo) dan Junaedi Ridwan (Jun, office boy TKK Mardiwiyata Malang).

Rencana ini awalnya hampir gagal karena berita lebay yang tersiar di beberapa situs internet dan televisi kalau kondisi Semeru berbahaya. Selama dua hari (tanggal 23 dan 24 Juni) kami terus memantau perkembangan Semeru. Wawan bahkan menelepon posko BTS (Bromo Tengger Semeru) untuk memastikan aman atau tidaknya pendakian. Petugas posko BTS menyatakan Semeru aman, istilahnya cuma “batuk-pilek” karena pergantian cuaca yang akhir-akhir ini dingin — hanya wilayah yang berada di dekat puncak gunung (sekitar 3 km) yang tidak boleh didaki. So, kami tetap berangkat.

Keberangkatan yang Melelahkan dan Lucu (Tumpang-Ngadas-Ranu Pani)

25 Juni 2011. Setelah sehari sebelumnya kami packing dan melakukan berbagai persiapan, pagi-pagi kami menuju Puskesmas terdekat rumah kami masing-masing. Wawan menuju Puskesmas di dekat rumahnya di Kerto Rahayu, Sumbersari. Denny pergi ke Puskesmas di dekat rumahnya di Tlogomas (sambil menggoda perawat yang sedang praktek di sana, uhuy!). Saya, Dhani, dan Jun menuju Puskesmas di dekat rumah saya di Pandanwangi.

Mengapa kami harus ke Puskesmas? Ternyata, kalau mendaki Semeru harus ada surat keterangan dokter dan fotokopi KTP, karena kalau ada apa-apa dalam pendakian, ada asuransi dan tindak lanjut. Dhani saya beritahu soal surat keterangan dokter ini, tapi tidak percaya. “Pakai SKCK (Surat Keterangan Catatan Kepolisian) sekalian apa tidak?” tanyanya.

“Memangnya mau tes PNS!” jawab saya.

Jam 10.30, kami berlima berkumpul di sebuah perempatan di Malang. Dari perempatan itu kami menumpang angkot bertrayek TA (Tumpang-Arjosari) menuju Tumpang. Sampai di Tumpang kami mencari-cari pickup atau hardtop yang membawa kami ke atas, menuju lereng Semeru. Kami semua sama-sama tidak tahu, kalau para pendaki Semeru nyaris semuanya menggunakan hardtop. Karena dengan hardtop mereka langsung diturunkan di desa Ranu Pani.

Hardtop sudah tak ada lagi. Ada satu yang mau mengantar, tapi kami diminta menunggu dalam jangka waktu yang tak pasti. Akhirnya, yang kami dapatkan adalah sebuah pickup yang mengangkut bahan-bahan bangunan. Bersama kami, di bak pickup juga diangkut semen, asbes, pupuk, dan lain-lain. Tiap orang ditariki biaya Rp. 15.000,oo. Kami diturunkan di desa Ngadas, yang masih cukup jauh dari Ranu Pani. Kami berjalan kaki selama 5 jam dari Ngadas ke Ranu Pani. Kami mulai berjalan kaki sekitar pukul dua siang. Jalan kaki ini amat melelahkan karena nyaris terus mendaki.

Lucunya, jalan yang kami lewati dengan berjalan kaki ini dilewati mobil dan motor. Saat kami berjalan, para pendaki dan orang-orang lainnya berseliweran di jalan yang kami lalui. Mungkin ada yang menganggap kami pendaki yang sangat idealis — entahlah. Ini memang kesalahan kami bersama karena informasi seputar transportasi dari Tumpang ke Ranu Pani yang kami terima kurang memadai. Sewajarnya, perjalanan dari Ngadas ke Ranu Pani dilalui dengan hardtop yang berangkat dari Tumpang.

Namun, ada hal-hal yang kami syukuri dalam perjalanan kaki yang semestinya tidak perlu kami lakukan ini. Kami bisa melihat panorama yang indah di sepanjang perjalanan Ngadas-Ranu Pani. Terutama di daerah Njemplang. Di daerah ini ada ini ada sebuah menara kecil yang tingginya sekitar 15 meter. Wawan dan Dhani sempat mendaki menara itu, dan dari sana tampaklah tiga gunung: Semeru, Bromo, dan Tengger.

Selain panorama, saya juga bersyukur bisa mengobrolkan banyak hal seputar dunia sastra bersama Denny dan Wawan. Seingat saya, dalam perjalanan dari Ngadas ke Ranu Pani inilah kami paling banyak mengobrol. Saya menimba ilmu dari mereka bagaimana menikmati, menelaah, dan menemukan muatan-muatan penting sebuah puisi. Kami juga membicarakan soal sastra motivatif, musik, dan lain-lain.

Kami sampai di Ranu Pani, danau dengan ketinggian 2100 meter dpl (di atas permukaan laut) sekitar jam 7 malam. Di sana sudah banyak pendaki yang tiba terlebih dahulu. Banyak yang heran mendengar cerita kalau kami tadi berjalan dari desa Ngadas. Bersama 16 pendaki dari Jakarta dan Bandung, dan 17 pendaki dari Probolinggo, kami menginap di sebuah pondok di Ranu Pani. Di pondok itu kami disambut ramah oleh Pak Hambali, penjaga pondok dan anggota tim SAR di Semeru. Di dekat pondok ada pos registrasi mendaki ke Semeru, mushola, kamar mandi, dan warung.

Awalnya, saya merasa cukup sampai di sini saja pendakian kami. Karena mendaki 5 jam (Ngadas-Ranu Pani) bagi saya sudah cukup berat. Saya sangat jarang berolahraga. Di masa lalu, waktu masih SMA dan mahasiswa, kalau mendaki gunung pun tidak pernah sampai puncak, paling-paling cuma mendaki 3-4 jam ke tempat-tempat di lereng gunung yang berpemandangan indah. Selain itu, para mahasiswa Sejarah seperti saya kebanyakan pernah mendaki gunung, tapi dengan tujuan utama menyusuri jejak-jejak peradaban manusia masa lalu, tidak berambisi sampai ke puncak. Saya sudah pernah mendaki Penanggungan dan Arjuna menyaksikan beberapa peninggalan sejarah seperti menhir, sarkofagus dan arca-arca.

Saya tidak tahu apa yang ada di benak empat teman saya lainnya. Saya kira, semuanya sempat berpikir lebih dari satu kali untuk melanjutkan perjalanan ke Ranu Kumbolo. Akhirnya, setelah mempertimbangkan beberapa hal, kami semua sepakat: perjalanan dilanjutkan. Ranu Kumbolo, danau yang berada di ketinggian 2400 meter dpl ini, harus kami saksikan. Saya hanya berdoa agar tubuh saya dikuatkan. Dua minggu sebelum mendaki saya sudah melakukan persiapan fisik dengan rutin berolahraga setengah jam sehari, namun saya merasa itu masih belum cukup.

Menuju Ranu Kumbolo

“It is not the mountain we conquer but ourselves.”

Begitu kira-kira kata-kata yang tertulis di sebuah stiker yang ada di warung Ranu Pani, katanya diucapkan oleh Edmund Hillary. Kata-kata itulah yang saya ingat beberapa kali saat hendak mendaki ke Ranu Kumbolo di hari Minggu pagi, 26 Juni 2011, sekitar pukul 9 pagi. Terus terang, saat mendaki ke Ranu Kumbolo benak saya dipenuhi berbagai kekuatiran. Pertama, sepatu saya tapaknya licin. Kedua, kaki dan pundak saya sudah cukup lelah. Ketiga, sama seperti banyak gunung lainnya: ada jurang yang dalam, yang membentang di satu sisi jalan di hampir sepanjang lereng gunung dari Ranu Pani ke Ranu Kumbolo.

Kekuatiran-kekuatiran ini akhirnya membuat fisik saya makin lemah. Apalagi saya belum pernah mendaki gunung lebih dari 5 jam. Perjalanan ke Ranu Pani dari Ngadas telah membuat saya cukup lelah. Namun, saya membulatkan tekad untuk sampai ke Ranu Kumbolo. Saya sangat bersyukur, di saat-saat ini, Jun, rekan saya mendampingi saya saat rasa lelah saya memuncak. Saya berhenti mendaki belasan kali. Para pendaki lain bisa melintasi perjalanan ini hanya dalam waktu 3 atau 4 jam. Namun, saya melewatinya selama 5 jam lebih.

Begitu danau itu mulai kelihatan, semangat saya bangkit kembali. Kelegaan yang besar saya rasakan di jiwa saya. Sebuah pencapaian telah berhasil diraih. Sekitar jam 3 sore kami sampai di Ranu Kumbolo. Di Ranu Kumbolo kami memasang dua tenda. Satu tenda untuk Wawan dan Denny; dan satu tenda untuk saya, Jun, dan Dhani. Di Ranu Kumbolo banyak sekali pendaki yang memasang tenda. Mungkin ada sekitar 100 pendaki dari berbagai tempat di Indonesia yang saat itu tumplek blek di sana. Saat kami mendaki bahkan sempat bertemu seorang pendaki dari Australia.

Makan malam kami amat spesial. Jun yang membawa peralatan masak lengkap (kompor gas mini, panci, teflon, dan dandang) menyajikan hidangan makan malam yang mbois habis: nasi putih, sosis goreng, dan sarden. Kami kenyang dan puas malam itu. Namun, tak banyak obrolan di antara kami karena sebelum jam 9 malam kami sudah tertidur. Di malam hari hujan sempat turun. Untunglah tidak terlalu deras. Hujan ini juga — entah dengan cara bagaimana, saya tak bisa menjelaskannya — membuat suhu udara di malam itu tidak terlalu dingin. Kadangkala, suhu di sana bisa mencapai -2 derajat C. Di malam itu, suhu udara berkisar 10-11 derajat C. Kami tidur dengan nyaman, walau saya mendapat sebuah mimpi buruk.

Kembali ke Ranu Pani (Pentingnya Kebersamaan dan Pendaki Utusan Tuhan)

Mimpi buruk saya sewaktu tidur di tepi Ranu Kumbolo adalah didatangi sundel bolong. Saya sebenarnya tergoda untuk menceritakan mimpi itu waktu di Ranu Kumbolo, ketika kami hendak kembali. Namun, saya mengingat beberapa pesan pendaki lain dan teman-teman saya: kalau kita mengalami hal yang ganjil dan aneh saat mendaki, semangat kita lemah, dan berbagai perasaan negatif lainnya, tak usahlah digembar-gemborkan. Saya pun tak menceritakan mimpi itu pada siapa pun.

Sebenarnya mimpi buruk itu tidak terlalu membuat saya ketakutan, tapi entah ada hubungannya atau tidak, cuaca saat kami turun gunung juga buruk. Setelah hampir dua jam turun dari Ranu Kumbolo, hujan mulai turun. Tanah basah, becek, dan licin. Di saat-saat inilah saya disadarkan lagi tentang pentingnya kebersamaan. Rutinitas sehari-hari masih memungkinkan kita untuk hidup tanpa begitu banyak bergantung pada orang lain. Namun, di saat-saat seperti ini, kehadiran seorang kawan sungguhlah amat berharga. Bila waktu mendaki saya bersyukur dengan kehadiran Jun yang selalu menyertai saya, kali ini ada Wawan yang sama sekali tidak pernah meninggalkan saya jauh-jauh.

Setelah saya dan Wawan berjalan turun gunung kira-kira tiga jam, ada jalan serupa gundukan. Gundukan itu tanah semuanya (tak ada rerumputan atau jatuhan dahan dan dedaunan kering), dan becek semuanya. Di samping gundukan membentang jurang yang dalam. Wawan yang cukup mahir mendaki saja merayapi gundukan itu pelan-pelan. Saya berusaha mengikuti gayanya, namun sepatu saya yang licin membuat saya terjatuh di gundukan itu. Wajah saya nyaris menyentuh tanah. Wawan yang sudah ada di depan saya panik menyaksikan apa yang tengah terjadi.

