Minggu, 26 Oktober 2008

Istana Cinta untuk Wima

Tarpin A. Nasri
http://www.lampungpost.com/

MASUK dua tahun aku menjalin tali cinta dengan Wima. Akan tetapi baru kali ini aku menginjakkan kaki di rumahnya. Meski tidak besar dan tidak tingkat, rumah Wima langsung menyedot minatku. Rumah yang ukurannya sedang-sedang saja itu pesonanya luar biasa asri dengan gordennya yang indah. Apalagi bagian dalamnya. Tidak terkesan mewah sih, tetapi setting ruangnya pas banget. Aku dibuatnya kagum berat.


Di mataku antara kembang hidup dalam berbagai jenis dan ukuran pot, meja, kursi, lukisan, lemari, bufet dan lain sebagainya, tertata tepat alias padu padan dengan interiornya yang terpilih. Yang juga membuatku sangat comfort, tidak kulihat sebutir debu pun mencumbu lantai, dinding atau perabotan. Semuanya cling. Demikian juga dengan panorama di kamar mandi dan dapur, yang tampak sangat jelas di-touch dengan citra rasa seni tinggi. Terus terang, aku jadi enjoy untuk berlama-lama di rumah Wima. Mau seminggu tinggal di sana, aku pasti betah-betah saja. Apalagi Wima selalu di sisiku, dengan sinar cinta yang berkilauan di matanya yang bagus dan kasih sayangnya yang terpancar dari senyumnya yang menawan.

Seminggu? Ah! Edan itu! Bisa digerebeg dan ditangkap Linmas aku! Lho kok bisa?

Ya bisa, lha wong Wima itu bulan resmi jadi bojo-ku?! Wima itu baru setahun lebih jadi pacarku. Tepatnya janda cerai mati dengan dua anak itu belum resmi kunikahi di depan penghulu, lengkap dengan mahar, ijab kabul, wali, dan saksi-saksi!

Ketika aku berada di ruang keluarga atau di ruang tengah, kutemukan beberapa foto Wima yang cantik dan anggun dalam berbagai bingkai yang cantik saat jadi manten, ketika menggendong anak pertamanya yang berusia lima tahun bersama sang suami, serta foto bersama sang suami dan anak-anaknya dalam pakaian adat Jawa komplit. Meski suaminya sudah almarhum tiga tahun yang lalu dan anak-anaknya semua sudah dekat denganku, serta ditambah dengan aku tidak sedang bermain cinta untuk kegembiraan sesaat, jujur saja, ada perasaan tak enak menelusup dan ada getar cemburu halus di hatiku. Kenapa foto-foto itu masih menggantung di dinding rumahnya?

Kutahu almarhum suami Wima sudah lama seda dan kuyakin beliau telah damai di sisi Tuhan karena beliau orang baik, dermawan, penolong, peduli kepada sesama, pejabat yang soleh, dan insan yang bertakwa. Wajar jika kematiannya begitu damai, indah, dan tersiar harum sekali. Antrian pelayat dan pengantar ke peristirahatan terakhirnya yang panjang dan mengular menunjukkan siapa dirinya. Yang kutahu, waktu itu, Subang menangis dan berduka cita kehilangan putra terbaiknya!

Wima yang tetap cantik, ayu, dan seksi di usianya yang tengah merambat kepala empat lebih beberapa bulan, rupanya tahu apa yang menyelinap di hati dan sedikit mengganggu pikiranku. "Anak-anak yang menghendaki agar foto-foto itu tetap terpasang di sana. Meski mereka sudah menerima Mas apa adanya, tapi anak-anak gak ingin melupakan Papanya," ujar Wima ketika kami duduk di ruang depan--atau sering disebut ruang tamu--dengan bijaksana, hati-hati, dan santun.

Aku tersenyum, kemudian kuraih kepala Wima untuk bersandar di dadaku. "Biarkan foto-foto itu tetap menggantung di sana, Honey," kataku sambil mengecup keningnya. "Beliau itu kan Bapaknya anak-anak," lanjutku sambil mencium kening dan kemudian tangannya.

"Mas sungguh tidak keberatan?" tanya Wima sambil menatap wajahku dengan harap-harap cemas.

"Ini rumah peninggalan almarhum untuk kamu dan anak-anak," jawabku sambil senyum, kemudian kucium pipinya dengan lembut dan mesra. "Kelak jika aku ke sini lagi atau aku di sini, biarkanlah foto-foto itu tetap menggantung pada tempatnya. Jangan ada yang diturunkan atau disimpan di tempat lain. Satu frame pun gak boleh ada yang diturunkan atau berpindah tempat, My Sun."

"Tapi..."

"Aku juga menghendaki foto-foto itu tetap di sana, Sayang," potongku cepat. "Jadi, please, jangan terlalu memikirkan aku di sini nanti gimana? Tenang saja. Gak akan ada yang berubah di rumah yang indah dan asri ini meski aku mulai dan kelak menjadi "ruh" di rumah ini."

"Kalau Tuhan nanti..."

"Menyatukan kita dalam ikatan pernikahan yang suci, agung, dan sakral kurasa bukan di sini istana untuk melanjutkan bulan madu kita, My Soulmate."

Wima gak bilang apa-apa lagi. Perempuan berambut hitam panjang bergelombang dan berhidung bangir itu langsung menjatuhkan tubuhnya di dadaku. Kubiarkan ia menangis dan terisak dalam bahagia fitri. Kubelai rambutnya dengan mesra sebagai pencerminan dari cinta, kasih, sayang dan rinduku yang utuh kepadanya.

"Doakan semoga karierku terus berkibar, sehingga jika kelak kita nikah kita tidak berbulan madu dan berdiam di sini. Ini bukan istana yang kubangun dengan butiran tetes keringatku, My Love."

Wima memelukku semakin erat. Di pipinya yang bersih dan mulus kulihat dua batang anak sungai dengan airnya yang bening mulai meleleh. Tangis bahagianya pecah berkelanjutan! Wima mungkin bersyukur dapat aku karena tidak sungguh mudah menyandang predikat single parent, apalagi memangkas image-nya yang suka dikonotasikan sumir.

***

Dua tahun kemudian, kami resmi menikah. Meski ini pernikahanku yang kedua--setelah kematian istriku yang pertama, Dayana Trijata--kami menganggap pernikahan ini tetap suci, agung, dan sakral. Pernikahan itu sendiri berlangsung di sebuah masjid ternama di kota tempat Wima tinggal dan tanpa pesta di gedung mewah. Syukuran pernikahan kami digelar di rumah keluargaku dalam bentuk pesta kebun yang sederhana.

Sebagaimana janjiku, pascapernikahan, kami langsung berbulan madu ke Bali. Pulang dari Bali, kami tidak masuk ke rumah Wima, meski semua anak-anak menghendaki dan tidak keberatan. Kata mereka, rumah ini butuh imam atau butuh pemimpin.

"Meski tidak sebaik, secantik dan seindah rumahmu, rumah kita cukup pantas untuk dijadikan istana. Tatalah sesuai seleramu, Mas pasti suka dengan hasil sentuhan senimu yang bercita rasa tinggi," ujarku.

Begitu taksi yang kami naiki dari bandara memasuki perumahan yang masih terbilang baru, berhenti di depan sebuah rumah, kulihat Wima memekik dan langsung merangkul leherku. Ia begitu bahagia dengan istana persembahanku, yang sesunguhnya setengah kali lebih besar dan lebih mutakhir arsitekturnya dari rumah Wima.

"Inilah rumah yang kuharap berubah jadi istana setelah kau beri sentuhan seni tinggi," kataku sambil merangkul bahunya dengan lembut dan mersa. "Buatlah rumah ini agar aku selalu rindu berat untuk pulang sesegera mungkin begitu kerjaanku di kantor selesai," lanjutku sambil mengecup keningnya dengan penuh kasih sayang yang kental.

"Jadikalah rumah ini sebagai istana sekaligus sebagai surga agar aku tidak ingin membuang-buang waktu sepulang kerja di diskotek, kafe, vila, resort, motel, hotel atau tempat singgah dan rileks lainnya," ungkapku sambil berbisik di telinganya, "Juga gak perlu ada hang out®MDBU¯ atau dugem-dugeman karena di dalamnya ada ratu yang membuatku selalu rindu berat untuk secepat kilat pulang ke rumah, lalu cepat-cepat masuk peraduan untuk ber...," lanjutku di telinganya setengah berbisik, mesra dan menjurus kepada hubungan intim.

Wima melotot senang sambil mencubit mesra pinggangku. "Ih! Mas nakal ah!" semprotnya dengan manis dan manja. "Kok gak ada bosannya sih!"

Itulah Wima yang membuatku selalu rindu untuk sesegera mungkin mencium kening dan pipinya yang putih, mulus, dan lembut, yang kemudian kulanjutkan dengan memeluk tubuhnya yang padat, seksi, dan wangi.

"Tapi aku ada usul atau pendapat, Mas? Boleh kan?"

"Apa itu? Katakan saja. Gak usah ragu-ragu!"

"Selain rumah ini akan aku sulap jadi istana dan sorga, ada yang lainnya dan itu ternyata tidak kalah penting," kata Wima berteka-teki dan teka-teki itu membetot kepenasaranku. "Apa itu?"

"Penghuninya?"

"Maksudmu kau dan aku, Wima?"

Wima mengangguk. Memesona sekali anggukannya, karena dipadu dengan senyum yang manis dan disempurnakan dengan sorot matanya yang memancarkan kebahagiaan.

"Kaulah yang akan membuat rumah ini memiliki ruh, menjadi istana dan sekaligus menjadi sorga, yang selalu menyedot keinginanku untuk secepatnya sampai di rumah sepulang kerja!"

"Kalau begitu aku harus jadi magnet yang ayu, cantik, padat, seksi dan tampil sempurna, agar engkau tidak membutuhkan wanita idaman lain yang bertebaran di mana-mana dan begitu sangat mudah untuk mendapatkannya..."

"Engkau sudah menjadi bidadariku, Dinda. Masalahnya tinggal bagaimana Dinda memperlakukan Kanda, agar Kanda tak memiliki keinginan untuk berpaling, pindah ke lain hati, singgah ke lain body, atau punya wanita idaman lain," ujarku. "Karena Kanda menikahi Dinda bukan untuk mengecewakan, menyakiti atau mengkhianati Dinda! Mari kita saling melengkapi dan saling membahagiakan, Dindaku..."

***

Dan pernikahan kami mengalir demikian indah. Bukan berarti pernikahan itu menggelinding mulus tanpa kerikil atau pertengkaran. Kerikil dan pertengkaran itu ada, tapi kami selalu sepakat menyelesaikannya secepat mungkin. Riak dalam lautan rumah tangga pasti ada, akan tetapi itu kami pahami tidak lebih dari bumbu rumah tangga karena masalahnya bukan perselingkuhan atau pengkhianatan atas kesucian, keagungan dan kesakralan pernikahan. Paling banter badai itu bernama salah paham dan cemburu. Istri siapa sih yang tidak kebat-kebit hatinya melihat suaminya punya sekretaris secantik dan sesemok Ratu Campursari Anik Sunyahni?

Pada tahun keempat badai itu datang. Vina, sekretarisku, diam-diam mencintai aku dan mau jadi istriku yang kedua. Gila! Dan...godaan itu kukatakan pada Wima pada suatu malam yang tenang dan nyaman.

Setelah diam sejenak, Wima buka suara, "Kuncinya ada padamu, Mas," ujar Wima agak gelisah. Kulihat ia berusaha tenang meski badai tengah mengancamnya. "Seribu kali aku melarang dan sejuta kali aku berusaha mencegahnya, jika hatimu meronta ingin mendua, aku gak bisa berbuat apa-apa. Karena Mas akan selalu mencari jalan untuk mewujudkannya. Dan laki-laki, maaf, biasanya, memiliki alasan yang dikuat-kuatkan untuk pembenaran niatnya, yakni demi itulah, demi inilah, dari pada zina, sampai kepada alasan yang paling klasik: demi melaksanakan sunah rasul!"

"Maksudmu?"

