Muhammad Zia Ulhaq
http://www.bawean.info/
Dalam konteks kehidupan masyarakat nelayan, keterlibatan kaum perempuan dalam kegiatan public adalah hal biasa sekaligus merupakan suatu keharusan untuk menjaga kelangsungan hidup rumah tangga nelayan. Sistem pembagian kerja secara seksual yang berlaku didalam masyarakat nelayan,dimana tugas-tugas didarat sepenuhnya menjadi tanggung jawab perempuan atau istri nelayan,sedangkan laut merupakan ranah laki-laki,telah memberikan peluang yang besar bagi perempuan atau istri nelayan untuk terlibat secara intensif dalam kegiatan public.
Peranan domestic perempuan adalah peranan social yang terkait dengan aktivitas internal rumah tangga,seperti memasak,mengurus anak,dan melayani suami;sedangkan peranan public adalah peranan social yang berkaitan dengan aktivitas social,ekonomi,dan politik di luar rumah tangga.Jika kedua peranan tersebut dapat dilakukan oleh seorang perempuan maka ia memainkan peranan ganda.
Berbagai hasil penelitian mengenai kehidupan masyarakat nelayan umumnya memperlihatkan bahwa sebagian besar nelayan hidup dalam kemiskinan dan ketidakpastian perekonomian karena mereka menghadapi kendala khusus berupa gangguan alam,yaitu hubungan antara nelayan dan lingkungan nya selalu diliputi ketidakpastian.
Ketergantungan nelayan terhadap lingkungan alam besar sekali, jika lingkungan alam terganggu maka nelayan tidak dapat melaut. Akibatnya tidak ada pendapatan bagi rumah tangganya,mengingat bahwa pekerjaan nelayan bersifat spekulatif. Jika keadaan demikian terjadi maka kelangsungan hidup nelayan terganggu, terutama kehidupan ekonominya. Untuk itu semua anggota rumah tangga nelayan harus menyesuaikan diri agar dapat bertahan hidup dan memenuhi kebutuhan hidupnya.
System pembagian kerja dalam masyarakat nelayan yang memberikan keleluasan terhadap perempuan pesisir atau istri nelayan untuk terlibat dalam aktivitas social-ekonomi di luar rumah merupakan pilihan rasional yang oleh Tunstall disebut sebagai strategi adaptif. Strategi adaptif yang dipilih oleh masyarakat nelayan umumnya dengan melakukan pembagian kerja antara suami dan istri serta antar anggota rumah tangga nelayan yang lain atau anak-anak nelayan.
Peranan dominan yang dimainkan oleh kaum perempuan atau istri nelayan tidak hanya tidak hanya dalam hal mengolah dan menjual ikan.Akan tetapi dalam hal pengambilan keputusan yang menyangkut kelangsungan hidup rumah tangga,peran istri nelayan relative lebih dominant,terutama dalam mengatur keuangan keluarga, seperti pengeluaran untuk konsumsi sehari-hari, pembelian pakaian,perabotan rumah tangga, menabung, perbaikan rumah, biaya pendidikan anak,dsb. Didesa-desa nelayan di wilayah pesisir BAWEAN adat yang berlaku mengharuskan suami untuk menyerahkan semua penghasilan yang diperolehnya kepada istri, suami tidak di perkenankan memegang penghasilannya sendiri.
Dibandingkan masyarakat lain,kaum perempuan didesa-desa nelayan mengambil kedudukan dan peranan social yang sangat penting, baik disektor domestic maupun disektor public. Hal ini disebabkan oleh karena beberapa pertimbangan pemikiran:
pertama
Dalam system pembagian kerja secara seksual pada masyarakat nelayan, kaum perempuan atau istri nelayan mengambil peranan yang besar dalam kegiatan social-ekonomi didarat, terutama kegiatan perdagangan ikan,s edangkan kegiatan melaut merupakan pekerjaan laki-laki. Inilah system gender yang berlaku dalam masyarakat nelayan.
kedua
Dampak dari sistem pembagian kerja di atas, mengharuskan kaum perempuan pesisir untuk selalu terlibat dalam kegiatan public, mencari nafkah untuk keluarga sebagai antisipasi jika suami mereka tidak memperoleh penghasilan saat melaut. Kegiatan melaut merupakan kegiatan yang spekulatif,oleh karena itu,nelayan yang melaut belum bisa dipastikan memperoleh penghasilan.
ketiga
System pembagian kerja masyarakat pesisir dan tidak adanya kepastian penghasilan setiap hari dalam rumah tangga nelayan telah menempatkan perempuan sebagai salah satu pilar penyangga kebutuhan hidup rumah tangga.
