Kamis, 03 Juni 2021

Sekarang Ide Multikulturalisme lebih Diterima

Akmal Nasery Basral, Budi Darma
ruangbaca.com
 
BUDI DARMA selalu dikenal sebagai sosok bersahaja dan rendah hati. Ketika sedang mempersiapkan disertasi doktoralnya yang berjudul Character and Moral Judgment in Jane Austen’s Novels di Universitas Indiana pada 1979-1980, ia menulis novel Olenka yang menorehkan namanya dalam lanskap sastra tanah air. Jauh sebelumnya di tahun 1963 saat usianya baru 26, ia sudah menjabat Dekan Fakultas Sastra dan Seni IKIP Surabaya (kini Universitas Negeri Surabaya/Unesa), kampus yang juga pernah merasakan gaya kepemimpinannya sebagai rektor (1984-1988).
 
Namanya juga tercatat sebagai anggota Modern Language Association, New York, dan dalam buku Who’s Who in the World. Tetapi ia selalu menolak dipanggil dengan sebutan akademis yang sudah menjadi haknya: Profesor Doktor. “Saya tidak memiliki prestasi luar biasa untuk dipanggil ‘doktor’ atau ‘profesor’. Apa yang saya tulis selama ini adalah kewajiban,” katanya. Padahal sumbangsihnya bagi dunia sastra tidak hanya dilakukan lewat Unesa. Dalam kerangka kerja sama Majelis Sastra Asia Tenggara (Mastera), Budi Darma membimbing cerpenis dan esais muda berbakat dari Brunei Darussalam, Indonesia, dan Malaysia dalam wadah Program Penulisan Mastera (1998-1999). Tahun-tahun sebelumnya ia menjadi guru besar tamu di Barat maupun Timur. Dari Northern Territory University, Australia, almamaternya di Indiana, Bloomington; Ocemania University di Hyderabad India, sampai Nanyang University, Singapura. Tak syak lagi, lelaki kelahiran Rembang ini adalah seorang guru dunia. Selasa 25 April lalu, sang guru berulang tahun ke-69. “Saya berterima kasih kepada Tuhan, apalagi relatif tidak ada masalah kesehatan,” ujarnya kepada wartawan Tempo Akmal Nasery Basral.
 
Lebih jauh Budi Darma memaparkan pandangannya tentang Sastra Dunia dan perkembangan astra Indonesia dalam sebuah perbincangan yang menyenangkan. Berikut ini petikannya.
 
Bagaimana rasanya berusia 69 tahun?
 
Ini proses alami yang wajar. Saya berterima kasih kepada Tuhan, apalagi relatif tidak ada masalah kesehatan.
 
Maksud saya dalam konteks kreatif ?
 
Kurang waktu untuk menulis. Cara saya menulis itu harus nge-blok waktu, tidak bisa terputus-putus. Banyak sekali tugas akademis dan makalah ilmiah yang harus saya kerjakan.
 
Termasuk untuk Seminar Redefinisi Sastra Dunia di Universitas Indonesia Juli nanti?
 
Ya. Tapi saya belum sempat menulis makalah sama sekali.
 
Mengapa harus ada redefinisi Sastra Dunia? Apa perbedaannya dengan pemahaman selama ini yang mengacu pada dominasi sastra berbahasa Inggris atau bahasa utama dunia lainnya?
 
Kita harus melihat pasca Perang Dunia II, pada tahun 1950-1960, ketika sastra Inggris dan Amerika sudah kekurangan darah, padahal publik ingin membaca hal-hal baru. Mereka beruntung dengan adanya penulis-penulis migran dari India, Jepang, dan Cina. Keadaan serupa juga terjadi di Prancis, Jerman. Lalu terjadi pergeseran makna sastra, antara lain lewat wacana posmo yang menyatakan bahwa semua tulisan adalah sastra. Tak ada tinggi rendah dalam sastra. Tulisan pop juga sastra, seperti semua bunyi adalah musik. Karena itu definisi sastra dunia perlu dipikirkan lagi. Tapi ada masalah di sini.
 
Yaitu?
 
Sekarang yang merajalela adalah budaya pop yang suka dengan sesuatu yang baru, tak suka yang usang. Setelah Perang Dunia II, musik-musik yang sebelumnya tidak dianggap, tiba-tiba mengubah wajah musik dunia seperti The Beatles, The Rolling Stones atau The Doors. Tapi kemunculan sastra pop tidak sehebat musik The Beatles atau grupgrup lain sesudah itu sehingga ketika membicarakan sebuah standar baru dalam sastra, yang muncul tetap saja standar lama seperti Hemingway atau Kipling.
 
Apakah penerjemahan ke dalam bahasa Inggris tidak bisa menjadi jembatan agar sebuah karya bisa disebut Sastra Dunia?
 
Belum tentu. Sastra Malaysia sangat gencar menerjemahkan karya-karya mereka ke dalam bahasa Inggris dan memasarkannya ke berbagai penjuru dunia. Tetapi di toko buku, karya-karya itu diletakkan di bagian bawah rak, atau tempat-tempat yang tidak mendapat perhatian utama pengunjung. Posisi karya sastra sebuah negara atau bangsa sebenarnya berkaitan dengan kekuatan ekonomi, politik, dan kebudayaan mereka dalam konteks global. Faktor-faktor itu yang tidak dimiliki Malaysia.
 
Bagaimana dengan sastra negara-negara Afrika, misalnya Nigeria yang banyak melahirkan sastrawan dunia seperti Chinua Achebe atau Ben Okri, meski sebagai negara Nigeria tidak lebih kokoh posturnya dibandingkan Malaysia?
 
Mengapa Nigeria diperhatikan? Itu pertanyaan bagus. Menurut saya selain faktor bahasa Inggris yang mereka kuasai, juga menyangkut eksotisme. Kombinasi ini yang menyebabkan Chinua Achebe dan kawan-kawan lebih mendapat tempat dibandingkan sastrawan Asia. Dalam pandangan Barat, yang disebut Asia itu hanya India, Cina, dan Jepang yang meninggalkan jejak kebudayaan yang tinggi, terutama lewat pengaruh Hindu dan Buddhisme. Itu bagian dari eksotisme. Selain itu kiprah para penulis asal ketiga negara itu di Inggris atau Amerika juga meyakinkan seperti ditunjukkan Bharati Mukherjee.
 
Jika tadi disebutkan pengaruh Hindu dan Buddhisme yang lebih mudah diterima Barat, bagaimana terhadap agama lain, Islam khususnya?
 
Ada prasangka Barat terhadap Islam yang sesungguhnya telah terbentuk lama sebelum Peristiwa 11 September. Misalnya pada cerpen Anton Chekhov di abad ke-19. Salah satu cerpennya menggambarkan seorang tokoh lelaki yang ingin menikahkan anaknya dan mengundang banyak orang. Salah seorang tamu yang datang adalah pembantunya. Si tokoh ini melakukan salam cium kepada pembantunya seperti kepada tamu lain. Bukan berciuman, tapi salam cium. Tapi setelahmelakukan hal itu, istri sang tokoh kurang lebih berkata, “Saya percaya kamu tidak akan macam-macam, tetapi kamu ternyata pengikut Nabi Muhammad.” Contoh lain menyangkut kartun Denmark yang menghina Nabi Muhammad.
 
Menurut saya jejaknya bisa ditelusuri sampai karya Dante Alighieri terutama bagian Inferno.
 
Bukankah Olenka sangat terinspirasi oleh The Darling karya Chekhov? Bagaimana menjelaskan citra Chekhov yang bias terhadap Islam dengan Chekhov sebagai sumber inspirasi Anda?
 
Betul, tapi masalahnya kan berbeda. Yang saya ambil dari Chekhov itu perhatiannya terhadap isu kemanusiaan yang sangat kritis. Sama saja dengan novel Anda Imperia yang concernnya juga terhadap masalah kemanusiaan. Saya kira pengaruhnya juga dari banyak pihak.
 
Tentang Sastra Indonesia, bagaimana Anda melihatnya sebagai sastra nasional?
 
Sebagai wacana, Orde Lama melihatnya sebagai pluralisme. Ini buah dari kompromi Sutan Takdir Alisjahbana dengan Sanusi Pane yang ditengahi oleh Ki Hajar Dewantara, sehingga muncullah rumusan seperti kebudayaan nasional adalah puncak-puncak kebudayaan daerah, dan seterusnya itu. Tapi sekarang yang lebih diterima adalah ide multikulturalisme. Artinya, semua bentuk kebudayaan daerah itu mendapat tempat yang sama. Semuanya adalah kebudayaan nasional, sastra nasional, termasuk kebudayaan Cina yang mulai diakui secara terbuka sejak pemerintahan Gus Dur.
 
Adakah contoh multikulturalisme sebagai bentuk sastra nasional di negara lain?
 
Contoh terdekat adalah Singapura. Sastra Nasional di negeri itu ada empat bentuk, yakni Sastra Melayu, Sastra Cina, Sastra Tamil, dan Sastra yang ditulis dalam bahasa Inggris. Semua diakui sebagai bentuk Sastra Nasional. Jadi kalau ide multikulturalisme ini mau kita gunakan di Indonesia, maka setiap karya sastra dalam bahasa daerah apa pun ditulis sesungguhnya adalah sastra nasional.
 
Menjelang pergantian millennium Anda menyebutkan adanya bagian dari aliran pokok Sastra Indonesia, antara lain “Sastra Kabur” dan Sastra Feminis. Bagaimana kecenderungan dalam 5-6 tahun terakhir?
 
Dulu jumlah pengarang kita terbatas. Sastra kabur itu mencoba mengikuti bentuk seorang penulis terkemuka tetapi tak jelas hasilnya. Kalau kita lihat di tahun 50-an, semua penulis ingin seperti Toto Sudarto Bachtiar. Setelah itu, semuanya ingin menjadi Sapardi Djoko Damono atau Goenawan Mohamad. Tetapi yang dihasilkan adalah kekaburan. Saat ini kesempatan menulis ada di mana saja, dan setiap individu bisa menulis tanpa perlu mengidolakan penulis sebelumnya.
 
Yang muncul adalah segmentasi seperti teenlit atau chicklit. Saat ini setiap hari muncul 15 novel dalam bahasa Indonesia.
 
Anda sempat baca chicklit dan teenlit?
 
Ya. Tentu tidak semua, tapi saya ikuti perkembangannya.
 
Tentang sastra feminis di Indonesia apakah ada perkembangan baru yang Anda perhatikan?
 
Sastra feminis harus dibedakan dengan emansipasi wanita. Yang terakhir ini sekadar memberi cita-cita seperti karya Sutan Takdir “Layar Terkembang”. Sedangkan feminisme adalah gerakan yang menyalahkan laki-laki. Semua karya NH Dini menunjukkan ini dengan “memaki-maki” lelaki. Ayu Utami menurut saya tidak termasuk feminis. Kecuali dalam pendeskripsiannya tentang seks, ada kesetaraan jender antara pria dan wanita yang jelas dalam karya-karyanya. Misalnya jika si tokoh wanita melihat seorang lelaki terlambat menepati janji, dia tidak akan bilang, “Dasar lelaki!”, tetapi “Dasar tidak bertanggung jawab.”
 
Apakah Anda melihat predikat post-novel dalam karya sastra Indonesia sebagai sebuah konsep yang bisa dipertanggungjawabkan secara teoritis?
 
Ini tentang Tuan dan Nona Kosong dari Hudan dan siapa itu yang wanita?
 
Mariana Amiruddin.
 
Ya, Mariana. Saya kira mereka berdua menginginkan kebaruan dalam bentuk penceritaan.
 
Berhasilkah?
 
Waktu yang akan menentukan. Tapi cerpen “Kota Kelamin” yang ditulis Mariana (dimuat oleh edisi minggu Jawa Pos akhir tahun lalu – red) lebih banyak seksnya ketimbang muatan sastra. Di sini (Surabaya – red) menjadi heboh sampai ada yang berkomentar, “Matamu picek.” Itu ungkapan keras sekali dalam bahasa Jawa Timuran.
 
Siapa penulis Indonesia yang karyanya sedang Anda baca?
 
Filosofi Kopi dari Dewi Lestari. Dia tampaknya menulis secara main-main tapi isinya serius.
 
Sekarang kita bicarakan karya-karya Anda sendiri seperti Orang-orang Bloomington atau Olenka. Setelah tiga dekade berlalu, sejauh mana relevansinya sekarang?
 
Masalah kemanusiaan dalam karya-karya itu rasanya masih relevan. Hubungan antarpersonal, dan bagaimana individu mendefinisikan dirinya sendiri dalam konteks masyarakat. Saya kira sama juga dengan Imperia yang mencoba menyodorkan universalitas kemanusiaan dengan mencoba menghubungkan apa yang terjadi di Barat dengan problem kemanusiaan di Indonesia.
 
Boleh tidak sekarang saya yang bertanya, “Bagaimana Anda sendiri melihat Imperia?”
 
Secara umum belum puas.
 
Itu bagus. Setiap penulis selalu merasa tidak puas dengan karyanya, dan hal itu yang menyebabkannya menulis lagi. Penulis Abasalom Absalom (William) Faulkner berkata, “Penulis yang mudah puas itu sama saja dengan bunuh diri.” Tetapi, ada juga penulis yang hanya mau menulis sekali dan merasa karyanya itu masterpiece. Contohnya adalah E.M. Foster yang menulis A Passage to India. Setelah menulis itu, dia berhenti.
 
Karya-karya Anda banyak mengandung lanturan (digresi) berupa loncatan-loncatan pemikiran dari persoalan pokok yang justru memperkuat tema utama yang ingin disampaikan. Tapi teknik ini tak selalu berhasil dilakukan penulis lain. Bagaimana caranya agar lanturan itu tetap dalam kontrol penulis?
 
Prinsipnya kalau semua lanturan itu diurut kembali, maka semuanya harus relevan dengan tema utama. Setiap penulis saya kira tahu kapan tema lanturannya mulai tidak relevan. Ketika itu terjadi ia harus stop. Tapi sepanjang masih relevan, lakukan saja.
 
Hollywood semakin sering membuat film dari novel Jane Austen. Yang terakhir adalah Pride & Prejudice. Bagaimana Anda sebagai pakar Austen melihat hal ini?
 
Karya-karya Austen itu selalu mengejek orang-orang snob. Pada jaman dia menulis, yang disindirnya adalah bangsawan-bangsawan kecil kelas kampung. Ada juga istri-istri bangsawan atau pejabat yang tiba-tiba menjadi penyair atau pembaca puisi. Ini jenis snobisme yang juga ada di Indonesia sampai sekarang, juga di banyak masyarakat.
 
Jika harus diringkas, siapa tiga sastrawan yang paling banyak mempengaruhi Anda?
 
Pertama tetap Chekov dan Tolstoy. Kedua, penulis Yahudi (Isaac Bashevis) Singer yang pernah menerima Nobel Sastra (1978). Karya- karyanya sangat dalam. Lalu Albert Camus.
***

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Alexander A. Anzieb A. Aziz Masyhuri A. Dahana A. Khoirul Anam A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.C. Andre Tanama A.J. Susmana A.S. Laksana A’an Jindan AS Abd. Mun’im Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kirno Tanda Abdul Lathif Abdul Malik Abdul Rauf Singkil Abdul Walid Abdurrahman Wachid Abdurrahman Wahid Abid Rohmanu Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adek Alwi Adhi Pandoyo Adhitia Armitrianto Adhy Rical Adi Faridh Adian Husaini Adin Aditya Ardi N Adreas Anggit W. Adrizas Adu Pesona Sang Wakil Presiden RI AF. Tuasikal Afri Meldam Afrizal Malna AG. Alif Agama Agama Para Bajingan Agit Yogi Subandi Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Rakasiwi Agus Sulton Agus Wibowo Agus Wirawan Aguslia Hidayah AH J Khuzaini Ah. Atok Illah Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Anshori Ahmad Damanik Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Gaus Ahmad Hasan MS Ahmad Jauhari Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Naufel Ahmad S. Zahari Ahmad Syafii Maarif Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ainul Fiah Akbar Ananda Speedgo Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhmad Siddiq Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Akmal Nasery Basral Aksin Wijaya Al-Fairish Al-Ma'ruf I Al-Ma'ruf II Alang Khoiruddin Albert Camus Ali Mahmudi Ch Alia Swastika Alvi Puspita Alvin Amien Wangsitalaja Aminah Aming Aminoedhin Ana Mustamin Anam Rahus Anas AG Andhi Setyo Wibowo Andi Gunawan Andry Deblenk Angela Anggie Melianna Anindita S. Thayf Anis Ceha Anitya Wahdini Anjrah Lelono Broto Antologi Sastra Lamongan Anugerah Ronggowarsito Anwar Nuris Aprillia Ika Arida Fadrus Aridus Arie MP Tamba Arie Yani Arief Junianto Ariel Heryanto Ariera Arif Bagus Prasetyo Aris Kurniawan Armawati Arswendo Atmowiloto Art Sabukjanur Arti Bumi Intaran Arwan Aryo Wisanggeni Aryo Wisanggeni Gentong AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Ashadi Ik Asrama Mahasiswa Aceh Sabena Asro Kamal Rokan Astrid Reza Asvi Warman Adam Atafras Atok Witono Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Azwar Nazir Baca Puisi Badrus Siroj Bahrul Ulum A. Malik Balada Bambang kempling Bambang Riyanto Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bastian Zulyeno Beni Setia Benni Setiawan Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Koran Berita Utama Bernando J. Sujibto Bernarda Rurit Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Biografi Bre Redana Brunel University Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Jay Utomo Budi P. Hatees Budi Palopo Budi Setyarso Budi Sp. Indrajati Budiman S. Hartoyo Budiman Sudjatmiko Buku Kritik Sastra Buldanul Khuri Candrakirana Cangaan Ujungpangkah Gresik Jawa Timur Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cawapres Jokowi Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chavchay Syaifullah Choirul Rikzqa Christian Heru Cahyo Saputro Cover Buku D. Dudu AR D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dadang Widjanarko Damiri Mahmud Dani Fuadhillah Daniel Paranamesa Darju Prasetya Dati Wahyuni Dawet Jabung Ponorogo Dedykalee Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Desa Glogok Karanggeneng Lamongan Deshinta Arofah Dewi Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan Dewi Anggraeni Dian Sukarno Diana A.V. Sasa Didik Kusbiantoro Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diskusi buku Djadjat Sudradjat Djasepudin Djoko Pitono Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Djulianto Susantio Dody Kristianto Dody Yan Masfa Dorothea Rosa Herliany Dr Andi Irawan Dr Siti Muti’ah Setiawati Dr. Hilma Rosyida Ahmad Drs H Choirul Anam Drs. Solihin Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwidjo Maksum Dyah Ayu Fitriana Eddi Koben Edeng Syamsul Ma’arif Edy Apriyanto Sudiyono Edy Firmansyah Edy Susanto Efri Ritonga EH Ismail Eidi Krina Jason Sembiring Eka Budianta Eko Hartono Eko Hendrawan Sofyan Eko Hendri Saiful El Sahra Mahendra Elita Sitorini Elly Trisnawati Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Em. Syuhada' Emha Ainun Nadjib Encep Abdullah Eni Sulistiyawati Eny Rose Esai Ester Lince Napitupulu Etik Widya Evan Ys F Rahardi Fahrudin Nasrulloh Fahrur Rozi Fajar Alayubi Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fathan Mubarak Fathul Qodir Fathul Qorib Felix K. Nesi Festival Gugur Gunung Festival Seni Surabaya 2011 Festival Teater Religi Pelajar SLTA Se-kabupaten Lamongan Fikri. MS Fiqih Arfani Firman Daeva Forum Lingkar Pena Lamongan Forum Penulis dan Penggiat Literasi Lamongan (FP2L) Forum Santri Nasional Forum Santri Nasional (FSN) Free Hearty Galuh Tulus Utama Gandis Uka Ganug Nugroho Adi Gedung Sabudga UNISDA Lamongan Gendut Riyanto Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gesit Ariyanto Gita Pratama Glenn Fredly Goenawan Mohamad Golput Gombloh Gombloh (1948 – 1988) Grathia Pitaloka Gugun el-Guyanie Gunoto Saparie Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Dur H.B. Jassin Hadi Napster Hafis Azhari Halim HD Halimi Zuhdy Hamid Dabashi Han Gagas Hardi Hamzah Hari Prasetyo Haris Del Hakim Haris Saputra Hary B Kori’un Hasan Basri Marwah Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasyim Asy’ari Hendro Situmorang Henri Nurcahyo Henry H Loupias Hera Khaerani Heri CS Heri Kris Heri Latief Heri Listianto Herman RN Hernadi Tanzil Herry Lamongan Heru Kuntoyo Heru Kurniawan Hikmat Darmawan Holy Adib Hudan Hidayat Hujuala Rika Ayu Humaidi Humam S Chudori I Made Asdhiana I Nyoman Suaka I. B. Putera Manuaba IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ichwan Prasetyo Ida Fitri Ignas Kleden Ilham Safutra Ilham Wancoko Imam Munadjat Imam Nawawi Imam Zanatul Huaeri Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Iman Herdiana Imron Arlado Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indigo Art Space Madiun Indra Tjahyadi Indrian Koto Ingki Rinaldi Iqmal Tahir Is Faridatul Arifah Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Zulkarnain Isra’ Mi’raj Iswadi Pratama Iswara N Raditya Iva Titin Shovia Iwan Awaluddin Yusuf Iwan Gunadi J. Sumardianta Jamrin Abubakar Jansen Sinamo Janu Jolang Janual Aidi Javed Paul Syatha Jayaning S.A Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jemie Simatupang Jenny Ang Jiero Cafe Jihan Fauziah JJ. Kusni Jl Simo Jo Batara Surya Jodhi Yudono Joko Budhiarto Joko Sadewo Joko Sandur Joko Widodo Jones Gultom Joni Ariadinata Joresan Mlarak Ponorogo Joseph E. Stiglitz Jual Buku Paket Hemat Junus Satrio Jurnalisme Sastra K. Hirzuddin Hasbullah K.H. Anwar Manshur K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma’ruf Amin K.H. Masrikhan Asy'ari K.H. Mudzakir Ma'ruf Kadjie MM Kajian Kitab Nashoihul 'Ibad Kang Daniel Karanggeneng Kartika Foundation Kasanwikrama Kasnadi Katrin Bandel Kedai Kopi Sastra Kekal Hamdani Kemah Budaya Panturan (KBP) Kesenian KH. M. Najib Muhammad KH. Ma'ruf Amin Khairul Mufid Jr Khawas Auskarni Khoirul Anwar Khoirul Inayah Khoirul Naim Khoirul Rosyadi Ki Ompong Sudarsono Kitab Arbain Nawawi Kitab Puisi Suluk Berahi karya Gampang Prawoto Ko Hyeong Ryeol Koh Young Hun Koko Sudarsono Komaruddin Hidayat Kompas TV Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sastra Teater Lamongan (KOSTELA) Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Kopi Bubuk Mbok Djum Kopuisi Korban Gempa di Lombok Kospela KPRI IKMAL Lamongan Kris Razianto Mada Kritik Sastra Kurnia Sari Aziza Kurniawan Kusni Kasdut Kuswaidi Syafi’ie Kuswinarto Lagu Laili Rahmawati Laksmi Sitoresmi Lamongan Lan Fang Larung Sastra Lathifa Akmaliyah Latif Fianto Leila S. Chudori Leo Tolstoy Lina Kelana Listiyono Santoso Liya Izzatul Iffah Liza Wahyuninto Lucky Aditya Ramadhan Ludruk Jawa Timur Lukisan Lukman Alm Lukman Santoso Az Luqman Almishr Lustantini Septiningsih Lutfi S. Mendut Lynglieastrid Isabellita M Ismail M Zainuddin M. Afif Hasbullah M. Faizi M. Iqbal Dawami M. Irfan Hidayatullah M. Latief M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Lutfi M. Mushthafa M. Riza Fahlevi M. Yoesoef M.D. Atmaja M’Shoe Madrasah Ibtida’iyah Thoriqotul Hidayah 1 Maghfur Munif Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahmud Syaltut Usfa Mahwi Air Tawar Majelis Ulama Indonesia Makalah Tinjauan Ilmiah Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Mantan Pastur Hafidz Al-Qur'an Maqhia Nisima Mardi Luhung Margita Widiyatmaka Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Marjohan Marsel Robot Martin Aleida Martin Hatch Marwan Ja'far Marwita Oktaviana Marzuki Mustamar Mashuri Masjid Tegalsari di Pesantren Gerbang Tinatar Masuki M. Astro Matroni el-Moezany Matroni Muserang Max Arifin Maya Handhini Mbah Kalbakal Medco Media Jawa Timur Medri Osno Mega Vristian Mei Anjar Wintolo Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Memoar Purnama di Kampung Halaman Menggalang Dana Amal Mentari Meida Mh Zaelani Tammaka Michael Gunadi Widjaja Mien Uno (Ibunda Sandiaga Uno) Misbahul Huda Misbahus Surur Moch. Faisol Mochammad A. Tomtom Moh Samsul Arifin Moh. Ghufron Cholid Mohamad Ali Hisyam Mohammad Afifi Mohammad Rafi Azzamy Mts Putra-Putri Simo-Sungelebak Muh Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ghannoe Muhammad Ghufron Muhammad Hidayat Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad N. Hassan Muhammad Rain Muhammad Taufik Muhammad Yasir Muhammad Zia Ulhaq Muhammadun A.S. Muhibin AM Muhidin M Dahlan Mujtahid Mujtahidin Billah Mukafi Niam Mukhsin Amar Mukti Sutarman Espe Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Mun'im Sirry Muntamah Cendani Museum Bikon Blewut Ledalero Musfarayani Musfi Efrizal Musyayana Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Nabi Adam Nanang Fahrudin Nandang Darana Naskah Monolog Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Ni Luh Made Pertiwi F Nindya Herdianti Ninin Nurzalina Wati Nitis Sahpeni Nono Anwar Makarim Noor H. Dee Noorsam Noval Jubbek Novel Pekik Novianti Setuningsih Nu’man ‘Zeus’ Anggara Nur Hamzah Nur Haryanto Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nuruddin Al Indunissy Nurul Aini Nurul Anam Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nuswantoro Nyimas Nyoman Tingkat Obrolan Oktamandjaya Wiguna Oky Sanjaya Opini Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Oyos Saroso H.N. Padepokan Lemah Putih Surakarta Pagelaran Musim Tandur Pameran Seni Rupa Panda MT Siallagan Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Pekan Literasi Lamongan Pelukis Dahlan Kong Pelukis Jumartono Pelukis Saron Pelukis Senior Tarmuzie Pendidikan Penerbit SastraSewu Penerbitan dan Toko Buku PUstaka puJAngga Lamongan Pengajian Pengetahuan Perang Peringatan Hari Pahlawan 10 November Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW Pesantren An Nawawi Tanara (Penata) Pesantren Kampung Inggris Peserta TEMU SASTRA JAWA TIMUR 2011 Petrik Matanasi Pilang Tejoasri Laren Lamongan Pilang Tejoasri Laren Lamongan Jawa Timur Pilkada Piramid Giza Politik Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang Pradana Boy ZTF Pradaningrum Mijarto Pramoedya Ananta Toer Prih Prawesti Febriani Pringadi AS Prof Dr Achmad Zahro Prof Dr Aminuddin Kasdi Profil MA Matholi'ul Anwar Prosa Puisi Puisi Menolak Korupsi Puisi Menolak Korupsi (PMK) Puji Hartanto Puji Santosa Puput Amiranti N Purwanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Puspita Rose Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putri Utami Putu Satria Kusuma Putu Setia Putu Wijaya R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R.Ng. Ronggowarsito Rabdul Rohim Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahmat Sazaly Rahmat Sularso Nh Raihul Fadjri Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Rambuana Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Redland Movie Rengga AP Reni Lismawati Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Riadi Ngasiran Rian Sindu Ribut Wijoto Rieke Diah Pitaloka Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Rizka Halida Rizky Putri Pratimi Robin Al Kautsar Rocky Gerung Rodli TL Rofiqi Hasan Rohmad Hadiwijoyo Rohmah Maulidia Rohman Abdullah Rojiful Mamduh Rosdiansyah Rosi Rosidi Roso Titi Sarkoro Rumah Budaya Pantura (RBP) Rumah Budaya Pantura Lamongan Rumah Literasi Rx King Motor S Yoga S. Jai S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabrank Suparno Saiful Amin Ghofur Saifur Rohman Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sandiaga Uno Sanggar Pasir Sanggar Pasir Art and Culture Santi Puji Rahayu Sapardi Djoko Damono Sardono W Kusumo Sartika Sari Sarworo Sp Sastra Facebook Satmoko Budi Santoso Satrio Lintang Satyagraha Hoerip Saut Situmorang Savidapius Sayuri Yosiana Sayyid Fahmi Alathas Sejarah Sekolah Literasi Gratis SelaSAstra Boenga Ketjil SelaSAstra Boenga Ketjil #23 SelaSAstra Boenga Ketjil #24 Seni Ambeng Ponorogo Senirupa Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Shofiyatuz Zahroh Shohebul Umam JR Sholihul Huda Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Silfia Hanani Sindu Putra Sita Planasari Aquadini Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Hadi Purnomo Soediro Satoto Soegiharto Soeprijadi Tomodihardjo Soetanto Soepiadhy Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sony Wibisono Sosiawan Leak Sreismitha Wungkul Sri Igustin Sri Mulyani Sri Wintala Achmad Sriyanto Danoesiswoyo Stefanus P. Elu Stevani Elisabeth STKIP PGRI Ponorogo Student Center Kampus ISI Yogyakarta Subagio Sastrowardoyo Suci Ayu Latifah Sudarmoko Sugeng Ariyadi Sukitman Sumenep Sumiati Anastasia Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungelebak Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Suripto SH Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suwardi Endraswara Suyadi San Syafrizal Sahrun Syaifuddin Gani Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Syamsul Arifin Syamsul Rizal Syi'ir Syifa Amori Syifa Aulia T.A. Sakti Tajuddin Noor Ganie Tamrin Bey dan Robin Al Kautsar TanahmeraH ArtSpace Tarpin A. Nasri Taufik Rachman Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Teater Air Teater Bias Teater Biru Teater Cepak Teater Dua Teater Kanjeng Teater Lingkar Merah Putih Teater Mikro Teater nDrinDinG Teater Nusa Teater Padi Teater Roda UNISDA Lamongan Teater Sakalintang Teater Tali Mama Teater Taman Teater Tawon Teater Tewol Teguh LR Temu Karya Teater Jawa Timur XXI Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Teori Darwin Teori Fisika Hawking Tgk Abdullah Lam U Tharie Rietha The Ibrahim Hosen Institute Theresia Purbandini Thomas Koten Tien Rostini Timur Arif Riyadi Tjahjono Widarmanto Tjut Zakiyah Anshari Toeti Adhitama Tosa Poetra Tri Andhi S Triyanto triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S Tutut Herlina Ucu Agustin Udo Z. Karzi Ulil Abshar-Abdalla Umar Fauzi Uniawati Unieq Awien Universitas Jember Usman Arrumy Ustadz Bangun Samudra Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Vassilisa Agata Veven Sp. Wardhana Viddy AD Daery Video Vino Warsono Virdika Rizky Utama Vita Devi Ajeng Pratiwi W. Haryanto W.S. Rendra Wakos R. Gautama Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Suryandoko William Shakespeare Wisnu Kisawa Wiwik Widiyati Wong Wing King Wuri Kartiasih Y. Wibowo Yayasan Thoriqotul Hidayah 1 Yayat R. Cipasang Yesi Devisa Yesi Devisa Putri Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yonathan Rahardjo Yudhi Herwibowo Yudi Latif Yulianto Yuliawati Yunanto Sutyastomo Yunus Supriyanto Yurnaldi Yushifull Ilmy Yusri Fajar Yusuf AN Yusuf Suharto Yusuf Wibisono Yuval Noah Harari Yuyuk Sugarman Z. Mustopa Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zarra Martsella Zawawi Se Zed Abidien Zehan Zareez Zen Hae Zii Zuhdi Swt