Rabu, 07 Januari 2009

Raden Saleh 200 Tahun (1807-2007)

Sardono W Kusumo*
http://kompas-cetak/

Pada 23 April 1880 Raden Saleh meninggal dan dikebumikan dua hari kemudian—surat kabar "Java Bode" menulis tentang kematiannya.

Hari bumi 22 April yang dicetuskan para pendekar lingkungan akhir abad ini hanya beda sehari ketika memperingati kembalinya Raden Saleh ke bumi.


Sungguh satu kebetulan yang cukup bermakna karena Raden Saleh dua abad yang lalu adalah salah satu dari kelompok kecil cikal bakal gerakan kesadaran ekologi dunia yang diawali di kota Dresden, Jerman. Bahkan, jurnal pertama kelompok itu terbit dengan kover lukisan Raden Saleh menggambarkan anak muda yang membantu mencabut duri dari telapak kaki singa.

Sejak muda, dari gurunya, Payen, Raden Saleh diajari menggambar tumbuh-tumbuhan, serangga, dan burung-burung. Atas prestasinya itu dan rekomendasi gurunya, Antoine Payen, dia mendapat beasiswa untuk belajar ke Belanda.

Di Belanda ia mendapatkan guru-guru yang baik serta lingkungan yang dengan cepat mengembangkan bakat lukisnya. Tema alam dalam lukisan awalnya dipengaruhi oleh gaya aliran Belanda saat itu yang melukis alam sebagai simbol-simbol, yang nantinya akan berubah ketika dia tinggal di Dresden dan belajar melukis alam langsung di udara terbuka, melukis alam sebagai alam.

Beberapa tahun kemudian, Raden Saleh terpaksa harus menggambar mereka-mereka tokoh Gubernur Belanda dan para tentara yang membinasakan keluarganya.

Saleh bersahabat dengan pelukis besar Horace Vernet, dikunjungi Baudelair di studionya, kenal dengan novelis Alexader Dumais, mengunjungi konser Franz Listz, Wagner, bertemu dengan Ratu Victoria, dan menjadi tamu di Buckingham Palace.

Bahkan, seorang Lady In Waiting, Lady Carlington menulis dalam memoarnya: Sungguh pesta yang sempurna itu agak terganggu karena ada pelukis dari Timur Raja Ali yang kurang tahu sopan santun menuang kopi tanpa menawari para putri lalu minum sendiri. Maka dia nampak seperti monyet berkeliaran.

Tetapi, selain melukis para bangsawan, tercatat juga dia melukis orang-orang biasa yang jadi sahabatnya (yang ini pasti tak dibayar), Hendrik Hentzepeter, penjaga pintu museum. Dia melukis Pierre Henri Matin (bukan bangsawan), seorang penjinak singa sirkus yang sering kali dia kunjungi karena dia terus melatih dirinya agar bisa melukis singa dengan baik. Kekagumannya pada pelukis besar De la Croix dan Horace Vernet tampak dalam tema-tema drama alam dan pergulatan mati hidup antarpredator dan juga pergulatan antara manusia dan binatang buas.

Mati-hidup

Tahun 1843-1844, menurut Sukondo Bustaman, Raden Saleh menemani Horace Vernet ke Aljazair (meskipun Mariae Odette Scalliet menyangsikan). Di Aljazair (atau mungkin Raden Saleh hanya melihat Aljazair dari lukisan Horace Vernet), Raden Saleh melihat suasana eksotik kultur kerakyatan yang kontras dengan kehidupan kalangan ningrat kerajaan Eropa yang melingkupi dirinya, membikin perubahan pada tema-tema lukisan Raden Saleh sesudahnya. Sebuah kenyataan sosial yang mengungkapkan kembali memorinya sebagai bagian dari pribumi yang menjadi jajahan Eropa. Peperangan dan pergulatan mati hidup ini secara simbolik diungkapkannya dengan pergulatan antara macan dan banteng atau antara manusia bersorban dan singa, yang boleh saja kita tafsirkan sebagai simbol kekuatan kerajaan dan kekuasaan aristokrasi Eropa.

Selama di Eropa, lukisan Raden Saleh antara lain: Antara Hidup dan Mati, Antara Harimau dan Kerbau, Dua Ekor Singa Melawan Seekor Banteng, Harimau dan Mangsanya, dan Para Pemburu Bedoin Berkuda Diterkam Singa.

Banyak ahli yang menafsir adanya hidden message atau pesan terselubung bahwa bila Raden Saleh melukis pergulatan antara singa dan banteng atau macan dan kerbau sesungguhnya dia sedang bicara tentang pergulatan antara pribumi yang diwakili kerbau dan macan mewakili kekuatan kolonial yang buas dan kuat.

Tetapi, bisa juga ditafsirkan bahwa Raden Saleh seperti juga Horace Vernet yang dikaguminya sedang sekadar melukis suasana di Aljazair di mana para penunggang kuda sering mendadak disergap oleh singa gurun.

Di Dresden tinggal selama lima tahun dia bertemu dengan kelompok intelektual yang membuka wawasannya lebih luas dari sekadar masalah estetik, masalah sosial politik, dan juga wacana yang kritis pada praktik-praktik kolonialisme dan feodalisme di Eropa.

Pematangan pemahamannya tentang antikolonialisme dan antifeodalisme ini memuncak dalam peristiwa spektakuler revolusi Februari 1848 di Paris di mana Raden Saleh menyaksikan dengan mata dan kepalanya sendiri. Tiga tahun kemudian tepatnya tahun 1851 Raden Saleh pulang ke Jawa.

Di Batavia, segera dia di tengah kerumunan elite Eropa yang mendominasi kehidupan Batavia, kemudian mengawini janda kaya Ny Winkelhagen, maka Raden Saleh mengembangkan gaya hidupnya yang flamboyan. Tanah seluas wilayah Cikini dan Salemba yang sekarang menjadi Taman Ismail Marzuki, tembus menyatu dengan Rumah Sakit Cikini menjadi rumah dan pekarangannya.

Sebuah rumah yang diarsiteki sendiri itu meniru kastil Callenbergh di atas bukit di Jerman berdiri sampai sekarang utuh di rumah sakit Cikini. Sementara Kampus IKJ dan TIM dahulu adalah tempat Raden Saleh mendirikan kebun binatang dan sebuah kebun botani, gaya kehidupan "manusia bebas yang tercerahkan" yang mengembangkan ilmu dan seni serta melindungi alam lingkungan kelihatannya secara konsisten diperjuangkannya

Di Batavia dia segera dapat kepercayaan menjadi ketua biological society dan memperkuat citra dirinya sebagai ilmuwan. Itu sebabnya dia mendapat bantuan dana untuk melaksanakan ekspedisi penggalian paleoantropologi tentang manusia dan binatang serta fosil-fosil prasejarah di kawasan situs Caruban, Sentolo, Plawangan, dan lain-lain.

Penangkapan Diponegoro

Temuan-temuan Raden Saleh yang terdokumentasi dengan rapi menjadi sumbangan tak terkira dalam pengembangan ilmu paleoantropologi. Dengan demikian, Raden Saleh sejajar dengan Junghun dalam daftar mereka yang menyumbang pada pengembangan ilmu secara signifikan di daerah jajahan ini.

Kelihatannya perjalanannya ke Jawa secara alami menjadi perjalanannya pulang kembali pada budaya di mana di masa kecil ia tumbuh. Terbukti dia aktif mempelajari dan mengoleksi naskah-naskah kuno Jawa dan kembali ke Batavia dengan 38 kropyaks (satuan sejumlah kotak penyimpan naskah kuno), antara lain serat Bratayudha dan Baron Sekender dan lain-lain (Harsya Bachtiar). Pastilah narasumbernya para Pujangga Keraton Surakarta.

Kontak ini mungkin saja, yang menyebabkan Raden Saleh ketika membaca kematian Diponegoro di surat kabar Java Bode tahun 1855 segera melukis Penangkapan Diponegoro, sebuah lukisan yang masyhur. Ada kemungkinan Raden Saleh membaca babad Diponegoro versi Keraton Surakarta (Raden Saleh piawai dalam tulisan Jawa). Karena dalam babad Diponegoro para petinggi Belanda dicitrakan sebagai raksasa pewayangan seperti Buto Rambut Geni (raksasa berambut api) atau Buto Terong (raksasa berhidung terung), karena itu dalam lukisannya Raden Saleh juga menggambarkan petinggi Belanda proporsi kepalanya terlalu besar.