Selain menjual hasil tangkapan yang diperoleh suami, sector usaha ekonomi yang biasa dimasuki oleh kaum perempuan atau istri nelayan adalah usaha pengolahan ikan, terutama kegiatan pengeringan dan pemindangan ikan.Didesa-desa nelayan di wilayah pesisir bawean, istri nelayan lebih banyak melakukan kegiatan seperti, mengolah ikan, mulai dari menimbang, mencuci, memotong, menusuk potongan ikan dengan tusuk sate, memanggang, menata ikan panggangan di Nyiur sampai menjualnya kepasar atau kawasan perumahan (menjual kerumah). Dengan kata lain,istri nelayan yang bertanggung jawab mengolah dan menjula ikan.Alasan mereka menjual ikan karena pekerjaan tersebut adalah kewajibannya sebagai istri dan merupakan kesepakatan bersama dengan suami.
Bagi istri-istri nelayan yang membuka usaha warung makanan-minuman,seperti yang terdapat di sebagian besar wilayah pesisir madura,tingkat pendapatan yang diperoleh juga sangat tergantung dari fluktuasi pendapatan nelayan dari kegiatan melaut. Artinya, usaha warungnya itu akan menghadapi masa sepi jika musim paceklik atau masa terang bulan tiba.Pada masa-masa ini,penghasilan nelayan dari melaut tidak bias dipastikan atau mungkin tidak ada sama sekali,sehingga mempengaruhi tingkat konsumsinya.
Peran ganda perempuan pesisir atau istri nelayan tidak selamanya biasa diterima oleh suami-suami mereka, tergantung dari tingkat social-ekonomi rumah tangganya.Bagi rumah tangga nelayan miskin,perempuan yang bekerja diluar rumah merupakan suatu keharusan untuk menjaga kelangsungan hidup rumah tangganya. Sebaliknya bagi rumah tangga nelayan kaya,pihak suami biasanya membatasi pekerjaan istrinya diluar rumah,karena suami merasa bahwa penghasilannya sudah mencukupi untuk memenuhi kebutuhan keluarga, sehingga istri-istri mereka tidak perlu bekerja keras. Namun umumnya,mereka sepakat bahwa istri yang bekerja di luar rumah diperbolehkan asalkan dalam batas-batas tertentu tidak melupakan tugas-tugas domestic sebagi ibu rumah tangga.
http://www.bawean.info/
Dalam konteks kehidupan masyarakat nelayan, keterlibatan kaum perempuan dalam kegiatan public adalah hal biasa sekaligus merupakan suatu keharusan untuk menjaga kelangsungan hidup rumah tangga nelayan. Sistem pembagian kerja secara seksual yang berlaku didalam masyarakat nelayan,dimana tugas-tugas didarat sepenuhnya menjadi tanggung jawab perempuan atau istri nelayan,sedangkan laut merupakan ranah laki-laki,telah memberikan peluang yang besar bagi perempuan atau istri nelayan untuk terlibat secara intensif dalam kegiatan public.
Peranan domestic perempuan adalah peranan social yang terkait dengan aktivitas internal rumah tangga,seperti memasak,mengurus anak,dan melayani suami;sedangkan peranan public adalah peranan social yang berkaitan dengan aktivitas social,ekonomi,dan politik di luar rumah tangga.Jika kedua peranan tersebut dapat dilakukan oleh seorang perempuan maka ia memainkan peranan ganda.
Berbagai hasil penelitian mengenai kehidupan masyarakat nelayan umumnya memperlihatkan bahwa sebagian besar nelayan hidup dalam kemiskinan dan ketidakpastian perekonomian karena mereka menghadapi kendala khusus berupa gangguan alam,yaitu hubungan antara nelayan dan lingkungan nya selalu diliputi ketidakpastian.
Ketergantungan nelayan terhadap lingkungan alam besar sekali, jika lingkungan alam terganggu maka nelayan tidak dapat melaut. Akibatnya tidak ada pendapatan bagi rumah tangganya,mengingat bahwa pekerjaan nelayan bersifat spekulatif. Jika keadaan demikian terjadi maka kelangsungan hidup nelayan terganggu, terutama kehidupan ekonominya. Untuk itu semua anggota rumah tangga nelayan harus menyesuaikan diri agar dapat bertahan hidup dan memenuhi kebutuhan hidupnya.
System pembagian kerja dalam masyarakat nelayan yang memberikan keleluasan terhadap perempuan pesisir atau istri nelayan untuk terlibat dalam aktivitas social-ekonomi di luar rumah merupakan pilihan rasional yang oleh Tunstall disebut sebagai strategi adaptif. Strategi adaptif yang dipilih oleh masyarakat nelayan umumnya dengan melakukan pembagian kerja antara suami dan istri serta antar anggota rumah tangga nelayan yang lain atau anak-anak nelayan.
