Susianna
http://www.suarakarya-online.com/
Di daerah Jawa Timur ternyata banyak menyimpan potensi pelukis berbakat. Paling tidak bisa terlihat dalam pameran lukisan Jawa Timur "Bang Wetan" yang diikuti sebanyak 60 pelukis. Itu pun masih banyak lagi pelukis asal Jawa Timur yang tidak ambil bagian di antaranya sudah punya nama. Pameran bertema "spirit for Indonesia" ini berlangsung 6 - 15 Juli 207 di Galeri Cipta Pusat Kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki (PKJ-TM). "Dari segi tema sangat beragam, dari segi ekspresi mereka bisa mengekspresikan gagasan-gagasannya secara murni. Saya anggap ini istimewa dan saya mau membukanya," ujar Kepala Badan Pertanahan (BPN) Joyo Winoto, PhD.
Kurator seni rupa Sri Warso Wahono melihat banyak pameran akhir-akhir ini, karya realisme fotografis menjadi trend. Demikian juga digandrungi oleh pelukis Jawa Timur yang lebih banyak berangkat dari realita, lalu mengembangkan simbol-simbol. seperti kemiskinan yang dibandingkan dengan stuasi perkotaan yang serba glamor "Jadi ada kontraksi-kontraksi yang nyeri, "papar Kepala Bidang Program PKJ - TIM itu.
Ia memberi contoh lukisan "Dialog Dalam Jiiwa" karya Joko Prayogo dengan setting gudang lumbung padi yang menggambarkan seorang petani makan nasi bungkus dengan lauk apa adanya sementara tak jauh dari sana dalam ruang terpisah ada seorang anak lelaki dengan heroisme menancapkan bendera Merah Putih, tetapi anak kecil itu sepertinya tidak punya daya. Potret sekarang memang seperti itu di mana umumnya banyak kecendrungan pelukis menampilkan karya bercerita .
Sri Warso yang ikut menyeleksi karya pelukis Surabaya merasa senang dengan karya pelukis Jawa Timur yang sekarang ini nampak makin bergulir. "Kebangkitan seni lukis Jawa Timur itu mengangetkan", papar pelukis senior itu.
Dulu cendrung ke surealis dan sekarang ini setidaknya untuk kompetisi seni lukis menjadi ramai lagi dengan berbagai aliran. Perlu dicatat pelukis yang hebat itu dari Jawa Timur seperti Amang Rahman, Ivan Sagito, Dwijo, Nurzulis Koto dan Hening Purnamawati.
Menyimak karya pelukis boleh dikatakan pengarapannya bagus, mereka serius dan ingin berkarya semaksimal mungkin. Namun perlu dilihat lima tahun lagi karya pelukis tersebut seperti apa.
Mengamati sederetan nama pelukis, salah satunya Dwijo Sukatmo kelahiran Surabaya 28 Agustus 1952 yang telah mengantongi 10 kali pameran tunggal dan lebih dari 100 kali pameran bersama dalam dan luar. Dwijo menyuguhkan lukisan abstrak "Dinamika Dua Unsur" dalam bentuk lukisan gantung denagn format 2 meter x 1,5 meter. Lukisan dengan warna-warni itu merupakan simbol dua unsur yaitu hitam dan putih. "Ibarat dalam cerita perwayangan, ada dua unsur hitam dan putih. Namun unsur yang putih atau kebaikan itu pasti menang, "papar penerima berbagai penghargaan itu.
Bunga Rampai
Ada sebanyak 65 karya 60 pelukis yang tersebar dari 19 kabupaten di Jawa Timur Pameran ini melalui seleksi bertahap di daerah Jawa Timur yang kemudian diseleksi lagi di Jakarta. "Ini pameran Bang Wetan kedua, yang pertama di Surabaya," ujar Wakil Ketua Panitia Anang Timur yang juga pelukis.
Dari sejumkah nama dengan usia beragam dijumpai seorang pelukis termuda Labiqoh Azron (Labiq). Lahir 11 Agustus 2001 di Malang dengan menampilkan karya imajinasi semi abstrak diberi judul "Tikus" . Pelukis ini cukup "berani" pameran dengan pelukis yang sudah punya banyak "jam terbang" bahkan ada yang berusia hampir 60 tahun. Meskipun masih muda belia usia belum 6 tahun, namun gadis cilik ini pernah pameran tunggal di Batu (2007).
Selain itu tercatat usia muda Dewi Jasmine, kelahiran Malang 26 Maret 1994 dengan menampilkan lukisan "Hutan Kota" menggambarkan pohon-pohon tanpa daun, namun penuh ranting yang pendek-pendek bercabang. Gadis yang baru menginjak usia 13 tahun ini pernah beberapa kali pameran bersama guru - murid di Malang dan Jakarta.
Meskipun pelukis asal Jawa Timur, namun tidak tertarik menggarap panorama lumpur Lapindo di Sidoarjo. Konon, pernah ada pameran di Jakarta yang khusus menyuguhkan tema lumpur Lapindo. Namun ada sebuah lukisan "Salam Bang Wetan" boleh dikatakan berbicara tentang kegetiran lumpur Lapindo. Ada nampak dua telapak tangan dengan jarak agak bejauhan sedang menggapai di tengah air berlumpur.
Menggarap sebuah lukisan memang bebas tak terbatas, boleh jenaka atau sindiran. Bahkan yang irasional sekali pun yang kadang kala membuat penonton harus merenung dan berspekulasi.
Salah satunya lukisan "Bathtub #12" yang menjadi perhatian para pengunjung karena kontradiktif, Lukisan cat minyak karya Isa Anshory ini menggambarkan seorang kakek berendam di kolam bak mandi yang "mewah" tertumpang di atas rakit bambu dengan ketinggi sekitar satu meter dari dalam sungai. Tangan kanannya memegang setangkai bunga angrek dan tangan kirinya melambai-lambai dengan wajah ceria.
Beragam nuansa dan aktiftas yang terekam di atas kanvas yang juga menyampaikan pesan sosial seperti dalam lukisan "Guyub Rukun" karya Bangun Asmoro, menggambarkan suasana rukun dan damai serta kerja sama wanita penumbuk padi sementara di sekitarnya ayam-ayam siap mendapat jatah ampas padi.
http://www.suarakarya-online.com/
Di daerah Jawa Timur ternyata banyak menyimpan potensi pelukis berbakat. Paling tidak bisa terlihat dalam pameran lukisan Jawa Timur "Bang Wetan" yang diikuti sebanyak 60 pelukis. Itu pun masih banyak lagi pelukis asal Jawa Timur yang tidak ambil bagian di antaranya sudah punya nama. Pameran bertema "spirit for Indonesia" ini berlangsung 6 - 15 Juli 207 di Galeri Cipta Pusat Kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki (PKJ-TM). "Dari segi tema sangat beragam, dari segi ekspresi mereka bisa mengekspresikan gagasan-gagasannya secara murni. Saya anggap ini istimewa dan saya mau membukanya," ujar Kepala Badan Pertanahan (BPN) Joyo Winoto, PhD.
Kurator seni rupa Sri Warso Wahono melihat banyak pameran akhir-akhir ini, karya realisme fotografis menjadi trend. Demikian juga digandrungi oleh pelukis Jawa Timur yang lebih banyak berangkat dari realita, lalu mengembangkan simbol-simbol. seperti kemiskinan yang dibandingkan dengan stuasi perkotaan yang serba glamor "Jadi ada kontraksi-kontraksi yang nyeri, "papar Kepala Bidang Program PKJ - TIM itu.
Ia memberi contoh lukisan "Dialog Dalam Jiiwa" karya Joko Prayogo dengan setting gudang lumbung padi yang menggambarkan seorang petani makan nasi bungkus dengan lauk apa adanya sementara tak jauh dari sana dalam ruang terpisah ada seorang anak lelaki dengan heroisme menancapkan bendera Merah Putih, tetapi anak kecil itu sepertinya tidak punya daya. Potret sekarang memang seperti itu di mana umumnya banyak kecendrungan pelukis menampilkan karya bercerita .
Sri Warso yang ikut menyeleksi karya pelukis Surabaya merasa senang dengan karya pelukis Jawa Timur yang sekarang ini nampak makin bergulir. "Kebangkitan seni lukis Jawa Timur itu mengangetkan", papar pelukis senior itu.
Dulu cendrung ke surealis dan sekarang ini setidaknya untuk kompetisi seni lukis menjadi ramai lagi dengan berbagai aliran. Perlu dicatat pelukis yang hebat itu dari Jawa Timur seperti Amang Rahman, Ivan Sagito, Dwijo, Nurzulis Koto dan Hening Purnamawati.
Menyimak karya pelukis boleh dikatakan pengarapannya bagus, mereka serius dan ingin berkarya semaksimal mungkin. Namun perlu dilihat lima tahun lagi karya pelukis tersebut seperti apa.
Mengamati sederetan nama pelukis, salah satunya Dwijo Sukatmo kelahiran Surabaya 28 Agustus 1952 yang telah mengantongi 10 kali pameran tunggal dan lebih dari 100 kali pameran bersama dalam dan luar. Dwijo menyuguhkan lukisan abstrak "Dinamika Dua Unsur" dalam bentuk lukisan gantung denagn format 2 meter x 1,5 meter. Lukisan dengan warna-warni itu merupakan simbol dua unsur yaitu hitam dan putih. "Ibarat dalam cerita perwayangan, ada dua unsur hitam dan putih. Namun unsur yang putih atau kebaikan itu pasti menang, "papar penerima berbagai penghargaan itu.
Bunga Rampai
Ada sebanyak 65 karya 60 pelukis yang tersebar dari 19 kabupaten di Jawa Timur Pameran ini melalui seleksi bertahap di daerah Jawa Timur yang kemudian diseleksi lagi di Jakarta. "Ini pameran Bang Wetan kedua, yang pertama di Surabaya," ujar Wakil Ketua Panitia Anang Timur yang juga pelukis.
Dari sejumkah nama dengan usia beragam dijumpai seorang pelukis termuda Labiqoh Azron (Labiq). Lahir 11 Agustus 2001 di Malang dengan menampilkan karya imajinasi semi abstrak diberi judul "Tikus" . Pelukis ini cukup "berani" pameran dengan pelukis yang sudah punya banyak "jam terbang" bahkan ada yang berusia hampir 60 tahun. Meskipun masih muda belia usia belum 6 tahun, namun gadis cilik ini pernah pameran tunggal di Batu (2007).
Selain itu tercatat usia muda Dewi Jasmine, kelahiran Malang 26 Maret 1994 dengan menampilkan lukisan "Hutan Kota" menggambarkan pohon-pohon tanpa daun, namun penuh ranting yang pendek-pendek bercabang. Gadis yang baru menginjak usia 13 tahun ini pernah beberapa kali pameran bersama guru - murid di Malang dan Jakarta.
Meskipun pelukis asal Jawa Timur, namun tidak tertarik menggarap panorama lumpur Lapindo di Sidoarjo. Konon, pernah ada pameran di Jakarta yang khusus menyuguhkan tema lumpur Lapindo. Namun ada sebuah lukisan "Salam Bang Wetan" boleh dikatakan berbicara tentang kegetiran lumpur Lapindo. Ada nampak dua telapak tangan dengan jarak agak bejauhan sedang menggapai di tengah air berlumpur.
Menggarap sebuah lukisan memang bebas tak terbatas, boleh jenaka atau sindiran. Bahkan yang irasional sekali pun yang kadang kala membuat penonton harus merenung dan berspekulasi.
Salah satunya lukisan "Bathtub #12" yang menjadi perhatian para pengunjung karena kontradiktif, Lukisan cat minyak karya Isa Anshory ini menggambarkan seorang kakek berendam di kolam bak mandi yang "mewah" tertumpang di atas rakit bambu dengan ketinggi sekitar satu meter dari dalam sungai. Tangan kanannya memegang setangkai bunga angrek dan tangan kirinya melambai-lambai dengan wajah ceria.
Beragam nuansa dan aktiftas yang terekam di atas kanvas yang juga menyampaikan pesan sosial seperti dalam lukisan "Guyub Rukun" karya Bangun Asmoro, menggambarkan suasana rukun dan damai serta kerja sama wanita penumbuk padi sementara di sekitarnya ayam-ayam siap mendapat jatah ampas padi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar