http://www.antarajatim.com/
Penyair asal Lamongan, Jatim, Lina Kelana batal mengikuti pertemuan Penyair Nusantara ke-4 di Brunei Darussalam yang diikuti penyair dari tujuh negara.
"Saya batal berangkat karena gagal mendapatkan bantuan dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lamongan," kata Lina Kelana, Kamis.
Dia menjelaskan, dirinya tidak mungkin berangkat atas biaya sendiri. Pertimbangannya, biaya pergi/pulang ke Brunei bisa menelan dana sedikitnya Rp5 juta, baik biaya tiket Jakarta-Brunei juga untuk keperluan lainnya.
Sedangkan dari pemkab, mendapatkan jawaban tidak ada dana bantuan sosial untuk keberangkatannya ke Brunei.
Sebelumnya dia mengaku, sudah berusaha mengajukan permohonan bantuan ke pemkab yang dilengkapi dengan undangan yang langsung disampaikan Ketua I Angkatan Sasterawan dan Sasterawani (Asterawani) Brunei Darussalam Prof Madya Ampuan Dr.Hj.B rahim bin Ampuan Hj,Tengah.
Dalam undangan tersebut, juga disebutkan jadwal pelaksanaan pertemuan Penyair Nusantara ke-4 pada tanggal 16 hingga 19 Juli, diikuti penyair asal Indonesia, Filipina, Singapura, Brunei Darussalam, Kamboja, Malaysia dan Thailand.
Namun, lanjut Lina Kelana yang juga guru Madrasah Tsyanawiyah (Mts) di Babat, Lamongan itu, sudah mengirimkan sejumlah puisi karyanya. Sebab, dalam pertemuan itu, sekaligus panitia menerbitkan antologi puisi Gema Nusantara, dari karya puisi para penyair yang hadir dalam acara itu.
Sementara itu, seorang penyair asal Ponorogo, Jatim, Ary Nurdiana mengaku bisa berangkat ke Brunei atas bantuan pemkab setempat. Dia tidak menyebutkan jumlah bantuan yang diberikan pemkab, namum kekurangannya diusahakan sendiri.
"Saya berangkat dengan penyair asal Bojonegoro," kata Ary Nurdiana yang juga Kepala SDN di Ponorogo itu.
Keberangkatan Ary Nurdiana bersama dengan penyair Hardo Sayogo, asal Ngawi. Selain itu, Agus Budiono, Didik Wahyudi dan S Agus S, ketiganya wartawan yang bertugas di Bojonegoro.
Menurut Ary Nurdiana, sebelumnya para penyair asal berbagai daerah di Jatim yang mendapatkan undangan juga telah mengirimkan sejumlah puisi yang akan diterbitkan di dalam antologi Gema Nusantara.
"Kabarnya dalam antologi Gema Nusantara, puisi penyair yang diterbitkan hanya tiga puisi setiap penyair," tuturnya menjelaskan.
Penyair asal Lamongan, Jatim, Lina Kelana batal mengikuti pertemuan Penyair Nusantara ke-4 di Brunei Darussalam yang diikuti penyair dari tujuh negara.
"Saya batal berangkat karena gagal mendapatkan bantuan dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lamongan," kata Lina Kelana, Kamis.
Dia menjelaskan, dirinya tidak mungkin berangkat atas biaya sendiri. Pertimbangannya, biaya pergi/pulang ke Brunei bisa menelan dana sedikitnya Rp5 juta, baik biaya tiket Jakarta-Brunei juga untuk keperluan lainnya.
Sedangkan dari pemkab, mendapatkan jawaban tidak ada dana bantuan sosial untuk keberangkatannya ke Brunei.
Sebelumnya dia mengaku, sudah berusaha mengajukan permohonan bantuan ke pemkab yang dilengkapi dengan undangan yang langsung disampaikan Ketua I Angkatan Sasterawan dan Sasterawani (Asterawani) Brunei Darussalam Prof Madya Ampuan Dr.Hj.B rahim bin Ampuan Hj,Tengah.
Dalam undangan tersebut, juga disebutkan jadwal pelaksanaan pertemuan Penyair Nusantara ke-4 pada tanggal 16 hingga 19 Juli, diikuti penyair asal Indonesia, Filipina, Singapura, Brunei Darussalam, Kamboja, Malaysia dan Thailand.
Namun, lanjut Lina Kelana yang juga guru Madrasah Tsyanawiyah (Mts) di Babat, Lamongan itu, sudah mengirimkan sejumlah puisi karyanya. Sebab, dalam pertemuan itu, sekaligus panitia menerbitkan antologi puisi Gema Nusantara, dari karya puisi para penyair yang hadir dalam acara itu.
Sementara itu, seorang penyair asal Ponorogo, Jatim, Ary Nurdiana mengaku bisa berangkat ke Brunei atas bantuan pemkab setempat. Dia tidak menyebutkan jumlah bantuan yang diberikan pemkab, namum kekurangannya diusahakan sendiri.
"Saya berangkat dengan penyair asal Bojonegoro," kata Ary Nurdiana yang juga Kepala SDN di Ponorogo itu.
Keberangkatan Ary Nurdiana bersama dengan penyair Hardo Sayogo, asal Ngawi. Selain itu, Agus Budiono, Didik Wahyudi dan S Agus S, ketiganya wartawan yang bertugas di Bojonegoro.
Menurut Ary Nurdiana, sebelumnya para penyair asal berbagai daerah di Jatim yang mendapatkan undangan juga telah mengirimkan sejumlah puisi yang akan diterbitkan di dalam antologi Gema Nusantara.
"Kabarnya dalam antologi Gema Nusantara, puisi penyair yang diterbitkan hanya tiga puisi setiap penyair," tuturnya menjelaskan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar