Pelukis: Andry Deblenk
Tahun: 2012
Judul: Reyog Legend 2
Ukuran: 120 x 90 cm
Media: Mix Media on Canvas
Harga: Rp. 5.000.000,-
No Kontak: 085 259 741 751
Dalam versi Ki Ageng Kutu (Suryo Alam) yang disebutkan di buku "Pedoman Dasar Kesenian Reyog Ponorogo Dalam Pentas Budaya Bangsa," terbitkan 1 Agustus 1993, menyatakan reyog Ponorogo yang semula disebut Barongan, merupakan sindiran dari Demang Ki Ageng Kutu Suryongalam terhadap Prabu Brawijaya V sebagai pemimpin Majapahit kala itu, yang belum melaksanakan tugas kerajaan secara tertib, adil dan mamadai karena dipengaruhi permaisurinya. Berawal sedari kisah ini, mula reyog Ponorogo dalam wujud seperangkat dadak merak dan jathilan sebagai manifestasi sindiran kepada Raja Majapahit. Ki Ageng Kutu (yang merupakan eks panglima perang Kerajaan Majapahit) menciptakan beberapa karakter. Pertama, karakter harimau ditumpangi burung merak di kepalanya, merupakan simbol kesombongan Raja Majapahit yang selalu mudah dipengaruhi Permaisuri dalam menggerakkan roda Pemerintahan. Adapula yang berpaham kalau burung Merak ialah wujud kelompok orang Cina yang mempengaruhi kebijakan Raja. Karakter kedua penari jatilan, diperankan lelaki lemah lembut layaknya perempuan, segambaran para prajurit Majapahit yang sifat tangguh serta kestarianya mulai meluntur. Ketiga, warok yang mewujudkan Ki Ageng Kutu itu sendiri.
Tahun: 2012
Judul: Reyog Legend 2
Ukuran: 120 x 90 cm
Media: Mix Media on Canvas
Harga: Rp. 5.000.000,-
No Kontak: 085 259 741 751
Dalam versi Ki Ageng Kutu (Suryo Alam) yang disebutkan di buku "Pedoman Dasar Kesenian Reyog Ponorogo Dalam Pentas Budaya Bangsa," terbitkan 1 Agustus 1993, menyatakan reyog Ponorogo yang semula disebut Barongan, merupakan sindiran dari Demang Ki Ageng Kutu Suryongalam terhadap Prabu Brawijaya V sebagai pemimpin Majapahit kala itu, yang belum melaksanakan tugas kerajaan secara tertib, adil dan mamadai karena dipengaruhi permaisurinya. Berawal sedari kisah ini, mula reyog Ponorogo dalam wujud seperangkat dadak merak dan jathilan sebagai manifestasi sindiran kepada Raja Majapahit. Ki Ageng Kutu (yang merupakan eks panglima perang Kerajaan Majapahit) menciptakan beberapa karakter. Pertama, karakter harimau ditumpangi burung merak di kepalanya, merupakan simbol kesombongan Raja Majapahit yang selalu mudah dipengaruhi Permaisuri dalam menggerakkan roda Pemerintahan. Adapula yang berpaham kalau burung Merak ialah wujud kelompok orang Cina yang mempengaruhi kebijakan Raja. Karakter kedua penari jatilan, diperankan lelaki lemah lembut layaknya perempuan, segambaran para prajurit Majapahit yang sifat tangguh serta kestarianya mulai meluntur. Ketiga, warok yang mewujudkan Ki Ageng Kutu itu sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar