Jumat, 24 September 2010

Sastrawan NTT di Manakah Kau?

Penghargaan yang Menggertak
Marsel Robot*
http://www.pos-kupang.com/

PAGI sekali, (pertengahan Juni 2010) lalu, tiga perempuan menyeberang embun, kemudian lekas bergegas berkumpul di lantai satu gedung Perpustakaan Daerah Propinsi NTT. Mereka adalah Dr. Free Hearty, M.Hum, Dra. Yvonne De Fretes, M.A., dan seorang wanita dari Kupang, Dra. Mezra Pellandou. Ketiganya tergabung dalam Komunitas Perempuan Penulis Indonesia (sastrawati).


Ada dua motif penting perjumpaan ketiga sastrawati itu. Pertama, mereka hendak mengadakan ‘peluncurkan’ buku antologi puisi dari penulis perempuan Indonesia berjudul: “Nyanyian Pulau-Pulau”. Kedua, mereka hendak memberikan penghargaan kepada sejumlah orang-orang eksentirik, yang oleh Komunitas Penulis Perempuan dipandang mempunyai kontribusi dalam memajukan dunian kesusastraan di Nusa Tenggara Timur.

Ada beberapa kategori penghargaan. Kategori penulis (sastrawan) diwakili Mezra sendiri. Kategori pengamat tersebut nama AG Netti. Kategori akademisi tersebut nama Dr. Feliks Sanga, M.Pd, Drs. Samuel Nitbani, M.Pd., Dra. Angela Lili Nai, M.Hum, dan saya. Semuanya dosen pada Pendidikan Bahasa dan Sastra FKIP Undana dan FKIP Universitas PGRI Kupang. Tersebut pula nama Sam Haning SH, MH (Rektor PGRI). Kategori pemerintah tersebut nama Esthon Foenay (Wakil Gubernur NTT), dan Nahor Talan (Kepala Badan Perpusatakaan Daerah Propinsi NTT). Kategori media diberikan kepada Pos Kupang melalui Tony Kleden.

Setiap orang yang menerima penghargaan itu diberikan buku kumpulan puisi dan membacakan salah satu puisi dalam buku itu. Kesempatan itu mereka mengisap suasana dengan cara masing-masing sambil menempel pidato ringan atas penghargaan yang diterimanya. Kecuali saya, tidak kebagian buku dan tidak diberikan kesempatan untuk menyampaikan pidato, karena keburu disuruh untuk menjadi protokol saja. Karena itu saya tidak sempat melampiaskan rasa risih atas penghargaan yang menurut saya tidak pantas saya terima.

Sehari sebelum menerima penghargaan itu, Mezra Pellandou seorang penulis produktif, dan sangat giat dalam ‘dusun’ (dunia sunyi) itu menghubungi saya. Ia memberitahukan perihal penghargaan itu. Kepada Mezra saya bertanya, “Apa memang saya pantas menerima penghargaan itu?”

“Ya! Bapak pantas menerima itu.”

“Apa tak ada orang lain yang lebih pantas?”.

“Ini penilaian sangat independen, pak. Mereka merekam jejak bapak melalui internet.”

Daripada buang-buang pulsa sementara rasa risih tetap melengket di tebing hati. Sudahlah! Saya nekat pergi menghadiri undangan, siapa tahu diberikan kesempatan untuk berkata-kata, dan kesempatan itu saya ingin melegokan semua rasa risih saya atas penghargaan itu.

Pagi hari itu udara Kota Kupang lagi ngambek (tidak bersahabat). Angin meniup kencang meliukkan pepohonan sepanjang kota. Debu jalan merayap pada lembar-lembar daun gugur. Tetapi, ikhwal itu tidak menghentikan warga kota mengepung hari-harinya.

