Selasa, 04 Januari 2011

Seni-Budaya di Antara Sejumlah Momen

Ahid Hidayat
http://kendaripos.co.id/

DUA bulan belakangan ini adalah bulan yang penuh momen bagi masyarakat Indonesia, terkhusus masyarakat Sulawesi Tenggara. Di bulan April, selain peringatan Hari Kartini 21 April yang secara resmi setiap tahun diperingati kaum hawa seantero Nusantara, seminggu kemudian adalah hari kematian Chairil Anwar 28 April yang biasa dikenang dengan beragam kegiatan sastra. Satu hari sebelum peringatan meninggalnya Chairil Anwar, masyarakat Sulawesi Tenggara merayakan hari jadi Provinsi ini – tahun ini menginjak usia ke-44.


Kemudian kita memulai hari baru di bulan Mei dengan peringatan Hari Pendidikan Nasional setiap 2 Mei. Bagi masyarakat Konawe Selatan, hari besar nasional ini menjadi kian terasa kebesarannya karena tepat di hari itu, Konawe Selatan resmi berdiri sebagai sebuah kabupaten baru, lepas mandiri dari Kabupaten Konawe sebagai kabupaten induknya. Seminggu kemudian, Kota Kendari merayakan hari jadinya yang ke-176. Tanggal 20 Mei tahun ini tepat pula 100 tahun kebangkitan nasional dan sehari kemudian, jika detik mundurnya Soeharto dianggap sebagai tonggak reformasi, maka tanggal 21 Mei tahun ini reformasi genap sepuluh tahun.

Sejumlah momen itu sejatinya membawa kita kepada momen-momen permenungan tentang berbagai hal-ihwal kehidupan pada umumnya, serta hal-hal yang secara langsung berkaitan dengan momen itu pada khususnya. Pada momen peringatan Hari Kartini, kita bisa bertanya, misalnya, “Seberapa majukah perempuan bangsa kita, setelah Kartini memperjuangkannya lebih dari seratus tahun lalu?” Dalam konteks kelokalan, kita bisa membatasi cakupan pertanyaan tadi dengan mengajukan pertanyaan, “Seberapa majukah perempuan Sulawesi Tenggara saat ini?” Pada momen mengenang Chairil Anwar, pertanyaan yang muncul adalah, seberapa majukah dunia sastra Sulawesi Tenggara?

Demikian pula pada momen-momen lainnya. Setelah 44 tahun berdiri sebagai sebuah provinsi, sudahkah masyarakat Sulawesi Tenggara menjadi masyarakat sejahtera? Setelah 176 tahun berdiri, prestasi apakah yang patut dibanggakan oleh masyarakat Kota Kendari? Setelah 100 tahun lalu para pemuda bangsa kita berbuat untuk bangsa, kini kita sepatutnya merenungi tentang apa yang sudah dan harus kita lakukan dalam memelihara sebuah bangsa besar agar senantiasa “bangun(lah) jiwanya, bangun(lah) badannya” sebagaimana lirik lagu kebangsaan kita yang selalu dikumandangkan pada setiap upacara.

Membangun Jiwa Bangsa

Seni-budaya dapat dikatakan sebagai jiwa sebuah bangsa. Bangsa-bangsa yang kemudian kita kenal sebagai bangsa besar adalah bangsa-bangsa yang “besar” pula seni-budayanya. Kita sampai sekarang masih bisa mengenang kebesaran bangsa Yunani, sekadar satu contoh saja, karena bangsa itu memang menunjukkan jejak-jejak seni-budaya yang mengagumkan. Dari sanalah, antara lain, pemikiran filsafat dan seni budaya berkembang, termasuk pula olahraga.

Dalam konteks membangun jiwa bangsa inilah, maka sejumlah momen yang disebut di awal tulisan ini semestinya tidak berhenti sebagai sekadar upacara seremonial belaka. Diperlukan kesadaran dan kerja sungguh-sungguh dan tanpa pamrih dari berbagai elemen masyarakat, baik pemerintah, kalangan legislatif, para seniman, jajaran pers, serta masyarakat luas untuk bersama-sama memajukan seni-budaya di Sulawesi Tenggara.

Ada banyak alasan mengapa kita di Sulawesi Tenggara, lebih-lebih di Kendari sebagai ibukota provinsi ini, pada momen besar 100 tahun kebangkitan nasional dan momen-momen lainnya yang tak kurang besar pula, mesti bersama-sama secara nyata memberikan perhatian besar kepada pembangunan jiwa bangsa yakni seni-budaya. Alasan paling utama adalah, seni-budaya masih diposisikan sebagai “anak tiri”, kalau bukan “anak haram” pembangunan.

Faktanya, kita akui, dalam sepuluh tahun terakhir ini, pembangunan fisik Kota Kendari, sebagai wajah Sulawesi Tenggara, menunjukkan kemajuan amat pesat. Jalan-jalan membentang, menggelindingkan roda perekonomian warga. Pusat-pusat perdagangan dan ruko-ruko menjamur di sepanjang jalan kota ini. Kafe-kafe dan panti-panti pijat menawarkan hiburan di berbagai tempat. Stadion dan lapangan berbagai cabang olahraga juga sudah ada dengan fasilitas yang cukup lengkap pula. Namun, hingga saat ini provinsi yang terdiri atas beragam kelompok etnik yang memiliki khazanah budaya yang kaya ini belum juga memiliki gedung kesenian yang dengan jadwal tetap menyelenggarakan kegiatan-kegiatan untuk menyalurkan kreativitas seni-budaya! Kesenian dan acara-acara budaya, walau dari satu sisi yaa… patut juga disyukuri, masih dilaksanakan sebatas “dalam rangka”.

Ini jauh berbeda dengan program pembinaan dan pengembangan bidang olahraga. Perhatian pemerintah terhadap bidang yang satu ini bukan main seriusnya, dengan dukunan dana yang tidak main-main pula. Lihatlah bagaimana penyelenggaraan Porda terakhir yang berlangsung di ibukota Kabupaten Muna itu. Berapa besar digelontorkan untuk membangun sejumlah fasilitas olahraga itu? Pasti bukan jumlah yang sedikit. Belum lagi Pekan Olahraga Nasional, dan lain-lain.

Perhatian besar terhadap olahraga tentu tidak lepas dari bagusnya manajemen organisasi dan pengelolaan kegiatan olahraga oleh induk-induk organisasi setiap cabang olahraga. Namun, kenyataan bahwa bidang seni-budaya belum mendapat perhatian sebesar perhatian pemerintah terhadap olahraga ini menyisakan sebuah ironi, karena baik di tingkat provinsi maupun di kabupaten/kota, setidaknya ada satu badan atau dinas yang secara struktural mempunyai tugas dan kewajiban menyelenggarakan program pembinaan dan pengembangan seni-budaya.

Kalangan penggiat dan para birokrat di bidang seni-budaya, karena itu, semestinya mau becermin pada manajemen pembinaan olahraga yang cukup bagus itu. Komitmen pada kerja serta kerja sama menjadi kata kunci yang membuat olahraga dapat merebut perhatian berbagai pihak. Olahraga dikelola demi dan semata-mata demi kemajuan olahraga, bukan demi kepentingan yang lain-lain. Komitmen itulah yang membuat kalangan olahragawan bisa membuka diri bagi siapa pun yang punya niat dan kepedulian untuk memajukan olahraga. Sportivitas, sebuah prinsip dalam olah raga, dipegang teguh para pengelola program bidang keolahragaan. Sebagai contoh, siapa pun yang memimpin Koni tidak menjadi soal, sebab kalangan olahragawan percaya bahwa orang itu (akan) punya komitmen memajukan olah raga – sebuah hal yang kadang menjadi persoalan dalam dunia kesenian. Penataan ulang Dewan Kesenian Sulawesi Tenggara, yang di masa pemerintahan Ali Mazi agak kurang terdengar kiprahnya, sudah semestinya dilakukan.

Kreativitas Perlu Dukungan

Pada rubrik ini awal Februari lalu, penyair Syaifuddin Gani menulis “dunia mengakui bahwa Sulawesi Tenggara memiliki khazanah besar (sastra khususnya dan seni-budaya umumnya, yang) bernilai lokal dan universal”. Gani mencontohkan, betapa kesusastraan Buton, sastra lisan Tolaki, Muna, dan Moronene (sekadar menyebut beberapa nama) adalah aset besar seni-budaya Sulawesi Tenggara. Mengapa masyarakat dari berbagai kelompok etnik di masa lalu mampu melahirkan kreativitas tinggi di dunia seni-budaya? Tentu, antara lain, karena aktivitas seni-budaya mendapat perhatian besar baik dari masyarakat maupun pemerintah. Bagaimana tradisi pernaskahan Buton tidak maju kalau salah seorang sultannya adalah pujangga yang melahirkan ribuan larik kabhanti.

Membangun kesejahteraan masyarakat, yang menjadi program Gubernur Sulawesi Tenggara dalam lima tahun ke depan, tentunya tidak akan lengkap terwujud jika pembangunan kreativitas seni-budaya masyarakat tidak tercakup di dalamnya. Karena itu, bila selama ini Gubernur (yang menduduki kursi ketua Koni Provinsi telah banyak memberikan perhatian terhadap dunia olahraga di daerah ini sehingga bidang itu mampu membawa nama harum Sulawesi Tenggara di tingkat nasional (bahkan internasional), maka sudah saatnya Gubernur pun memberikan perhatian yang sama terhadap pengembangan kreativitas seni budaya Sulawesi Tenggara.

Tentang kreativitas seni-budaya Sulawesi Tenggara, tak perlu lagi dikatakan bahwa potensi di bidang ini amat menjanjikan. Tanpa perhatian yang selayaknya saja, masyarakat seni-budaya di Sulawesi Tenggara telah mampu bicara pada daerah lain bahwa seni-budaya di Sulawesi Tenggara tidak terlalu ketinggalan dari daerah lain. Beberapa buku karya penyair, cerpenis dan novelis Sulawesi Tenggara telah terbit, baik dalam jumlah terbatas seperti antologi puisi Syaifuddin Gani maupun dalam tiras besar seperti novel Krisni Dinamita dan dua kumpulan cerpen Muhammad Syahrial Ashaf. Teater Anawula Menggaa pernah diundang ke acara Hari Anak Nasional dan menjuarai Festival Teater Pelajar tingkat Nasional di Semarang. Beberapa grup musik muncul dan segera menarik perhatian khalayak.

Kreativitas masyarakat di bidang seni-budaya itu membutuhkan perhatian dan dukungan kita secara sungguh-sungguh. Tentu tidak perlu dikemukakan lagi bagaimana bentuk perhatian dan dukungan yang sungguh-sungguh itu. Sekadar contoh, lihatlah bagaimana pemerintah (pusat) menyelenggarakan acara peringatan 100 Tahun Kebangkitan Nasional di Gelora Bung Karno yang memberikan kepercayaan untuk menampilkan kreativitas seni (tari, musik, dll.) kepada para seniman Indonesia sendiri! Sementara itu, dua tahun lalu, agar pembukaan MTQ di Sulawesi Tenggara tampil gemerlap, pemerintah provinsi ini tampaknya belum percaya sepenuhnya kepada seniman-seniman di daerah ini, dengan mendatangkan koreografer dari pusat (Jakarta) sana!

