Rabu, 14 Juli 2021

Obrolan mengenai Proses Kreatif Bersastra dan Berteater bersama Dody Yan Masfa

Wawancara di bawah ini, diambil dari Grup Facebook Apresiasi Sastra (APSAS) Indonesia
 


Dody Yan Masfa, lahir di Surabaya 15 Juni 1965, menulis puisi adalah kegemarannya sejak remaja, sebagai ngudo roso, katarsis, dan meneliti diri sendiri sejauh mana memiliki kepekaan rasa keindahan tentang bahasa tulisan. Prestasi karya bukan menjadi prioritas bagi dirinya. Menekuni teater sejak usia muda, sampai sekarang aktifitas itu menyeretnya untuk terus menulis. Dody adalah aktor dan sutradara teater Tobong. No Kontak: 085732439089 email : dodyyanmasfa@gmail.com
 
Nurel Javissyarqi: “Selamat merayakan Festival Puisi Mutakhir 2021 Pak! Pertanyaannya nanti menyusul, atau yang lain monggo bertanya dulu... Salam Sastra!” (Festival Puisi Mutakhir 2021 bertempat di Desa Weru, Paciran, Lamongan, Jawa Timur, tanggal 26 Juni 2021, oleh Komunitas Aksara Pesisir, atas Antologi Puisi “Perayaan Pertikaian dalam Rumah Puisi” karya Dody Yan Masfa).
 
Dody Yan Masfa: “Terima kasih Mas... Salam bahagia buat sampean yang selalu menggerakkan ruang literasi sastra... Semoga tak kan pernah berhenti...Aamiin...”
 
Nurel Javissyarqi: “Amien... ya Robbal alamien... Pak Dody, Apa yang mendorong sampean untuk terus bergerak dan berkarya hingga sekarang? Oya, sejak mulai tahun kapan, memasuki alam berkesenian?
 
Dody Yan Masfa: “Mulai bergabung dengan komunitas kesenian tahun 1987 Mas. Ya, tentunya ada masa-masa mengalami stagnasi, kejumudan, tapi selalu ada kesadaran baru yang menumbuhkan lagi spirit berkesenian. Semisal pemahaman ketika kita merasa tidak nyaman menyikapi kesenian sebagai kolektif art, kita bisa menyikapinya dengan personaliti art, atau sebaliknya. Banyak sekali teman-teman saya dulu, yang mandeg juga dari aktifitas berkesenian, karena tuntutan hal lain; karir politik, akademis, ya saya pikir itu pilihan, semuanya memang harus berani memilih, begitu juga berkesenian... Hal paling saya yakini dalam kesenian (teater) sebagai disiplin ilmu, dan selalu berfikir bahwa kesenian itu penting sebagai investasi bagi peradaban... Mungkin itu yang membuat saya masih terus bertahan berkesenian...
 
Nurel Javissyarqi: “Apa yang patut ditanamkan bagi generasi muda sekarang, ketika mengembangkan dirinya di dalam berkesenian, agar tetap menyetia jalan telah ditempuhnya, pula memiliki daya tahan terbaik kala melakoni alur luhur hidupnya? Sebelumnya matur suwon sanget Pak Dody Yan Masfa.”
 
Dody Yan Masfa: “Saya selalu menyerukan bahwa kesenian ialah investasi bagi peradaban, karena didalamnya menampung seluruh ilmu pengetahuan, dari tehne ke arte pula sebaliknya. Pendahulu kita yang melahirkan gagasan kesenian dari zaman ke zaman semuanya ilmuwan... sosiolog, teolog, filosof, politikus. Ada prinsip mendasar yang saya yakini, kesenian itu peralatan untuk mengolah referensi demi membaca masa depan... Kesadaran itulah Mas, yang selalu saya suarakan bagi generasi muda...”
 
Nurel Javissyarqi: “Matur suwon sanget Pak Dody atas jawabannya, dan mohon izin diposting nantinya -obrolan di Apsas ini...”
 
Dody Yan Masfa: “Siap, saya juga terima kasih Mas...”
***
 
Andy Eswe: “Halow Mas Dody... Saya bersua dengan Anda pertama di Solo, Teater Ruang. Itu sudah lama sekali. Dan ketika saya main ke Surabaya, sering juga melihat Anda, tapi belum pernah ngobrol meski acapkali satu tongkrongan. Hehwhw... Kali ini bertemu di FB dan berkesempatan untuk berbagi cerita dan tanya. Baik saya akan bertanya dalam hal teater, sejauh apa Mas Dody mengeksplorasi ruang-ruang untuk pementasan. Apakah selama ini di gedung panggung prosenium saja, ataukah juga di luar gedung? Mohon sharing pengalaman pementasan yang terkait dengan pilihan ruang yang Anda lakoni di kota Surabaya. Kemudian dalam hal susastra: Mas Dody lebih pada penulisan puisi, naskah drama, cerpen, atau novel? Bagaimana proses kreatif Mas Dody dalam berkarya sastra? Pada titik apa relasi / keterkaitan karya sastra dan karya teater? Lalu bagaimana mengolahnya hingga keduanya bersinergi?
Maaf, jika terlalu panjang dan bahasanya kurang bagus. Semoga bisa dipahami. Hehehe.. Salam dan hormat, Andy Eswe.”
 
Dody Yan Masfa: “Hai Mas Eswe, Salam dan Hormat pula...Wah ini pertanyaan berat semua... Pada teater Mas, saya mengawali proses di teater sejak tahun 1987, di teater Jaguar Surabaya. Tahun-tahun itu, teater lebih ke bentuk konvensional, dengan aturan pemanggungan yang ketat, prosenium, ada jarak penonton, ada visi, membangun, menciptakan penonton yang begitu-begitulah... Memasuki tahun 2000- an, mulai mengenal panggung tapal kuda sampai panggung arena, tentunya teater mengalami pola baru untuk penciptaan scenografi, untuk menyikapi penonton berada di tiga dan empat arah... Maka di tahun 2001, ketika saya mendirikan Teater Tobong, melanjutkan perkembangan pola baru, terlebih munculnya wacana tentang -teater alternatif, eksplorasi, ruang publik, teater tubuh... Nah, hadirnya wacana-wacana itulah yang membuat kita memiliki fleksiblelitas dalam penciptaan proses kreatif, apalagi sekarang kian hadir pula wacana-wacana baru, teater lintas disiplin, teater kota, teater foklor, instalasi teater dsb... Nah, kita Teater Tobong dan saya khususnya tidak menafihkan hal-hal baru tersebut, senyampang hal itu kita yakini menjadi pilihan proses kreatif kita, di ruang apapun, baik indoor maupun outdoor...
Dan untuk sastra, saya menulis puisi sejak remaja sih, SMP, SMA, nah beberapa waktu berikutnya mengalami stagnan, mandek sampai mengenal teater. Ada ruang-waktu yang penting bagi perjalanan proses saya di teater dan sastra, yaitu masa tahun 1999-2000, sebelum saya mendirikan Teater Tobong... Ada ruang proses kreatif yang kita bikin waktu itu, yaitu Teater Barzah, yang memang diniatkan untuk eksperiment. Waktu itu kita berfikir bahwa berteater tidak hanya sekadar mementaskan naskah-naskah orang lain, atau naskah yang sudah jadi, kita yakin bahwa kita harus memproduksi naskah sendiri. Nah, kebetulan waktu itu lagi maraknya wacana tentang teater non lakon, atau naskah non lakon (cerita ). Itulah yang memotivasi saya untuk menulis naskah-naskah, tulisan-tulisan lepas yang prioritasnya bukan ke cerita, tapi tema. Teks teks tematik yang tidak diikat oleh alur cerita, penokohan, seperti layaknya naskah-naskah konvensional, akhirnya keterusan kesenangan menulis lagi. Waktu itu kita menyebutnya teks besar (best teks), untuk dieksplorasi manjadi visual pertunjukan teater di program eksperiment teater Barzah... Maka saya pikir memang sangat dekat korelasi teks sastra dengan teater, meski saya masih mayakini bahwa wilayah teks dengan wilayah penciptaan itu punya kebebasannya sendiri-sendiri. Menurut saya, teks lepas atau best teks itulah yang cocok untuk mengantar kebebasan proses penciptaan... Karena itu, meskipun saya memberanikan diri menyebut tulisan-tulisan saya itu puisi, masih terasa sekali sebagai best teks teater... begitu Mas Eswe, hehehe maaf kalau jawabannya kurang memuaskan...
***
 
 
Lutfi S.M : “Selamat siang Om Do... Apa kabar? Semoga sehat selalu. Oya, sebelumnya saya ucapkan selamat dan sukses, atas diluncurkannya buku puisi karya sampean kamarin hari. Mohon maaf, saya belum bisa mengikuti, tersebab selepas kegiatan di Rumah Budaya Pantura itu, tiba-tiba badan drop, indera penciuman hilang fungsi, dan menjalar ke seisi rumah. Mohon doanya. Begini... Oya, dalam beberapa kesempatan terakhir, Om Do kerap mensosialisasi/mempublikasi/mempopulerkan istilah “sastra pertunjukan”. Pertanyaan saya: 1). Apakah itu sastra pertunjukan? 2). Apakah (kira-kira) ada perbedaan dari sastra yang dipentaskan alias “pertunjukan sastra” (macam pembacaan puisi, deklamasi, musikalisasi puisi, teaterikal puisi, drama, dll), ataukah bagaimana? Mungkin cukup itu dulu pertanyaan dari saya, yang semestinya kemarin saya diskusikan langsung saat bersua tetapi gagal. Terimakasih, dan Wassalam...”
 
Dody Yan Masfa: “Artinya, puisi yang dibacakan atau dideklamasikan itu sudah menjadi pertunjukan, sama halnya dengan naskah teater, naskah teater itu karya sastra. Nah, untuk menjadikannya sebuah pertunjukan, ya dikerjakan dengan khaidah teater. Nah sastra pertunjukan, berdasarkan asumsi saya, atau harapan saya tidak sekadar hanya dibacakan, bagaimana karya sastra yang bernama puisi itu bisa dikerjakan dengan pendekatan khaidah teater... Sebetulnya, bukan saya yang mempopulerkan.. Istilah sastra pertunjukan sudah ada beberapa tahun lalu... sebetulnya persoalan asumsi saja. Saya berasumsi, bahwa puisi itu identik dengan keberadaan teks yang memiliki metafora, rima, irama, suasana, bahkan cerita. Lantas saya berasumsi, jika puisi dideklamasikan dengan menggunakan karakter suara, emosi, gerak, suasana, maka keberadaan puisi sebagai sekadar teks akan bertambah kekuatannya. Nah, saya mengasumsikan bahwa itu adalah konsep pertunjukan.
 
Lutfi S.M.: “Oo... Berarti pada dasarnya memang memiliki kekhasan tersendiri dan itu melalui proses penggarapan yang utuh ya, Om... semacam alih wahana teks ke bentuk perform, begitukah?”
 
Dody Yan Masfa: “Seperti halnya jawaban saya kepada Mas Eswe, bahwa ada era dimana teks teater tidak harus merujuk pada kekuatan cerita, atau lakon, tapi bisa kekuatan tema (naskah non lakon). Kenapa tidak dengan puisi? Puisi bisa didekati dengan khaidah teater, semisal Emha Ainun Nadjib mengerjakan puisinya “Lautan Jilbab” menjadi pertunjukan teater. Saya mengasumsikan itu adalah sastra pertunjukan, yang lebih berkembang, ketimbang seorang Emha membacakannya sendirian, meskipun bisa disebut sebagai sastra pertunjukan...”
***
 
Sholihul Huda: “Selamat sore Om Dody, salam kenal dari saya. Sebenarnya sudah lama sekali saya ingin berkenalan dengan Om, sejak bertemu di Taman Budaya Cak Durasim, tetapi masih malu-malu. Dan mumpung ini ada kesempatan bertanya, saya ingin bertanya singkat saja sesuai pengetahuan saya yang minim tentang sastra. Puisi Mutakhir itu yang seperti apa ya Om?... terima kasih...”
 
Dody Yan Masfa: “Hihihi... Kata yang benar dan baku adalah Mutakhir. Arti kata mutakhir menurut KBBI adalah: terakhir, terbaru, modern.”
 
Sholihul Huda: “Ooo, jadi ini puisi yang terakhir Om, yang terbaru, atau yang modern? Keren Om puisi-puisinya...  Terima kasih atas jawabannya yang lugas dan jelas sekali...”
 
Dody Yan Masfa: “Puisi bebas itu bagi saya modern Mas, kalau puisi klasik itu puisi terikat... dan hari ini puisi bebas masih uptodit... Lah, mau saya sebut festival puisi posmo, atau puisi 4.0. malah nggak cocok..”
***
 
Agus R. Subagyo: “Selamat sore Pak Do... Entah kapan dan di mana pertama bertemu dengan sampeyan. Aku mau bertanya, bagaimana caranya ketika kita mandeg dalam menulis?”
 