Peranan dominan yang dimainkan oleh kaum perempuan atau istri nelayan tidak hanya tidak hanya dalam hal mengolah dan menjual ikan.Akan tetapi dalam hal pengambilan keputusan yang menyangkut kelangsungan hidup rumah tangga,peran istri nelayan relative lebih dominant,terutama dalam mengatur keuangan keluarga, seperti pengeluaran untuk konsumsi sehari-hari, pembelian pakaian,perabotan rumah tangga, menabung, perbaikan rumah, biaya pendidikan anak,dsb. Didesa-desa nelayan di wilayah pesisir BAWEAN adat yang berlaku mengharuskan suami untuk menyerahkan semua penghasilan yang diperolehnya kepada istri, suami tidak di perkenankan memegang penghasilannya sendiri.
Dibandingkan masyarakat lain,kaum perempuan didesa-desa nelayan mengambil kedudukan dan peranan social yang sangat penting, baik disektor domestic maupun disektor public. Hal ini disebabkan oleh karena beberapa pertimbangan pemikiran:
pertama
Dalam system pembagian kerja secara seksual pada masyarakat nelayan, kaum perempuan atau istri nelayan mengambil peranan yang besar dalam kegiatan social-ekonomi didarat, terutama kegiatan perdagangan ikan,s edangkan kegiatan melaut merupakan pekerjaan laki-laki. Inilah system gender yang berlaku dalam masyarakat nelayan.
kedua
Dampak dari sistem pembagian kerja di atas, mengharuskan kaum perempuan pesisir untuk selalu terlibat dalam kegiatan public, mencari nafkah untuk keluarga sebagai antisipasi jika suami mereka tidak memperoleh penghasilan saat melaut. Kegiatan melaut merupakan kegiatan yang spekulatif,oleh karena itu,nelayan yang melaut belum bisa dipastikan memperoleh penghasilan.
ketiga
System pembagian kerja masyarakat pesisir dan tidak adanya kepastian penghasilan setiap hari dalam rumah tangga nelayan telah menempatkan perempuan sebagai salah satu pilar penyangga kebutuhan hidup rumah tangga.
Selain menjual hasil tangkapan yang diperoleh suami, sector usaha ekonomi yang biasa dimasuki oleh kaum perempuan atau istri nelayan adalah usaha pengolahan ikan, terutama kegiatan pengeringan dan pemindangan ikan.Didesa-desa nelayan di wilayah pesisir bawean, istri nelayan lebih banyak melakukan kegiatan seperti, mengolah ikan, mulai dari menimbang, mencuci, memotong, menusuk potongan ikan dengan tusuk sate, memanggang, menata ikan panggangan di Nyiur sampai menjualnya kepasar atau kawasan perumahan (menjual kerumah). Dengan kata lain,istri nelayan yang bertanggung jawab mengolah dan menjula ikan.Alasan mereka menjual ikan karena pekerjaan tersebut adalah kewajibannya sebagai istri dan merupakan kesepakatan bersama dengan suami.
Bagi istri-istri nelayan yang membuka usaha warung makanan-minuman,seperti yang terdapat di sebagian besar wilayah pesisir madura,tingkat pendapatan yang diperoleh juga sangat tergantung dari fluktuasi pendapatan nelayan dari kegiatan melaut. Artinya, usaha warungnya itu akan menghadapi masa sepi jika musim paceklik atau masa terang bulan tiba.Pada masa-masa ini,penghasilan nelayan dari melaut tidak bias dipastikan atau mungkin tidak ada sama sekali,sehingga mempengaruhi tingkat konsumsinya.
Peran ganda perempuan pesisir atau istri nelayan tidak selamanya biasa diterima oleh suami-suami mereka, tergantung dari tingkat social-ekonomi rumah tangganya.Bagi rumah tangga nelayan miskin,perempuan yang bekerja diluar rumah merupakan suatu keharusan untuk menjaga kelangsungan hidup rumah tangganya. Sebaliknya bagi rumah tangga nelayan kaya,pihak suami biasanya membatasi pekerjaan istrinya diluar rumah,karena suami merasa bahwa penghasilannya sudah mencukupi untuk memenuhi kebutuhan keluarga, sehingga istri-istri mereka tidak perlu bekerja keras. Namun umumnya,mereka sepakat bahwa istri yang bekerja di luar rumah diperbolehkan asalkan dalam batas-batas tertentu tidak melupakan tugas-tugas domestic sebagi ibu rumah tangga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar