Agama Islam di Kerajaan Penganut Budha Terbesar di Asia Tenggara
Muhammad N. Hassan *
“Dan tidaklah kami mengutusmu (Muhammad), melainkan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam (rahmatan lil ‘alamiin).” [QS: Al Anbiya (21):107]
Jika diminta menyebutkan satu negara Budha di Asia Tenggara maka secara otomatis yang terlintas di pikiran kita adalah Thailand. Meskipun secara data statistik (Libgar, 2017) Thailand adalah negara yang menduduki populasi terbesar kedua penganut Buddha di dunia setelah Tiongkok. Siapa sangka di tengah-tengah penduduk Buddhism di Thailand yang mencapai angka 95% (64.4 juta jiwa) ini ada kehidupan agama Islam dan agama lain seperti Kristen, Hindu, serta beberapa penduduk Tionghoa Thai yang mempraktikan agama tradisional Tionghoa, termasuk Tao.
Bukan berarti saya mengesampingkan agama lain, namun saya akan coba menyusuri beberapa pandangan terkait wajah Islam di negara Thailand (Kingdom of Thailand) yang notabene sebagai negara yang mayoritas penduduknya beragama Budha. Saya ingin berbagai cerita berdasarkan pengalaman saya tinggal di Thailand selama tiga tahun disertai juga beberapa referensi pendukung. Kira-kira bagaimana akulturasi budaya, adakah konflik antar pemeluk agama, dan apa peran Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin di tengah-tengah keberagaman ini?
Oke, sebelum masuk kepada pokok pembahasan. Saya ingin mengawali dengan menyimak beberapa hasil penelitian (skripsi, tesis maupun disertasi) beberapa kampus Islam di Indonesia yang sudah dipublikasikan (jika mau, teman-teman dapat mengaksesnya secara online –cek di internet). Selain itu buku Sejarah dan Kebudayaan Islam di Asia Tenggara karya Dr. H. Saifullah, SA. MA. terbitan Pustaka Pelajar (2010) mungkin juga bisa memberikan informasi tentang sejarah Islam masuk ke Thailand ini.
Sejarah mencatat, Thailand adalah satu-satunya negara di Asia Tenggara yang tidak pernah dijajah (colonized). Meskipun negara Thailand pada waktu akan terbentuk mendapat tekanan terus menerus dari bangsa Eropa. Sebelum negara Thailand ini didirikan, berdasarkan catatan Tome Pires dan Laksamana Cheng Ho ada sebuah kerajaan yang terletak di Thailand bagian Selatan bernama Kerajaan Melayu Pattani. Kerajaan ini didirikan sekitar abad ke-15 M. Menurut Hikayat Pattani, Kerajaan Melayu Pattani awalnya berpusat di Kota Mahligai dan diperintah oleh Phya Tu Kerab Mahayana.
Karena letaknya yang strategis, Pattani menjadi cepat berkembang. Para pedagang muslim (termasuk Indonesia) telah mendatangi negeri ini untuk berdagang dan tentu saja berdakwah menyebarkan risalah Islam. Karena dakwah para da’i dan pedagang muslim itulah Pya Tu Antara, sang penguasa Pattani masuk Islam. Pya Tu Antara memeluk Islam melalui seorang ulama dari Pasai (Sumatera) bernama Syaikh Said. Setelah masuk Islam Pya Tu Antara bergelar Sultan Ismail Syah Zilulllah fil Alam. Sejak itu, agama Islam mempengaruhi budaya dan kehidupan keagamaan rakyat Pattani dan terbentuklah Kerajaan Islam Pattani di wilayah tersebut.
Akhirnya pada tahun 1785 M (abad ke 18) terjadi peperangan (imperialistik) oleh Kerajaan Siam (cikal bakal negara Thailand) yang dipimpin Phraya Chakri. Kerajaan ini menyerang dan berhasil menundukkan Kerajaan Pattani. Sultan Muhammad pemimpin Kerajaan Pattani saat itu beserta ribuan rakyatnya syahid dalam pertempuran. Sebagian lagi ditawan dan dibawa ke Bangkok. Meskipun kalah dalam pertempuran itu, Kerajaan Pattani tidak runtuh. Selalu saja ada pemimpin Pattani yang melakukan perlawanan terhadap Kerajaan Siam.