"Apa yang bersemayam di hati Mas, itulah yang benar," kata Wima mantap. "Karena kalimat indah bisa dibuat, keraguan bisa diyakinkan dan kebenaran semu bisa diproduksi, akan tetapi yang ada di hati itulah yang suci, dan terus terang saja, mayoritas lelaki pandai sekali mem-packaging niatnya yang kurang terpuji bahkan busuk dengan kemasan yang tampaknya bersih dan benar, bahkan terkesan suci!"

"Terus kesimpulanmu untuk "musibah" yang tengah mengancamku apa?"

"Lakukanlah sesuai dengan apa yang ada di hatimu!"

"Kamu ikhlas, Wima?"

"Asal kau tak mendustai suara hatimu, aku rela!"

"Benar?"

"Pernahkah aku berdusta sepanjang empat tahun menjalani pernikahan ini?"

Aku diam. Aku menggeleng. Aku mati kutu! Kukira akan ada Baratayudha. Ternyata pikiran dan hati Wima seluas samudara, sehingga semakin memantapkan hatiku. Wima kunikahi bukan untuk sesaat, akan tetapi untuk selamanya! Sampai maut menjemput! Sampai tancap kayon!

Vina muda dan cantik itu benar. Buta kalau ada orang yang sampai bilang dia tidak cantik. Tapi apakah hatinya juga cantik?

Aku menggeleng sendiri. "Gak ada jaminan hati Vina secantik wajahnya!"

Tanpa keraguan secuil pun kupilih tetap dengan Wima, karena Wima kunikahi bukan untuk kusakiti. Tulang rusukku yang hilang itu, sudah kutemukan pada Wima. Wima jadi soulmate-ku tidak untuk habis manis sepah dibuang! Karena Wima bukan sebatang tebu!

Kuraih tangan Wima untuk kemudian kucium. Lalu kuraih kepala Wima, setelah bersandar di dadaku, kemudian kukecup keningnya. "Demi Tuhan, yang paling indah buat kita untuk selamanya, adalah aku cukup mencintaimu seorang, karena kau kunikahi bukan untuk kukhinati!"

"Terima kasih, Mas," ujar Wima. Dadaku basah oleh air mata bahagianya. "Kini aku juga sudah sampai pada puncak keyakinan, bahwa kau adalah lelaki terbaik yang sengaja diciptakan Tuhan untuk membahagiakan aku. Satu yang kumohon padamu. Boleh kan?"

"Apa itu?"

"Aku ingin selalu dan selamanya mendampingimu, untuk kemudian bersamamu memasuki sorga yang dijanjikan Tuhan untuk umat-Nya yang paling bertakwa! Bimbinglah aku, Cintaku!"

Tuhan! Terima kasih atas kiriman tulang rusukku yang hilang bernama Wimarini Sekar Kinasih. Hanya itu yang bisa kusampaikan kepada Tuhan, karena semuanya bagiku begitu indah dan tak cukup jika dikisahkan di sini..

Bumi Pratama Mandira, Mei--Juni 2008

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Alexander A. Anzieb A. Aziz Masyhuri A. Dahana A. Khoirul Anam A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.C. Andre Tanama A.J. Susmana A.S. Laksana A’an Jindan AS Abd. Mun’im Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kirno Tanda Abdul Lathif Abdul Malik Abdul Rauf Singkil Abdul Walid Abdurrahman Wachid Abdurrahman Wahid Abid Rohmanu Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adek Alwi Adhi Pandoyo Adhitia Armitrianto Adhy Rical Adi Faridh Adian Husaini Adin Aditya Ardi N Adreas Anggit W. Adrizas Adu Pesona Sang Wakil Presiden RI AF. Tuasikal Afri Meldam Afrizal Malna AG. Alif Agama Agama Para Bajingan Agit Yogi Subandi Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Rakasiwi Agus Sulton Agus Wibowo Agus Wirawan Aguslia Hidayah AH J Khuzaini Ah. Atok Illah Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Anshori Ahmad Damanik Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Gaus Ahmad Hasan MS Ahmad Jauhari Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Naufel Ahmad S. Zahari Ahmad Syafii Maarif Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ainul Fiah Akbar Ananda Speedgo Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhmad Siddiq Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Akmal Nasery Basral Aksin Wijaya Al-Fairish Al-Ma'ruf I Al-Ma'ruf II Alang Khoiruddin Albert Camus Ali Mahmudi Ch Alia Swastika Alvi Puspita Alvin Amien Wangsitalaja Aminah Aming Aminoedhin Ana Mustamin Anam Rahus Anas AG Andhi Setyo Wibowo Andi Gunawan Andry Deblenk Angela Anggie Melianna Anindita S. Thayf Anis Ceha Anitya Wahdini Anjrah Lelono Broto Antologi Sastra Lamongan Anugerah Ronggowarsito Anwar Nuris Aprillia Ika Arida Fadrus Aridus Arie MP Tamba Arie Yani Arief Junianto Ariel Heryanto Ariera Arif Bagus Prasetyo Aris Kurniawan Armawati Arswendo Atmowiloto Art Sabukjanur Arti Bumi Intaran Arwan Aryo Wisanggeni Aryo Wisanggeni Gentong AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Ashadi Ik Asrama Mahasiswa Aceh Sabena Asro Kamal Rokan Astrid Reza Asvi Warman Adam Atafras Atok Witono Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Azwar Nazir Baca Puisi Badrus Siroj Bahrul Ulum A. Malik Balada Bambang kempling Bambang Riyanto Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bastian Zulyeno Beni Setia Benni Setiawan Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Koran Berita Utama Bernando J. Sujibto Bernarda Rurit Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Biografi Bre Redana Brunel University Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Jay Utomo Budi P. Hatees Budi Palopo Budi Setyarso Budi Sp. Indrajati Budiman S. Hartoyo Budiman Sudjatmiko Buku Kritik Sastra Buldanul Khuri Candrakirana Cangaan Ujungpangkah Gresik Jawa Timur Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cawapres Jokowi Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chavchay Syaifullah Choirul Rikzqa Christian Heru Cahyo Saputro Cover Buku D. Dudu AR D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dadang Widjanarko Damiri Mahmud Dani Fuadhillah Daniel Paranamesa Darju Prasetya Dati Wahyuni Dawet Jabung Ponorogo Dedykalee Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Desa Glogok Karanggeneng Lamongan Deshinta Arofah Dewi Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan Dewi Anggraeni Dian Sukarno Diana A.V. Sasa Didik Kusbiantoro Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diskusi buku Djadjat Sudradjat Djasepudin Djoko Pitono Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Djulianto Susantio Dody Kristianto Dody Yan Masfa Dorothea Rosa Herliany Dr Andi Irawan Dr Siti Muti’ah Setiawati Dr. Hilma Rosyida Ahmad Drs H Choirul Anam Drs. Solihin Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwidjo Maksum Dyah Ayu Fitriana Eddi Koben Edeng Syamsul Ma’arif Edy Apriyanto Sudiyono Edy Firmansyah Edy Susanto Efri Ritonga EH Ismail Eidi Krina Jason Sembiring Eka Budianta Eko Hartono Eko Hendrawan Sofyan Eko Hendri Saiful El Sahra Mahendra Elita Sitorini Elly Trisnawati Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Em. Syuhada' Emha Ainun Nadjib Encep Abdullah Eni Sulistiyawati Eny Rose Esai Ester Lince Napitupulu Etik Widya Evan Ys F Rahardi Fahrudin Nasrulloh Fahrur Rozi Fajar Alayubi Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fathan Mubarak Fathul Qodir Fathul Qorib Felix K. Nesi Festival Gugur Gunung Festival Seni Surabaya 2011 Festival Teater Religi Pelajar SLTA Se-kabupaten Lamongan Fikri. MS Fiqih Arfani Firman Daeva Forum Lingkar Pena Lamongan Forum Penulis dan Penggiat Literasi Lamongan (FP2L) Forum Santri Nasional Forum Santri Nasional (FSN) Free Hearty Galuh Tulus Utama Gandis Uka Ganug Nugroho Adi Gedung Sabudga UNISDA Lamongan Gendut Riyanto Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gesit Ariyanto Gita Pratama Glenn Fredly Goenawan Mohamad Golput Gombloh Gombloh (1948 – 1988) Grathia Pitaloka Gugun el-Guyanie Gunoto Saparie Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Dur H.B. Jassin Hadi Napster Hafis Azhari Halim HD Halimi Zuhdy Hamid Dabashi Han Gagas Hardi Hamzah Hari Prasetyo Haris Del Hakim Haris Saputra Hary B Kori’un Hasan Basri Marwah Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasyim Asy’ari Hendro Situmorang Henri Nurcahyo Henry H Loupias Hera Khaerani Heri CS Heri Kris Heri Latief Heri Listianto Herman RN Hernadi Tanzil Herry Lamongan Heru Kuntoyo Heru Kurniawan Hikmat Darmawan Holy Adib Hudan Hidayat Hujuala Rika Ayu Humaidi Humam S Chudori I Made Asdhiana I Nyoman Suaka I. B. Putera Manuaba IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ichwan Prasetyo Ida Fitri Ignas Kleden Ilham Safutra Ilham Wancoko Imam Munadjat Imam Nawawi Imam Zanatul Huaeri Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Iman Herdiana Imron Arlado Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indigo Art Space Madiun Indra Tjahyadi Indrian Koto Ingki Rinaldi Iqmal Tahir Is Faridatul Arifah Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Zulkarnain Isra’ Mi’raj Iswadi Pratama Iswara N Raditya Iva Titin Shovia Iwan Awaluddin Yusuf Iwan Gunadi J. Sumardianta Jamrin Abubakar Jansen Sinamo Janu Jolang Janual Aidi Javed Paul Syatha Jayaning S.A Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jemie Simatupang Jenny Ang Jiero Cafe Jihan Fauziah JJ. Kusni Jl Simo Jo Batara Surya Jodhi Yudono Joko Budhiarto Joko Sadewo Joko Sandur Joko Widodo Jones Gultom Joni Ariadinata Joresan Mlarak Ponorogo Joseph E. Stiglitz Jual Buku Paket Hemat Junus Satrio Jurnalisme Sastra K. Hirzuddin Hasbullah K.H. Anwar Manshur K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma’ruf Amin K.H. Masrikhan Asy'ari K.H. Mudzakir Ma'ruf Kadjie MM Kajian Kitab Nashoihul 'Ibad Kang Daniel Karanggeneng Kartika Foundation Kasanwikrama Kasnadi Katrin Bandel Kedai Kopi Sastra Kekal Hamdani Kemah Budaya Panturan (KBP) Kesenian KH. M. Najib Muhammad KH. Ma'ruf Amin Khairul Mufid Jr Khawas Auskarni Khoirul Anwar Khoirul Inayah Khoirul Naim Khoirul Rosyadi Ki Ompong Sudarsono Kitab Arbain Nawawi Kitab Puisi Suluk Berahi karya Gampang Prawoto Ko Hyeong Ryeol Koh Young Hun Koko Sudarsono Komaruddin Hidayat Kompas TV Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sastra Teater Lamongan (KOSTELA) Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Kopi Bubuk Mbok Djum Kopuisi Korban Gempa di Lombok Kospela KPRI IKMAL Lamongan Kris Razianto Mada Kritik Sastra Kurnia Sari Aziza Kurniawan Kusni Kasdut Kuswaidi Syafi’ie Kuswinarto Lagu Laili Rahmawati Laksmi Sitoresmi Lamongan Lan Fang Larung Sastra Lathifa Akmaliyah Latif Fianto Leila S. Chudori Leo Tolstoy Lina Kelana Listiyono Santoso Liya Izzatul Iffah Liza Wahyuninto Lucky Aditya Ramadhan Ludruk Jawa Timur Lukisan Lukman Alm Lukman Santoso Az Luqman Almishr Lustantini Septiningsih Lutfi S. Mendut Lynglieastrid Isabellita M Ismail M Zainuddin M. Afif Hasbullah M. Faizi M. Iqbal Dawami M. Irfan Hidayatullah M. Latief M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Lutfi M. Mushthafa M. Riza Fahlevi M. Yoesoef M.D. Atmaja M’Shoe Madrasah Ibtida’iyah Thoriqotul Hidayah 1 Maghfur Munif Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahmud Syaltut Usfa Mahwi Air Tawar Majelis Ulama Indonesia Makalah Tinjauan Ilmiah Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Mantan Pastur Hafidz Al-Qur'an Maqhia Nisima Mardi Luhung Margita Widiyatmaka Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Marjohan Marsel Robot Martin Aleida Martin Hatch Marwan Ja'far Marwita Oktaviana Marzuki Mustamar Mashuri Masjid Tegalsari di Pesantren Gerbang Tinatar Masuki M. Astro Matroni el-Moezany Matroni Muserang Max Arifin Maya Handhini Mbah Kalbakal Medco Media Jawa Timur Medri Osno Mega Vristian Mei Anjar Wintolo Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Memoar Purnama di Kampung Halaman Menggalang Dana Amal Mentari Meida Mh Zaelani Tammaka Michael Gunadi Widjaja Mien Uno (Ibunda Sandiaga Uno) Misbahul Huda Misbahus Surur Moch. Faisol Mochammad A. Tomtom Moh Samsul Arifin Moh. Ghufron Cholid Mohamad Ali Hisyam Mohammad Afifi Mohammad Rafi Azzamy Mts Putra-Putri Simo-Sungelebak Muh Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ghannoe Muhammad Ghufron Muhammad Hidayat Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad N. Hassan Muhammad Rain Muhammad Taufik Muhammad Yasir Muhammad Zia Ulhaq Muhammadun A.S. Muhibin AM Muhidin M Dahlan Mujtahid Mujtahidin Billah Mukafi Niam Mukhsin Amar Mukti Sutarman Espe Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Mun'im Sirry Muntamah Cendani Museum Bikon Blewut Ledalero Musfarayani Musfi Efrizal Musyayana Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Nabi Adam Nanang Fahrudin Nandang Darana Naskah Monolog Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Ni Luh Made Pertiwi F Nindya Herdianti Ninin Nurzalina Wati Nitis Sahpeni Nono Anwar Makarim Noor H. Dee Noorsam Noval Jubbek Novel Pekik Novianti Setuningsih Nu’man ‘Zeus’ Anggara Nur Hamzah Nur Haryanto Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nuruddin Al Indunissy Nurul Aini Nurul Anam Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nuswantoro Nyimas Nyoman Tingkat Obrolan Oktamandjaya Wiguna Oky Sanjaya Opini Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Oyos Saroso H.N. Padepokan Lemah Putih Surakarta Pagelaran Musim Tandur Pameran Seni Rupa Panda MT Siallagan Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Pekan Literasi Lamongan Pelukis Dahlan Kong Pelukis Jumartono Pelukis Saron Pelukis Senior Tarmuzie Pendidikan Penerbit SastraSewu Penerbitan dan Toko Buku PUstaka puJAngga Lamongan Pengajian Pengetahuan Perang Peringatan Hari Pahlawan 10 November Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW Pesantren An Nawawi Tanara (Penata) Pesantren Kampung Inggris Peserta TEMU SASTRA JAWA TIMUR 2011 Petrik Matanasi Pilang Tejoasri Laren Lamongan Pilang Tejoasri Laren Lamongan Jawa Timur Pilkada Piramid Giza Politik Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang Pradana Boy ZTF Pradaningrum Mijarto Pramoedya Ananta Toer Prih Prawesti Febriani Pringadi AS Prof Dr Achmad Zahro Prof Dr Aminuddin Kasdi Profil MA Matholi'ul Anwar Prosa Puisi Puisi Menolak Korupsi Puisi Menolak Korupsi (PMK) Puji Hartanto Puji Santosa Puput Amiranti N Purwanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Puspita Rose Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putri Utami Putu Satria Kusuma Putu Setia Putu Wijaya R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R.Ng. Ronggowarsito Rabdul Rohim Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahmat Sazaly Rahmat Sularso Nh Raihul Fadjri Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Rambuana Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Redland