Dody Yan Masfa: “Hehehe... sebetulnya itu bukan mandeg otentik Mas, pengalaman saya mengatasinya dengan menumbuhkan kesadaran, mengalihkan dengan menabung referensi. Misalnya menyerap hal-hal empiris, membaca wacana sastra, membaca karya-karya orang lain, berdiskusi. Hal-hal itulah yang akan memperkaya kita akan perbendaharaan referensi... Kayaknya itu caranya... sehat selalu Mas...”
 
Agus R. Subagyo: “Aamiin. Aku saiki gak tau nulis Pak Do,... Tapi ngetik...”
 
Dody Yan Masfa: “Wkwkwkwk...iyo... satu jempol apa dua jempol...”
 
Agus R. Subagyo: “2 jempol Pak do, hehe...”
***
 
Sangat Mahendra: “Hallo Om Dody Yan Masfa, saya salah satu fans jenengan, tanya dong Om...
kaki Om terbuat dari apa? Bagaimana nafas Om sepanjang itu? Apakah yang Om percayai dalam hidup? Salam Om! Sehat dan bahagia selalu.”
 
Dody Yan Masfa: “Salam bahagia Mas Mahendra. Terhadap bumi yang keras, tajam dan terjal. Tuhan tidak membuat kulit pembungkus lembut untuk menutupi seluruh permukaan bumi : Ia menghadiahi kita sepasang kulit bagi kaki. Dalam tubuh ada banyak hal sederhana yang memiliki religiusitas, jika kita selalu mengingatnya dalam pikiran dan perasaan... “Ragawidya” (religiusitas prilaku sehari-hari), termasuk berjalan dan bernafas. Cosmologi alam Mas, alam di dalam diri dan di luar diri, hidup saya kuserahkan pada korelasi keduanya... Hihihi.. macak religius dan filosofis.. tentunya jawaban saya itu harus selalu dilanjutkan-diperbincangan dalam perjumpaan kita Mas Mahendra...”
 
Sangat Mahendra: “Matur tengkyu.”
***
 
Sigit Susanto: “Salam kenal Mas Dody Yan Masfa. Ikut bertanya, 1). Ketika sampean menemukan sebuah embrio kisah untuk ditulis, bagaimana menimbang embrio itu untuk ditulis dalam puisi atau naskah teater? 2). Embrio kisah seperti apa yang biasanya muncul? Bisakah embrio kisah itu ditulis dalam dua genre, puisi maupun teater atau cukup sekali saja puisi/teater? 3). Adakah puisi sampean yang berbentuk seperti teater? Sepertinya Faust-nya Goethe lebih menyerupai teater ketimbang puisi atau naskah teater sampean yang puitis. 4). Bagaimana sampean memperlakukan naskah puisi/teater yang gagal? Mungkin diperbaiki lagi, diingat, atau dilupakan sama sekali 5). Adakah karya sampean, baik puisi maupun teater, tiba-tiba ada orang bilang, Wah, Mas....cerita itu mirip kisahku pribadi?... Matur Thanks you. Salam Sehat.”
 
Dody Yan Masfa: “Salam Mas Sigit... Adakalanya embrio itu berasal dari hal yang sudah ada referensinya, baik secara empiris maupun yang bersifat literatif. Kemudian referensi tersebut dikorelasikan dengan tema yang pas untuk diangkat sebagai isi dari tulisan (puisi atau best teks teater). Untuk puisi, saya lebih membebaskan tema, tapi kalau untuk best teks saya lebih memilih tema yang universal. Sampai hari ini saya masih meyakini tema tentang kematian (untuk best teks teater), yang masih kuat, kematian bukan sekadar fisik, tetapi bisa kematian nurani, pikiran, kematian kesadaran terhadap kemanusiaan, peradaban, dsb. Dan berkaitan Faust-nya WG Goethe (itu naskah babon Mas, yang memiliki kelengkapan khaidah naskah teater yang lengkap), ada prolog, epilog, dialog, monolog, seliloqui, ada narasi, semuanya lengkap sebagai naskah teater, bahkan skema partitur orkestra untuk ilustrasi musiknya pun menjadi bagian dari tokoh dalam naskah tersebut. Untuk tulisan yang gagal, -saya membiasakan ada proses revisi Mas, sering kali puisi hari ini, itu bersumber dari puisi lama yang tertimbun, yang pernah saya tulis...”
 
Sigit Susanto: “Matur nuwun terima kasih paparannya Mas Dody Yan Masfa.”
 
