Akmal Nasery Basral, Budi Darma
ruangbaca.com
BUDI DARMA selalu dikenal sebagai sosok bersahaja dan rendah hati. Ketika
sedang mempersiapkan disertasi doktoralnya yang berjudul Character and Moral
Judgment in Jane Austen’s Novels di Universitas Indiana pada 1979-1980, ia
menulis novel Olenka yang menorehkan namanya dalam lanskap sastra tanah air.
Jauh sebelumnya di tahun 1963 saat usianya baru 26, ia sudah menjabat Dekan
Fakultas Sastra dan Seni IKIP Surabaya (kini Universitas Negeri
Surabaya/Unesa), kampus yang juga pernah merasakan gaya kepemimpinannya sebagai
rektor (1984-1988).
Namanya juga tercatat sebagai anggota Modern Language Association, New
York, dan dalam buku Who’s Who in the World. Tetapi ia selalu menolak dipanggil
dengan sebutan akademis yang sudah menjadi haknya: Profesor Doktor. “Saya tidak
memiliki prestasi luar biasa untuk dipanggil ‘doktor’ atau ‘profesor’. Apa yang
saya tulis selama ini adalah kewajiban,” katanya. Padahal sumbangsihnya bagi
dunia sastra tidak hanya dilakukan lewat Unesa. Dalam kerangka kerja sama
Majelis Sastra Asia Tenggara (Mastera), Budi Darma membimbing cerpenis dan
esais muda berbakat dari Brunei Darussalam, Indonesia, dan Malaysia dalam wadah
Program Penulisan Mastera (1998-1999). Tahun-tahun sebelumnya ia menjadi guru
besar tamu di Barat maupun Timur. Dari Northern Territory University,
Australia, almamaternya di Indiana, Bloomington; Ocemania University di
Hyderabad India, sampai Nanyang University, Singapura. Tak syak lagi, lelaki
kelahiran Rembang ini adalah seorang guru dunia. Selasa 25 April lalu, sang
guru berulang tahun ke-69. “Saya berterima kasih kepada Tuhan, apalagi relatif
tidak ada masalah kesehatan,” ujarnya kepada wartawan Tempo Akmal Nasery
Basral.
Lebih jauh Budi Darma memaparkan pandangannya tentang Sastra Dunia dan
perkembangan astra Indonesia dalam sebuah perbincangan yang menyenangkan.
Berikut ini petikannya.
Bagaimana rasanya berusia 69 tahun?
Ini proses alami yang wajar. Saya berterima kasih kepada Tuhan, apalagi
relatif tidak ada masalah kesehatan.
Maksud saya dalam konteks kreatif ?
Kurang waktu untuk menulis. Cara saya menulis itu harus nge-blok waktu,
tidak bisa terputus-putus. Banyak sekali tugas akademis dan makalah ilmiah yang
harus saya kerjakan.
Termasuk untuk Seminar Redefinisi Sastra Dunia di Universitas Indonesia
Juli nanti?
Ya. Tapi saya belum sempat menulis makalah sama sekali.
Mengapa harus ada redefinisi Sastra Dunia? Apa perbedaannya dengan
pemahaman selama ini yang mengacu pada dominasi sastra berbahasa Inggris atau
bahasa utama dunia lainnya?
Kita harus melihat pasca Perang Dunia II, pada tahun 1950-1960, ketika
sastra Inggris dan Amerika sudah kekurangan darah, padahal publik ingin membaca
hal-hal baru. Mereka beruntung dengan adanya penulis-penulis migran dari India,
Jepang, dan Cina. Keadaan serupa juga terjadi di Prancis, Jerman. Lalu terjadi
pergeseran makna sastra, antara lain lewat wacana posmo yang menyatakan bahwa
semua tulisan adalah sastra. Tak ada tinggi rendah dalam sastra. Tulisan pop
juga sastra, seperti semua bunyi adalah musik. Karena itu definisi sastra dunia
perlu dipikirkan lagi. Tapi ada masalah di sini.
Yaitu?
Sekarang yang merajalela adalah budaya pop yang suka dengan sesuatu yang
baru, tak suka yang usang. Setelah Perang Dunia II, musik-musik yang sebelumnya
tidak dianggap, tiba-tiba mengubah wajah musik dunia seperti The Beatles, The
Rolling Stones atau The Doors. Tapi kemunculan sastra pop tidak sehebat musik
The Beatles atau grupgrup lain sesudah itu sehingga ketika membicarakan sebuah
standar baru dalam sastra, yang muncul tetap saja standar lama seperti
Hemingway atau Kipling.
Apakah penerjemahan ke dalam bahasa Inggris tidak bisa menjadi jembatan
agar sebuah karya bisa disebut Sastra Dunia?
Belum tentu. Sastra Malaysia sangat gencar menerjemahkan karya-karya mereka
ke dalam bahasa Inggris dan memasarkannya ke berbagai penjuru dunia. Tetapi di
toko buku, karya-karya itu diletakkan di bagian bawah rak, atau tempat-tempat
yang tidak mendapat perhatian utama pengunjung. Posisi karya sastra sebuah
negara atau bangsa sebenarnya berkaitan dengan kekuatan ekonomi, politik, dan
kebudayaan mereka dalam konteks global. Faktor-faktor itu yang tidak dimiliki
Malaysia.
Bagaimana dengan sastra negara-negara Afrika, misalnya Nigeria yang banyak
melahirkan sastrawan dunia seperti Chinua Achebe atau Ben Okri, meski sebagai
negara Nigeria tidak lebih kokoh posturnya dibandingkan Malaysia?
Mengapa Nigeria diperhatikan? Itu pertanyaan bagus. Menurut saya selain
faktor bahasa Inggris yang mereka kuasai, juga menyangkut eksotisme. Kombinasi
ini yang menyebabkan Chinua Achebe dan kawan-kawan lebih mendapat tempat
dibandingkan sastrawan Asia. Dalam pandangan Barat, yang disebut Asia itu hanya
India, Cina, dan Jepang yang meninggalkan jejak kebudayaan yang tinggi,
terutama lewat pengaruh Hindu dan Buddhisme. Itu bagian dari eksotisme. Selain
itu kiprah para penulis asal ketiga negara itu di Inggris atau Amerika juga
meyakinkan seperti ditunjukkan Bharati Mukherjee.
Jika tadi disebutkan pengaruh Hindu dan Buddhisme yang lebih mudah diterima
Barat, bagaimana terhadap agama lain, Islam khususnya?
Ada prasangka Barat terhadap Islam yang sesungguhnya telah terbentuk lama
sebelum Peristiwa 11 September. Misalnya pada cerpen Anton Chekhov di abad
ke-19. Salah satu cerpennya menggambarkan seorang tokoh lelaki yang ingin
menikahkan anaknya dan mengundang banyak orang. Salah seorang tamu yang datang
adalah pembantunya. Si tokoh ini melakukan salam cium kepada pembantunya seperti
kepada tamu lain. Bukan berciuman, tapi salam cium. Tapi setelahmelakukan hal
itu, istri sang tokoh kurang lebih berkata, “Saya percaya kamu tidak akan
macam-macam, tetapi kamu ternyata pengikut Nabi Muhammad.” Contoh lain
menyangkut kartun Denmark yang menghina Nabi Muhammad.
Menurut saya jejaknya bisa ditelusuri sampai karya Dante Alighieri terutama
bagian Inferno.
Bukankah Olenka sangat terinspirasi oleh The Darling karya Chekhov?
Bagaimana menjelaskan citra Chekhov yang bias terhadap Islam dengan Chekhov
sebagai sumber inspirasi Anda?
Betul, tapi masalahnya kan berbeda. Yang saya ambil dari Chekhov itu
perhatiannya terhadap isu kemanusiaan yang sangat kritis. Sama saja dengan
novel Anda Imperia yang concernnya juga terhadap masalah kemanusiaan. Saya kira
pengaruhnya juga dari banyak pihak.
Tentang Sastra Indonesia, bagaimana Anda melihatnya sebagai sastra
nasional?
Sebagai wacana, Orde Lama melihatnya sebagai pluralisme. Ini buah dari
kompromi Sutan Takdir Alisjahbana dengan Sanusi Pane yang ditengahi oleh Ki
Hajar Dewantara, sehingga muncullah rumusan seperti kebudayaan nasional adalah
puncak-puncak kebudayaan daerah, dan seterusnya itu. Tapi sekarang yang lebih
diterima adalah ide multikulturalisme. Artinya, semua bentuk kebudayaan daerah
itu mendapat tempat yang sama. Semuanya adalah kebudayaan nasional, sastra
nasional, termasuk kebudayaan Cina yang mulai diakui secara terbuka sejak
pemerintahan Gus Dur.
Adakah contoh multikulturalisme sebagai bentuk sastra nasional di negara
lain?
Contoh terdekat adalah Singapura. Sastra Nasional di negeri itu ada empat
bentuk, yakni Sastra Melayu, Sastra Cina, Sastra Tamil, dan Sastra yang ditulis
dalam bahasa Inggris. Semua diakui sebagai bentuk Sastra Nasional. Jadi kalau
ide multikulturalisme ini mau kita gunakan di Indonesia, maka setiap karya
sastra dalam bahasa daerah apa pun ditulis sesungguhnya adalah sastra nasional.
Menjelang pergantian millennium Anda menyebutkan adanya bagian dari aliran
pokok Sastra Indonesia, antara lain “Sastra Kabur” dan Sastra Feminis.
Bagaimana kecenderungan dalam 5-6 tahun terakhir?
Dulu jumlah pengarang kita terbatas. Sastra kabur itu mencoba mengikuti
bentuk seorang penulis terkemuka tetapi tak jelas hasilnya. Kalau kita lihat di
tahun 50-an, semua penulis ingin seperti Toto Sudarto Bachtiar. Setelah itu,
semuanya ingin menjadi Sapardi Djoko Damono atau Goenawan Mohamad. Tetapi yang
dihasilkan adalah kekaburan. Saat ini kesempatan menulis ada di mana saja, dan
setiap individu bisa menulis tanpa perlu mengidolakan penulis sebelumnya.
Yang muncul adalah segmentasi seperti teenlit atau chicklit. Saat ini
setiap hari muncul 15 novel dalam bahasa Indonesia.
Anda sempat baca chicklit dan teenlit?
Ya. Tentu tidak semua, tapi saya ikuti perkembangannya.
Tentang sastra feminis di Indonesia apakah ada perkembangan baru yang Anda
perhatikan?
Sastra feminis harus dibedakan dengan emansipasi wanita. Yang terakhir ini
sekadar memberi cita-cita seperti karya Sutan Takdir “Layar Terkembang”.
Sedangkan feminisme adalah gerakan yang menyalahkan laki-laki. Semua karya NH
Dini menunjukkan ini dengan “memaki-maki” lelaki. Ayu Utami menurut saya tidak
termasuk feminis. Kecuali dalam pendeskripsiannya tentang seks, ada kesetaraan
jender antara pria dan wanita yang jelas dalam karya-karyanya. Misalnya jika si
tokoh wanita melihat seorang lelaki terlambat menepati janji, dia tidak akan
bilang, “Dasar lelaki!”, tetapi “Dasar tidak bertanggung jawab.”
Apakah Anda melihat predikat post-novel dalam karya sastra Indonesia
sebagai sebuah konsep yang bisa dipertanggungjawabkan secara teoritis?
Ini tentang Tuan dan Nona Kosong dari Hudan dan siapa itu yang wanita?
Mariana Amiruddin.
Ya, Mariana. Saya kira mereka berdua menginginkan kebaruan dalam bentuk
penceritaan.
Berhasilkah?
Waktu yang akan menentukan. Tapi cerpen “Kota Kelamin” yang ditulis Mariana
(dimuat oleh edisi minggu Jawa Pos akhir tahun lalu – red) lebih banyak seksnya
ketimbang muatan sastra. Di sini (Surabaya – red) menjadi heboh sampai ada yang
berkomentar, “Matamu picek.” Itu ungkapan keras sekali dalam bahasa Jawa
Timuran.
Siapa penulis Indonesia yang karyanya sedang Anda baca?
Filosofi Kopi dari Dewi Lestari. Dia tampaknya menulis secara main-main
tapi isinya serius.
Sekarang kita bicarakan karya-karya Anda sendiri seperti Orang-orang
Bloomington atau Olenka. Setelah tiga dekade berlalu, sejauh mana relevansinya
sekarang?
Masalah kemanusiaan dalam karya-karya itu rasanya masih relevan. Hubungan
antarpersonal, dan bagaimana individu mendefinisikan dirinya sendiri dalam
konteks masyarakat. Saya kira sama juga dengan Imperia yang mencoba menyodorkan
universalitas kemanusiaan dengan mencoba menghubungkan apa yang terjadi di
Barat dengan problem kemanusiaan di Indonesia.
Boleh tidak sekarang saya yang bertanya, “Bagaimana Anda sendiri melihat
Imperia?”
Secara umum belum puas.
Itu bagus. Setiap penulis selalu merasa tidak puas dengan karyanya, dan hal
itu yang menyebabkannya menulis lagi. Penulis Abasalom Absalom (William)
Faulkner berkata, “Penulis yang mudah puas itu sama saja dengan bunuh diri.”
Tetapi, ada juga penulis yang hanya mau menulis sekali dan merasa karyanya itu
masterpiece. Contohnya adalah E.M. Foster yang menulis A Passage to India.
Setelah menulis itu, dia berhenti.
Karya-karya Anda banyak mengandung lanturan (digresi) berupa
loncatan-loncatan pemikiran dari persoalan pokok yang justru memperkuat tema
utama yang ingin disampaikan. Tapi teknik ini tak selalu berhasil dilakukan
penulis lain. Bagaimana caranya agar lanturan itu tetap dalam kontrol penulis?
Prinsipnya kalau semua lanturan itu diurut kembali, maka semuanya harus
relevan dengan tema utama. Setiap penulis saya kira tahu kapan tema lanturannya
mulai tidak relevan. Ketika itu terjadi ia harus stop. Tapi sepanjang masih
relevan, lakukan saja.
Hollywood semakin sering membuat film dari novel Jane Austen. Yang terakhir
adalah Pride & Prejudice. Bagaimana Anda sebagai pakar Austen melihat hal
ini?
Karya-karya Austen itu selalu mengejek orang-orang snob. Pada jaman dia
menulis, yang disindirnya adalah bangsawan-bangsawan kecil kelas kampung. Ada
juga istri-istri bangsawan atau pejabat yang tiba-tiba menjadi penyair atau
pembaca puisi. Ini jenis snobisme yang juga ada di Indonesia sampai sekarang,
juga di banyak masyarakat.
Jika harus diringkas, siapa tiga sastrawan yang paling banyak mempengaruhi
Anda?
Pertama tetap Chekov dan Tolstoy. Kedua, penulis Yahudi (Isaac Bashevis)
Singer yang pernah menerima Nobel Sastra (1978). Karya- karyanya sangat dalam.
Lalu Albert Camus.
***
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Alexander
A. Anzieb
A. Aziz Masyhuri
A. Dahana
A. Khoirul Anam
A. Mustofa Bisri
A. Qorib Hidayatullah
A. Yusrianto Elga
A.C. Andre Tanama
A.J. Susmana
A.S. Laksana
A’an Jindan AS
Abd. Mun’im
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W.M.
Abdul Kirno Tanda
Abdul Lathif
Abdul Malik
Abdul Rauf Singkil
Abdul Walid
Abdurrahman Wachid
Abdurrahman Wahid
Abid Rohmanu
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Adek Alwi
Adhi Pandoyo
Adhitia Armitrianto
Adhy Rical
Adi Faridh
Adian Husaini
Adin
Aditya Ardi N
Adreas Anggit W.
Adrizas
Adu Pesona Sang Wakil Presiden RI
AF. Tuasikal
Afri Meldam
Afrizal Malna
AG. Alif
Agama
Agama Para Bajingan
Agit Yogi Subandi
Aguk Irawan M.N.
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus Noor
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Rakasiwi
Agus Sulton
Agus Wibowo
Agus Wirawan
Aguslia Hidayah
AH J Khuzaini
Ah. Atok Illah
Ahda Imran
Ahid Hidayat
Ahmad Anshori
Ahmad Damanik
Ahmad Fanani Mosah
Ahmad Fatoni
Ahmad Gaus
Ahmad Hasan MS
Ahmad Jauhari
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Naufel
Ahmad S. Zahari
Ahmad Syafii Maarif
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ainul Fiah
Akbar Ananda Speedgo
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sahal
Akhmad Sekhu
Akhmad Siddiq
Akhmad Sofyan Hadi
Akhmad Taufiq
Akmal Nasery Basral
Aksin Wijaya
Al-Fairish
Al-Ma'ruf I
Al-Ma'ruf II
Alang Khoiruddin
Albert Camus
Ali Mahmudi Ch
Alia Swastika
Alvi Puspita
Alvin
Amien Wangsitalaja
Aminah
Aming Aminoedhin
Ana Mustamin
Anam Rahus
Anas AG
Andhi Setyo Wibowo
Andi Gunawan
Andry Deblenk
Angela
Anggie Melianna
Anindita S. Thayf
Anis Ceha
Anitya Wahdini
Anjrah Lelono Broto
Antologi Sastra Lamongan
Anugerah Ronggowarsito
Anwar Nuris
Aprillia Ika
Arida Fadrus
Aridus
Arie MP Tamba
Arie Yani
Arief Junianto
Ariel Heryanto
Ariera
Arif Bagus Prasetyo
Aris Kurniawan
Armawati
Arswendo Atmowiloto
Art Sabukjanur
Arti Bumi Intaran
Arwan
Aryo Wisanggeni
Aryo Wisanggeni Gentong
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Sambodja
Ashadi Ik
Asrama Mahasiswa Aceh Sabena
Asro Kamal Rokan
Astrid Reza
Asvi Warman Adam
Atafras
Atok Witono
Awalludin GD Mualif
Aziz Abdul Gofar
Azwar Nazir
Baca Puisi
Badrus Siroj
Bahrul Ulum A. Malik
Balada
Bambang kempling
Bambang Riyanto
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Bastian Zulyeno
Beni Setia
Benni Setiawan
Benny Benke
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Berita Duka
Berita Koran
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Bernarda Rurit
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Biografi
Bre Redana
Brunel University
Brunel University London
Budaya
Budi Darma
Budi Jay Utomo
Budi P. Hatees
Budi Palopo
Budi Setyarso
Budi Sp. Indrajati
Budiman S. Hartoyo
Budiman Sudjatmiko
Buku Kritik Sastra
Buldanul Khuri
Candrakirana
Cangaan Ujungpangkah Gresik Jawa Timur
Capres dan Cawapres 2019
Catatan
Cawapres Jokowi
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Chavchay Syaifullah
Choirul Rikzqa
Christian Heru Cahyo Saputro
Cover Buku
D. Dudu AR
D. Zawawi Imron
Dadang Ari Murtono
Dadang Widjanarko
Damiri Mahmud
Dani Fuadhillah
Daniel Paranamesa
Darju Prasetya
Dati Wahyuni
Dawet Jabung Ponorogo
Dedykalee
Deni Jazuli
Denny JA
Denny Mizhar
Desa Glogok Karanggeneng Lamongan
Deshinta Arofah Dewi
Dessy Wahyuni
Dewan Kesenian Lamongan
Dewi Anggraeni
Dian Sukarno
Diana A.V. Sasa
Didik Kusbiantoro
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Diskusi buku
Djadjat Sudradjat
Djasepudin
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Djuli Djatiprambudi
Djulianto Susantio
Dody Kristianto
Dody Yan Masfa
Dorothea Rosa Herliany
Dr Andi Irawan
Dr Siti Muti’ah Setiawati
Dr. Hilma Rosyida Ahmad
Drs H Choirul Anam
Drs. Solihin
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Kartika Rahayu
Dwi Pranoto
Dwi S. Wibowo
Dwidjo Maksum
Dyah Ayu Fitriana
Eddi Koben
Edeng Syamsul Ma’arif
Edy Apriyanto Sudiyono
Edy Firmansyah
Edy Susanto
Efri Ritonga
EH Ismail
Eidi Krina Jason Sembiring
Eka Budianta
Eko Hartono
Eko Hendrawan Sofyan
Eko Hendri Saiful
El Sahra Mahendra
Elita Sitorini
Elly Trisnawati
Ellyn Novellin
Elokdyah Meswati
Em. Syuhada'
Emha Ainun Nadjib
Encep Abdullah
Eni Sulistiyawati
Eny Rose
Esai
Ester Lince Napitupulu
Etik Widya
Evan Ys
F Rahardi
Fahrudin Nasrulloh
Fahrur Rozi
Fajar Alayubi
Fakhrunnas MA Jabbar
Fanani Rahman
Fatah Yasin Noor
Fathan Mubarak
Fathul Qodir
Fathul Qorib
Felix K. Nesi
Festival Gugur Gunung
Festival Seni Surabaya 2011
Festival Teater Religi Pelajar SLTA Se-kabupaten Lamongan
Fikri. MS
Fiqih Arfani
Firman Daeva
Forum Lingkar Pena Lamongan
Forum Penulis dan Penggiat Literasi Lamongan (FP2L)
Forum Santri Nasional
Forum Santri Nasional (FSN)
Free Hearty
Galuh Tulus Utama
Gandis Uka
Ganug Nugroho Adi
Gedung Sabudga UNISDA Lamongan
Gendut Riyanto
Gerakan Literasi Nasional
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Gesit Ariyanto
Gita Pratama
Glenn Fredly
Goenawan Mohamad
Golput
Gombloh
Gombloh (1948 – 1988)
Grathia Pitaloka
Gugun el-Guyanie
Gunoto Saparie
Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin
Gus Dur
H.B. Jassin
Hadi Napster
Hafis Azhari
Halim HD
Halimi Zuhdy
Hamid Dabashi
Han Gagas
Hardi Hamzah
Hari Prasetyo
Haris Del Hakim
Haris Saputra
Hary B Kori’un
Hasan Basri Marwah
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasyim Asy’ari
Hendro Situmorang
Henri Nurcahyo
Henry H Loupias
Hera Khaerani
Heri CS
Heri Kris
Heri Latief
Heri Listianto
Herman RN
Hernadi Tanzil
Herry Lamongan
Heru Kuntoyo
Heru Kurniawan
Hikmat Darmawan
Holy Adib
Hudan Hidayat
Hujuala Rika Ayu
Humaidi
Humam S Chudori
I Made Asdhiana
I Nyoman Suaka
I. B. Putera Manuaba
IBM. Dharma Palguna
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Ichwan Prasetyo
Ida Fitri
Ignas Kleden
Ilham Safutra
Ilham Wancoko
Imam Munadjat
Imam Nawawi
Imam Zanatul Huaeri
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Iman Herdiana
Imron Arlado
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indiar Manggara
Indigo Art Space Madiun
Indra Tjahyadi
Indrian Koto
Ingki Rinaldi
Iqmal Tahir
Is Faridatul Arifah
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Noe
Iskandar Zulkarnain
Isra’ Mi’raj
Iswadi Pratama
Iswara N Raditya
Iva Titin Shovia
Iwan Awaluddin Yusuf
Iwan Gunadi
J. Sumardianta
Jamrin Abubakar
Jansen Sinamo
Janu Jolang
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jayaning S.A
Jejak Laskar Hisbullah Jombang
Jemie Simatupang
Jenny Ang
Jiero Cafe
Jihan Fauziah
JJ. Kusni
Jl Simo
Jo Batara Surya
Jodhi Yudono
Joko Budhiarto
Joko Sadewo
Joko Sandur
Joko Widodo
Jones Gultom
Joni Ariadinata
Joresan Mlarak Ponorogo
Joseph E. Stiglitz
Jual Buku Paket Hemat
Junus Satrio
Jurnalisme Sastra
K. Hirzuddin Hasbullah
K.H. Anwar Manshur
K.H. M. Najib Muhammad
K.H. Ma’ruf Amin
K.H. Masrikhan Asy'ari
K.H. Mudzakir Ma'ruf
Kadjie MM
Kajian Kitab Nashoihul 'Ibad
Kang Daniel
Karanggeneng
Kartika Foundation
Kasanwikrama
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedai Kopi Sastra
Kekal Hamdani
Kemah Budaya Panturan (KBP)
Kesenian
KH. M. Najib Muhammad
KH. Ma'ruf Amin
Khairul Mufid Jr
Khawas Auskarni
Khoirul Anwar
Khoirul Inayah
Khoirul Naim
Khoirul Rosyadi
Ki Ompong Sudarsono
Kitab Arbain Nawawi
Kitab Puisi Suluk Berahi karya Gampang Prawoto
Ko Hyeong Ryeol
Koh Young Hun
Koko Sudarsono
Komaruddin Hidayat
Kompas TV
Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA)
Komunitas Sastra Teater Lamongan (KOSTELA)
Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER)
Kopi Bubuk Mbok Djum
Kopuisi
Korban Gempa di Lombok
Kospela
KPRI IKMAL Lamongan
Kris Razianto Mada
Kritik Sastra
Kurnia Sari Aziza
Kurniawan
Kusni Kasdut
Kuswaidi Syafi’ie
Kuswinarto
Lagu
Laili Rahmawati
Laksmi Sitoresmi
Lamongan
Lan Fang
Larung Sastra
Lathifa Akmaliyah
Latif Fianto
Leila S. Chudori
Leo Tolstoy
Lina Kelana
Listiyono Santoso
Liya Izzatul Iffah
Liza Wahyuninto
Lucky Aditya Ramadhan
Ludruk Jawa Timur
Lukisan
Lukman Alm
Lukman Santoso Az
Luqman Almishr
Lustantini Septiningsih
Lutfi S. Mendut
Lynglieastrid Isabellita
M Ismail
M Zainuddin
M. Afif Hasbullah
M. Faizi
M. Iqbal Dawami
M. Irfan Hidayatullah
M. Latief
M. Lukluk Atsmara Anjaina
M. Lutfi
M. Mushthafa
M. Riza Fahlevi
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M’Shoe
Madrasah Ibtida’iyah Thoriqotul Hidayah 1
Maghfur Munif
Mahendra Cipta
Mahmud Jauhari Ali
Mahmud Syaltut Usfa
Mahwi Air Tawar
Majelis Ulama Indonesia
Makalah Tinjauan Ilmiah
Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo
Maman S. Mahayana
Mantan Pastur Hafidz Al-Qur'an
Maqhia Nisima
Mardi Luhung
Margita Widiyatmaka
Marhalim Zaini
Maria Magdalena Bhoernomo
Marjohan
Marsel Robot
Martin Aleida
Martin Hatch
Marwan Ja'far
Marwita Oktaviana
Marzuki Mustamar
Mashuri
Masjid Tegalsari di Pesantren Gerbang Tinatar
Masuki M. Astro
Matroni el-Moezany
Matroni Muserang
Max Arifin
Maya Handhini
Mbah Kalbakal
Medco
Media Jawa Timur
Medri Osno
Mega Vristian
Mei Anjar Wintolo
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Memoar
Memoar Purnama di Kampung Halaman
Menggalang Dana Amal
Mentari Meida
Mh Zaelani Tammaka
Michael Gunadi Widjaja
Mien Uno (Ibunda Sandiaga Uno)
Misbahul Huda
Misbahus Surur
Moch. Faisol
Mochammad A. Tomtom
Moh Samsul Arifin
Moh. Ghufron Cholid
Mohamad Ali Hisyam
Mohammad Afifi
Mohammad Rafi Azzamy
Mts Putra-Putri Simo-Sungelebak
Muh Muhlisin
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Ghannoe
Muhammad Ghufron
Muhammad Hidayat
Muhammad Marzuki
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad N. Hassan
Muhammad Rain
Muhammad Taufik
Muhammad Yasir
Muhammad Zia Ulhaq
Muhammadun A.S.
Muhibin AM
Muhidin M Dahlan
Mujtahid
Mujtahidin Billah
Mukafi Niam
Mukhsin Amar
Mukti Sutarman Espe
Mulyadi SA
Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur
Mun'im Sirry
Muntamah Cendani
Museum Bikon Blewut Ledalero
Musfarayani
Musfi Efrizal
Musyayana
Mutia Sukma
N. Syamsuddin CH. Haesy
Nabi Adam
Nanang Fahrudin
Nandang Darana
Naskah Monolog
Naskah Teater
Nasru Alam Aziz
Nelson Alwi
Ni Luh Made Pertiwi F
Nindya Herdianti
Ninin Nurzalina Wati
Nitis Sahpeni
Nono Anwar Makarim
Noor H. Dee
Noorsam
Noval Jubbek
Novel Pekik
Novianti Setuningsih
Nu’man ‘Zeus’ Anggara
Nur Hamzah
Nur Haryanto
Nurani Soyomukti
Nurel Javissyarqi
Nuruddin Al Indunissy
Nurul Aini
Nurul Anam
Nurul Komariyah
Nuryana Asmaudi SA
Nuswantoro
Nyimas
Nyoman Tingkat
Obrolan
Oktamandjaya Wiguna
Oky Sanjaya
Opini
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Oyos Saroso H.N.
Padepokan Lemah Putih Surakarta
Pagelaran Musim Tandur
Pameran Seni Rupa
Panda MT Siallagan
Pawang Surya Kencana
PDS H.B. Jassin
Pekan Literasi Lamongan
Pelukis Dahlan Kong
Pelukis Jumartono
Pelukis Saron
Pelukis Senior Tarmuzie
Pendidikan
Penerbit SastraSewu
Penerbitan dan Toko Buku PUstaka puJAngga Lamongan
Pengajian
Pengetahuan
Perang
Peringatan Hari Pahlawan 10 November
Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW
Pesantren An Nawawi Tanara (Penata)
Pesantren Kampung Inggris
Peserta TEMU SASTRA JAWA TIMUR 2011
Petrik Matanasi
Pilang Tejoasri Laren Lamongan
Pilang Tejoasri Laren Lamongan Jawa Timur
Pilkada
Piramid Giza
Politik
Pondok Pesantren Al-Madienah
Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan
Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang
Pradana Boy ZTF
Pradaningrum Mijarto
Pramoedya Ananta Toer
Prih Prawesti Febriani
Pringadi AS
Prof Dr Achmad Zahro
Prof Dr Aminuddin Kasdi
Profil MA Matholi'ul Anwar
Prosa
Puisi
Puisi Menolak Korupsi
Puisi Menolak Korupsi (PMK)
Puji Hartanto
Puji Santosa
Puput Amiranti N
Purwanto
Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin
Puspita Rose
Pustaka Ilalang
PUstaka puJAngga
Putri Utami
Putu Satria Kusuma
Putu Setia
Putu Wijaya
R. Sugiarti
R. Timur Budi Raja
R.Ng. Ronggowarsito
Rabdul Rohim
Radhar Panca Dahana
Raedu Basha
Rahmat Sazaly
Rahmat Sularso Nh
Raihul Fadjri
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ramadhan Batubara
Rambuana
Raudal Tanjung Banua
Raudlotul Immaroh
Redland Movie
Rengga AP
Reni Lismawati
Resensi
Restoe Prawironegoro Ibrahim
Riadi Ngasiran
Rian Sindu
Ribut Wijoto
Rieke Diah Pitaloka
Riki Dhamparan Putra
Rinto Andriono
Rizka Halida
Rizky Putri Pratimi
Robin Al Kautsar
Rocky Gerung
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rohmad Hadiwijoyo
Rohmah Maulidia
Rohman Abdullah
Rojiful Mamduh
Rosdiansyah
Rosi
Rosidi
Roso Titi Sarkoro
Rumah Budaya Pantura (RBP)
Rumah Budaya Pantura Lamongan
Rumah Literasi
Rx King Motor
S Yoga
S. Jai
S.I. Poeradisastra
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Saiful Amin Ghofur
Saifur Rohman
Sajak
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sandiaga Uno
Sanggar Pasir
Sanggar Pasir Art and Culture
Santi Puji Rahayu
Sapardi Djoko Damono
Sardono W Kusumo
Sartika Sari
Sarworo Sp
Sastra Facebook
Satmoko Budi Santoso
Satrio Lintang
Satyagraha Hoerip
Saut Situmorang
Savidapius
Sayuri Yosiana
Sayyid Fahmi Alathas
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis
SelaSAstra Boenga Ketjil
SelaSAstra Boenga Ketjil #23
SelaSAstra Boenga Ketjil #24
Seni Ambeng Ponorogo
Senirupa
Seno Joko Suyono
Septi Sutrisna
Sergi Sutanto
Setia Naka Andrian
Shiny.ane el’poesya
Shofiyatuz Zahroh
Shohebul Umam JR
Sholihul Huda
Sidik Nugroho
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Silfia Hanani
Sindu Putra
Sita Planasari Aquadini
Siti Muyassarotul Hafidzoh
Siti Sa’adah
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Slamet Hadi Purnomo
Soediro Satoto
Soegiharto
Soeprijadi Tomodihardjo
Soetanto Soepiadhy
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sony Wibisono
Sosiawan Leak
Sreismitha Wungkul
Sri Igustin
Sri Mulyani
Sri Wintala Achmad
Sriyanto Danoesiswoyo
Stefanus P. Elu
Stevani Elisabeth
STKIP PGRI Ponorogo
Student Center Kampus ISI Yogyakarta
Subagio Sastrowardoyo
Suci Ayu Latifah
Sudarmoko
Sugeng Ariyadi
Sukitman
Sumenep
Sumiati Anastasia
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sungelebak
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Sunudyantoro
Supriyadi
Suripto SH
Surya Lesmana
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutan Takdir Alisjahbana
Sutardi
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suwardi Endraswara
Suyadi San
Syafrizal Sahrun
Syaifuddin Gani
Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili
Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari
Syamsul Arifin
Syamsul Rizal
Syi'ir
Syifa Amori
Syifa Aulia
T.A. Sakti
Tajuddin Noor Ganie
Tamrin Bey dan Robin Al Kautsar
TanahmeraH ArtSpace
Tarpin A. Nasri
Taufik Rachman
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teater
Teater Air
Teater Bias
Teater Biru
Teater Cepak
Teater Dua
Teater Kanjeng
Teater Lingkar Merah Putih
Teater Mikro
Teater nDrinDinG
Teater Nusa
Teater Padi
Teater Roda UNISDA Lamongan
Teater Sakalintang
Teater Tali Mama
Teater Taman
Teater Tawon
Teater Tewol
Teguh LR
Temu Karya Teater Jawa Timur XXI
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Teori Darwin
Teori Fisika Hawking
Tgk Abdullah Lam U
Tharie Rietha
The Ibrahim Hosen Institute
Theresia Purbandini
Thomas Koten
Tien Rostini
Timur Arif Riyadi
Tjahjono Widarmanto
Tjut Zakiyah Anshari
Toeti Adhitama
Tosa Poetra
Tri Andhi S
Triyanto triwikromo
Tu-ngang Iskandar
Tulus S
Tutut Herlina
Ucu Agustin
Udo Z. Karzi
Ulil Abshar-Abdalla
Umar Fauzi
Uniawati
Unieq Awien
Universitas Jember
Usman Arrumy
Ustadz Bangun Samudra
Uwell's King Shop
Uwell's Setiawan
Vassilisa Agata
Veven Sp. Wardhana
Viddy AD Daery
Video
Vino Warsono
Virdika Rizky Utama
Vita Devi Ajeng Pratiwi
W. Haryanto
W.S. Rendra
Wakos R. Gautama
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Welly Suryandoko
William Shakespeare
Wisnu Kisawa
Wiwik Widiyati
Wong Wing King
Wuri Kartiasih
Y. Wibowo
Yayasan Thoriqotul Hidayah 1
Yayat R. Cipasang
Yesi Devisa
Yesi Devisa Putri
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yonathan Rahardjo
Yudhi Herwibowo
Yudi Latif
Yulianto
Yuliawati
Yunanto Sutyastomo
Yunus Supriyanto
Yurnaldi
Yushifull Ilmy
Yusri Fajar
Yusuf AN
Yusuf Suharto
Yusuf Wibisono
Yuval Noah Harari
Yuyuk Sugarman
Z. Mustopa
Zaim Rofiqi
Zainal Arifin Thoha
Zarra Martsella
Zawawi Se
Zed Abidien
Zehan Zareez
Zen Hae
Zii
Zuhdi Swt
Tidak ada komentar:
Posting Komentar