Saat saya terjatuh, sungguh tak terduga, ada seorang pendaki asing di belakang saya. Bersama Wawan dia membantu melepas tas yang saya bawa dan mengangkat saya berdiri. Dengan bantuan mereka berdua, saya pun lolos dari maut, tidak jadi masuk jurang. Saya masih ingat betul nama pendaki itu, Muhammad Iqbal. Dia juga turun gunung bersama 5 orang temannya yang ia tinggalkan di belakang. Dia masih kuliah di Universitas Jember, dan aktif di Forum Penanggulangan Bencana Indonesia (FPBI). Hingga kini, saya menganggap Iqbal sebagai pendaki utusan Tuhan.

Saat sudah di Ranu Pani, saya baru menceritakan mimpi buruk itu pada Wawan, Jun, Dhani, dan Denny. Pendakian ini akhirnya usai. Kami berlima beruntung bisa turun sampai ke Tumpang dengan dua rombongan (masing-masing rombongan beranggotakan 3 orang). Bersebelas kami turun dengan hardtop. Masing-masing membayar uang Rp. 37.000,oo karena tarif yang dikenakan supir hardtop untuk mengangkut penumpang dari Ranu Pani ke Tumpang sebesar Rp. 400.000,oo.

Sepanjang perjalanan turun kami terus menertawakan perjalanan kami berlima, para pendaki lugu, yang berjalan kaki dari Ngadas ke Ranu Pani. Perjalanan turun dari Ranu Pani ke Ngadas dengan menggunakan hardtop memakan waktu 40 menit; sementara perjalanan dari Ngadas ke Tumpang memakan waktu sekitar sejam.

Ranu Kumbolo sudah kami tinggalkan. Sebuah perjalanan yang penuh kesan telah kami lewati. Saya selalu berharap ada kesempatan seperti ini lagi dalam hidup saya. Saat warkop mulai membosankan, lampu-lampu jalan di Malang dan Sidoarjo di malam hari tampak muram, film-film di bioskop tak lagi menghibur hati, atau buku-buku jadi tampak begitu menjemukan… alam dengan segala keheningan dan tantangannya menjadi salah satu tempat di mana para pecintanya dapat menemukan lagi sesuatu yang berharga untuk dihayati dalam hidup ini. (*)

Malang, 28 Juni 2011.