Movie Rengga AP Reni Lismawati Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Riadi Ngasiran Rian Sindu Ribut Wijoto Rieke Diah Pitaloka Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Rizka Halida Rizky Putri Pratimi Robin Al Kautsar Rocky Gerung Rodli TL Rofiqi Hasan Rohmad Hadiwijoyo Rohmah Maulidia Rohman Abdullah Rojiful Mamduh Rosdiansyah Rosi Rosidi Roso Titi Sarkoro Rumah Budaya Pantura (RBP) Rumah Budaya Pantura Lamongan Rumah Literasi Rx King Motor S Yoga S. Jai S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabrank Suparno Saiful Amin Ghofur Saifur Rohman Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sandiaga Uno Sanggar Pasir Sanggar Pasir Art and Culture Santi Puji Rahayu Sapardi Djoko Damono Sardono W Kusumo Sartika Sari Sarworo Sp Sastra Facebook Satmoko Budi Santoso Satrio Lintang Satyagraha Hoerip Saut Situmorang Savidapius Sayuri Yosiana Sayyid Fahmi Alathas Sejarah Sekolah Literasi Gratis SelaSAstra Boenga Ketjil SelaSAstra Boenga Ketjil #23 SelaSAstra Boenga Ketjil #24 Seni Ambeng Ponorogo Senirupa Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Shofiyatuz Zahroh Shohebul Umam JR Sholihul Huda Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Silfia Hanani Sindu Putra Sita Planasari Aquadini Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Hadi Purnomo Soediro Satoto Soegiharto Soeprijadi Tomodihardjo Soetanto Soepiadhy Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sony Wibisono Sosiawan Leak Sreismitha Wungkul Sri Igustin Sri Mulyani Sri Wintala Achmad Sriyanto Danoesiswoyo Stefanus P. Elu Stevani Elisabeth STKIP PGRI Ponorogo Student Center Kampus ISI Yogyakarta Subagio Sastrowardoyo Suci Ayu Latifah Sudarmoko Sugeng Ariyadi Sukitman Sumenep Sumiati Anastasia Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungelebak Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Suripto SH Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suwardi Endraswara Suyadi San Syafrizal Sahrun Syaifuddin Gani Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Syamsul Arifin Syamsul Rizal Syi'ir Syifa Amori Syifa Aulia T.A. Sakti Tajuddin Noor Ganie Tamrin Bey dan Robin Al Kautsar TanahmeraH ArtSpace Tarpin A. Nasri Taufik Rachman Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Teater Air Teater Bias Teater Biru Teater Cepak Teater Dua Teater Kanjeng Teater Lingkar Merah Putih Teater Mikro Teater nDrinDinG Teater Nusa Teater Padi Teater Roda UNISDA Lamongan Teater Sakalintang Teater Tali Mama Teater Taman Teater Tawon Teater Tewol Teguh LR Temu Karya Teater Jawa Timur XXI Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Teori Darwin Teori Fisika Hawking Tgk Abdullah Lam U Tharie Rietha The Ibrahim Hosen Institute Theresia Purbandini Thomas Koten Tien Rostini Timur Arif Riyadi Tjahjono Widarmanto Tjut Zakiyah Anshari Toeti Adhitama Tosa Poetra Tri Andhi S Triyanto triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S Tutut Herlina Ucu Agustin Udo Z. Karzi Ulil Abshar-Abdalla Umar Fauzi Uniawati Unieq Awien Universitas Jember Usman Arrumy Ustadz Bangun Samudra Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Vassilisa Agata Veven Sp. Wardhana Viddy AD Daery Video Vino Warsono Virdika Rizky Utama Vita Devi Ajeng Pratiwi W. Haryanto W.S. Rendra Wakos R. Gautama Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Suryandoko William Shakespeare Wisnu Kisawa Wiwik Widiyati Wong Wing King Wuri Kartiasih Y. Wibowo Yayasan Thoriqotul Hidayah 1 Yayat R. Cipasang Yesi Devisa Yesi Devisa Putri Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yonathan Rahardjo Yudhi Herwibowo Yudi Latif Yulianto Yuliawati Yunanto Sutyastomo Yunus Supriyanto Yurnaldi Yushifull Ilmy Yusri Fajar Yusuf AN Yusuf Suharto Yusuf Wibisono Yuval Noah Harari Yuyuk Sugarman Z. Mustopa Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zarra Martsella Zawawi Se Zed Abidien Zehan Zareez Zen Hae Zii Zuhdi Swt