Pieter Carey yang memulai pembahasan tentang Raden Saleh dan Diponegoro mengungkapkan, Raden Saleh memotret dirinya dua kali dalam lukisan ini sebagai pengikut Diponegoro dengan sikap mendongak dan berpikir menunjukkan sikap simpati pada Pangeran yang melawan penjajahan ini.

Semangat antikolonial ini juga tebersit dalam pemberontakan petani Krawang yang mengakibatkan Raden Saleh ditangkap karena intel Belanda memberi kesaksian Raden Saleh muncul di sana beberapa bulan sebelumnya. Meski akhirnya Raden Saleh dilepas dari tahanan karena tak ada bukti kuat.

Tahun 1865 Merapi meletus. Pada 9 dan 10 November Raden Saleh malah mendaki gunung yang sedang meletus dan dia membikin sketsa sampai pukul dua dini hari dari lereng gunung, di antara dua jurang pada ketinggian 4.500 kaki. Maka, lahirlah masterpiece letusan Gunung Merapi dalam dua versi malam hari dan siang hari.

Menyatukan diri dengan alam, merasakan langsung dengan tubuhnya pada pertunjukan drama alam ini, sebuah komunikasi yang intens seperti peristiwa komunikasi dalam teater Opera Wagner, yang dia hadiri. Dalam lukisan Merapi meletus tampak manusia yang tergetar menatap pertunjukan alam itu. Jadi, bukan hanya gunung dan alam itu sendiri, tetapi reaksi dan akibat yang terjadi pada manusianya. Kanvas ini identik dengan ruang seni pertunjukan ada obyek dan ada manusia penonton drama alam.

Semasa di Perancis kaitan seni sastra musik dan lukis sangat erat. Luapan rasa romantik dalam lukisan De la Croix dijumpai dalam musik Berlioz dan sastra Victor Hugo dan La Maritein. Teatrikalisasi ini memang selaras dengan periode romantik yang merambah semua disiplin seni.

Seperti juga Diponegoro yang mengungkapkan dalam bahasa tubuhnya justru bersenggama di saat Gunung Merapi meletus. (Babad Diponegoro Pupuh Pangkur). Laku Diponegoro dan Raden Saleh ini juga kita jumpai pada Mbah Marijan, warga desa biasa yang di saat Merapi meletus dia menyatukan dirinya pada gerak dan dinamika energi alam.

Lukisan berjudul The Flood of Java menggambarkan dataran yang tenggelam banjir hanya ada satu atap rumah di mana sekumpulan orang berdesakan histeris memperebutkan tempat pijak bertahan hidup yang sempit. Suasana dan komposisi lukisan bak dataran Porong-Sidoarjo yang tenggelam banjir lumpur hanya tampak atap rumah. Penghuninya entah ke mana?

Sementara, lukisan Hutan Terbakar nyaris semacam reality show masa kini yang memotret ribuan atau puluhan ribu titik api yang terus menjadi api abadi membakar hutan nusantara, Indonesia. Dan dalam lukisan binatang lari keluar dari rimba belantara tapi tak ada lagi harapan hidup karena di depannya jurang terjal menganga. Akhir kehidupan? Ternyata Raden Saleh masih hidup.

*) Budayawan, Rektor Institut Kesenian Jakarta.