Dody Yan Masfa: “Sama-sama Mas...”
***
 
Buku-buku karya Dody Yan Masfa:
 






***

http://sastra-indonesia.com/2021/07/obrolan-mengenai-proses-kreatif-bersastra-dan-berteater-bersama-dody-yan-masfa/

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Alexander A. Anzieb A. Aziz Masyhuri A. Dahana A. Khoirul Anam A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.C. Andre Tanama A.J. Susmana A.S. Laksana A’an Jindan AS Abd. Mun’im Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kirno Tanda Abdul Lathif Abdul Malik Abdul Rauf Singkil Abdul Walid Abdurrahman Wachid Abdurrahman Wahid Abid Rohmanu Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adek Alwi Adhi Pandoyo Adhitia Armitrianto Adhy Rical Adi Faridh Adian Husaini Adin Aditya Ardi N Adreas Anggit W. Adrizas Adu Pesona Sang Wakil Presiden RI AF. Tuasikal Afri Meldam Afrizal Malna AG. Alif Agama Agama Para Bajingan Agit Yogi Subandi Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Rakasiwi Agus Sulton Agus Wibowo Agus Wirawan Aguslia Hidayah AH J Khuzaini Ah. Atok Illah Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Anshori Ahmad Damanik Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Gaus Ahmad Hasan MS Ahmad Jauhari Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Naufel Ahmad S. Zahari Ahmad Syafii Maarif Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ainul Fiah Akbar Ananda Speedgo Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhmad Siddiq Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Akmal Nasery Basral Aksin Wijaya Al-Fairish Al-Ma'ruf I Al-Ma'ruf II Alang Khoiruddin Albert Camus Ali Mahmudi Ch Alia Swastika Alvi Puspita Alvin Amien Wangsitalaja Aminah Aming Aminoedhin Ana Mustamin Anam Rahus Anas AG Andhi Setyo Wibowo Andi Gunawan Andry Deblenk Angela Anggie Melianna Anindita S. Thayf Anis Ceha Anitya Wahdini Anjrah Lelono Broto Antologi Sastra Lamongan Anugerah Ronggowarsito Anwar Nuris Aprillia Ika Arida Fadrus Aridus Arie MP Tamba Arie Yani Arief Junianto Ariel Heryanto Ariera Arif Bagus Prasetyo Aris Kurniawan Armawati Arswendo Atmowiloto Art Sabukjanur Arti Bumi Intaran Arwan Aryo Wisanggeni Aryo Wisanggeni Gentong AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Ashadi Ik Asrama Mahasiswa Aceh Sabena Asro Kamal Rokan Astrid Reza Asvi Warman Adam Atafras Atok Witono Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Azwar Nazir Baca Puisi Badrus Siroj Bahrul Ulum A. Malik Balada Bambang kempling Bambang Riyanto Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bastian Zulyeno Beni Setia Benni Setiawan Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Koran Berita Utama Bernando J. Sujibto Bernarda Rurit Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Biografi Bre Redana Brunel University Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Jay Utomo Budi P. Hatees Budi Palopo Budi Setyarso Budi Sp. Indrajati Budiman S. Hartoyo Budiman Sudjatmiko Buku Kritik Sastra Buldanul Khuri Candrakirana Cangaan Ujungpangkah Gresik Jawa Timur Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cawapres Jokowi Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chavchay Syaifullah Choirul Rikzqa Christian Heru Cahyo Saputro Cover Buku D. Dudu AR D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dadang Widjanarko Damiri Mahmud Dani Fuadhillah Daniel Paranamesa Darju Prasetya Dati Wahyuni Dawet Jabung Ponorogo Dedykalee Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Desa Glogok Karanggeneng Lamongan Deshinta Arofah Dewi Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan Dewi Anggraeni Dian Sukarno Diana A.V. Sasa Didik Kusbiantoro Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diskusi buku Djadjat Sudradjat Djasepudin Djoko Pitono Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Djulianto Susantio Dody Kristianto Dody Yan Masfa Dorothea Rosa Herliany Dr Andi Irawan Dr Siti Muti’ah Setiawati Dr. Hilma Rosyida Ahmad Drs H Choirul Anam Drs. Solihin Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwidjo Maksum Dyah Ayu Fitriana Eddi Koben Edeng Syamsul Ma’arif Edy Apriyanto Sudiyono Edy Firmansyah Edy Susanto Efri Ritonga EH Ismail Eidi Krina Jason Sembiring Eka Budianta Eko Hartono Eko Hendrawan Sofyan Eko Hendri Saiful El Sahra Mahendra Elita Sitorini Elly Trisnawati Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Em. Syuhada' Emha Ainun Nadjib Encep Abdullah Eni Sulistiyawati Eny Rose Esai Ester Lince Napitupulu Etik Widya Evan Ys F Rahardi Fahrudin Nasrulloh Fahrur Rozi Fajar Alayubi Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fathan Mubarak Fathul Qodir Fathul Qorib Felix K. Nesi Festival Gugur Gunung Festival Seni Surabaya 2011 Festival Teater Religi Pelajar SLTA Se-kabupaten Lamongan Fikri. MS Fiqih Arfani Firman Daeva Forum Lingkar Pena Lamongan Forum Penulis dan Penggiat Literasi Lamongan (FP2L) Forum Santri Nasional Forum Santri Nasional (FSN) Free Hearty Galuh Tulus Utama Gandis Uka Ganug Nugroho Adi Gedung Sabudga UNISDA Lamongan Gendut Riyanto Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gesit Ariyanto Gita Pratama Glenn Fredly Goenawan Mohamad Golput Gombloh Gombloh (1948 – 1988) Grathia Pitaloka Gugun el-Guyanie Gunoto Saparie Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Dur H.B. Jassin Hadi Napster Hafis Azhari Halim HD Halimi Zuhdy Hamid Dabashi Han Gagas Hardi Hamzah Hari Prasetyo Haris Del Hakim Haris Saputra Hary B Kori’un Hasan Basri Marwah Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasyim Asy’ari Hendro Situmorang Henri Nurcahyo Henry H Loupias Hera Khaerani Heri CS Heri Kris Heri Latief Heri Listianto Herman RN Hernadi Tanzil Herry Lamongan Heru Kuntoyo Heru Kurniawan Hikmat Darmawan Holy Adib Hudan Hidayat Hujuala Rika Ayu Humaidi Humam S Chudori I Made Asdhiana I Nyoman Suaka I. B. Putera Manuaba IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ichwan Prasetyo Ida Fitri Ignas Kleden Ilham Safutra Ilham Wancoko Imam Munadjat Imam Nawawi Imam Zanatul Huaeri Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Iman Herdiana Imron Arlado Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indigo Art Space Madiun Indra Tjahyadi Indrian Koto Ingki Rinaldi Iqmal Tahir Is Faridatul Arifah Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Zulkarnain Isra’ Mi’raj Iswadi Pratama Iswara N Raditya Iva Titin Shovia Iwan Awaluddin Yusuf Iwan Gunadi J. Sumardianta Jamrin Abubakar Jansen Sinamo Janu Jolang Janual Aidi Javed Paul Syatha Jayaning S.A Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jemie Simatupang Jenny Ang Jiero Cafe Jihan Fauziah JJ. Kusni Jl Simo Jo Batara Surya Jodhi Yudono Joko Budhiarto Joko Sadewo Joko Sandur Joko Widodo Jones Gultom Joni Ariadinata Joresan Mlarak Ponorogo Joseph E. Stiglitz Jual Buku Paket Hemat Junus Satrio Jurnalisme Sastra K. Hirzuddin Hasbullah K.H. Anwar Manshur K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma’ruf Amin K.H. Masrikhan Asy'ari K.H. Mudzakir Ma'ruf Kadjie MM Kajian Kitab Nashoihul 'Ibad Kang Daniel Karanggeneng Kartika Foundation Kasanwikrama Kasnadi Katrin Bandel Kedai Kopi Sastra Kekal Hamdani Kemah Budaya Panturan (KBP) Kesenian KH. M. Najib Muhammad KH. Ma'ruf Amin Khairul Mufid Jr Khawas Auskarni Khoirul Anwar Khoirul Inayah Khoirul Naim Khoirul Rosyadi Ki Ompong Sudarsono Kitab Arbain Nawawi Kitab Puisi Suluk Berahi karya Gampang Prawoto Ko Hyeong Ryeol Koh Young Hun Koko Sudarsono Komaruddin Hidayat Kompas TV Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sastra Teater Lamongan (KOSTELA) Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Kopi Bubuk Mbok Djum Kopuisi Korban Gempa di Lombok Kospela KPRI IKMAL Lamongan Kris Razianto Mada Kritik Sastra Kurnia Sari Aziza Kurniawan Kusni Kasdut Kuswaidi Syafi’ie Kuswinarto Lagu Laili Rahmawati Laksmi Sitoresmi Lamongan Lan Fang Larung Sastra Lathifa Akmaliyah Latif Fianto Leila S. Chudori Leo Tolstoy Lina Kelana Listiyono Santoso Liya Izzatul Iffah Liza Wahyuninto Lucky Aditya Ramadhan Ludruk Jawa Timur Lukisan Lukman Alm Lukman Santoso Az Luqman Almishr Lustantini Septiningsih Lutfi S. Mendut Lynglieastrid Isabellita M Ismail M Zainuddin M. Afif Hasbullah M. Faizi M. Iqbal Dawami M. Irfan Hidayatullah M. Latief M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Lutfi M. Mushthafa M. Riza Fahlevi M. Yoesoef M.D. Atmaja M’Shoe Madrasah Ibtida’iyah Thoriqotul Hidayah 1 Maghfur Munif Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahmud Syaltut Usfa Mahwi Air Tawar Majelis Ulama Indonesia Makalah Tinjauan Ilmiah Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Mantan Pastur Hafidz Al-Qur'an Maqhia Nisima Mardi Luhung Margita Widiyatmaka Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Marjohan Marsel Robot Martin Aleida Martin Hatch Marwan Ja'far Marwita Oktaviana Marzuki Mustamar Mashuri Masjid Tegalsari di Pesantren Gerbang Tinatar Masuki M. Astro Matroni el-Moezany Matroni Muserang Max Arifin Maya Handhini Mbah Kalbakal Medco Media Jawa Timur Medri Osno Mega Vristian Mei Anjar Wintolo Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Memoar Purnama di Kampung Halaman Menggalang Dana Amal Mentari Meida Mh Zaelani Tammaka Michael Gunadi Widjaja Mien Uno (Ibunda Sandiaga Uno) Misbahul Huda Misbahus Surur Moch. Faisol Mochammad A. Tomtom Moh Samsul Arifin Moh. Ghufron Cholid Mohamad Ali Hisyam Mohammad Afifi Mohammad Rafi Azzamy Mts Putra-Putri Simo-Sungelebak Muh Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ghannoe Muhammad Ghufron Muhammad Hidayat Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad N. Hassan Muhammad Rain Muhammad Taufik Muhammad Yasir Muhammad Zia Ulhaq Muhammadun A.S. Muhibin AM Muhidin M Dahlan Mujtahid Mujtahidin Billah Mukafi Niam Mukhsin Amar Mukti Sutarman Espe Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Mun'im Sirry Muntamah Cendani Museum Bikon Blewut Ledalero Musfarayani Musfi Efrizal Musyayana Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Nabi Adam Nanang Fahrudin Nandang Darana Naskah Monolog Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Ni Luh Made Pertiwi F Nindya Herdianti Ninin Nurzalina Wati Nitis Sahpeni Nono Anwar Makarim Noor H. Dee Noorsam Noval Jubbek Novel Pekik Novianti Setuningsih Nu’man ‘Zeus’ Anggara Nur Hamzah Nur Haryanto Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nuruddin Al Indunissy Nurul Aini Nurul Anam Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nuswantoro Nyimas Nyoman Tingkat Obrolan Oktamandjaya Wiguna Oky Sanjaya Opini Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Oyos Saroso H.N. Padepokan Lemah Putih Surakarta Pagelaran Musim Tandur Pameran Seni Rupa Panda MT Siallagan Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Pekan Literasi Lamongan Pelukis Dahlan Kong Pelukis Jumartono Pelukis Saron Pelukis Senior Tarmuzie Pendidikan Penerbit SastraSewu Penerbitan dan Toko Buku PUstaka puJAngga Lamongan Pengajian Pengetahuan Perang Peringatan Hari Pahlawan 10 November Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW Pesantren An Nawawi Tanara (Penata) Pesantren Kampung Inggris Peserta TEMU SASTRA JAWA TIMUR 2011 Petrik Matanasi Pilang Tejoasri Laren Lamongan Pilang Tejoasri Laren Lamongan Jawa Timur Pilkada Piramid Giza Politik Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang Pradana Boy ZTF Pradaningrum Mijarto Pramoedya Ananta Toer Prih Prawesti Febriani Pringadi AS Prof Dr Achmad Zahro Prof Dr Aminuddin Kasdi Profil MA Matholi'ul Anwar Prosa Puisi Puisi Menolak Korupsi Puisi Menolak Korupsi (PMK) Puji Hartanto Puji Santosa Puput Amiranti N Purwanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Puspita Rose Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putri Utami Putu Satria Kusuma Putu Setia Putu Wijaya R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R.Ng. Ronggowarsito Rabdul Rohim Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahmat Sazaly Rahmat Sularso Nh Raihul Fadjri Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Rambuana Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Redland Movie Rengga AP Reni Lismawati Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Riadi Ngasiran Rian Sindu Ribut Wijoto Rieke Diah Pitaloka Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Rizka Halida Rizky Putri Pratimi Robin Al Kautsar Rocky Gerung Rodli TL Rofiqi Hasan Rohmad Hadiwijoyo Rohmah Maulidia Rohman Abdullah Rojiful Mamduh Rosdiansyah Rosi Rosidi Roso Titi Sarkoro Rumah Budaya Pantura (RBP) Rumah Budaya Pantura Lamongan Rumah Literasi Rx King Motor S Yoga S. Jai S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabrank Suparno Saiful Amin Ghofur Saifur Rohman Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sandiaga Uno Sanggar Pasir Sanggar Pasir Art and Culture Santi Puji Rahayu Sapardi Djoko Damono Sardono W Kusumo Sartika Sari Sarworo Sp Sastra Facebook Satmoko Budi Santoso Satrio Lintang Satyagraha Hoerip Saut Situmorang Savidapius Sayuri Yosiana Sayyid Fahmi Alathas Sejarah Sekolah Literasi Gratis SelaSAstra Boenga Ketjil SelaSAstra Boenga Ketjil #23 SelaSAstra Boenga Ketjil #24 Seni Ambeng Ponorogo Senirupa Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Shofiyatuz Zahroh Shohebul Umam JR Sholihul Huda Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Silfia Hanani Sindu Putra Sita Planasari Aquadini Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Hadi Purnomo Soediro Satoto Soegiharto Soeprijadi Tomodihardjo Soetanto Soepiadhy Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sony Wibisono Sosiawan Leak Sreismitha Wungkul Sri Igustin Sri Mulyani Sri Wintala Achmad Sriyanto Danoesiswoyo Stefanus P. Elu Stevani Elisabeth STKIP PGRI Ponorogo Student Center Kampus ISI Yogyakarta Subagio Sastrowardoyo Suci Ayu Latifah Sudarmoko Sugeng Ariyadi Sukitman Sumenep Sumiati Anastasia Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungelebak Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Suripto SH Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suwardi Endraswara Suyadi San Syafrizal Sahrun Syaifuddin Gani Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Syamsul Arifin Syamsul Rizal Syi'ir Syifa Amori Syifa Aulia T.A. Sakti Tajuddin Noor Ganie Tamrin Bey dan Robin Al Kautsar TanahmeraH ArtSpace Tarpin A. Nasri Taufik Rachman Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Teater Air Teater Bias Teater Biru Teater Cepak Teater Dua Teater Kanjeng Teater Lingkar Merah Putih Teater Mikro Teater nDrinDinG Teater Nusa Teater Padi Teater Roda UNISDA Lamongan Teater Sakalintang Teater Tali Mama Teater Taman Teater Tawon Teater Tewol Teguh LR Temu Karya Teater Jawa Timur XXI Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Teori Darwin Teori Fisika Hawking Tgk Abdullah Lam U Tharie Rietha The Ibrahim Hosen Institute Theresia Purbandini Thomas Koten Tien Rostini Timur Arif Riyadi Tjahjono Widarmanto Tjut Zakiyah Anshari Toeti Adhitama Tosa Poetra Tri Andhi S Triyanto triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S Tutut Herlina Ucu Agustin Udo Z. Karzi Ulil Abshar-Abdalla Umar Fauzi Uniawati Unieq Awien Universitas Jember Usman Arrumy Ustadz Bangun Samudra Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Vassilisa Agata Veven Sp. Wardhana Viddy AD Daery Video Vino Warsono Virdika Rizky Utama Vita Devi Ajeng Pratiwi W. Haryanto W.S. Rendra Wakos R. Gautama Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Suryandoko William Shakespeare Wisnu Kisawa Wiwik Widiyati Wong Wing King Wuri Kartiasih Y. Wibowo Yayasan Thoriqotul Hidayah 1 Yayat R. Cipasang Yesi Devisa Yesi Devisa Putri Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yonathan Rahardjo Yudhi Herwibowo Yudi Latif Yulianto Yuliawati Yunanto Sutyastomo Yunus Supriyanto Yurnaldi Yushifull Ilmy Yusri Fajar Yusuf AN Yusuf Suharto Yusuf Wibisono Yuval Noah Harari Yuyuk Sugarman Z. Mustopa Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zarra Martsella Zawawi Se Zed Abidien Zehan Zareez Zen Hae Zii Zuhdi Swt