Hal ini dikarenakan selama berada di bawah kekuasaan Kerajaan Siam, banyak peraturan yang merugikan umat Islam Pattani. Banyak terjadi pemberontakan sebagai wujud ketidakpuasan atas kebijakan yang diterapkan oleh Kerajaan Siam. Di antara pemberontakan itu adalah yang terjadi pada tahun 1923 di Belukar Semak. Pemberontakan ini muncul akibat pemaksaan Akta Pelajaran 1921 yang memaksa anak-anak Melayu Pattani memasuki Pendidikan Kebangsaan Siam yang menggunakan bahasa pengantar bahasa Siam (sekarang lebih dikenal dengan bahasa Thailand). Tidak heran jika saya berkenalan dengan teman-teman Thailand di komunitas mahasiswa Islam (muslim club) kampus, mereka rata-rata memiliki tiga nama: nama Thailand, nama dari bahasa Melayu atau Arab, dan nama panggilan (ชื่อเล่น) yang umumnya dimiliki warga keturunan bangsa Siam.
Pada akhirnya setelah Kerajaan Siam berganti nama menjadi negara Thailand (1939 M), Islam lambat laun berkembang pesat beriring dengan banyak pendatang muslim berasal dari Timur Tengah, Afrika, maupun bangsa Melayu seperti Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam. Mereka bekerja dan menetap di Thailand, memberikan warna baru terhadap Islam di Thailand. Mereka juga mendirikan perkampungan dan komunitas di wilayah Bangkok.
Saya sempat mengunjungi kampung Arab, beberapa kali shalat di masjid Indonesia, masjid Pakistan, dan masjid Turkey. Bahkan di kampung Jawa, daerah Sathorn Bangkok ada “Masjid Jawa” dengan bangunan corak khas kultur Yogyakarta. Konon katanya keluarga keturunan Irfan Dahlan (anak keempat dari KH. Ahmad Dahlan) pernah tinggal di wilayah tersebut.
Namun bicara soal Islam di Thailand, ngerinya tahun lalu saya pernah membaca berita terkait konflik dan pemberontakan yang pernah terjadi di wilayah Selatan antara Barisan Revolusi Nasional (BRN) Melayu Patani dan kelompok separatis Islam dengan militer pemerintah Thailand yang telah merenggut lebih dari 7,000 nyawa sejak tahun 2004. Semakin lama konflik berlanjut, semakin besarlah risiko polarisasi yang rupanya akan dieksploitasikan oleh para jihadis transnasional. Kedua kelompok seperti Al-Qaeda dan ISIS mungkin akan mengambil kesempatan dalam pelbagai konflik wilayah perbatasan dengan Malaysia ini. Akibatnya, pihak militer bertindak lebih represif lagi.
Saya mulai tenang, ketika mendengar kabar bahwa api konflik ini sudah mulai padam sejak di bawah penanganan National Council for Peace and Order (NCPO) atau kabinet khusus yang dibentuk oleh pemerintah otoriter sejak diambil alih kekuasaan (kudeta 2014) hingga sekarang. Masyarakat muslim Pattani pun bersedia menjalankan kebijakan pemerintah asalkan pemerintah setempat yakin bahwa Pattani adalah bagian dari warga Thailand yang harus diberi hak dan perlindungan yang sama, bukan ancaman yang identitas kultural mereka malah diberangus. Hanya dengan pendekatan cara demikian pemerintah pusat bisa mengembalikan rasa percaya masyarakat.
Terlepas dari itu semua, sampai sekarang pihak Islam juga mampu mendekati pihak otoritas negara Thailand. Sehingga kerajaan cukup mendukung kehidupan Islam untuk penduduknya. Tanggungjawab masalah berkaitan agama Islam di Thailand diemban oleh seseorang mufti yang memperoleh gelar Syaikhul Islam (Chularajmontree). Mufti ini berada di bawah Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Pendidikan serta bertanggungjawab pada raja. Mufti bertugas buat mengatur kebijakan yang bersangkutan dengan kehidupan muslim, seperti penentuan awal dan akhir Ramadhan dalam kalender tahun hijriyah.
Tidak heran kalau jumlah kaum muslimin di Thailand dari 4.6% (data dari CIA:, 2014) dengan statistik terbaru mencapai sekitar empat juta dari total 65 juta penduduk, dan jumlah ini saya yakini akan terus meningkat. Mengingat saat ini Islam telah menjadi agama terbanyak kedua setelah Buddha di Thailand. Sekarang banyak dijumpai lembaga-lembaga pendidikan berbasis Islam, masjid-masjid dan perkampungan muslim Islam di Thailand. Menurut situs Thailand Embassy saja, Thailand memiliki 3.494 masjid. Meskipun jumlah terbanyak masih tersebar di beberapa provinsi wilayah Thailand Selatan, antara lain Provinsi Pattani, Yala (Jala), Narathiwat (Menara), dan juga Songkhla (Senggora).
Rasanya sangat senang sekali, jika Islam di Thailand tidak ada konflik lagi dan akan terus berkembang pesat. Sehingga saya sebagai salah satu umat muslim pendatang merasa aman. Apalagi saya dengar pemerintah Indonesia melalui Kementerian Agama beberapa kali mengirim para mubaligh ke Thailand. Para da’i akan melakukan dakwah Islam rahmatan lil ‘alamin di negeri Gajah Putih ini. Pengiriman da’i ini merupakan bagian dari kerjasama pemerintah Indonesia melalui Kemenag bersama pemerintah Thailand yang diwakili Delegasi Pusat Provinsi Perbatasan Thailand Selatan (The Southern Border Province Administrative Centre of The Kingdom of Thailand/SBPAC).
Mereka biasanya mengajar di sekolah-sekolah Islam, dan bagi para penghafal al-Quran selain mengajar al-Quran juga mengimami di berbagai masjid di Thailand. Apalagi seperti sekarang ini, saat bulan Ramadhan biasanya ada imam utusan dari Indonesia yang dikirim ke mari. Saya sempat berbincang dengan salah seorang imam selepas shalat terawih di masjid Jawa. Beliau berasal dari Aceh yang diperbantukan di wilayah Selatan dan Bangkok (khusus bulan Ramadhan) perantara Atase Pendidikan, Penerangan Sosial dan Budaya KBRI Bangkok.
Begitu pula menurut informasi yang saya dapat, pemerintah Thailand ternyata juga memberikan beasiswa kepada para pelajar dan mahasiswa yang menimba ilmu di pesantren, madrasah dan kampus-kampus Islam yang ada di Indonesia. Saya memiliki teman yang mengambil S2 di Chulalongkorn University, dulu S1-nya ambil di Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Dia cerita banyak terkait hubungan Islam Indonesia dengan Thailand melalui dakwah dan pendidikan. Adapun bentuk beasiswa ini ada juga yang semacam pertukaran pelajar (student exchange program). Kebanyakan mereka asli Thailand Selatan yang fasih berbahasa Melayu. Sehingga pasti akan lebih mudah ketika berkomunikasi.
Menariknya lagi, untuk memperkuat dan meningkatkan pesan Islam rahmatan lil ‘alamin ini, Indonesia telah mendirikan dua ormas Islam terbesar di Indonesia diantaranya Pengurus Cabang Internasional Nahdhatul Ulama (PCINU) Thailand pada tanggal 3 Oktober 2016 (NU Online, 2016) dan Muhammadiyah Thailand pada tanggal 18 November 2017 (PWMU.CO, 2017). Masing-masing dilakukan pelantikan dan deklarasi di Yayasan Daarul Huda dan Universitas Rachabhat Yala, Thailand Selatan. Harapannya upaya-upaya untuk terus bersinergi seperti inilah yang akan membawa Islam sebagai agama yang sejuk, tidak menyebarakan paham-pahaam radikal dan teroris yang seperti sekarang isu ini tengah santer dibicarakan.
Di samping itu wajah Islam di Thailand tambah semakin cantik, dengan berdirinya lembaga sertifikasi halal di bawah naungan Halal Science Center (HSC) dan Central Islamic Council of Thailand (CICOT). Saya pernah berkunjung ke HSC saat mengantarkan para pimpinan UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Visi lembaga yang didirikan oleh Prof. (Assoc) Dr. Winai Dahlan (yang tidak lain merupakan cucu KH. Ahmad Dahlan) ini untuk meningkatkan kualitas hidup dan menjaga keamanan keyakinan beragama komunitas muslim dunia. Sehingga akan membantu kehidupan masyarakat Islam khususnya di Thailand dalam membeli dan mengkonsumsi produk-produk baik makanan, minuman dan lainnya.
Setiap tahunnya dua lembaga tersebut menggelar acara Thailand Halal Assembly yang dihadiri seluruh tokoh Islam dari perwakilan negara-nagara Islam di dunia. Alhamdulillah saya pun diberikan kesempatan menghadiri Thailand Halal Assembly 2016 sampai Thailand Halal Assembly 2019 di Bangkok pada saat itu. Kegiatan seperti ini sebagai ladang dakwah juga karena beberapa tokoh lintas agama di Thailand juga turut diundang pada perhelatan akbar acara ini.
Lembaga lain yang turut memberikan andil terhadap semakin percayanya pemerintah Thailand terhadap agama Islam di Thailand adalah The Foundation of Islamic Centre of Thailand. Yayasan yang memiliki masjid terbesar di Thailand ini tidak pernah sepi dari jamaah. Selain sebagai pusat pendidikan agama Islam juga berkontribusi terhadap perbaikan komunitas masyarakat Islam di Thailand dan masyarakat secara luas. Sehingga tidak mungkin ada lagi islamic phobia, Islam akan menjadi damai dan hadir menumbuhkan rasa saling toleransi tingkat tinggi.
Karena memang sudah seharusnya Islam rahmatan lil ‘alamin itu bersifat tawassuth (moderat), i’tidal (tegak), tasamuh (toleran) dan tawazun (seimbang) serta tasyawur (musyawarah/dialog). Sehingga berada di tengah-tengah masyrakat yang beragam ini, praktik Islam rahmatan lil ‘alamin menjadikan kehidupan terasa lebih manusiawi, hangat, nyaman, dan ramah. Bergembira dalam perbedaan dan bersahabat dalam segala aspek, baik itu kehidupan sosial, budaya, maupun politik dan hukum. Dengan begitu Islam akan terus menerus berkembang dan diterima masyarakat luas.
Maka sebagai penutup tulisan ini saya ingin berkata, saya sangat optimis kepada hasil penelitian dari PEW Research Center (2017) bahwa pada tahun 2050 nanti Islam akan menjadi agama mayoritas di dunia. Wallahua’lam bisshowaab.
________________
*) Muhammad N. Hassan, Mahasiswa pascasarjana jurusan Nanosains dan Nanoteknologi di Sensor Technology Thailand (SST) Laboratory, King Mongkut's University of Technology Thonburi (KMUTT) Bangkok Thailand. Aktif di Gusdurian Thailand.
https://islami.co/menyusuri-wajah-islam-di-kerajaan-penganut-budha-terbesar-di-asia-tenggara/
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Alexander
A. Anzieb
A. Aziz Masyhuri
A. Dahana
A. Khoirul Anam
A. Mustofa Bisri
A. Qorib Hidayatullah
A. Yusrianto Elga
A.C. Andre Tanama
A.J. Susmana
A.S. Laksana
A’an Jindan AS
Abd. Mun’im
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W.M.
Abdul Kirno Tanda
Abdul Lathif
Abdul Malik
Abdul Rauf Singkil
Abdul Walid
Abdurrahman Wachid
Abdurrahman Wahid
Abid Rohmanu
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Adek Alwi
Adhi Pandoyo
Adhitia Armitrianto
Adhy Rical
Adi Faridh
Adian Husaini
Adin
Aditya Ardi N
Adreas Anggit W.
Adrizas
Adu Pesona Sang Wakil Presiden RI
AF. Tuasikal
Afri Meldam
Afrizal Malna
AG. Alif
Agama
Agama Para Bajingan
Agit Yogi Subandi
Aguk Irawan M.N.
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus Noor
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Rakasiwi
Agus Sulton
Agus Wibowo
Agus Wirawan
Aguslia Hidayah
AH J Khuzaini
Ah. Atok Illah
Ahda Imran
Ahid Hidayat
Ahmad Anshori
Ahmad Damanik
Ahmad Fanani Mosah
Ahmad Fatoni
Ahmad Gaus
Ahmad Hasan MS
Ahmad Jauhari
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Naufel
Ahmad S. Zahari
Ahmad Syafii Maarif
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ainul Fiah
Akbar Ananda Speedgo
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sahal
Akhmad Sekhu
Akhmad Siddiq
Akhmad Sofyan Hadi
Akhmad Taufiq
Akmal Nasery Basral
Aksin Wijaya
Al-Fairish
Al-Ma'ruf I
Al-Ma'ruf II
Alang Khoiruddin
Albert Camus
Ali Mahmudi Ch
Alia Swastika
Alvi Puspita
Alvin
Amien Wangsitalaja
Aminah
Aming Aminoedhin
Ana Mustamin
Anam Rahus
Anas AG
Andhi Setyo Wibowo
Andi Gunawan
Andry Deblenk
Angela
Anggie Melianna
Anindita S. Thayf
Anis Ceha
Anitya Wahdini
Anjrah Lelono Broto
Antologi Sastra Lamongan
Anugerah Ronggowarsito
Anwar Nuris
Aprillia Ika
Arida Fadrus
Aridus
Arie MP Tamba
Arie Yani
Arief Junianto
Ariel Heryanto
Ariera
Arif Bagus Prasetyo
Aris Kurniawan
Armawati
Arswendo Atmowiloto
Art Sabukjanur
Arti Bumi Intaran
Arwan
Aryo Wisanggeni
Aryo Wisanggeni Gentong
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Sambodja
Ashadi Ik
Asrama Mahasiswa Aceh Sabena
Asro Kamal Rokan
Astrid Reza
Asvi Warman Adam
Atafras
Atok Witono
Awalludin GD Mualif
Aziz Abdul Gofar
Azwar Nazir
Baca Puisi
Badrus Siroj
Bahrul Ulum A. Malik
Balada
Bambang kempling
Bambang Riyanto
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Bastian Zulyeno
Beni Setia
Benni Setiawan
Benny Benke
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita
Berita Duka
Berita Koran
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Bernarda Rurit
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Biografi
Bre Redana
Brunel University
Brunel University London
Budaya
Budi Darma
Budi Jay Utomo
Budi P. Hatees
Budi Palopo
Budi Setyarso
Budi Sp. Indrajati
Budiman S. Hartoyo
Budiman Sudjatmiko
Buku Kritik Sastra
Buldanul Khuri
Candrakirana
Cangaan Ujungpangkah Gresik Jawa Timur
Capres dan Cawapres 2019
Catatan
Cawapres Jokowi
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Chavchay Syaifullah
Choirul Rikzqa
Christian Heru Cahyo Saputro
Cover Buku
D. Dudu AR
D. Zawawi Imron
Dadang Ari Murtono
Dadang Widjanarko
Damiri Mahmud
Dani Fuadhillah
Daniel Paranamesa
Darju Prasetya
Dati Wahyuni
Dawet Jabung Ponorogo
Dedykalee
Deni Jazuli
Denny JA
Denny Mizhar
Desa Glogok Karanggeneng Lamongan
Deshinta Arofah Dewi
Dessy Wahyuni
Dewan Kesenian Lamongan
Dewi Anggraeni
Dian Sukarno
Diana A.V. Sasa
Didik Kusbiantoro
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Diskusi buku
Djadjat Sudradjat
Djasepudin
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Djuli Djatiprambudi
Djulianto Susantio
Dody Kristianto
Dody Yan Masfa
Dorothea Rosa Herliany
Dr Andi Irawan
Dr Siti Muti’ah Setiawati
Dr. Hilma Rosyida Ahmad
Drs H Choirul Anam
Drs. Solihin
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Kartika Rahayu
Dwi Pranoto
Dwi S. Wibowo
Dwidjo Maksum
Dyah Ayu Fitriana
Eddi Koben
Edeng Syamsul Ma’arif
Edy Apriyanto Sudiyono
Edy Firmansyah
Edy Susanto
Efri Ritonga
EH Ismail
Eidi Krina Jason Sembiring
Eka Budianta
Eko Hartono
Eko Hendrawan Sofyan
Eko Hendri Saiful
El Sahra Mahendra
Elita Sitorini
Elly Trisnawati
Ellyn Novellin
Elokdyah Meswati
Em. Syuhada'
Emha Ainun Nadjib
Encep Abdullah
Eni Sulistiyawati
Eny Rose
Esai
Ester Lince Napitupulu
Etik Widya
Evan Ys
F Rahardi
Fahrudin Nasrulloh
Fahrur Rozi
Fajar Alayubi
Fakhrunnas MA Jabbar
Fanani Rahman
Fatah Yasin Noor
Fathan Mubarak
Fathul Qodir
Fathul Qorib
Felix K. Nesi
Festival Gugur Gunung
Festival Seni Surabaya 2011
Festival Teater Religi Pelajar SLTA Se-kabupaten Lamongan
Fikri. MS
Fiqih Arfani
Firman Daeva
Forum Lingkar Pena Lamongan
Forum Penulis dan Penggiat Literasi Lamongan (FP2L)
Forum Santri Nasional
Forum Santri Nasional (FSN)
Free Hearty
Galuh Tulus Utama
Gandis Uka
Ganug Nugroho Adi
Gedung Sabudga UNISDA Lamongan
Gendut Riyanto
Gerakan Literasi Nasional
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Gesit Ariyanto
Gita Pratama
Glenn Fredly
Goenawan Mohamad
Golput
Gombloh
Gombloh (1948 – 1988)
Grathia Pitaloka
Gugun el-Guyanie
Gunoto Saparie
Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin
Gus Dur
H.B. Jassin
Hadi Napster
Hafis Azhari
Halim HD
Halimi Zuhdy
Hamid Dabashi
Han Gagas
Hardi Hamzah
Hari Prasetyo
Haris Del Hakim
Haris Saputra
Hary B Kori’un
Hasan Basri Marwah
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasyim Asy’ari
Hendro Situmorang
Henri Nurcahyo
Henry H Loupias
Hera Khaerani
Heri CS
Heri Kris
Heri Latief
Heri Listianto
Herman RN
Hernadi Tanzil
Herry Lamongan
Heru Kuntoyo
Heru Kurniawan
Hikmat Darmawan
Holy Adib
Hudan Hidayat
Hujuala Rika Ayu
Humaidi
Humam S Chudori
I Made Asdhiana
I Nyoman Suaka
I. B. Putera Manuaba
IBM. Dharma Palguna
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Ichwan Prasetyo
Ida Fitri
Ignas Kleden
Ilham Safutra
Ilham Wancoko
Imam Munadjat
Imam Nawawi
Imam Zanatul Huaeri
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Iman Herdiana
Imron Arlado
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indiar Manggara
Indigo Art Space Madiun
Indra Tjahyadi
Indrian Koto
Ingki Rinaldi
Iqmal Tahir
Is Faridatul Arifah
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Noe
Iskandar Zulkarnain
Isra’ Mi’raj
Iswadi Pratama
Iswara N Raditya
Iva Titin Shovia
Iwan Awaluddin Yusuf
Iwan Gunadi
J. Sumardianta
Jamrin Abubakar
Jansen Sinamo
Janu Jolang
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jayaning S.A
Jejak Laskar Hisbullah Jombang
Jemie Simatupang
Jenny Ang
Jiero Cafe
Jihan Fauziah
JJ. Kusni
Jl Simo
Jo Batara Surya
Jodhi Yudono
Joko Budhiarto
Joko Sadewo
Joko Sandur
Joko Widodo
Jones Gultom
Joni Ariadinata
Joresan Mlarak Ponorogo
Joseph E. Stiglitz
Jual Buku Paket Hemat
Junus Satrio
Jurnalisme Sastra
K. Hirzuddin Hasbullah
K.H. Anwar Manshur
K.H. M. Najib Muhammad
K.H. Ma’ruf Amin
K.H. Masrikhan Asy'ari
K.H. Mudzakir Ma'ruf
Kadjie MM
Kajian Kitab Nashoihul 'Ibad
Kang Daniel
Karanggeneng
Kartika Foundation
Kasanwikrama
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedai Kopi Sastra
Kekal Hamdani
Kemah Budaya Panturan (KBP)
Kesenian
KH. M. Najib Muhammad
KH. Ma'ruf Amin
Khairul Mufid Jr
Khawas Auskarni
Khoirul Anwar
Khoirul Inayah
Khoirul Naim
Khoirul Rosyadi
Ki Ompong Sudarsono
Kitab Arbain Nawawi
Kitab Puisi Suluk Berahi karya Gampang Prawoto
Ko Hyeong Ryeol
Koh Young Hun
Koko Sudarsono
Komaruddin Hidayat
Kompas TV
Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA)
Komunitas Sastra Teater Lamongan (KOSTELA)
Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER)
Kopi Bubuk Mbok Djum
Kopuisi
Korban Gempa di Lombok
Kospela
KPRI IKMAL Lamongan
Kris Razianto Mada
Kritik Sastra
Kurnia Sari Aziza
Kurniawan
Kusni Kasdut
Kuswaidi Syafi’ie
Kuswinarto
Lagu
Laili Rahmawati
Laksmi Sitoresmi
Lamongan
Lan Fang
Larung Sastra
Lathifa Akmaliyah
Latif Fianto
Leila S. Chudori
Leo Tolstoy
Lina Kelana
Listiyono Santoso
Liya Izzatul Iffah
Liza Wahyuninto
Lucky Aditya Ramadhan
Ludruk Jawa Timur
Lukisan
Lukman Alm
Lukman Santoso Az
Luqman Almishr
Lustantini Septiningsih
Lutfi S. Mendut
Lynglieastrid Isabellita
M Ismail
M Zainuddin
M. Afif Hasbullah
M. Faizi
M. Iqbal Dawami
M. Irfan Hidayatullah
M. Latief
M. Lukluk Atsmara Anjaina
M. Lutfi
M. Mushthafa
M. Riza Fahlevi
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M’Shoe
Madrasah Ibtida’iyah Thoriqotul Hidayah 1
Maghfur Munif
Mahendra Cipta
Mahmud Jauhari Ali
Mahmud Syaltut Usfa
Mahwi Air Tawar
Majelis Ulama Indonesia
Makalah Tinjauan Ilmiah
Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo
Maman S. Mahayana
Mantan Pastur Hafidz Al-Qur'an
Maqhia Nisima
Mardi Luhung
Margita Widiyatmaka
Marhalim Zaini
Maria Magdalena Bhoernomo
Marjohan
Marsel Robot
Martin Aleida
Martin Hatch
Marwan Ja'far
Marwita Oktaviana
Marzuki Mustamar
Mashuri
Masjid Tegalsari di Pesantren Gerbang Tinatar
Masuki M. Astro
Matroni el-Moezany
Matroni Muserang
Max Arifin
Maya Handhini
Mbah Kalbakal
Medco
Media Jawa Timur
Medri Osno
Mega Vristian
Mei Anjar Wintolo
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Memoar
Memoar Purnama di Kampung Halaman
Menggalang Dana Amal
Mentari Meida
Mh Zaelani Tammaka
Michael Gunadi Widjaja
Mien Uno (Ibunda Sandiaga Uno)
Misbahul Huda
Misbahus Surur
Moch. Faisol
Mochammad A. Tomtom
Moh Samsul Arifin
Moh. Ghufron Cholid
Mohamad Ali Hisyam
Mohammad Afifi
Mohammad Rafi Azzamy
Mts Putra-Putri Simo-Sungelebak
Muh Muhlisin
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Ghannoe
Muhammad Ghufron
Muhammad Hidayat
Muhammad Marzuki
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad N. Hassan
Muhammad Rain
Muhammad Taufik
Muhammad Yasir
Muhammad Zia Ulhaq
Muhammadun A.S.
Muhibin AM
Muhidin M Dahlan
Mujtahid
Mujtahidin Billah
Mukafi Niam
Mukhsin Amar
Mukti Sutarman Espe
Mulyadi SA
Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur
Mun'im Sirry
Muntamah Cendani
Museum Bikon Blewut Ledalero
Musfarayani
Musfi Efrizal
Musyayana
Mutia Sukma
N. Syamsuddin CH. Haesy
Nabi Adam
Nanang Fahrudin
Nandang Darana
Naskah Monolog
Naskah Teater
Nasru Alam Aziz
Nelson Alwi
Ni Luh Made Pertiwi F
Nindya Herdianti
Ninin Nurzalina Wati
Nitis Sahpeni
Nono Anwar Makarim
Noor H. Dee
Noorsam
Noval Jubbek
Novel Pekik
Novianti Setuningsih
Nu’man ‘Zeus’ Anggara
Nur Hamzah
Nur Haryanto
Nurani Soyomukti
Nurel Javissyarqi
Nuruddin Al Indunissy
Nurul Aini
Nurul Anam
Nurul Komariyah
Nuryana Asmaudi SA
Nuswantoro
Nyimas
Nyoman Tingkat
Obrolan
Oktamandjaya Wiguna
Oky Sanjaya
Opini
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Oyos Saroso H.N.
Padepokan Lemah Putih Surakarta
Pagelaran Musim Tandur
Pameran Seni Rupa
Panda MT Siallagan
Pawang Surya Kencana
PDS H.B. Jassin
Pekan Literasi Lamongan
Pelukis Dahlan Kong
Pelukis Jumartono
Pelukis Saron
Pelukis Senior Tarmuzie
Pendidikan
Penerbit SastraSewu
Penerbitan dan Toko Buku PUstaka puJAngga Lamongan
Pengajian
Pengetahuan
Perang
Peringatan Hari Pahlawan 10 November
Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW
Pesantren An Nawawi Tanara (Penata)
Pesantren Kampung Inggris
Peserta TEMU SASTRA JAWA TIMUR 2011
Petrik Matanasi
Pilang Tejoasri Laren Lamongan
Pilang Tejoasri Laren Lamongan Jawa Timur
Pilkada
Piramid Giza
Politik
Pondok Pesantren Al-Madienah
Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan
Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang
Pradana Boy ZTF
Pradaningrum Mijarto
Pramoedya Ananta Toer
Prih Prawesti Febriani
Pringadi AS
Prof Dr Achmad Zahro
Prof Dr Aminuddin Kasdi
Profil MA Matholi'ul Anwar
Prosa
Puisi
Puisi Menolak Korupsi
Puisi Menolak Korupsi (PMK)
Puji Hartanto
Puji Santosa
Puput Amiranti N
Purwanto
Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin
Puspita Rose
Pustaka Ilalang
PUstaka puJAngga
Putri Utami
Putu Satria Kusuma
Putu Setia
Putu Wijaya
R. Sugiarti
R. Timur Budi Raja
R.Ng. Ronggowarsito
Rabdul Rohim
Radhar Panca Dahana
Raedu Basha
Rahmat Sazaly
Rahmat Sularso Nh
Raihul Fadjri
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ramadhan Batubara
Rambuana
Raudal Tanjung Banua
Raudlotul Immaroh
Redland Movie
Rengga AP
Reni Lismawati
Resensi
Restoe Prawironegoro Ibrahim
Riadi Ngasiran
Rian Sindu
Ribut Wijoto
Rieke Diah Pitaloka
Riki Dhamparan Putra
Rinto Andriono
Rizka Halida
Rizky Putri Pratimi
Robin Al Kautsar
Rocky Gerung
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rohmad Hadiwijoyo
Rohmah Maulidia
Rohman Abdullah
Rojiful Mamduh
Rosdiansyah
Rosi
Rosidi
Roso Titi Sarkoro
Rumah Budaya Pantura (RBP)
Rumah Budaya Pantura Lamongan
Rumah Literasi
Rx King Motor
S Yoga
S. Jai
S.I. Poeradisastra
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Saiful Amin Ghofur
Saifur Rohman
Sajak
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sandiaga Uno
Sanggar Pasir
Sanggar Pasir Art and Culture
Santi Puji Rahayu
Sapardi Djoko Damono
Sardono W Kusumo
Sartika Sari
Sarworo Sp
Sastra Facebook
Satmoko Budi Santoso
Satrio Lintang
Satyagraha Hoerip
Saut Situmorang
Savidapius
Sayuri Yosiana
Sayyid Fahmi Alathas
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis
SelaSAstra Boenga Ketjil
SelaSAstra Boenga Ketjil #23
SelaSAstra Boenga Ketjil #24
Seni Ambeng Ponorogo
Senirupa
Seno Joko Suyono
Septi Sutrisna
Sergi Sutanto
Setia Naka Andrian
Shiny.ane el’poesya
Shofiyatuz Zahroh
Shohebul Umam JR
Sholihul Huda
Sidik Nugroho
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Silfia Hanani
Sindu Putra
Sita Planasari Aquadini
Siti Muyassarotul Hafidzoh
Siti Sa’adah
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Slamet Hadi Purnomo
Soediro Satoto
Soegiharto
Soeprijadi Tomodihardjo
Soetanto Soepiadhy
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sony Wibisono
Sosiawan Leak
Sreismitha Wungkul
Sri Igustin
Sri Mulyani
Sri Wintala Achmad
Sriyanto Danoesiswoyo
Stefanus P. Elu
Stevani Elisabeth
STKIP PGRI Ponorogo
Student Center Kampus ISI Yogyakarta
Subagio Sastrowardoyo
Suci Ayu Latifah
Sudarmoko
Sugeng Ariyadi
Sukitman
Sumenep
Sumiati Anastasia
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sungelebak
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Sunudyantoro
Supriyadi
Suripto SH
Surya Lesmana
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutan Takdir Alisjahbana
Sutardi
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suwardi Endraswara
Suyadi San
Syafrizal Sahrun
Syaifuddin Gani
Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili
Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari
Syamsul Arifin
Syamsul Rizal
Syi'ir
Syifa Amori
Syifa Aulia
T.A. Sakti
Tajuddin Noor Ganie
Tamrin Bey dan Robin Al Kautsar
TanahmeraH ArtSpace
Tarpin A. Nasri
Taufik Rachman
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teater
Teater Air
Teater Bias
Teater Biru
Teater Cepak
Teater Dua
Teater Kanjeng
Teater Lingkar Merah Putih
Teater Mikro
Teater nDrinDinG
Teater Nusa
Teater Padi
Teater Roda UNISDA Lamongan
Teater Sakalintang
Teater Tali Mama
Teater Taman
Teater Tawon
Teater Tewol
Teguh LR
Temu Karya Teater Jawa Timur XXI
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Teori Darwin
Teori Fisika Hawking
Tgk Abdullah Lam U
Tharie Rietha
The Ibrahim Hosen Institute
Theresia Purbandini
Thomas Koten
Tien Rostini
Timur Arif Riyadi
Tjahjono Widarmanto
Tjut Zakiyah Anshari
Toeti Adhitama
Tosa Poetra
Tri Andhi S
Triyanto triwikromo
Tu-ngang Iskandar
Tulus S
Tutut Herlina
Ucu Agustin
Udo Z. Karzi
Ulil Abshar-Abdalla
Umar Fauzi
Uniawati
Unieq Awien
Universitas Jember
Usman Arrumy
Ustadz Bangun Samudra
Uwell's King Shop
Uwell's Setiawan
Vassilisa Agata
Veven Sp. Wardhana
Viddy AD Daery
Video
Vino Warsono
Virdika Rizky Utama
Vita Devi Ajeng Pratiwi
W. Haryanto
W.S. Rendra
Wakos R. Gautama
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Welly Suryandoko
William Shakespeare
Wisnu Kisawa
Wiwik Widiyati
Wong Wing King
Wuri Kartiasih
Y. Wibowo
Yayasan Thoriqotul Hidayah 1
Yayat R. Cipasang
Yesi Devisa
Yesi Devisa Putri
Yohanes Sehandi
Yona Primadesi
Yonathan Rahardjo
Yudhi Herwibowo
Yudi Latif
Yulianto
Yuliawati
Yunanto Sutyastomo
Yunus Supriyanto
Yurnaldi
Yushifull Ilmy
Yusri Fajar
Yusuf AN
Yusuf Suharto
Yusuf Wibisono
Yuval Noah Harari
Yuyuk Sugarman
Z. Mustopa
Zaim Rofiqi
Zainal Arifin Thoha
Zarra Martsella
Zawawi Se
Zed Abidien
Zehan Zareez
Zen Hae
Zii
Zuhdi Swt
Tidak ada komentar:
Posting Komentar