PURNAMAMU
ketika malam mulai terasing bagiku
sejenak purnama telah hadir
terangi jiwa-jiwa kosong
yang mengeram di raga ini
namun sekejap itu pula
pijar-pijar cinta telah lenyap
hanyut dalam desahan angin
tak sisakan sebersit sinarpun
aku tak layak singgah di singgasanamu
aku ingin pergi dari kerinduanmu
dari rindu yang bercengkrama dimatamu
dari kabut-kabut purnama
yang memenuhi rongga hatimu
aku ingin pergi tinggalkan
purnama-purnama itu
terlalu indah ku tetaskan di hati
izinkan aku mengubur purnamamu
dan menyimpannya dalam legenda malamku
Lamongan, 2007
RINDU YANG ABADI
dalam keheningan yang menghampa
ada satu kejernihan yang mengalir indah
aku ada atas cintamu
yang mengukir tiap hela nafasku
ah
kemurnian itu
mengantarku akan rindu
yang abadi
menanti kehilanganmu.
Lamongan, 2008
ARTI KEINDAHAN
secuil asa yang masih bertengger
di relung kalbu yang kau kuatkan
membentangkan sehelai harapan
bersambut pada impian
aku tersenyum kepada pagi
yang mengajariku arti keindahan
aku bukan makhluk tuhan
yang lemah juga bukan yang kuat
tapi aku bisa menjadi kuat
tatkala harapan itu tak lagi sehelai angan
dan menjadi lemah ketika asa itu
menganga luka.
Lamongan, 2008
LAYAR RINDU I
kekasih
aku ingin layar rindu yang berlabuh di relung dadaku
bermuara pada samenanjung cintaku
tak ada bias keruh di tengah-tengah gemuruhnya
gelombang waktu
aku yang lemah pada alur titian cinta kita
terungguk perih menahan pautan rindu
menggapaimu dalam keterikatan perih.
Lamongan, 2008
LAYAR RINDU II
rindu
perih ini terus membara di laut cintamu
tatkala seraut layar rindu tawarkan aroma ombak
yang menusuk-nusuk getar dada
kurasakan juga debur sepi
tentang bayangmu
yang mencair di atas perih yang berselimut
kabut di hatiku.
Lamongan, 2008
LAYAR RINDU III
cinta
inginku kau rasakan jua kembara rindu ini
agar tak sendirian aku memanggul perih
atas riak biru matahari di kepalaku
inginku kau dengar rinai air mata ini
yang mengalir bening karenamu
agar tak aku jua yang berasa rindu
seriuh angin yang tersemai di hatiku.
Lamongan, 2008
KOSONG
kekasih aku tersemai di sini
menelisik di antara genggamanmu
dan pilu yang memanjang sejak pagi
kini berdansa di sudut-sudut hampa
ruang yang mulai kosong
enggan biarkan sesuatu hadir
hingga luruh raga yang keronta
tak beranjak tinggalkan raga
yang berlomba dengannya.
Lamongan, 2007
RIAK SABANA
riak sabana
menangkup pada cendana pagi
menggetarkan aroma kesturi
di pucuk matahari
tembang ilalang menarikan
seutas tangkai tua
dengan seulas senyum
pada angin
yang melapukkan jiwa
seperti
air
mata
langit
ke tujuh
berkabut
ungu
di dadaku.
Lamongan, 2008
MENDIAMKAN SUNYI
dalam genangan do’a
diam-diam aku mengalir bagai sungai di sela
air mata
sementara
di sudut paling tepi
seekor angsa putih merenangi sunyi
yang telah lama aku diamkan
di selembar sajadah.
Lamongan, 2007
DALAM GUGUR CAHAYA
kusimpan matahari yang kian menepi
saat daun-daun kering lantas terbakar
dalam gugur cahaya
menghanguskan
sayap malam di mataku.
Lamongan, 2007
ketika malam mulai terasing bagiku
sejenak purnama telah hadir
terangi jiwa-jiwa kosong
yang mengeram di raga ini
namun sekejap itu pula
pijar-pijar cinta telah lenyap
hanyut dalam desahan angin
tak sisakan sebersit sinarpun
aku tak layak singgah di singgasanamu
aku ingin pergi dari kerinduanmu
dari rindu yang bercengkrama dimatamu
dari kabut-kabut purnama
yang memenuhi rongga hatimu
aku ingin pergi tinggalkan
purnama-purnama itu
terlalu indah ku tetaskan di hati
izinkan aku mengubur purnamamu
dan menyimpannya dalam legenda malamku
Lamongan, 2007
RINDU YANG ABADI
dalam keheningan yang menghampa
ada satu kejernihan yang mengalir indah
aku ada atas cintamu
yang mengukir tiap hela nafasku
ah
kemurnian itu
mengantarku akan rindu
yang abadi
menanti kehilanganmu.
Lamongan, 2008
ARTI KEINDAHAN
secuil asa yang masih bertengger
di relung kalbu yang kau kuatkan
membentangkan sehelai harapan
bersambut pada impian
aku tersenyum kepada pagi
yang mengajariku arti keindahan
aku bukan makhluk tuhan
yang lemah juga bukan yang kuat
tapi aku bisa menjadi kuat
tatkala harapan itu tak lagi sehelai angan
dan menjadi lemah ketika asa itu
menganga luka.
Lamongan, 2008
LAYAR RINDU I
kekasih
aku ingin layar rindu yang berlabuh di relung dadaku
bermuara pada samenanjung cintaku
tak ada bias keruh di tengah-tengah gemuruhnya
gelombang waktu
aku yang lemah pada alur titian cinta kita
terungguk perih menahan pautan rindu
menggapaimu dalam keterikatan perih.
Lamongan, 2008
LAYAR RINDU II
rindu
perih ini terus membara di laut cintamu
tatkala seraut layar rindu tawarkan aroma ombak
yang menusuk-nusuk getar dada
kurasakan juga debur sepi
tentang bayangmu
yang mencair di atas perih yang berselimut
kabut di hatiku.
Lamongan, 2008
LAYAR RINDU III
cinta
inginku kau rasakan jua kembara rindu ini
agar tak sendirian aku memanggul perih
atas riak biru matahari di kepalaku
inginku kau dengar rinai air mata ini
yang mengalir bening karenamu
agar tak aku jua yang berasa rindu
seriuh angin yang tersemai di hatiku.
Lamongan, 2008
KOSONG
kekasih aku tersemai di sini
menelisik di antara genggamanmu
dan pilu yang memanjang sejak pagi
kini berdansa di sudut-sudut hampa
ruang yang mulai kosong
enggan biarkan sesuatu hadir
hingga luruh raga yang keronta
tak beranjak tinggalkan raga
yang berlomba dengannya.
Lamongan, 2007
RIAK SABANA
riak sabana
menangkup pada cendana pagi
menggetarkan aroma kesturi
di pucuk matahari
tembang ilalang menarikan
seutas tangkai tua
dengan seulas senyum
pada angin
yang melapukkan jiwa
seperti
air
mata
langit
ke tujuh
berkabut
ungu
di dadaku.
Lamongan, 2008
MENDIAMKAN SUNYI
dalam genangan do’a
diam-diam aku mengalir bagai sungai di sela
air mata
sementara
di sudut paling tepi
seekor angsa putih merenangi sunyi
yang telah lama aku diamkan
di selembar sajadah.
Lamongan, 2007
DALAM GUGUR CAHAYA
kusimpan matahari yang kian menepi
saat daun-daun kering lantas terbakar
dalam gugur cahaya
menghanguskan
sayap malam di mataku.
Lamongan, 2007
Tidak ada komentar:
Posting Komentar