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Alexander A. Anzieb A. Aziz Masyhuri A. Dahana A. Khoirul Anam A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.C. Andre Tanama A.J. Susmana A.S. Laksana A’an Jindan AS Abd. Mun’im Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kirno Tanda Abdul Lathif Abdul Malik Abdul Rauf Singkil Abdul Walid Abdurrahman Wachid Abdurrahman Wahid Abid Rohmanu Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adek Alwi Adhi Pandoyo Adhitia Armitrianto Adhy Rical Adi Faridh Adian Husaini Adin Aditya Ardi N Adreas Anggit W. Adrizas Adu Pesona Sang Wakil Presiden RI AF. Tuasikal Afri Meldam Afrizal Malna AG. Alif Agama Agama Para Bajingan Agit Yogi Subandi Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Rakasiwi Agus Sulton Agus Wibowo Agus Wirawan Aguslia Hidayah AH J Khuzaini Ah. Atok Illah Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Anshori Ahmad Damanik Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Gaus Ahmad Hasan MS Ahmad Jauhari Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Naufel Ahmad S. Zahari Ahmad Syafii Maarif Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ainul Fiah Akbar Ananda Speedgo Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhmad Siddiq Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Akmal Nasery Basral Aksin Wijaya Al-Fairish Al-Ma'ruf I Al-Ma'ruf II Alang Khoiruddin Albert Camus Ali Mahmudi Ch Alia Swastika Alvi Puspita Alvin Amien Wangsitalaja Aminah Aming Aminoedhin Ana Mustamin Anam Rahus Anas AG Andhi Setyo Wibowo Andi Gunawan Andry Deblenk Angela Anggie Melianna Anindita S. Thayf Anis Ceha Anitya Wahdini Anjrah Lelono Broto Antologi Sastra Lamongan Anugerah Ronggowarsito Anwar Nuris Aprillia Ika Arida Fadrus Aridus Arie MP Tamba Arie Yani Arief Junianto Ariel Heryanto Ariera Arif Bagus Prasetyo Aris Kurniawan Armawati Arswendo Atmowiloto Art Sabukjanur Arti Bumi Intaran Arwan Aryo Wisanggeni Aryo Wisanggeni Gentong AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Ashadi Ik Asrama Mahasiswa Aceh Sabena Asro Kamal Rokan Astrid Reza Asvi Warman Adam Atafras Atok Witono Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Azwar Nazir Baca Puisi Badrus Siroj Bahrul Ulum A. Malik Balada Bambang kempling Bambang Riyanto Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bastian Zulyeno Beni Setia Benni Setiawan Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Koran Berita Utama Bernando J. Sujibto Bernarda Rurit Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Biografi Bre Redana Brunel University Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Jay Utomo Budi P. Hatees Budi Palopo Budi Setyarso Budi Sp. Indrajati Budiman S. Hartoyo Budiman Sudjatmiko Buku Kritik Sastra Buldanul Khuri Candrakirana Cangaan Ujungpangkah Gresik Jawa Timur Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cawapres Jokowi Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chavchay Syaifullah Choirul Rikzqa Christian Heru Cahyo Saputro Cover Buku D. Dudu AR D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dadang Widjanarko Damiri Mahmud Dani Fuadhillah Daniel Paranamesa Darju Prasetya Dati Wahyuni Dawet Jabung Ponorogo Dedykalee Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Desa Glogok Karanggeneng Lamongan Deshinta Arofah Dewi Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan Dewi Anggraeni Dian Sukarno Diana A.V. Sasa Didik Kusbiantoro Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diskusi buku Djadjat Sudradjat Djasepudin Djoko Pitono Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Djulianto Susantio Dody Kristianto Dody Yan Masfa Dorothea Rosa Herliany Dr Andi Irawan Dr Siti Muti’ah Setiawati Dr. Hilma Rosyida Ahmad Drs H Choirul Anam Drs. Solihin Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwidjo Maksum Dyah Ayu Fitriana Eddi Koben Edeng Syamsul Ma’arif Edy Apriyanto Sudiyono Edy Firmansyah Edy Susanto Efri Ritonga EH Ismail Eidi Krina Jason Sembiring Eka Budianta Eko Hartono Eko Hendrawan Sofyan Eko Hendri Saiful El Sahra Mahendra Elita Sitorini Elly Trisnawati Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Em. Syuhada' Emha Ainun Nadjib Encep Abdullah Eni Sulistiyawati Eny Rose Esai Ester Lince Napitupulu Etik Widya Evan Ys F Rahardi Fahrudin Nasrulloh Fahrur Rozi Fajar Alayubi Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fathan Mubarak Fathul Qodir Fathul Qorib Felix K. Nesi Festival Gugur Gunung Festival Seni Surabaya 2011 Festival Teater Religi Pelajar SLTA Se-kabupaten Lamongan Fikri. MS Fiqih Arfani Firman Daeva Forum Lingkar Pena Lamongan Forum Penulis dan Penggiat Literasi Lamongan (FP2L) Forum Santri Nasional Forum Santri Nasional (FSN) Free Hearty Galuh Tulus Utama Gandis Uka Ganug Nugroho Adi Gedung Sabudga UNISDA Lamongan Gendut Riyanto Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gesit Ariyanto Gita Pratama Glenn Fredly Goenawan Mohamad Golput Gombloh Gombloh (1948 – 1988) Grathia Pitaloka Gugun el-Guyanie Gunoto Saparie Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Dur H.B. Jassin Hadi Napster Hafis Azhari Halim HD Halimi Zuhdy Hamid Dabashi Han Gagas Hardi Hamzah Hari Prasetyo Haris Del Hakim Haris Saputra Hary B Kori’un Hasan Basri Marwah Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasyim Asy’ari Hendro Situmorang Henri Nurcahyo Henry H Loupias Hera Khaerani Heri CS Heri Kris Heri Latief Heri Listianto Herman RN Hernadi Tanzil Herry Lamongan Heru Kuntoyo Heru Kurniawan Hikmat Darmawan Holy Adib Hudan Hidayat Hujuala Rika Ayu Humaidi Humam S Chudori I Made Asdhiana I Nyoman Suaka I. B. Putera Manuaba IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ichwan Prasetyo Ida Fitri Ignas Kleden Ilham Safutra Ilham Wancoko Imam Munadjat Imam Nawawi Imam Zanatul Huaeri Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Iman Herdiana Imron Arlado Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indigo Art Space Madiun Indra Tjahyadi Indrian Koto Ingki Rinaldi Iqmal Tahir Is Faridatul Arifah Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Zulkarnain Isra’ Mi’raj Iswadi Pratama Iswara N Raditya Iva Titin Shovia Iwan Awaluddin Yusuf Iwan Gunadi J. Sumardianta Jamrin Abubakar Jansen Sinamo Janu Jolang Janual Aidi Javed Paul Syatha Jayaning S.A Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jemie Simatupang Jenny Ang Jiero Cafe Jihan Fauziah JJ. Kusni Jl Simo Jo Batara Surya Jodhi Yudono Joko Budhiarto Joko Sadewo Joko Sandur Joko Widodo Jones Gultom Joni Ariadinata Joresan Mlarak Ponorogo Joseph E. Stiglitz Jual Buku Paket Hemat Junus Satrio Jurnalisme Sastra K. Hirzuddin Hasbullah K.H. Anwar Manshur K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma’ruf Amin K.H. Masrikhan Asy'ari K.H. Mudzakir Ma'ruf Kadjie MM Kajian Kitab Nashoihul 'Ibad Kang Daniel Karanggeneng Kartika Foundation Kasanwikrama Kasnadi Katrin Bandel Kedai Kopi Sastra Kekal Hamdani Kemah Budaya Panturan (KBP) Kesenian KH. M. Najib Muhammad KH. Ma'ruf Amin Khairul Mufid Jr Khawas Auskarni Khoirul Anwar Khoirul Inayah Khoirul Naim Khoirul Rosyadi Ki Ompong Sudarsono Kitab Arbain Nawawi Kitab Puisi Suluk Berahi karya Gampang Prawoto Ko Hyeong Ryeol Koh Young Hun Koko Sudarsono Komaruddin Hidayat Kompas TV Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sastra Teater Lamongan (KOSTELA) Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Kopi Bubuk Mbok Djum Kopuisi Korban Gempa di Lombok Kospela KPRI IKMAL Lamongan Kris Razianto Mada Kritik Sastra Kurnia Sari Aziza Kurniawan Kusni Kasdut Kuswaidi Syafi’ie Kuswinarto Lagu Laili Rahmawati Laksmi Sitoresmi Lamongan Lan Fang Larung Sastra Lathifa Akmaliyah Latif Fianto Leila S. Chudori Leo Tolstoy Lina Kelana Listiyono Santoso Liya Izzatul Iffah Liza Wahyuninto Lucky Aditya Ramadhan Ludruk Jawa Timur Lukisan Lukman Alm Lukman Santoso Az Luqman Almishr Lustantini Septiningsih Lutfi S. Mendut Lynglieastrid Isabellita M Ismail M Zainuddin M. Afif Hasbullah M. Faizi M. Iqbal Dawami M. Irfan Hidayatullah M. Latief M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Lutfi M. Mushthafa M. Riza Fahlevi M. Yoesoef M.D. Atmaja M’Shoe Madrasah Ibtida’iyah Thoriqotul Hidayah 1 Maghfur Munif Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahmud Syaltut Usfa Mahwi Air Tawar Majelis Ulama Indonesia Makalah Tinjauan Ilmiah Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Mantan Pastur Hafidz Al-Qur'an Maqhia Nisima Mardi Luhung Margita Widiyatmaka Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Marjohan Marsel Robot Martin Aleida Martin Hatch Marwan Ja'far Marwita Oktaviana Marzuki Mustamar Mashuri Masjid Tegalsari di Pesantren Gerbang Tinatar Masuki M. Astro Matroni el-Moezany Matroni Muserang Max Arifin Maya Handhini Mbah Kalbakal Medco Media Jawa Timur Medri Osno Mega Vristian Mei Anjar Wintolo Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Memoar Purnama di Kampung Halaman Menggalang Dana Amal Mentari Meida Mh Zaelani Tammaka Michael Gunadi Widjaja Mien Uno (Ibunda Sandiaga Uno) Misbahul Huda Misbahus Surur Moch. Faisol Mochammad A. Tomtom Moh Samsul Arifin Moh. Ghufron Cholid Mohamad Ali Hisyam Mohammad Afifi Mohammad Rafi Azzamy Mts Putra-Putri Simo-Sungelebak Muh Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ghannoe Muhammad Ghufron Muhammad Hidayat Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad N. Hassan Muhammad Rain Muhammad Taufik Muhammad Yasir Muhammad Zia Ulhaq Muhammadun A.S. Muhibin AM Muhidin M Dahlan Mujtahid Mujtahidin Billah Mukafi Niam Mukhsin Amar Mukti Sutarman Espe Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Mun'im Sirry Muntamah Cendani Museum Bikon Blewut Ledalero Musfarayani Musfi Efrizal Musyayana Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Nabi Adam Nanang Fahrudin Nandang Darana Naskah Monolog Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Ni Luh Made Pertiwi F Nindya Herdianti Ninin Nurzalina Wati Nitis Sahpeni Nono Anwar Makarim Noor H. Dee Noorsam Noval Jubbek Novel Pekik Novianti Setuningsih Nu’man ‘Zeus’ Anggara Nur Hamzah Nur Haryanto Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nuruddin Al Indunissy Nurul Aini Nurul Anam Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nuswantoro Nyimas Nyoman Tingkat Obrolan Oktamandjaya Wiguna Oky Sanjaya Opini Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Oyos Saroso H.N. Padepokan Lemah Putih Surakarta Pagelaran Musim Tandur Pameran Seni Rupa Panda MT Siallagan Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Pekan Literasi Lamongan Pelukis Dahlan Kong Pelukis Jumartono Pelukis Saron Pelukis Senior Tarmuzie Pendidikan Penerbit SastraSewu Penerbitan dan Toko Buku PUstaka puJAngga Lamongan Pengajian Pengetahuan Perang Peringatan Hari Pahlawan 10 November Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW Pesantren An Nawawi Tanara (Penata) Pesantren Kampung Inggris Peserta TEMU SASTRA JAWA TIMUR 2011 Petrik Matanasi Pilang Tejoasri Laren Lamongan Pilang Tejoasri Laren Lamongan Jawa Timur Pilkada Piramid Giza Politik Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang Pradana Boy ZTF Pradaningrum Mijarto Pramoedya Ananta Toer Prih Prawesti Febriani Pringadi AS Prof Dr Achmad Zahro Prof Dr Aminuddin Kasdi Profil MA Matholi'ul Anwar Prosa Puisi Puisi Menolak Korupsi Puisi Menolak Korupsi (PMK) Puji Hartanto Puji Santosa Puput Amiranti N Purwanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Puspita Rose Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putri Utami Putu Satria Kusuma Putu Setia Putu Wijaya R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R.Ng. Ronggowarsito Rabdul Rohim Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahmat Sazaly Rahmat Sularso Nh Raihul Fadjri Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Rambuana Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Redland Movie Rengga AP Reni Lismawati Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Riadi Ngasiran Rian Sindu Ribut Wijoto Rieke Diah Pitaloka Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Rizka Halida Rizky Putri Pratimi Robin Al Kautsar Rocky Gerung Rodli TL Rofiqi Hasan Rohmad Hadiwijoyo Rohmah Maulidia Rohman Abdullah Rojiful Mamduh Rosdiansyah Rosi Rosidi Roso Titi Sarkoro Rumah Budaya Pantura (RBP) Rumah Budaya Pantura Lamongan Rumah Literasi Rx King Motor S Yoga S. Jai S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabrank Suparno Saiful Amin Ghofur Saifur Rohman Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sandiaga Uno Sanggar Pasir Sanggar Pasir Art and Culture Santi Puji Rahayu Sapardi Djoko Damono Sardono W Kusumo Sartika Sari Sarworo Sp Sastra Facebook Satmoko Budi Santoso Satrio Lintang Satyagraha Hoerip Saut Situmorang Savidapius Sayuri Yosiana Sayyid Fahmi Alathas Sejarah Sekolah Literasi Gratis SelaSAstra Boenga Ketjil SelaSAstra Boenga Ketjil #23 SelaSAstra Boenga Ketjil #24 Seni Ambeng Ponorogo Senirupa Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Shofiyatuz Zahroh Shohebul Umam JR Sholihul Huda Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Silfia Hanani Sindu Putra Sita Planasari Aquadini Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Hadi Purnomo Soediro Satoto Soegiharto Soeprijadi Tomodihardjo Soetanto Soepiadhy Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sony Wibisono Sosiawan Leak Sreismitha Wungkul Sri Igustin Sri Mulyani Sri Wintala Achmad Sriyanto Danoesiswoyo Stefanus P. Elu Stevani Elisabeth STKIP PGRI Ponorogo Student Center Kampus ISI Yogyakarta Subagio Sastrowardoyo Suci Ayu Latifah Sudarmoko Sugeng Ariyadi Sukitman Sumenep Sumiati Anastasia Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungelebak Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Suripto SH Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suwardi Endraswara Suyadi San Syafrizal Sahrun Syaifuddin Gani Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Syamsul Arifin Syamsul Rizal Syi'ir Syifa Amori Syifa Aulia T.A. Sakti Tajuddin Noor Ganie Tamrin Bey dan Robin Al Kautsar TanahmeraH ArtSpace Tarpin A. Nasri Taufik Rachman Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Teater Air Teater Bias Teater Biru Teater Cepak Teater Dua Teater Kanjeng Teater Lingkar Merah Putih Teater Mikro Teater nDrinDinG Teater Nusa Teater Padi Teater Roda UNISDA Lamongan Teater Sakalintang Teater Tali Mama Teater Taman Teater Tawon Teater Tewol Teguh LR Temu Karya Teater Jawa Timur XXI Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Teori Darwin Teori Fisika Hawking Tgk Abdullah Lam U Tharie Rietha The Ibrahim Hosen Institute Theresia Purbandini Thomas Koten Tien Rostini Timur Arif Riyadi Tjahjono Widarmanto Tjut Zakiyah Anshari Toeti Adhitama Tosa Poetra Tri Andhi S Triyanto triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S Tutut Herlina Ucu Agustin Udo Z. Karzi Ulil Abshar-Abdalla Umar Fauzi Uniawati Unieq Awien Universitas Jember Usman Arrumy Ustadz Bangun Samudra Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Vassilisa Agata Veven Sp. Wardhana Viddy AD Daery Video Vino Warsono Virdika Rizky Utama Vita Devi Ajeng Pratiwi W. Haryanto W.S. Rendra Wakos R. Gautama Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Suryandoko William Shakespeare Wisnu Kisawa Wiwik Widiyati Wong Wing King Wuri Kartiasih Y. Wibowo Yayasan Thoriqotul Hidayah 1 Yayat R. Cipasang Yesi Devisa Yesi Devisa Putri Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yonathan Rahardjo Yudhi Herwibowo Yudi Latif Yulianto Yuliawati Yunanto Sutyastomo Yunus Supriyanto Yurnaldi Yushifull Ilmy Yusri Fajar Yusuf AN Yusuf Suharto Yusuf Wibisono Yuval Noah Harari Yuyuk Sugarman Z. Mustopa Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zarra Martsella Zawawi Se Zed Abidien Zehan Zareez Zen Hae Zii Zuhdi Swt