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Alexander A. Anzieb A. Aziz Masyhuri A. Dahana A. Khoirul Anam A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.C. Andre Tanama A.J. Susmana A.S. Laksana A’an Jindan AS Abd. Mun’im Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kirno Tanda Abdul Lathif Abdul Malik Abdul Rauf Singkil Abdul Walid Abdurrahman Wachid Abdurrahman Wahid Abid Rohmanu Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adek Alwi Adhi Pandoyo Adhitia Armitrianto Adhy Rical Adi Faridh Adian Husaini Adin Aditya Ardi N Adreas Anggit W. Adrizas Adu Pesona Sang Wakil Presiden RI AF. Tuasikal Afri Meldam Afrizal Malna AG. Alif Agama Agama Para Bajingan Agit Yogi Subandi Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Rakasiwi Agus Sulton Agus Wibowo Agus Wirawan Aguslia Hidayah AH J Khuzaini Ah. Atok Illah Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Anshori Ahmad Damanik Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Gaus Ahmad Hasan MS Ahmad Jauhari Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Naufel Ahmad S. Zahari Ahmad Syafii Maarif Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ainul Fiah Akbar Ananda Speedgo Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhmad Siddiq Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Akmal Nasery Basral Aksin Wijaya Al-Fairish Al-Ma'ruf I Al-Ma'ruf II Alang Khoiruddin Albert Camus Ali Mahmudi Ch Alia Swastika Alvi Puspita Alvin Amien Wangsitalaja Aminah Aming Aminoedhin Ana Mustamin Anam Rahus Anas AG Andhi Setyo Wibowo Andi Gunawan Andry Deblenk Angela Anggie Melianna Anindita S. Thayf Anis Ceha Anitya Wahdini Anjrah Lelono Broto Antologi Sastra Lamongan Anugerah Ronggowarsito Anwar Nuris Aprillia Ika Arida Fadrus Aridus Arie MP Tamba Arie Yani Arief Junianto Ariel Heryanto Ariera Arif Bagus Prasetyo Aris Kurniawan Armawati Arswendo Atmowiloto Art Sabukjanur Arti Bumi Intaran Arwan Aryo Wisanggeni Aryo Wisanggeni Gentong AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Ashadi Ik Asrama Mahasiswa Aceh Sabena Asro Kamal Rokan Astrid Reza Asvi Warman Adam Atafras Atok Witono Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Azwar Nazir Baca Puisi Badrus Siroj Bahrul Ulum A. Malik Balada Bambang kempling Bambang Riyanto Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bastian Zulyeno Beni Setia Benni Setiawan Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Koran Berita Utama Bernando J. Sujibto Bernarda Rurit Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Biografi Bre Redana Brunel University Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Jay Utomo Budi P. Hatees Budi Palopo Budi Setyarso Budi Sp. Indrajati Budiman S. Hartoyo Budiman Sudjatmiko Buku Kritik Sastra Buldanul Khuri Candrakirana Cangaan Ujungpangkah Gresik Jawa Timur Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cawapres Jokowi Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chavchay Syaifullah Choirul Rikzqa Christian Heru Cahyo Saputro Cover Buku D. Dudu AR D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dadang Widjanarko Damiri Mahmud Dani Fuadhillah Daniel Paranamesa Darju Prasetya Dati Wahyuni Dawet Jabung Ponorogo Dedykalee Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Desa Glogok Karanggeneng Lamongan Deshinta Arofah Dewi Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan Dewi Anggraeni Dian Sukarno Diana A.V. Sasa Didik Kusbiantoro Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diskusi buku Djadjat Sudradjat Djasepudin Djoko Pitono Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Djulianto Susantio Dody Kristianto Dody Yan Masfa Dorothea Rosa Herliany Dr Andi Irawan Dr Siti Muti’ah Setiawati Dr. Hilma Rosyida Ahmad Drs H Choirul Anam Drs. Solihin Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwidjo Maksum Dyah Ayu Fitriana Eddi Koben Edeng Syamsul Ma’arif Edy Apriyanto Sudiyono Edy Firmansyah Edy Susanto Efri Ritonga EH Ismail Eidi Krina Jason Sembiring Eka Budianta Eko Hartono Eko Hendrawan Sofyan Eko Hendri Saiful El Sahra Mahendra Elita Sitorini Elly Trisnawati Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Em. Syuhada' Emha Ainun Nadjib Encep Abdullah Eni Sulistiyawati Eny Rose Esai Ester Lince Napitupulu Etik Widya Evan Ys F Rahardi Fahrudin Nasrulloh Fahrur Rozi Fajar Alayubi Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fathan Mubarak Fathul Qodir Fathul Qorib Felix K. Nesi Festival Gugur Gunung Festival Seni Surabaya 2011 Festival Teater Religi Pelajar SLTA Se-kabupaten Lamongan Fikri. MS Fiqih Arfani Firman Daeva Forum Lingkar Pena Lamongan Forum Penulis dan Penggiat Literasi Lamongan (FP2L) Forum Santri Nasional Forum Santri Nasional (FSN) Free Hearty Galuh Tulus Utama Gandis Uka Ganug Nugroho Adi Gedung Sabudga UNISDA Lamongan Gendut Riyanto Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gesit Ariyanto Gita Pratama Glenn Fredly Goenawan Mohamad Golput Gombloh Gombloh (1948 – 1988) Grathia Pitaloka Gugun el-Guyanie Gunoto Saparie Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Dur H.B. Jassin Hadi Napster Hafis Azhari Halim HD Halimi Zuhdy Hamid Dabashi Han Gagas Hardi Hamzah Hari Prasetyo Haris Del Hakim Haris Saputra Hary B Kori’un Hasan Basri Marwah Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasyim Asy’ari Hendro Situmorang Henri Nurcahyo Henry H Loupias Hera Khaerani Heri CS Heri Kris Heri Latief Heri Listianto Herman RN Hernadi Tanzil Herry Lamongan Heru Kuntoyo Heru Kurniawan Hikmat Darmawan Holy Adib Hudan Hidayat Hujuala Rika Ayu Humaidi Humam S Chudori I Made Asdhiana I Nyoman Suaka I. B. Putera Manuaba IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ichwan Prasetyo Ida Fitri Ignas Kleden Ilham Safutra Ilham Wancoko Imam Munadjat Imam Nawawi Imam Zanatul Huaeri Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Iman Herdiana Imron Arlado Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indigo Art Space Madiun Indra Tjahyadi Indrian Koto Ingki Rinaldi Iqmal Tahir Is Faridatul Arifah Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Zulkarnain Isra’ Mi’raj Iswadi Pratama Iswara N Raditya Iva Titin Shovia Iwan Awaluddin Yusuf Iwan Gunadi J. Sumardianta Jamrin Abubakar Jansen Sinamo Janu Jolang Janual Aidi Javed Paul Syatha Jayaning S.A Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jemie Simatupang Jenny Ang Jiero Cafe Jihan Fauziah JJ. Kusni Jl Simo Jo Batara Surya Jodhi Yudono Joko Budhiarto Joko Sadewo Joko Sandur Joko Widodo Jones Gultom Joni Ariadinata Joresan Mlarak Ponorogo Joseph E. Stiglitz Jual Buku Paket Hemat Junus Satrio Jurnalisme Sastra K. Hirzuddin Hasbullah K.H. Anwar Manshur K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma’ruf Amin K.H. Masrikhan Asy'ari K.H. Mudzakir Ma'ruf Kadjie MM Kajian Kitab Nashoihul 'Ibad Kang Daniel Karanggeneng Kartika Foundation Kasanwikrama Kasnadi Katrin Bandel Kedai Kopi Sastra Kekal Hamdani Kemah Budaya Panturan (KBP) Kesenian KH. M. Najib Muhammad KH. Ma'ruf Amin Khairul Mufid Jr Khawas Auskarni Khoirul Anwar Khoirul Inayah Khoirul Naim Khoirul Rosyadi Ki Ompong Sudarsono Kitab Arbain Nawawi Kitab Puisi Suluk Berahi karya Gampang Prawoto Ko Hyeong Ryeol Koh Young Hun Koko Sudarsono Komaruddin Hidayat Kompas TV Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sastra Teater Lamongan (KOSTELA) Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Kopi Bubuk Mbok Djum Kopuisi Korban Gempa di Lombok Kospela KPRI IKMAL Lamongan Kris Razianto Mada Kritik Sastra Kurnia Sari Aziza Kurniawan Kusni Kasdut Kuswaidi Syafi’ie Kuswinarto Lagu Laili Rahmawati Laksmi Sitoresmi Lamongan Lan Fang Larung Sastra Lathifa Akmaliyah Latif Fianto Leila S. Chudori Leo Tolstoy Lina Kelana Listiyono Santoso Liya Izzatul Iffah Liza Wahyuninto Lucky Aditya Ramadhan Ludruk Jawa Timur Lukisan Lukman Alm Lukman Santoso Az Luqman Almishr Lustantini Septiningsih Lutfi S. Mendut Lynglieastrid Isabellita M Ismail M Zainuddin M. Afif Hasbullah M. Faizi M. Iqbal Dawami M. Irfan Hidayatullah M. Latief M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Lutfi M. Mushthafa M. Riza Fahlevi M. Yoesoef M.D. Atmaja M’Shoe Madrasah Ibtida’iyah Thoriqotul Hidayah 1 Maghfur Munif Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahmud Syaltut Usfa Mahwi Air Tawar Majelis Ulama Indonesia Makalah Tinjauan Ilmiah Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Mantan Pastur Hafidz Al-Qur'an Maqhia Nisima Mardi Luhung Margita Widiyatmaka Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Marjohan Marsel Robot Martin Aleida Martin Hatch Marwan Ja'far Marwita Oktaviana Marzuki Mustamar Mashuri Masjid Tegalsari di Pesantren Gerbang Tinatar Masuki M. Astro Matroni el-Moezany Matroni Muserang Max Arifin Maya Handhini Mbah Kalbakal Medco Media Jawa Timur Medri Osno Mega Vristian Mei Anjar Wintolo Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Memoar Purnama di Kampung Halaman Menggalang Dana Amal Mentari Meida Mh Zaelani Tammaka Michael Gunadi Widjaja Mien Uno (Ibunda Sandiaga Uno) Misbahul Huda Misbahus Surur Moch. Faisol Mochammad A. Tomtom Moh Samsul Arifin Moh. Ghufron Cholid Mohamad Ali Hisyam Mohammad Afifi Mohammad Rafi Azzamy Mts Putra-Putri Simo-Sungelebak Muh Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ghannoe Muhammad Ghufron Muhammad Hidayat Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad N. Hassan Muhammad Rain Muhammad Taufik Muhammad Yasir Muhammad Zia Ulhaq Muhammadun A.S. Muhibin AM Muhidin M Dahlan Mujtahid Mujtahidin Billah Mukafi Niam Mukhsin Amar Mukti Sutarman Espe Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Mun'im Sirry Muntamah Cendani Museum Bikon Blewut Ledalero Musfarayani Musfi Efrizal Musyayana Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Nabi Adam Nanang Fahrudin Nandang Darana Naskah Monolog Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Ni Luh Made Pertiwi F Nindya Herdianti Ninin Nurzalina Wati Nitis Sahpeni Nono Anwar Makarim Noor H. Dee Noorsam Noval Jubbek Novel Pekik Novianti Setuningsih Nu’man ‘Zeus’ Anggara Nur Hamzah Nur Haryanto Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nuruddin Al Indunissy Nurul Aini Nurul Anam Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nuswantoro Nyimas Nyoman Tingkat Obrolan Oktamandjaya Wiguna Oky Sanjaya Opini Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Oyos Saroso H.N. Padepokan Lemah Putih Surakarta Pagelaran Musim Tandur Pameran Seni Rupa Panda MT Siallagan Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Pekan Literasi Lamongan Pelukis Dahlan Kong Pelukis Jumartono Pelukis Saron Pelukis Senior Tarmuzie Pendidikan Penerbit SastraSewu Penerbitan dan Toko Buku PUstaka puJAngga Lamongan Pengajian Pengetahuan Perang Peringatan Hari Pahlawan 10 November Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW Pesantren An Nawawi Tanara (Penata) Pesantren Kampung Inggris Peserta TEMU SASTRA JAWA TIMUR 2011 Petrik Matanasi Pilang Tejoasri Laren Lamongan Pilang Tejoasri Laren Lamongan Jawa Timur Pilkada Piramid Giza Politik Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang Pradana Boy ZTF Pradaningrum Mijarto Pramoedya Ananta Toer Prih Prawesti Febriani Pringadi AS Prof Dr Achmad Zahro Prof Dr Aminuddin Kasdi Profil MA Matholi'ul Anwar Prosa Puisi Puisi Menolak Korupsi Puisi Menolak Korupsi (PMK) Puji Hartanto Puji Santosa Puput Amiranti N Purwanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Puspita Rose Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putri Utami Putu Satria Kusuma Putu Setia Putu Wijaya R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R.Ng. Ronggowarsito Rabdul Rohim Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahmat Sazaly Rahmat Sularso Nh Raihul Fadjri Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Rambuana Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Redland Movie Rengga AP Reni Lismawati Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Riadi Ngasiran Rian Sindu Ribut Wijoto Rieke Diah Pitaloka Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Rizka Halida Rizky Putri Pratimi Robin Al Kautsar Rocky Gerung Rodli TL Rofiqi Hasan Rohmad Hadiwijoyo Rohmah Maulidia Rohman Abdullah Rojiful Mamduh Rosdiansyah Rosi Rosidi Roso Titi Sarkoro Rumah Budaya Pantura (RBP) Rumah Budaya Pantura Lamongan Rumah Literasi Rx King Motor S Yoga S. Jai S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabrank Suparno Saiful Amin Ghofur Saifur Rohman Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sandiaga Uno Sanggar Pasir Sanggar Pasir Art and Culture Santi Puji Rahayu Sapardi Djoko Damono Sardono W Kusumo Sartika Sari Sarworo Sp Sastra Facebook Satmoko Budi Santoso Satrio Lintang Satyagraha Hoerip Saut Situmorang Savidapius Sayuri Yosiana Sayyid Fahmi Alathas Sejarah Sekolah Literasi Gratis SelaSAstra Boenga Ketjil SelaSAstra Boenga Ketjil #23 SelaSAstra Boenga Ketjil #24 Seni Ambeng Ponorogo Senirupa Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Shofiyatuz Zahroh Shohebul Umam JR Sholihul Huda Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Silfia Hanani Sindu Putra Sita Planasari Aquadini Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Hadi Purnomo Soediro Satoto Soegiharto Soeprijadi Tomodihardjo Soetanto Soepiadhy Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sony Wibisono Sosiawan Leak Sreismitha Wungkul Sri Igustin Sri Mulyani Sri Wintala Achmad Sriyanto Danoesiswoyo Stefanus P. Elu Stevani Elisabeth STKIP PGRI Ponorogo Student Center Kampus ISI Yogyakarta Subagio Sastrowardoyo Suci Ayu Latifah Sudarmoko Sugeng Ariyadi Sukitman Sumenep Sumiati Anastasia Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungelebak Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Suripto SH Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suwardi Endraswara Suyadi San Syafrizal Sahrun Syaifuddin Gani Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Syamsul Arifin Syamsul Rizal Syi'ir Syifa Amori Syifa Aulia T.A. Sakti Tajuddin Noor Ganie Tamrin Bey dan Robin Al Kautsar TanahmeraH ArtSpace Tarpin A. Nasri Taufik Rachman Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Teater Air Teater Bias Teater Biru Teater Cepak Teater Dua Teater Kanjeng Teater Lingkar Merah Putih Teater Mikro Teater nDrinDinG Teater Nusa Teater Padi Teater Roda UNISDA Lamongan Teater Sakalintang Teater Tali Mama Teater Taman Teater Tawon Teater Tewol Teguh LR Temu Karya Teater Jawa Timur XXI Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Teori Darwin Teori Fisika Hawking Tgk Abdullah Lam U Tharie Rietha The Ibrahim Hosen Institute Theresia Purbandini Thomas Koten Tien Rostini Timur Arif Riyadi Tjahjono Widarmanto Tjut Zakiyah Anshari Toeti Adhitama Tosa Poetra Tri Andhi S Triyanto triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S Tutut Herlina Ucu Agustin Udo Z. Karzi Ulil Abshar-Abdalla Umar Fauzi Uniawati Unieq Awien Universitas Jember Usman Arrumy Ustadz Bangun Samudra Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Vassilisa Agata Veven Sp. Wardhana Viddy AD Daery Video Vino Warsono Virdika Rizky Utama Vita Devi Ajeng Pratiwi W. Haryanto W.S. Rendra Wakos R. Gautama Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Suryandoko William Shakespeare Wisnu Kisawa Wiwik Widiyati Wong Wing King Wuri Kartiasih Y. Wibowo Yayasan Thoriqotul Hidayah 1 Yayat R. Cipasang Yesi Devisa Yesi Devisa Putri Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yonathan Rahardjo Yudhi Herwibowo Yudi Latif Yulianto Yuliawati Yunanto Sutyastomo Yunus Supriyanto Yurnaldi Yushifull Ilmy Yusri Fajar Yusuf AN Yusuf Suharto Yusuf Wibisono Yuval Noah Harari Yuyuk Sugarman Z. Mustopa Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zarra Martsella Zawawi Se Zed Abidien Zehan Zareez Zen Hae Zii Zuhdi Swt