Acara penyerahan penghargaan dilangsungkan di gedung Perpustakaan Daerah Propinsi NTT. Gedung itu letaknya sangat khas di jantung Kota Kupang. Rautnya ke laut, dikelilingi ikon-ikon (petunjuk-petunjuk makna) seakan memamerkan tradisi intelektual kota itu. Di hadapannya menjulang sebuah gereja besar (Katedral) yang memberi arti bahwa warga kota cukup religius. Tak jauh dari gedung itu, menjulang gedung Bank Mandiri begitu kemilau, dan bagian sisi lain ada gedung Bank Indonesia yang tingginya melebihi menara katedral, seakan memberi isyarat bahwa kebutuhan duniawi jauh lebih tinggi daripada kebutuhan surgawi. Bagian depan gedung perpustakaan berdiri Patung Sonbai mengendarai kuda menyuguhkan arti tentang kota yang lahir dari perjuangan sang pahlawan.

Kembali pada penghargaan tadi. Siang itu kami menerima penghargaan itu. Sejak menerima hadiah hingga menulis artikel ini saya merasa sedang digertak oleh tiga perempuan tadi (baca perempuan penulis). Saya gugup. Sebab, belum banyak yang saya lakukan untuk memajukan dusun (dunia sunyi) sastra itu. Kalau saja penghargaan itu dirumuskan dalam idiom verbal logat Kupang kurang lebih berbunyi: “Lu baru kerja begitu saaa… Mulai sekarang lu lebih giat lai.” Artinya, penghargaan itu merupakan bentuk wanti-wanti agar saya bergulat lebih hebat atau bergumul lebih khusuk memajukan dusun sastra.

Terus terang, tak banyak yang saya kerjakan untuk memberi energi pada kehidupan sastra di NTT, dan tak satu kapsul pun yang berisikan gairah-gairah kesastraan yang saya serahkan kepada persada yang memang teramat romantis ini. Kecuali menjadi dosen sastra, berteater alakadar, menulis puisi alakadar, sesekali menulis cerpen dan menulis artikel seperti ini. Singkatnya, dalam sastra saya cuma bekerja serba alakadar. Honornya pun di bawah standar alakadar dan lebih banyak sekadarnya.

Tetapi, bersastra buat saya adalah usaha menjatuhkan grendel-grendel titik-titik sedih. Saya paling doyan bersedih, menatap dan meratap hari-hari hidup. Bersedih melihat wajah kampung yang kian memelas, miskin nilai oleh tingkah laku hidup yang semakin pragmatis. Bersedih melihat wajah-wajah serem karena sebagian orang tampak wajah arogan dan bekerja sebagai garong. Garong di kantor, garong di sekolah, garong di gereja dan di mana-mana terjadi pemerataan penggarongan (baca korupsi). Sedih menatap teaterikal anak manusia yang kian mementaskankan kegilaan yang sangat masif.

Bagi saya, kebiasaan bersedih adalah simfoni yang bisa melumat rasa seni hingga darah dalam darah. Bersedih membuat saya bisa meniti makna pada kelamnya gunung, dapat menangkap sunyi yang menidurkan lorong-lorong, dan mampu merekam wajah-wajah orang kampung yang selalu memukau. Mungkin juga karena saya sungguh tak tahan hidup dalam goncangan orasi politik yang terkadang memalukan. Tak tahan berpartipasi dalam kekenesan pragmatis yang melenyapkan ruang berkabung dan hidup hanya gundukan sampah materialistik. Sedih ketika tak ada perarakan selain prahara yang menjilat hari-hari kita. Sedih ketika tak ada upacara penyucian diri di ruang rutin, selaian di etalase berpose telanjang tanpa keadaan.

Maaf! Akhirnya tulisan ini belepotan seperti ini membuat yang tidak berminat sastra benar-benar tersiksa dengan tulisan ini. Tapi kali ini saya mau bilang, sastra mampu menggenangi dan menggenapi hidup manusia menjadi lebih manusiawi. Kalau Ndalur, teman saya yang cengeng itu berkata sungut. “Memangnya kita makan puisi, makan cerpen.” Saya kira apa yang dikatakan teman itu sungguh benar. Namun, kita sungguh-sungguh tak pernah hidup hanya dengan makan nasi, susu dan keju. Jiwa adalah inti badaniah. Jiwa atau rohani kita memerlukan asupan gizi melalui seni (termasuk seni sastra tentunya) agar hidup lebih bertenaga. Dengan demikian, hidup kita tidak sekadar selembar tikar kusam di pinggir kubur.

Satrawan NTT di Manakah Kau?

Sesudah makan siang, kami berbincang. Saya mengatakan, NTT mempunyai banyak sastrawan. Sudahlah! Jangan kita hitung Gerson Poyk, Umbu Landu Paranggi, Yulius Siyaramual (alm), Dami Ndandu Toda (alm) yang berkarya setelah merantau ke ibu kota. Maka ketika kita hendak mengajukan pertanyaan: Sastrawan NTT di manakah kau? Boleh jadi jawabannya ringkas. “Saya di sini, sedang asyik bersastra.” Banyak sastrawan NTT bersastra dengan kadarnya sendiri-sendiri, apa dia dukun pereda hujan, atau pencari ilmu di kubur tua, atau pemantra di kamar tengah untuk meloloskan calon bupati dan lain-lainnya.

Jika yang dimaksudkan dengan sastrawan adalah orang yang menghasilkan karya sastra secara tertulis, maka saya menyebut beberapa nama yang lagi keren, Mezra Pellandou, Maria Matildis Banda, Yos Herin, Yefta, itu karena mereka menghasilkan karya sastra dalam bentuk tulisan, dan karya itulah yang membabtis mereka sebagai sastrawan.

Suatu hal yang membuat saya terpukau dengan menyebut nama-nama yang disebutkan tadi bukan saja local color (warna lokal) yang mereka arak ke pentas sastra) tetapi mereka bersastra tidak harus melalui Jakarta. Mereka keluar dari tirani Jakarta yang dianggap sebagai Roma dan Mekanya sastrawan. Mereka pun tidak meletakkan tangan di atas Majalah Horison (majalah sastra) yang angker yang sering dipandang sebagai sungai Yordan tempat pembabtisan sastrawan. Jika tulisannya dimuat dalam majalah itu, maka jadilah dia sastrawan. Padahal, banyak karya sastra bermutu yang dimuat pada koran lokal dan di tulis di tempat-tempat yang amat jauh dari Jakarta.

Kembali pada pertanyaan tadi. Sastrawan NTT di manakah kau? Minimal ada tiga jawaban melilit sekujur pertanyaan itu. Pertama, kita tidak mempunyai alat ucap (media) yang menjadi modus ungkap sastra. Surat kabar sangat terbatas dan ruang untuk menggoreng hasrat bersastra sangat kecil. Sering pelampiasan selera sastra lewat majalah dinding dari TK (tingkat kanak-kanak) sampai PT (perguruan tinggi), dari tembok terminal, sampai tembok WC.

Kedua, masyarakat kita belum mempunyai tradisi membaca. Apalagi membaca sastra yang memerlukan kening kerut. Rugilah surat kabar yang memuat karya sastra, lantas tidak dibaca (dibeli) orang. Masyarakat kita masih oral dan terpesona pada pesan instan yang datang melalui mata.

Ketiga, belum ada penghargaan terhadap sastra. Bersastra sekadar iseng. Semisal, membaca puisi untuk selingan dalam suatu hajatan. Secara nominal pun kurang dihargai. Honor menulis puisi atau cerpen jauh lebih murah dari pendapatan seorang buru pelabuhan di Tenau (Kupang). Belum ada sastrawan NTT yang eksis di sini dan menggantung hidupnya pada menulis puisi, menulis novel, menulis cerpen atau mementaskan naskah drama.

Akan tetapi, keadaan itu tidak membekukan kreativitas sastrawan yang saya sebutkan tadi. Mereka bersastra ‘di sini’ (NTT) dan melukis jagad sastra Indonesia dengan latar di sini. Mereka merupakan laskar sastra yang militan melahirkan karya sastra di kuni agu kalo (meminjam istilah Manggarai yang berarti tanah tumpah darah) dan dengan semangat goliat memecahkan keangkuhan Jakarta kemudian dibagikan ke daerah-daerah seraya berkata: “Inilah karyaku dan bacalah sebagai kenangan akan daku.” *

*) Staf pengajar Undana, Kupang

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Alexander A. Anzieb A. Aziz Masyhuri A. Dahana A. Khoirul Anam A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A. Yusrianto Elga A.C. Andre Tanama A.J. Susmana A.S. Laksana A’an Jindan AS Abd. Mun’im Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kirno Tanda Abdul Lathif Abdul Malik Abdul Rauf Singkil Abdul Walid Abdurrahman Wachid Abdurrahman Wahid Abid Rohmanu Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adek Alwi Adhi Pandoyo Adhitia Armitrianto Adhy Rical Adi Faridh Adian Husaini Adin Aditya Ardi N Adreas Anggit W. Adrizas Adu Pesona Sang Wakil Presiden RI AF. Tuasikal Afri Meldam Afrizal Malna AG. Alif Agama Agama Para Bajingan Agit Yogi Subandi Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Rakasiwi Agus Sulton Agus Wibowo Agus Wirawan Aguslia Hidayah AH J Khuzaini Ah. Atok Illah Ahda Imran Ahid Hidayat Ahmad Anshori Ahmad Damanik Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Gaus Ahmad Hasan MS Ahmad Jauhari Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Naufel Ahmad S. Zahari Ahmad Syafii Maarif Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ainul Fiah Akbar Ananda Speedgo Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sahal Akhmad Sekhu Akhmad Siddiq Akhmad Sofyan Hadi Akhmad Taufiq Akmal Nasery Basral Aksin Wijaya Al-Fairish Al-Ma'ruf I Al-Ma'ruf II Alang Khoiruddin Albert Camus Ali Mahmudi Ch Alia Swastika Alvi Puspita Alvin Amien Wangsitalaja Aminah Aming Aminoedhin Ana Mustamin Anam Rahus Anas AG Andhi Setyo Wibowo Andi Gunawan Andry Deblenk Angela Anggie Melianna Anindita S. Thayf Anis Ceha Anitya Wahdini Anjrah Lelono Broto Antologi Sastra Lamongan Anugerah Ronggowarsito Anwar Nuris Aprillia Ika Arida Fadrus Aridus Arie MP Tamba Arie Yani Arief Junianto Ariel Heryanto Ariera Arif Bagus Prasetyo Aris Kurniawan Armawati Arswendo Atmowiloto Art Sabukjanur Arti Bumi Intaran Arwan Aryo Wisanggeni Aryo Wisanggeni Gentong AS Sumbawi Asarpin Asep Sambodja Ashadi Ik Asrama Mahasiswa Aceh Sabena Asro Kamal Rokan Astrid Reza Asvi Warman Adam Atafras Atok Witono Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Azwar Nazir Baca Puisi Badrus Siroj Bahrul Ulum A. Malik Balada Bambang kempling Bambang Riyanto Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bastian Zulyeno Beni Setia Benni Setiawan Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Berita Duka Berita Koran Berita Utama Bernando J. Sujibto Bernarda Rurit Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Biografi Bre Redana Brunel University Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Jay Utomo Budi P. Hatees Budi Palopo Budi Setyarso Budi Sp. Indrajati Budiman S. Hartoyo Budiman Sudjatmiko Buku Kritik Sastra Buldanul Khuri Candrakirana Cangaan Ujungpangkah Gresik Jawa Timur Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cawapres Jokowi Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chavchay Syaifullah Choirul Rikzqa Christian Heru Cahyo Saputro Cover Buku D. Dudu AR D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Dadang Widjanarko Damiri Mahmud Dani Fuadhillah Daniel Paranamesa Darju Prasetya Dati Wahyuni Dawet Jabung Ponorogo Dedykalee Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Desa Glogok Karanggeneng Lamongan Deshinta Arofah Dewi Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan Dewi Anggraeni Dian Sukarno Diana A.V. Sasa Didik Kusbiantoro Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Diskusi buku Djadjat Sudradjat Djasepudin Djoko Pitono Djoko Saryono Djuli Djatiprambudi Djulianto Susantio Dody Kristianto Dody Yan Masfa Dorothea Rosa Herliany Dr Andi Irawan Dr Siti Muti’ah Setiawati Dr. Hilma Rosyida Ahmad Drs H Choirul Anam Drs. Solihin Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Kartika Rahayu Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwidjo Maksum Dyah Ayu Fitriana Eddi Koben Edeng Syamsul Ma’arif Edy Apriyanto Sudiyono Edy Firmansyah Edy Susanto Efri Ritonga EH Ismail Eidi Krina Jason Sembiring Eka Budianta Eko Hartono Eko Hendrawan Sofyan Eko Hendri Saiful El Sahra Mahendra Elita Sitorini Elly Trisnawati Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Em. Syuhada' Emha Ainun Nadjib Encep Abdullah Eni Sulistiyawati Eny Rose Esai Ester Lince Napitupulu Etik Widya Evan Ys F Rahardi Fahrudin Nasrulloh Fahrur Rozi Fajar Alayubi Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fathan Mubarak Fathul Qodir Fathul Qorib Felix K. Nesi Festival Gugur Gunung Festival Seni Surabaya 2011 Festival Teater Religi Pelajar SLTA Se-kabupaten Lamongan Fikri. MS Fiqih Arfani Firman Daeva Forum Lingkar Pena Lamongan Forum Penulis dan Penggiat Literasi Lamongan (FP2L) Forum Santri Nasional Forum Santri Nasional (FSN) Free Hearty Galuh Tulus Utama Gandis Uka Ganug Nugroho Adi Gedung Sabudga UNISDA Lamongan Gendut Riyanto Gerakan Literasi Nasional Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gesit Ariyanto Gita Pratama Glenn Fredly Goenawan Mohamad Golput Gombloh Gombloh (1948 – 1988) Grathia Pitaloka Gugun el-Guyanie Gunoto Saparie Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Dur H.B. Jassin Hadi Napster Hafis Azhari Halim HD Halimi Zuhdy Hamid Dabashi Han Gagas Hardi Hamzah Hari Prasetyo Haris Del Hakim Haris Saputra Hary B Kori’un Hasan Basri Marwah Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasyim Asy’ari Hendro Situmorang Henri Nurcahyo Henry H Loupias Hera Khaerani Heri CS Heri Kris Heri Latief Heri Listianto Herman RN Hernadi Tanzil Herry Lamongan Heru Kuntoyo Heru Kurniawan Hikmat Darmawan Holy Adib Hudan Hidayat Hujuala Rika Ayu Humaidi Humam S Chudori I Made Asdhiana I Nyoman Suaka I. B. Putera Manuaba IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ichwan Prasetyo Ida Fitri Ignas Kleden Ilham Safutra Ilham Wancoko Imam Munadjat Imam Nawawi Imam Zanatul Huaeri Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Iman Herdiana Imron Arlado Imron Rosyid Imron Tohari Indiar Manggara Indigo Art Space Madiun Indra Tjahyadi Indrian Koto Ingki Rinaldi Iqmal Tahir Is Faridatul Arifah Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Noe Iskandar Zulkarnain Isra’ Mi’raj Iswadi Pratama Iswara N Raditya Iva Titin Shovia Iwan Awaluddin Yusuf Iwan Gunadi J. Sumardianta Jamrin Abubakar Jansen Sinamo Janu Jolang Janual Aidi Javed Paul Syatha Jayaning S.A Jejak Laskar Hisbullah Jombang Jemie Simatupang Jenny Ang Jiero Cafe Jihan Fauziah JJ. Kusni Jl Simo Jo Batara Surya Jodhi Yudono Joko Budhiarto Joko Sadewo Joko Sandur Joko Widodo Jones Gultom Joni Ariadinata Joresan Mlarak Ponorogo Joseph E. Stiglitz Jual Buku Paket Hemat Junus Satrio Jurnalisme Sastra K. Hirzuddin Hasbullah K.H. Anwar Manshur K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma’ruf Amin K.H. Masrikhan Asy'ari K.H. Mudzakir Ma'ruf Kadjie MM Kajian Kitab Nashoihul 'Ibad Kang Daniel Karanggeneng Kartika Foundation Kasanwikrama Kasnadi Katrin Bandel Kedai Kopi Sastra Kekal Hamdani Kemah Budaya Panturan (KBP) Kesenian KH. M. Najib Muhammad KH. Ma'ruf Amin Khairul Mufid Jr Khawas Auskarni Khoirul Anwar Khoirul Inayah Khoirul Naim Khoirul Rosyadi Ki Ompong Sudarsono Kitab Arbain Nawawi Kitab Puisi Suluk Berahi karya Gampang Prawoto Ko Hyeong Ryeol Koh Young Hun Koko Sudarsono Komaruddin Hidayat Kompas TV Komplek Gor Kamantren Paciran Lamongan Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Perupa Lamongan (KOSPELA) Komunitas Sastra Teater Lamongan (KOSTELA) Komunitas Teater Sekolah Kabupaten Gresik (KOTA SEGER) Kopi Bubuk Mbok Djum Kopuisi Korban Gempa di Lombok Kospela KPRI IKMAL Lamongan Kris Razianto Mada Kritik Sastra Kurnia Sari Aziza Kurniawan Kusni Kasdut Kuswaidi Syafi’ie Kuswinarto Lagu Laili Rahmawati Laksmi Sitoresmi Lamongan Lan Fang Larung Sastra Lathifa Akmaliyah Latif Fianto Leila S. Chudori Leo Tolstoy Lina Kelana Listiyono Santoso Liya Izzatul Iffah Liza Wahyuninto Lucky Aditya Ramadhan Ludruk Jawa Timur Lukisan Lukman Alm Lukman Santoso Az Luqman Almishr Lustantini Septiningsih Lutfi S. Mendut Lynglieastrid Isabellita M Ismail M Zainuddin M. Afif Hasbullah M. Faizi M. Iqbal Dawami M. Irfan Hidayatullah M. Latief M. Lukluk Atsmara Anjaina M. Lutfi M. Mushthafa M. Riza Fahlevi M. Yoesoef M.D. Atmaja M’Shoe Madrasah Ibtida’iyah Thoriqotul Hidayah 1 Maghfur Munif Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahmud Syaltut Usfa Mahwi Air Tawar Majelis Ulama Indonesia Makalah Tinjauan Ilmiah Malam Apresiasi Seni Tanahmerah Ponorogo Maman S. Mahayana Mantan Pastur Hafidz Al-Qur'an Maqhia Nisima Mardi Luhung Margita Widiyatmaka Marhalim Zaini Maria Magdalena Bhoernomo Marjohan Marsel Robot Martin Aleida Martin Hatch Marwan Ja'far Marwita Oktaviana Marzuki Mustamar Mashuri Masjid Tegalsari di Pesantren Gerbang Tinatar Masuki M. Astro Matroni el-Moezany Matroni Muserang Max Arifin Maya Handhini Mbah Kalbakal Medco Media Jawa Timur Medri Osno Mega Vristian Mei Anjar Wintolo Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Memoar Memoar Purnama di Kampung Halaman Menggalang Dana Amal Mentari Meida Mh Zaelani Tammaka Michael Gunadi Widjaja Mien Uno (Ibunda Sandiaga Uno) Misbahul Huda Misbahus Surur Moch. Faisol Mochammad A. Tomtom Moh Samsul Arifin Moh. Ghufron Cholid Mohamad Ali Hisyam Mohammad Afifi Mohammad Rafi Azzamy Mts Putra-Putri Simo-Sungelebak Muh Muhlisin Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ghannoe Muhammad Ghufron Muhammad Hidayat Muhammad Marzuki Muhammad Muhibbuddin Muhammad N. Hassan Muhammad Rain Muhammad Taufik Muhammad Yasir Muhammad Zia Ulhaq Muhammadun A.S. Muhibin AM Muhidin M Dahlan Mujtahid Mujtahidin Billah Mukafi Niam Mukhsin Amar Mukti Sutarman Espe Mulyadi SA Mulyosari Banyuurip Ujung Pangkah Gresik Jawa Timur Mun'im Sirry Muntamah Cendani Museum Bikon Blewut Ledalero Musfarayani Musfi Efrizal Musyayana Mutia Sukma N. Syamsuddin CH. Haesy Nabi Adam Nanang Fahrudin Nandang Darana Naskah Monolog Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Ni Luh Made Pertiwi F Nindya Herdianti Ninin Nurzalina Wati Nitis Sahpeni Nono Anwar Makarim Noor H. Dee Noorsam Noval Jubbek Novel Pekik Novianti Setuningsih Nu’man ‘Zeus’ Anggara Nur Hamzah Nur Haryanto Nurani Soyomukti Nurel Javissyarqi Nuruddin Al Indunissy Nurul Aini Nurul Anam Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nuswantoro Nyimas Nyoman Tingkat Obrolan Oktamandjaya Wiguna Oky Sanjaya Opini Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Oyos Saroso H.N. Padepokan Lemah Putih Surakarta Pagelaran Musim Tandur Pameran Seni Rupa Panda MT Siallagan Pawang Surya Kencana PDS H.B. Jassin Pekan Literasi Lamongan Pelukis Dahlan Kong Pelukis Jumartono Pelukis Saron Pelukis Senior Tarmuzie Pendidikan Penerbit SastraSewu Penerbitan dan Toko Buku PUstaka puJAngga Lamongan Pengajian Pengetahuan Perang Peringatan Hari Pahlawan 10 November Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW Pesantren An Nawawi Tanara (Penata) Pesantren Kampung Inggris Peserta TEMU SASTRA JAWA TIMUR 2011 Petrik Matanasi Pilang Tejoasri Laren Lamongan Pilang Tejoasri Laren Lamongan Jawa Timur Pilkada Piramid Giza Politik Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Ali Bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang Pradana Boy ZTF Pradaningrum Mijarto Pramoedya Ananta Toer Prih Prawesti Febriani Pringadi AS Prof Dr Achmad Zahro Prof Dr Aminuddin Kasdi Profil MA Matholi'ul Anwar Prosa Puisi Puisi Menolak Korupsi Puisi Menolak Korupsi (PMK) Puji Hartanto Puji Santosa Puput Amiranti N Purwanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Puspita Rose Pustaka Ilalang PUstaka puJAngga Putri Utami Putu Satria Kusuma Putu Setia Putu Wijaya R. Sugiarti R. Timur Budi Raja R.Ng. Ronggowarsito Rabdul Rohim Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahmat Sazaly Rahmat Sularso Nh Raihul Fadjri Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Rambuana Raudal Tanjung Banua Raudlotul Immaroh Redland Movie Rengga AP Reni Lismawati Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Riadi Ngasiran Rian Sindu Ribut Wijoto Rieke Diah Pitaloka Riki Dhamparan Putra Rinto Andriono Rizka Halida Rizky Putri Pratimi Robin Al Kautsar Rocky Gerung Rodli TL Rofiqi Hasan Rohmad Hadiwijoyo Rohmah Maulidia Rohman Abdullah Rojiful Mamduh Rosdiansyah Rosi Rosidi Roso Titi Sarkoro Rumah Budaya Pantura (RBP) Rumah Budaya Pantura Lamongan Rumah Literasi Rx King Motor S Yoga S. Jai S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabrank Suparno Saiful Amin Ghofur Saifur Rohman Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sandiaga Uno Sanggar Pasir Sanggar Pasir Art and Culture Santi Puji Rahayu Sapardi Djoko Damono Sardono W Kusumo Sartika Sari Sarworo Sp Sastra Facebook Satmoko Budi Santoso Satrio Lintang Satyagraha Hoerip Saut Situmorang Savidapius Sayuri Yosiana Sayyid Fahmi Alathas Sejarah Sekolah Literasi Gratis SelaSAstra Boenga Ketjil SelaSAstra Boenga Ketjil #23 SelaSAstra Boenga Ketjil #24 Seni Ambeng Ponorogo Senirupa Seno Joko Suyono Septi Sutrisna Sergi Sutanto Setia Naka Andrian Shiny.ane el’poesya Shofiyatuz Zahroh Shohebul Umam JR Sholihul Huda Sidik Nugroho Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Silfia Hanani Sindu Putra Sita Planasari Aquadini Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Hadi Purnomo Soediro Satoto Soegiharto Soeprijadi Tomodihardjo Soetanto Soepiadhy Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sony Wibisono Sosiawan Leak Sreismitha Wungkul Sri Igustin Sri Mulyani Sri Wintala Achmad Sriyanto Danoesiswoyo Stefanus P. Elu Stevani Elisabeth STKIP PGRI Ponorogo Student Center Kampus ISI Yogyakarta Subagio Sastrowardoyo Suci Ayu Latifah Sudarmoko Sugeng Ariyadi Sukitman Sumenep Sumiati Anastasia Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungelebak Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Supriyadi Suripto SH Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suwardi Endraswara Suyadi San Syafrizal Sahrun Syaifuddin Gani Syaikh Prof. Dr. dr. Yusri Abdul Jabbar al-Hasani Asyadzili Syaikh Yusri al-Hasani Al Azhari Syamsul Arifin Syamsul Rizal Syi'ir Syifa Amori Syifa Aulia T.A. Sakti Tajuddin Noor Ganie Tamrin Bey dan Robin Al Kautsar TanahmeraH ArtSpace Tarpin A. Nasri Taufik Rachman Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teater Teater Air Teater Bias Teater Biru Teater Cepak Teater Dua Teater Kanjeng Teater Lingkar Merah Putih Teater Mikro Teater nDrinDinG Teater Nusa Teater Padi Teater Roda UNISDA Lamongan Teater Sakalintang Teater Tali Mama Teater Taman Teater Tawon Teater Tewol Teguh LR Temu Karya Teater Jawa Timur XXI Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Teori Darwin Teori Fisika Hawking Tgk Abdullah Lam U Tharie Rietha The Ibrahim Hosen Institute Theresia Purbandini Thomas Koten Tien Rostini Timur Arif Riyadi Tjahjono Widarmanto Tjut Zakiyah Anshari Toeti Adhitama Tosa Poetra Tri Andhi S Triyanto triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus S Tutut Herlina Ucu Agustin Udo Z. Karzi Ulil Abshar-Abdalla Umar Fauzi Uniawati Unieq Awien Universitas Jember Usman Arrumy Ustadz Bangun Samudra Uwell's King Shop Uwell's Setiawan Vassilisa Agata Veven Sp. Wardhana Viddy AD Daery Video Vino Warsono Virdika Rizky Utama Vita Devi Ajeng Pratiwi W. Haryanto W.S. Rendra Wakos R. Gautama Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Suryandoko William Shakespeare Wisnu Kisawa Wiwik Widiyati Wong Wing King Wuri Kartiasih Y. Wibowo Yayasan Thoriqotul Hidayah 1 Yayat R. Cipasang Yesi Devisa Yesi Devisa Putri Yohanes Sehandi Yona Primadesi Yonathan Rahardjo Yudhi Herwibowo Yudi Latif Yulianto Yuliawati Yunanto Sutyastomo Yunus Supriyanto Yurnaldi Yushifull Ilmy Yusri Fajar Yusuf AN Yusuf Suharto Yusuf Wibisono Yuval Noah Harari Yuyuk Sugarman Z. Mustopa Zaim Rofiqi Zainal Arifin Thoha Zarra Martsella Zawawi Se Zed Abidien Zehan Zareez Zen Hae Zii Zuhdi Swt