Perhatian dan dukungan serius pemda bisa mengantarkan sebuah rombongan pantun dari daerah ini meraih prestasi gemilang. Seperti ditulis Syaifuddin Gani, “Dunia tercengang ketika utusan Sulawesi Tenggara yang diwakili Kabupaten Wakatobi memainkan kabhanti dilengkapi instrumen gambus di Gedung Kesenian Jakarta, tahun silam. Penonton terpesona ketika mendengar puisi kabhanti dilantunkan yang memiliki kekuatan estetik dan puitik yang agung”. Bukan tidak mungkin pada suatu acara nasional di Jakarta, ikon Sulawesi bukan lagi diwakili oleh lagu “Angin Mamiri” atau poco-poco, tetapi oleh nyanyian dari sini dan tarian Lulo misalnya. Bila kita bersungguh-sungguh memajukan seni budaya kita, tentunya.

Saya sendiri memimpikan bahwa pada ulang tahun kesekian, Provinsi Sulawesi Tenggara atau Kota Kendari memiliki gedung kesenian yang ramai dengan berbagai pertunjukan dan diskusi seni, ada galeri lukisan yang menjadi pusat pertumbuhan seni rupa, terbitnya karya-karya sastra dan budaya yang setara dengan karya dari daerah lain, serta para pejabat dan masyarakat terdidik yang melek seni-budaya. Jejak langkah progresif Gubernur Ali Sadikin dalam membangun prasarana dan mengembangkan kehidupan seni budaya di Jakarta pada tahun 1960-an sungguh layak ditiru. Bukankah dulu di masa pemerintahan masih terpusat, salah satu alasan daerah-daerah meminta otonomi adalah, “agar kebudayaan daerah mendapat perhatian lebih layak”?

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Alexander A. Anzieb A. Aziz Masyhuri A. Dahana A. Khoirul Anam A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.C. Andre Tanama A.J. Susmana A.S. Laksana A’an Jindan AS Abd. Mun’im Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kirno Tanda Abdul Lathif Abdul Malik Abdul Rauf Singkil Abdul Walid Abdurrahman Wachid Abdurrahman Wahid Abid Rohmanu Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adek Alwi Adhi Pandoyo Adhitia Armitrianto Adhy Rical Adi Faridh Adian Husaini Adin Aditya Ardi N Adreas Anggit W. Adrizas Adu Pesona Sang Wakil Presiden RI AF. Tuasikal Afri Meldam Afrizal Malna AG. Alif Agama Agama Para Bajingan Agit Yogi Subandi Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Rakasiwi Agus Sulton Agus Wibowo Agus Wirawan Aguslia Hidayah AH J Khuzaini Ah. Atok Illah Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Anshori Ahmad Damanik Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Gaus Ahmad Hasan MS Ahmad Jauhari Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Naufel Ahmad S. Zahari Ahmad Syafii Maarif Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ainul Fiah Akbar Ananda Speedgo Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhmad Siddiq Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Akmal Nasery Basral Aksin Wijaya Al-Fairish Al-Ma'ruf I Al-Ma'ruf II Alang Khoiruddin Albert Camus Ali Mahmudi Ch Alia Swastika Alvi Puspita Alvin Amien Wangsitalaja Aminah Aming Aminoedhin Ana Mustamin Anam Rahus Anas AG Andhi Setyo Wibowo Andi Gunawan Andry Deblenk Angela Anggie Melianna Anindita S. Thayf Anis Ceha Anitya Wahdini Anjrah Lelono Broto Antologi Sastra Lamongan Anugerah Ronggowarsito Anwar Nuris Aprillia Ika Arida Fadrus Aridus Arie MP Tamba Arie Yani Arief Junianto Ariel Heryanto Ariera Arif Bagus Prasetyo Aris Kurniawan Armawati Arswendo Atmowiloto Art Sabukjanur Arti Bumi Intaran Arwan Aryo Wisanggeni Aryo Wisanggeni Gentong AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Ashadi Ik Asrama Mahasiswa Aceh Sabena Asro Kamal Rokan Astrid Reza Asvi Warman Adam Atafras Atok Witono Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Azwar Nazir Baca Puisi Badrus Siroj Bahrul Ulum A. Malik Balada Bambang kempling Bambang Riyanto Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bastian Zulyeno Beni Setia Benni Setiawan Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Koran Berita Utama Bernando J. Sujibto Bernarda Rurit Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Biografi Bre Redana Brunel University Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Jay Utomo Budi P. Hatees Budi Palopo Budi Setyarso Budi Sp. Indrajati Budiman S. Hartoyo Budiman Sudjatmiko Buku Kritik Sastra Buldanul Khuri Candrakirana Cangaan Ujungpangkah Gresik Jawa Timur Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cawapres Jokowi Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chavchay Syaifullah Choirul Rikzqa Christian Heru Cahyo Saputro Cover Buku D. Dudu AR D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dadang Widjanarko Damiri Mahmud Dani Fuadhillah Daniel Paranamesa Darju Prasetya Dati Wahyuni Dawet Jabung Ponorogo Dedykalee Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Desa Glogok Karanggeneng Lamongan Deshinta Arofah Dewi Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan Dewi Anggraeni Dian Sukarno Diana A.V. Sasa Didik Kusbiantoro Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diskusi buku Djadjat Sudradjat Djasepudin Djoko Pitono Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Djulianto Susantio Dody Kristianto Dody Yan Masfa Dorothea Rosa Herliany Dr Andi Irawan Dr Siti Muti’ah Setiawati Dr. Hilma Rosyida Ahmad Drs H Choirul Anam Drs. Solihin Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwidjo Maksum Dyah Ayu Fitriana Eddi Koben Edeng Syamsul Ma’arif Edy Apriyanto Sudiyono Edy Firmansyah Edy Susanto Efri Ritonga EH Ismail Eidi Krina Jason Sembiring Eka Budianta Eko Hartono Eko Hendrawan Sofyan Eko Hendri Saiful El Sahra Mahendra Elita Sitorini Elly Trisnawati Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Em. Syuhada' Emha Ainun Nadjib Encep Abdullah Eni Sulistiyawati Eny Rose Esai Ester Lince Napitupulu Etik Widya Evan Ys F Rahardi Fahrudin Nasrulloh Fahrur Rozi Fajar Alayubi Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fathan Mubarak Fathul Qodir Fathul Qorib Felix K. Nesi Festival Gugur Gunung Festival Seni Surabaya 2011 Festival Teater Religi Pelajar SLTA Se-kabupaten Lamongan Fikri. MS Fiqih Arfani Firman Daeva Forum Lingkar Pena Lamongan Forum Penulis dan Penggiat Literasi Lamongan (FP2L) Forum Santri Nasional Forum Santri Nasional (FSN) Free Hearty Galuh Tulus Utama Gandis Uka Ganug Nugroho Adi Gedung Sabudga UNISDA Lamongan Gendut Riyanto Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gesit Ariyanto Gita Pratama Glenn Fredly Goenawan Mohamad Golput Gombloh Gombloh (1948 – 1988) Grathia Pitaloka Gugun el-Guyanie Gunoto Saparie Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Dur H.B. Jassin Hadi Napster Hafis Azhari Halim HD Halimi Zuhdy Hamid Dabashi Han Gagas Hardi Hamzah Hari Prasetyo Haris Del Hakim Haris Saputra Hary B Kori’un Hasan Basri Marwah Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasyim Asy’ari Hendro Situmorang Henri Nurcahyo Henry H Loupias Hera Khaerani Heri CS Heri Kris Heri Latief Heri Listianto Herman RN Hernadi Tanzil Herry Lamongan Heru Kuntoyo Heru Kurniawan Hikmat Darmawan Holy Adib Hudan Hidayat Hujuala Rika Ayu Humaidi Humam S Chudori I Made Asdhiana I Nyoman Suaka I. B. Putera Manuaba IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ichwan Prasetyo Ida Fitri Ignas Kleden Ilham Safutra Ilham Wancoko Imam Munadjat Imam Nawawi Imam Zanatul Huaeri Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Iman Herdiana Imron Arlado Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indigo Art Space Madiun Indra Tjahyadi Indrian Koto Ingki Rinaldi Iqmal Tahir Is Faridatul Arifah Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Zulkarnain Isra’ Mi’raj Iswadi Pratama Iswara N Raditya Iva Titin Shovia Iwan Awaluddin Yusuf Iwan Gunadi J. Sumardianta Jamrin Abubakar Jansen Sinamo Janu Jolang Janual Aidi Javed Paul Syatha Jayaning S.A Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jemie Simatupang Jenny Ang Jiero Cafe Jihan Fauziah JJ. Kusni Jl Simo Jo Batara Surya Jodhi Yudono Joko Budhiarto Joko Sadewo Joko Sandur Joko Widodo Jones Gultom Joni Ariadinata Joresan Mlarak Ponorogo Joseph E. Stiglitz Jual Buku Paket Hemat Junus Satrio Jurnalisme Sastra K. Hirzuddin Hasbullah K.H. Anwar Manshur K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma’ruf Amin K.H. Masrikhan Asy'ari K.H. Mudzakir Ma'ruf Kadjie MM Kajian Kitab Nashoihul 'Ibad Kang Daniel Karanggeneng Kartika Foundation Kasanwikrama Kasnadi Katrin Bandel Kedai Kopi Sastra Kekal Hamdani Kemah Budaya Panturan (KBP) Kesenian KH. M. Najib Muhammad KH. Ma'ruf Amin Khairul Mufid Jr Khawas Auskarni Khoirul Anwar Khoirul Inayah Khoirul Naim Khoirul Rosyadi Ki Ompong Sudarsono Kitab Arbain Nawawi Kitab Puisi Suluk Berahi karya Gampang Prawoto Ko Hyeong Ryeol Koh Young Hun Koko Sudarsono Komaruddin Hidayat Kompas TV Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sastra Teater Lamongan (KOSTELA) Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Kopi Bubuk Mbok Djum Kopuisi Korban Gempa di Lombok Kospela KPRI IKMAL Lamongan Kris Razianto Mada Kritik Sastra Kurnia Sari Aziza Kurniawan Kusni Kasdut Kuswaidi Syafi’ie Kuswinarto Lagu Laili Rahmawati Laksmi Sitoresmi Lamongan Lan Fang Larung Sastra Lathifa Akmaliyah Latif Fianto Leila S. Chudori Leo Tolstoy Lina Kelana Listiyono Santoso Liya Izzatul Iffah Liza Wahyuninto Lucky Aditya Ramadhan Ludruk Jawa Timur Lukisan Lukman Alm Lukman Santoso Az Luqman Almishr Lustantini Septiningsih Lutfi S. Mendut Lynglieastrid Isabellita M Ismail M Zainuddin M. Afif Hasbullah M. Faizi M. Iqbal Dawami M. Irfan Hidayatullah M. Latief M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Lutfi M. Mushthafa M. Riza Fahlevi M. Yoesoef M.D. Atmaja M’Shoe Madrasah Ibtida’iyah Thoriqotul Hidayah 1 Maghfur Munif Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahmud Syaltut Usfa Mahwi Air Tawar Majelis Ulama Indonesia Makalah Tinjauan Ilmiah Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Mantan Pastur Hafidz Al-Qur'an Maqhia Nisima Mardi Luhung Margita Widiyatmaka Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Marjohan Marsel Robot Martin Aleida Martin Hatch Marwan Ja'far Marwita Oktaviana Marzuki Mustamar Mashuri Masjid Tegalsari di Pesantren Gerbang Tinatar Masuki M. Astro Matroni el-Moezany Matroni Muserang Max Arifin Maya Handhini Mbah Kalbakal Medco Media Jawa Timur Medri Osno Mega Vristian Mei Anjar Wintolo Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Memoar Purnama di Kampung Halaman Menggalang Dana Amal Mentari Meida Mh Zaelani Tammaka Michael Gunadi Widjaja Mien Uno (Ibunda Sandiaga Uno) Misbahul Huda Misbahus Surur Moch. Faisol Mochammad A. Tomtom Moh Samsul Arifin Moh. Ghufron Cholid Mohamad Ali Hisyam Mohammad Afifi Mohammad Rafi Azzamy Mts Putra-Putri Simo-Sungelebak Muh Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ghannoe Muhammad Ghufron Muhammad Hidayat Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad N. Hassan Muhammad Rain Muhammad Taufik Muhammad Yasir Muhammad Zia Ulhaq Muhammadun A.S. Muhibin AM Muhidin M Dahlan Mujtahid Mujtahidin Billah Mukafi Niam Mukhsin Amar Mukti Sutarman Espe Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Mun'im Sirry Muntamah Cendani Museum Bikon Blewut Ledalero Musfarayani Musfi Efrizal Musyayana Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Nabi Adam Nanang Fahrudin Nandang Darana Naskah Monolog Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Ni Luh Made Pertiwi F Nindya Herdianti Ninin Nurzalina Wati Nitis Sahpeni Nono Anwar Makarim Noor H. Dee Noorsam Noval Jubbek Novel Pekik Novianti Setuningsih Nu’man ‘Zeus’ Anggara Nur Hamzah Nur Haryanto Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nuruddin Al Indunissy Nurul Aini Nurul Anam Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nuswantoro Nyimas Nyoman Tingkat Obrolan Oktamandjaya Wiguna Oky Sanjaya Opini Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Oyos Saroso H.N. Padepokan Lemah Putih Surakarta Pagelaran Musim Tandur Pameran Seni Rupa Panda MT Siallagan Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Pekan Literasi Lamongan Pelukis Dahlan Kong Pelukis Jumartono Pelukis Saron Pelukis Senior Tarmuzie Pendidikan Penerbit SastraSewu Penerbitan dan Toko Buku PUstaka puJAngga Lamongan Pengajian Pengetahuan Perang Peringatan Hari Pahlawan 10 November Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW Pesantren An Nawawi Tanara (Penata) Pesantren Kampung Inggris Peserta TEMU SASTRA JAWA TIMUR 2011 Petrik Matanasi Pilang Tejoasri Laren Lamongan Pilang Tejoasri Laren Lamongan Jawa Timur Pilkada Piramid Giza Politik Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang Pradana Boy ZTF Pradaningrum Mijarto Pramoedya Ananta Toer Prih Prawesti Febriani Pringadi AS Prof Dr Achmad Zahro Prof Dr Aminuddin Kasdi Profil MA Matholi'ul Anwar Prosa Puisi Puisi Menolak Korupsi Puisi Menolak Korupsi (PMK) Puji Hartanto Puji Santosa Puput Amiranti N Purwanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Puspita Rose Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putri Utami Putu Satria Kusuma Putu Setia Putu Wijaya R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R.Ng. Ronggowarsito Rabdul Rohim Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahmat Sazaly Rahmat Sularso Nh Raihul Fadjri Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Rambuana Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Redland Movie Rengga AP Reni Lismawati Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Riadi Ngasiran Rian Sindu Ribut Wijoto Rieke Diah Pitaloka Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Rizka Halida Rizky Putri Pratimi Robin Al Kautsar Rocky Gerung Rodli TL Rofiqi Hasan Rohmad Hadiwijoyo Rohmah Maulidia Rohman Abdullah Rojiful Mamduh Rosdiansyah Rosi Rosidi Roso Titi Sarkoro Rumah Budaya Pantura (RBP) Rumah Budaya Pantura Lamongan Rumah Literasi Rx King Motor S Yoga S. Jai S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabrank Suparno Saiful Amin Ghofur Saifur Rohman Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sandiaga Uno Sanggar Pasir Sanggar Pasir Art and Culture Santi Puji Rahayu Sapardi Djoko Damono Sardono W Kusumo Sartika Sari Sarworo Sp Sastra Facebook Satmoko Budi Santoso Satrio Lintang Satyagraha Hoerip Saut Situmorang Savidapius Sayuri Yosiana Sayyid Fahmi Alathas Sejarah Sekolah Literasi Gratis SelaSAstra Boenga Ketjil SelaSAstra Boenga Ketjil #23 SelaSAstra Boenga Ketjil #24 Seni Ambeng Ponorogo Senirupa Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Shofiyatuz Zahroh Shohebul Umam JR Sholihul Huda Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Silfia Hanani Sindu Putra Sita Planasari Aquadini Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Hadi Purnomo Soediro Satoto Soegiharto Soeprijadi Tomodihardjo Soetanto Soepiadhy Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sony Wibisono Sosiawan Leak Sreismitha Wungkul Sri Igustin Sri Mulyani Sri Wintala Achmad Sriyanto Danoesiswoyo Stefanus P. Elu Stevani Elisabeth STKIP PGRI Ponorogo Student Center Kampus ISI Yogyakarta Subagio Sastrowardoyo Suci Ayu Latifah Sudarmoko Sugeng Ariyadi Sukitman Sumenep Sumiati Anastasia Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungelebak Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Suripto SH Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suwardi Endraswara Suyadi San Syafrizal Sahrun Syaifuddin Gani Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Syamsul Arifin Syamsul Rizal Syi'ir Syifa Amori Syifa Aulia T.A. Sakti Tajuddin Noor Ganie Tamrin Bey dan Robin Al Kautsar TanahmeraH ArtSpace Tarpin A. Nasri Taufik Rachman Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Teater Air Teater Bias Teater Biru Teater Cepak Teater Dua Teater Kanjeng Teater Lingkar Merah Putih Teater Mikro Teater nDrinDinG Teater Nusa Teater Padi Teater Roda UNISDA Lamongan Teater Sakalintang Teater Tali Mama Teater Taman Teater Tawon Teater Tewol Teguh LR Temu Karya Teater Jawa Timur XXI Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Teori Darwin Teori Fisika Hawking Tgk Abdullah Lam U Tharie Rietha The Ibrahim Hosen Institute Theresia Purbandini Thomas Koten Tien Rostini Timur Arif Riyadi Tjahjono Widarmanto Tjut Zakiyah Anshari Toeti Adhitama Tosa Poetra Tri Andhi S Triyanto triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S Tutut Herlina Ucu Agustin Udo Z. Karzi Ulil Abshar-Abdalla Umar Fauzi Uniawati Unieq Awien Universitas Jember Usman Arrumy Ustadz Bangun Samudra Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Vassilisa Agata Veven Sp. Wardhana Viddy AD Daery Video Vino Warsono Virdika Rizky Utama Vita Devi Ajeng Pratiwi W. Haryanto W.S. Rendra Wakos R. Gautama Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Suryandoko William Shakespeare Wisnu Kisawa Wiwik Widiyati Wong Wing King Wuri Kartiasih Y. Wibowo Yayasan Thoriqotul Hidayah 1 Yayat R. Cipasang Yesi Devisa Yesi Devisa Putri Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yonathan Rahardjo Yudhi Herwibowo Yudi Latif Yulianto Yuliawati Yunanto Sutyastomo Yunus Supriyanto Yurnaldi Yushifull Ilmy Yusri Fajar Yusuf AN Yusuf Suharto Yusuf Wibisono Yuval Noah Harari Yuyuk Sugarman Z. Mustopa Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zarra Martsella Zawawi Se Zed Abidien Zehan Zareez Zen Hae Zii Zuhdi Swt