http://www.lampungpost.com/
Di Laut, Aku Menelepon Pelabuhan
Selamat malam, desir
Selamat malam, pasir
Selamat malam, angin
Selamat malam, dingin
Selamat malam kepada kau
yang ada di pelabuhan
Selamat malam kepada kau
yang ada di tengah lautan
Selamat bagi kau
yang hilang jejak dalam pendar bulan
Selamat bagi kau
yang sasar dalam bias bandar
Selamatlah keindahan
Selamatlah kesetiaan
Selamatlah ketakberpihakan
Selamat malam, Yulia.
Hukum
aku mulai percaya pada yang tertinggal. Mulai mencoba merumuskan
ketegaran bangunan. Gunung-gunung menghujam pada bumi
tanpa mengerti mengapa peduli. Aku memulainya. Membabat penyebut
yang menghalang-halangi pembilang yang tak ingin jadi pecahan.
perkalian demi perkalian, gugur nominal, dan pangkat serba akurat,
sampai juga akhirnya kugunakan akar kuadrat itu. Sampai juga akhirnya, kekasihku,
pada matamu yang sayu, plus-minus itu. Telah terujung pula usahamu
di batas integral yang ketemu. Dan berapakah luasan jejak itu?
tentunya seluas bibirku, bukan?
Penjaga Lesung Subuh
engkau kini terbaring di sebentang ranjang, sedang membincangkan,
bahwa bintang akan lebih mudah terlihat saat kelopak mata
tertutup rapat. Dan rumput, akan lebih terasa ringan
bila selimut sampai ke bahu; jemari kaki terlindung
dari bias kuku saat ia kecup kau dahulu. Artinya,
bulan purnama akan lebih terbaca dalam bening air kali
bukan saat kita turun menatap pada mata yang tak kunjung
membuka.
Bulan Goyah di Setangkai Subuh Merekah
subuh merekah
bulan goyah
daun-daun rambutan di halaman rumah mulai hilang arah
rumput-rumput, seperti biasa, mengeluarkan darah
(kecuali bila hujan, akan tampak lain)
Siapakah
Siapakah yang lebih merdeka
selain semesta bicara?
Siapakah yang lebih setia
selain kursi duduk kita?
Siapakah gerangan
bulan dalam ruangan?
Tentang Perempuan Pemotong Rumput
Dia biarkan hijaunya hilang teduh seketika
Dia biarkan kekasih yang setia
menatapnya punah di mata
Dia biarkan, akhirnya, merimba di dada.
--------------------
Oky Sanjaya lahir di Sanggi, Lampung Barat, 13 Oktober 1988. Sedang belajar di Jurusan PMIPA Fisika Universitas Lampung. Bergiat di Forum Pembinaan dan Pengkajian Islam dan bersama yayasan Sekolah Kebudayaan Lampung SKL meneliti nilai-nilai kebudayaan masyarakat Lampung.
Di Laut, Aku Menelepon Pelabuhan
Selamat malam, desir
Selamat malam, pasir
Selamat malam, angin
Selamat malam, dingin
Selamat malam kepada kau
yang ada di pelabuhan
Selamat malam kepada kau
yang ada di tengah lautan
Selamat bagi kau
yang hilang jejak dalam pendar bulan
Selamat bagi kau
yang sasar dalam bias bandar
Selamatlah keindahan
Selamatlah kesetiaan
Selamatlah ketakberpihakan
Selamat malam, Yulia.
Hukum
aku mulai percaya pada yang tertinggal. Mulai mencoba merumuskan
ketegaran bangunan. Gunung-gunung menghujam pada bumi
tanpa mengerti mengapa peduli. Aku memulainya. Membabat penyebut
yang menghalang-halangi pembilang yang tak ingin jadi pecahan.
perkalian demi perkalian, gugur nominal, dan pangkat serba akurat,
sampai juga akhirnya kugunakan akar kuadrat itu. Sampai juga akhirnya, kekasihku,
pada matamu yang sayu, plus-minus itu. Telah terujung pula usahamu
di batas integral yang ketemu. Dan berapakah luasan jejak itu?
tentunya seluas bibirku, bukan?
Penjaga Lesung Subuh
engkau kini terbaring di sebentang ranjang, sedang membincangkan,
bahwa bintang akan lebih mudah terlihat saat kelopak mata
tertutup rapat. Dan rumput, akan lebih terasa ringan
bila selimut sampai ke bahu; jemari kaki terlindung
dari bias kuku saat ia kecup kau dahulu. Artinya,
bulan purnama akan lebih terbaca dalam bening air kali
bukan saat kita turun menatap pada mata yang tak kunjung
membuka.
Bulan Goyah di Setangkai Subuh Merekah
subuh merekah
bulan goyah
daun-daun rambutan di halaman rumah mulai hilang arah
rumput-rumput, seperti biasa, mengeluarkan darah
(kecuali bila hujan, akan tampak lain)
Siapakah
Siapakah yang lebih merdeka
selain semesta bicara?
Siapakah yang lebih setia
selain kursi duduk kita?
Siapakah gerangan
bulan dalam ruangan?
Tentang Perempuan Pemotong Rumput
Dia biarkan hijaunya hilang teduh seketika
Dia biarkan kekasih yang setia
menatapnya punah di mata
Dia biarkan, akhirnya, merimba di dada.
--------------------
Oky Sanjaya lahir di Sanggi, Lampung Barat, 13 Oktober 1988. Sedang belajar di Jurusan PMIPA Fisika Universitas Lampung. Bergiat di Forum Pembinaan dan Pengkajian Islam dan bersama yayasan Sekolah Kebudayaan Lampung SKL meneliti nilai-nilai kebudayaan masyarakat Lampung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar